You are on page 1of 8

Kebebasan Berpendapat di Dunia IT yang Berkaitan dengan Undang-Undang ITE Pasal 27 Ayat 3

oleh : 003111121002 Acep Rahmat

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER ERESHA 2013

KATA PENGANTAR
Puji sukur saya panjatkan kepada Allah SWT, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul Kebebasan Berpendapat di Dunia IT yang Berkaitan dengan Undang-undang ITE Pasal 27 ayat 3. Makalah ini diuat untuk memenuhi tugas Ujian Akhir Semester pada mata kuliah Etika Profesi. Semoga makalah ini bermanfaat untuk saya khususnya dan untuk pembaca pada umumnya. Saran dan kritik sangat saya harapkan agar menjadi motivasi untuk lebih giat lagi menulis dan memberikan inspirasi untuk tulisan selanjutnya.

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara hukum yang melindungi setiap warga negara dalam melakukan setiap bentuk kebebasan berpendapat,

menyampaikan gagasan baik secara lisan maupun tulisan, semua telah diatur secara jelas dalam undang-undang Nomor 12 Tahun 2005 mengenai hak-hak sipil dan politik. Dalam pasal ini mengatur diantaranya mengenai hak berpendapat, hak berserikat, hak memilih dan dipilih, hak sama dihadapan hukum dan pemerintahan, hak mendapatkan keadilan, dll. Namun tak sejalan dengan hal di atas sejak ditetapkannya pasal UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik pada 21 April 2008, telah terjadi beberapa kasus pidana yang menyangkut UU ITE. Diantaranya tuduhan yang dilontarkan kepada tersangka adalah

melakukan penghinaan atau terkait dengan muatan penghinaan di internet. Pasal 27 (3) UU No 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik menyatakan : Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama baik. Akan dikenai ancaman 6 tahun penjara dan denda 1 miliar rupiah. Kedua pasal di atas akan saling bertentangan sehingga dalam

pelaksanaannya tumpang tindih dan hal tersebut seharusnya tidak terjadi karena akan terjadi cacat hukum.

BAB II PERMASALAHAN

Apakah benar UU ITE Ancam Kebebasan Berpendapat? Setelah kasus Prita Mulyasari, muncullah nama artis cantik Luna Maya yang tersandung masalah yang dikaitkan dengan pelanggaran UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Dia terjerat Pasal 27 ayat 3 mengenai penghinaan dan atau pencemaran nama baik. Banyak orang yang menganggap dalam UU ITE terdapat pasal karet, apa maksud dari pasal karet ini, benarkah pasal tersebut mengancam kebebasan dalam berpendapat? Bagaimana agar masyarakat tidak terjerat pasal tersebut?

BAB III PEMBAHASAN

Artis Luna Maya tersandung masalah yang dikaitkan dengan pelanggaran UU nomor 11/2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE). Dia terjerat Pasal 27 ayat 3 mengenai penghinaan dan atau pencemaran nama baik. Seperti di beritakan di televisi dan internet, Luna Maya konon telah mencemarkan nama baik pihak lain melalui media Twitter, Luna Maya membuat tweet yang mencaci maki dan merendahkan infotainment. Awal mulanya adalah ketika Luna Maya menghadiri primier film Sang Pemimpi di sebuah tempat di Jakarta. Selesai menghadiri acara tersebut, beberapa wartawan ingin mewawancara Luna Maya, namun Luna Maya mengatakan ingin diwawancara di lobi saja, dalam perjalanan menuju kemudian terjadi insiden kecil yang konon menyebabkan kepala Alea (putri Ariel yang digendong saat itu) terbentur kamera wartawan. Entah bagaimana, Luna Maya lalu menumpahkan kekesalannya dengan menulis akun twitter-nya. Berekspresi di internet, memiliki karakteristik tersendiri. Tidak seperti media-media massa konvensional seperti media TV, Radio atau pers cetak, pemuatan informasi di internet dapat dilakukan oleh siapa saja yang tersambung ke jaringan Internet, bahkan tanpa harus memiliki perangkat komputer sendiri atau berlangganan koneksi secara langsung. Bila tidak ada aturan hukum dan etika maka penyalahgunaan interner akan terus terjadi, diantaranya prostitusi, perjudian, kejahatan elektronik, penipuan di internet, dan komik elektronik berbahasa Indonesia yang menistakan Nabi Muhammad Saw. Penggunaan sosial media yang berlebihan akan memberikan dampak negatif kepada penggunanya. Salah kata atau salah ucapan dalam bersosial media akan menimbulkan hal yang berpengaruh pada sekitarnya. Memang tidak ada batasan dalam berpendapat akan tetapi semua ada aturan yang telah dibakukan. Kesadaran yang tinggi saat menggunakan sosial media akan lingkungannya menjadi hal utama, hal kecil pun bisa menjadi besar jika ada pihak yang dirugikan seperti halnya kasus yang menimpa artis Luna Maya ini. Terkait dengan UU ITE dan UU kebebasan berpendapat kita sebagai orang yang berkecimpung di dunia IT hendaknya mencermati dan mempelajari hal-hal kecil

yang dapat berdampak besar pada semua pihak. Informasi yang sudah termuat di internet akan bersifat luas, masif dan relatif akan menetap tidak hilang selamanya. Masif dan cepat menyebar luas, karena setiap ada isu yang menarik para netter pasti akan berantai melakukan "copy-paste" dalam situs pribadi dan berbagai milis, itu adalah salah satu hal yang akan merugikan diri kita sendiri dan orang lain. Pemerintah harus segera tanggap dengan permsalahan serius menyangkut kedua undang-undang ini, harus ada pengkajian ulang dan melakukan pertimbangan dibuatnya undang-undang tersebut. Jangan sampai rakyat yang tidak mengerti akan hal Teknologi Informasi menjadi korban, pada akhirnya terjadi protes besar. Pemerintah pun seharusnya memperhatikan kondisi rakyatnya yang sebagian besar tidak paham Teknologi Informasi. Perbaikan pengetahuan akan teknologi informasi untuk masyarakat awam sangat penting, jangan sampai masyarakat golongan atas pun tidak mengerti akan adanya kebebasan dalam berpendapat yang terkait dengan undangundang ITE, seperti halnya kasus ini.

BAB IV KESIMPULAN

Kebebasan berekspresi dengan mengabaikan aturan hukum yang menghalalkan tindakan pencemaran nama baik, hinaan dan tuduhan yang belum tentu benar. Masyarakat tampaknya telah terinspirasi fenomena kasus pencemaran nama baik yang dilakukan Prita. Secara tidak disadari masyarakat tersihir bahwa pencemaran nama baik itu dihalalkan karena pelakunya adalah seorang rakyat biasa. Secara tidak disadari arus ini akan menjunjung pola pikir bahwa masyarakat seharusnya bebas mengeluarkan pendapatnya tanpa diatur. Bila ini tidak disadari maka masyarakat boleh menghina suku dan agama tertentu demi kebebasan berpendapat, walau hanya di situs pribadi. Pemerintah pun harus lebih memperhatikan dan lebih selektif dalam pembuatan undang-undang jangan sampai terjadi tumpang tindih undang-undang yang nantinya akan terjadi cacat hukum yang akan membingungkan pemerintah dan membuat masyarakat tidak paham dan menuai protes. Pemahaman kepada masyarakat juga hal terpenting jangan sampai masyarakat menggunakan media sosial untuk hal yang negatif dan dapat merugikan banyak orang, harus adanya batasan walaupun mungkin itu sangat sulit dilakukan. Jangan hanya memikir kepentingan pribadi, menganggap pendapat diri sendiri paling benar sehingga mengabaikan komitmen bernegara. Bila tidak sependapat dengan aturan tersebut bukan suatu pelanggaran hukum. Tetapi, ketidaksetujuan disertai pelanggaran UU adalah pelanggaran yang harus ditindak secara hukum.

DAFTAR PUSTAKA

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Transaksi Elektronik Kompas.com Kasus Pencemaran Nama Baik Di Internet Naik Dua Kali Lipat. Kompas.com Undang-undang ITE dan Penggunaan Facebook di Indonesia Merry Magdalena ISBN 978-979-22-4806-7 UU ITE: dont be the next victim!

You might also like