You are on page 1of 4

MAKALAH BIDANG DISTRIBUSI

ANALISA GANGGUAN JTR AREA CENGKARENG DAN CARA MEMINIMALISIRNYA

LOGO PLN

Oleh:

CYRILLUS EKANA HERMA PUTRA 8711022Z

PLN DISTRIBUSI JAKARTA DAN TANGERANG AREA CENGKARENG 2012

Analisa Gangguan JTR Area Cengkareng Dan Cara Meminimalisirnya


Cyrillus Ekana H.P.1, Suwarno2, Heri Purwanto3, Syaekhul Wardi3
1

Staff Bidang Distribusi, PLN Area Cengkareng 2 Asman Distribusi, PLN Area Cengkareng3 3 Supervisor Distribusi, PLN Area Cengkareng

Abstrak
Perang Padam Jawa-Bali Jilid II sudah dimulai tahun 2012 ini, target kinerja yang dicanangkan lebih ketat lagi, yaitu menurunkan gangguan sebesar 50% dari tahun 2011. Selain target yang dinaikkan, KPI yang menjadi dasar penilaian pun ditambahkan. Salah satunya adalah gangguan pada Jaringan Tegangan Rendah (JTR). Baik dari jumlah gangguan, respon time, maupun recovery time, menjadi bahan penilaian kinerja. Berdasarkan data dari aplikasi Monitoring Gangguan Terpadu (MGT) sepanjang 2011, gangguan tegangan rendah Area Cengkareng adalah sebanyak 9378 kali.Sebanyak 5832 kali pada sambungan rumah-alat pengukuran & pembatas (SR-APP), 3486 kali pada jaringan tegangan rendah (JTR) dan sebanyak 60 kali disebabkan gangguan pada tiang TR (roboh/keropos/miring). Pada makalah ini akan disampaikan analisa dan evaluasi mengenai gangguan tegangan rendah di Area Cengkareng dan cara meminimalisir gangguan tegangan rendah. Dengan dilaksanakannya hal tersebut diharapkan gangguan tegangan rendah di Area Cengkareng akan turun, dan PPJB jilid II dapat dimenangkan. Kata kunci: SKTM, gangguan, jointing 1. Pendahuluan Area Cengkareng memiliki 905 gardu distribusi yang berfungsi untuk memasok tegangan listrik ke pelanggan. Dari 905 gardu distribusi tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan listrik pelanggan dengan kontinuitas yang terus menerus. Namun begitu kontinuitas pasokan listrik ke pelanggan masih sering terganggu, terutama pada jaringan tegangan rendahnya. Dari realisasi 2011 tercatat 9378 kali gangguan terjadi pada segmen dari Rak-TR, JTR, hingga SR-APP. Berdasarkan data dari aplikasi MGT lalu mengolahnya berdasarkan penjelasan kode gangguan pada SE DIR No. 031.E/471/DIR/1993 diperoleh pengelompokan gangguan yang akan digunakan untuk melakukan analisa pada makalah ini. 2. Metodologi Penelitian Analisa ini dilakukan dengan berdasarkan data yang diperoleh dari aplikasi MGT dan mengelompokkannya berdasarkan kode gangguan. Dari data tersebut dilakukan analisa berdasarkan jenis gangguan, waktu dan lokasi gangguan, sehingga dari analisa data tersebut dapat diperoleh solusi untuk mengatasi permasalahan yang ada. Setelah solusi diperoleh kemudian akan disusun action plan yang harus dilakukan agar gangguan tegangan rendah dapat diminimalisir. Selain action plan akan disusun juga time line yang harus diikuti agar program dapat dilakukan dengan lebih terarah. Dari action plan yang telah disusun, akan dibuatkan rencana anggaran biaya (RAB) untuk program penurunan gangguan tegangan rendah. Sehingga dapat diketahui anggaran yang diperlukan dan segera dilakukan proses pengadaan material dan jasa. 3. Hasil dan Pembahasan Pada PPJB II yang dilaksanakan di Area Cengkareng, salah satu program unggulan untuk memenangkan PPJB adalah dengan menurunkan gangguan JTR sebesar 50% dari realisasi tahun 2011. Data menunjukkan bahwa gangguan tegangan rendah di Area Cengkareng, 34,17% terjadi di Posko Cengkareng dan 65.83% terjadi di posko Kalideres.
KODE PENYEBAB PEMADAMAN CENGKA RENG KALID ERES TOTAL

13. 16. 17. 18. 19. 31. 32. 33.

Gangguan kabel tanah TR . Penghantar TR Putus Kerusakan Konektor. Jumper SUTR rusak Lain-lain Tiang listrik TR roboh dilanggar kendaraan. Tiang listrik TR roboh karena tua. Tiang listrik TR roboh karena sebab lain. Kerusakan bagian bagian tiang listrik TR kecuali isolator dan penghantar

24 113 107 223 1

93 154 199 455 8 7

117 267 306 678 9 7 15 20

4 16

11 4

34.

3 491

15 946

18 1437

Tbl. 1 Penyebab & Kali Gangguan JTR

Tabel di atas menunjukkan jumlah gangguan yang terjadi untuk tiap item pada Jaringan Tegangan Rendah. Dari total 1437 gangguan yang terjadi, dapat dilihat bahwa: a. 678 gangguan (47,18%) disebabkan oleh gangguan pada Jumper SUTR (afstak JTR) b. 306 gangguan (21,29%) disebabkan oleh gangguan pada afstak Opstyg. c. 267 gangguan (18,58%) disebabkan oleh gangguan pada SUTR. d. 117 gangguan (8,14%) disebabkan oleh gangguan pada SKTR. Untuk mencapai target penurunan gangguan JTR sebesar 50% harus dilakukan penanganan gangguan yang tepat sasaran. Dari data tahun 2011 dapat dilihat bahwa ada 2 bagian yang menjadi titik gangguan pada JTR, yaitu pada konektor (afstak JTR&Opstyg) sebesar 68,48% dan pada penghantar itu sendiri sebesar 26,72%.
Tipe Kabel Penampang Nominal mm JTR/NFA2X 3 x 95 +70 3 x 70 + 50 3 x 35 + 25 SKTR/NYFGBY 4 x 95 KHA terus menerus A 242 196 125 275

Secara keseluruhan penyebab utama gangguan JTR adalah gangguan pada konektor, baik pada afstak JTR maupun afstak Opstyg, yaitu sebesar 68,48%. Gangguan sering terjadi pada konektor karena sebabsebab sebagai berikut: - Pengepresan pada konektor yang kurang maksimal. - Kualitas konektor yang tidak sesuai standar. - Beban berlebihan yang melewati konektor tersebut. - Tarikan kabel yang membebani konektor.
KODE 13. 16. 17. 18. 19. 31 32 33 PENYEBAB PEMADAMAN Gangguan kabel tanah TR . Penghantar TR Putus Kerusakan Konektor. Jumper SUTR rusak Lain-lain Tiang listrik TR roboh dilanggar kendaraan. Tiang listrik TR roboh karena tua. Tiang listrik TR roboh karena sebab lain. Kerusakan bagian bagian tiang listrik TR kecuali isolator dan penghantar CKR 1,67% 7,86% 7,45% 15,52% 0,07% 0,00% 0,28% 1,11% KLD 6,47% 10,72% 13,85% 31,66% 0,56% 0,49% 0,77% 0,28% TOTAL 8,14% 18,58% 21,29% 47,18% 0,63% 0,49% 1,04% 1,39%

Tbl. 2 Kuat Hantar Arus Penghantar


JURUSAN TERPAKAI kVA Trafo 160 250 315 400 630 1000 I nominal (A) 243 380 479 608 957 1519 2 122 4 95 120 152 6 160 8 190

34

0,21% 34,17%

1,04% 65,83%

1,25% 100,00%

Tbl. 3 Arus Nominal Trafo Pada tabel 2 ditunjukkan KHA terus menerus untuk kabel JTR dan SKTR dan pada tabel 3 ditunjukkan besarnya I nominal pada trafo untuk masing-masing kapasitas. Melihat dari kedua tabel tersebut di atas, kabel JTR maupun SKTR sudah di desain memiliki KHA terus menerus lebih tinggi dari I nominal per jurusan. Hal ini berkorelasi dengan kali gangguan pada kawat penghantar JTR/SKTR yang hanya menyumbang 26,72% dari total gangguan JTR. Penyebab masih adanya gangguan pada penghantar adalah karena beban yang mengalir pada JTR/SKTR melebihi KHA yang diijinkan. Sehingga sering terjadi JTR terbakar/rantas. Selain itu juga karena konstruksi tarikan JTR yang terlalu mengandong, sehingga berpotensi tertabrak kendaraan. Salah satu penyebab lain adalah karena robohnya tiang yang sudah tua, keropos, miring, ataupun ditabrak kendaraan.

Tbl. 4 Persentase gangguan JTR per posko Berdasarkan tabel di atas, posko Kalideres menjadi penyumbang terbesar gangguan JTR, baik dari segi gangguan penghantar maupun gangguan pada konektor. Sehingga kegiatan perbaikan yang dilakukan harus difokuskan ke kalideres. Dengan perbandingan lokasi perbaikan antara Cengkareng dan Kalideres adalah 3:7. Dari gangguan pada penghantar dan konektor, yang sama-sama menjadi penyebab gangguannya adalah karena beban berlebih yang melewati penghantar maupun konektor. Sehingga 3 hal mendasar yang perlu dilakukan untuk mengurangi gangguan adalah: a. Pengurangan beban kawat penghantar dengan melakukan pecah beban & pemerataan beban. b. Melakukan rekonektorisasi pada daerah yang rawan gangguan JTR. c. Pembesaran kawat penghantar (JTR) untuk memperbesar Kuat Hantar Arus 3.1. Pecah Beban dan Pemerataan Beban Pecah beban dan pemerataan beban perlu dilaksanakan karena faktor utama penyebab gangguan pada JTR adalah beban berlebih yang melewatinya. Untuk itu pecah beban dan pemerataan beban perlu dipilihkan lokasi yang tepat, agar tidak salah sasaran.

Dasar pemilihan lokasi untuk pecah beban dan pemerataan beban berdasarkan data hasil ukur gardu dari yantek, dan berdasarkan hasil inspeksi. Lokasi gardu yang dipilih untuk pecah beban adalah : - Gardu yang bebannya overload - Gardu yang bebannya tidak seimbang - Gardu yang sering terjadi gangguan JTR (berdasarkan data tahun 2011) - Laporan JTR rantas hasil inspeksi 3.2. Rekonektorisasi JTR Untuk memperbaiki konektor-konektor yang rawan gangguan, perlu dilakukan rekonektorisasi pada JTR. Agar proses rekonektorisasi lebih effektif hasilnya dan tepat sasaran. Pelaksanaan rekonektorisasi harus direncanakan secara matang dan diawasi secara intensif agar tepat sasaran. Proses rekonektorisasi ini sebaiknya juga disinergikan dengan pemerataan beban JTR. Jangan sampai, karena proses rekonektorisasi yang asalasalnya beban yang sebelumnya sudah rata, malah menjadi tidak seimbang. Kriteria pemilihan lokasi untuk rekonektorisasi adalah sebagai berikut : - Gardu yang bebannya tidak seimbang - Gardu yang sering terjadi gangguan JTR (berdasarkan data tahun 2011) - Data laporan gangguan 2011 yang berupa SR Lost Contact. 3.3. Pembesaran kawat penghantar (JTR) Langkah pembesaran kawat penghantar dilakukan untuk mengatasi beban berlebih yang melewati JTR. Seperti telah ditampilkan pada tabel 2, KHA kawat penghantar JTR 3x70 + 50 adalah 196 A. Sementara kenyataaannya beban yang melewati penghantar tersebut melebihi KHA dari penghantar tersebut. Hal ini menjadi salah satu potensi penyebab gangguan pada penghantar JTR. Selain itu teglekan pada gardu juga harus dinormalkan dengan kabel opstyg, agar KHA penghantar pada pangkal jaringan meningkat. Pembesaran kawat penghantar lainnya adalah dengan mengganti JTR 3x70+50 dengan JTR 3x95+70. Kriteria pemilihan lokasi untuk pembesaran kawat penghantar adalah sebagai berikut : - Gardu yang bebannya overload. - Gardu yang diteglek dengan JTR 3x70+50. - Gardu yang sering terjadi gangguan JTR (berdasarkan data tahun 2011). 4. Kesimpulan Penurunan gangguan JTR di Area Cengkareng sebesar 50%, sebaiknya difokuskan di posko kalideres dengan perbandingan lokasi 3:7 (3 untuk posko Cengkareng, 7 untuk poko Kalideres). Langkah utama yang perlu dilakukan untuk menurunkan gangguan JTR adalah : - Pecah beban & pemerataan beban.

Melakukan rekonektorisasi JTR. Pembesaran kawat penghantar (JTR)

[1] [2]

5. Referensi Standard SNI Aplikasi MGT

You might also like