You are on page 1of 10

Kalimat Tunggal Dan Kalimat Majemuk Pembeda antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk adalah jumlah klausa

yang ada di dalam kalimat. Sebuah kalimat dikatakan kalimat tunggal jika dalam kalimat tersebut hanya terdapat sebuah klausa. Sedangkan yang dimaksud dengan kalimat majemuk yaitu kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa. Contoh kalimat tunggal Ibu memasak nasi Kami menonton film horor Kalimat mejemuk jika dilihat dari sifat hubungan antar klausa di dalam kalimat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk setara), kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk bertingkat), dan kalimat majemuk kompleks. A. Kalimat Majemuk Koordinatif (kalimat majemuk setara) Kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang sederajat. Sebagai penghubung antar klausa dalam kalimat majemuk koordinatif digunakan konjungsi koordinatif, yaitu dan, atau, tetapi, dan lalu. Namun demikian tidak menutup kemungkinan konjungsi dalam kalimat jenis ini tidak digunakan. Contoh : Dia datang dan duduk di sebelah saya. Saya sudah makan banyak, tetapi masih saja lapar. Saya duduk, ayah berdiri, dan adik berlari-lari. Dia datang, lalu menyuruh kami makan. Ada tiga macam hubungan semantis dalam kalimat majemuk setara. 1. Hubungan 'penjumlahan' Hubungan yang menyatakan penjumlahan atau gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, atau proses. Hubungan penjumlahan ini ditandai dengan kata penghubung dan, serta, baik. . . maupun. Contoh: Ia baik hati dan suka menolong teman yang mengalami kesusahan. 2. Hubungan 'perlawanan' Hubungan yang menyatakan bahwa yang dinyatakan dalam klausa pertama berlawanan dengan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Klausa pertama berlawanan atau tidak sama dengan yang dinyatakan dalam klausa kedua. Hubungan perlawanan ini ditandai kata penghubung tetapi, melainkan. Adikku belum bersekolah, tetapi dia sudah pandai membaca. 3. Hubungan 'pemilihan' Hubungan yang menyatakan pilihan di antara dua kemungkinan atau lebih yang dinyatakan oleh klausa-klausa yang dihubungkan. Hubungan pemilihan ini ditandai kata penghubung atau. Aku yang datang ke rumahmu atau kamu yang datang ke rumahku? B. Kalimat Majemuk Subordinatif (kalimat majemuk bertingkat) Kalimat majemuk subordinatif yaitu kalimat majemuk yang hubungan antara klausaklausanya tidak setara atau tidak sederajat. Maksud ketidaksetaraan ini yaitu klausa-kalusa yang ada dalam kalimat ini menduduki posisi yang berbeda yaitu ada yang bertindak

sebagai klausa atasan dan ada yang sebagai klausa bawahan. Penghubung atau konjungsi nyang digunakan dalam hubungan kalimat majemuk jenis ini yaitu kalau, ketika, meskipun, dan karena. Seperti dalam jenis koordinatif, dalam jenis ini pun terkadang konjungsi tidak selalu digunakan. Contoh : Kalau ayah pergi, ibu juga akan pergi. Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar. Karena banyak yang tidak berangkat, kuliah diliburkan. Meskipun ada larangan merokok, kakek tetap merokok. Pembentukan kalimat majemuk subordinatif memiliki dua sudut yang bertentangan. Pertama dipandang sebagai hasil proses menggabungkan dua buah klausa atau lebih, di mana klausa yang satu dianggap sebagai klausa atasan atau klausa utama (kadang disebut induk kalimat), sedangkan yang lain disebut klausa bawahan (anak kalimat). Contoh : Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar. Dari kalimat tersebut, klausa Nenek membaca majalah berstatus sebagai klausa atasan, sedangkan klausa Kakek pergi ke pasar berkedudukan sebagai klausa bawahan. Pandangan kedua, konstruksi kalimat subordinatif dianggap sebagai hasil proses perluasan terhadap salah satu unsur klausanya. Contoh : Nenek membaca majalah tadi siang. Kalimat tunggal tersebut kemudian diubah menjadi kalimat majemuk Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar. Dari contoh tersebut terlihat frasa tadi siang yang merupakan bagian dari klausa Nen ek membaca majalah tadi siang diluaskan (dideskripsikan) menjadi ketika kakek pergi ke pasar. Dalam pandangan yang kedua ini dinyatakan bahwa setiap unsur kalimat dapat diperluas untuk dijadikan anak kalimat. Dari pandangan ini muncullah istilah anak kalimat pengganti subjek, anak kalimat pengganti predikat, anak kalimat pengganti objek, dan anak kalimat pengganti keterangan. Penghubung kalimat majemuk bertingkat Kalimat majemuk bertingkat memperlihatkan berbagai jenis hubungan semantis antara klausa yang membentuknya. Untuk memperlihatkan hubungan antar klausa yang terdapat dalam kalimat maemuk bertingkat dibutuhkan kata penghubung atau konjungsi. Berikut ini beberapa konjungsi dalam kalimat majemuk bertingkat besrta hubungan antarklausa yang diciptakan. 1. Hubungan 'waktu' Kata penghubung yang digunakan adalah sejak, semenjak, sedari, ketika, sebelum, sesudah, hingga, sementara, seraya, tatkala, selama, selagi, serta, sambil, seusai, sesudah, setelah, sehabis, sampai, hingga. Sejak anak-anak, saya sudah terbiasa hidup sederhana. 2. Hubungan 'syarat' Kata penghubung yang digunakan adalah seandainya, andaikata, bilamana, jika. Jika Anda mau mendengarkannya, saya akan bercerita. Pembangunan balai desa ini akan berjalan lancar andaikata seluruh warga mau berpartisipasi. 3. Hubungan 'tujuan' Kata penghubung yang digunakan adalah agar, agar supaya, supaya, dan biar. Saya mengerjakan tugas itu sampai malam agar besok pagi dapat mengumpulkannya. 4. Hubungan 'konsesif' Kata penghubung yang digunakan adalah walaupun, meskipun, kendatipun, sungguhpun. Walaupun hatinya sedih, ibu itu tidak mau menangis di hadapan anakanaknya. 5. Hubungan 'perbandingan'

Kata penghubung yang digunakan adalah seperti, ibarat, bagaikan, laksana, alih-alih. Bu Tati menyayangi kemenakannya seperti beliau menyayangi anakanaknya. 6. Hubungan 'penyebaban' Kata penghubung yang digunakan adalah sebab, karena. Rencana penyelenggaraan pentas seni di sekolah saya ditunda karena para pengisi acara belum siap. 7. Hubungan 'akibat' Kata penghubung yang digunakan adalah sehingga, sampai, maka. Pada saat ini harga buku memang sangat mahal sehingga kami tidak sanggup membelinya. 8. Hubungan 'cara' Kata penghubung yang digunakan adalah dengan. Ia merangkai bunga-bunga itu dengan penuh konsentrasi. 9. Hubungan 'sangkalan' Kata penghubung yang digunakan adalah seolah-olah, seakan-akan. Anak itu diam saja seolah-olah dia tidak melakukannya. 10. Hubungan 'kenyataan' Kata penghubung yang digunakan adalah padahal, sedangkan. Dia pura-pura tidak tahu, padahal dia tahu banyak hal. 11. Hubungan 'hasil' Kata penghubung yang digunakan adalah makanya. Wajah Tono cemberut, makanya saya takut untuk mendekatinya. 12. Hubungan 'penjelasan' Kata penghubung yang digunakan adalah bahwa. Ia tidak tahu bahwa ayahnya seorang karyawan teladan. C. Kalimat Majemuk Kompleks (kalimat majemuk campuran) Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat majemuk yang terdiri atas tiga klausa atau lebih, di mana ada klausa yang dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang dihubungkan secara subordinatif. Dengan kata lain kalimat ini merupakan percampuran antara kalimat majemuk koordinatif dengan kalimat majemuk subordinatif atau biasa juga disebut dengan istilah kalimat majemuk campuran. Contoh : Nenek membaca majalah ketika kakek pergi ke pasar dan tidak ada pekerjaan lain yang harus diselesaikan. Karena ayah sedang kesulitan, kakek mengambil uang di tabungan dan membe rikannya kepada ayah. Pendahuluan Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang merupakan kesatuan pikiran (Widjono:146). Manaf (2009:11) lebih menjelaskan dengan membedakan kalimat menjadi bahasa lisan dan bahasa tulis. Dalam bahasa lisan, kalimat adalah satuan bahasa yang mempunyai ciri sebagai berikut: (1) satuan bahasa yang terbentuk atas gabungan kata dengan kata, gabungan kata dengan frasa, atau gabungan frasa dengan frasa, yang minimal berupa sebuah klausa bebas yang minimal mengandung satu subjek dan predikat, baik unsur fungsi itu eksplisit maupun implisit; (2) satuan bahasa itu didahului oleh suatu kesenyapan awal, diselingi atau tidak diselingi oleh kesenyapan antara dan diakhiri dengan kesenyapan akhir yang berupa intonasi final, yaitu intonasi berita, tanya, intonasi perintah, dan intonasi kagum. Dalam bahasa tulis, kalimat adalah satuan bahasa yang diawali oleh huruf kapital, diselingi atau tidak diselingi tanda koma (,), titik dua (:), atau titik koma (;), dan diakhiri dengan lambang intonasi final yaitu tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). Ciri-Ciri Kalimat

Widjono (2007:147) menjelaskan ciri-ciri kalimat sebagai berikut. Dalam bahasa lisan diawali dengan kesenyapan dan diakhiri dengan kesenyapan. Dalam bahasa tulis diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda tanya, atau tanda seru. Sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat. Predikat transitif disertai objek, predikat intransitif dapat disertai pelengkap. Mengandung pikiran yang utuh. Mengandung urutan logis, setiap kata atau kelompok kata yang mendukung fungsi (subjek, predikat, objek, dan keterangan) disusun dalam satuan menurut fungsinya. Mengandung satuan makna, ide, atau pesan yang jelas. Dalam paragraf yang terdiri dari dua kalimat atau lebih, kalimat-kalimat disusun dalam satuan makna pikiran yang saling berhubungan. Fungsi Sintaksis dalam Kalimat Fungsi sintaksis pada hakikatnya adalah tempat yang dapat diisi oleh bentuk bahasa tertentu. Wujud fungsi sintaksis adalah subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap(Pel.), dan keterangan (ket). Tidak semua kalimat harus mengandung semua fungsi sintaksis itu. Unsur fungsi sintaksis yang harus ada dalam setiap kalimat adalah subjek dan predikat, sedangkan unsur lainnya, yaitu objek, pelengkap dan keterangan merupakan unsur penunjang dalam kalimat. Fungsi sintaksis akan dijelaskan berikut ini. 1. Subjek Fungsi subjek merupakan pokok dalam sebuah kalimat. Pokok kalimat itu dibicarakan atau dijelaskan oleh fungsi sintaksis lain, yaitu predikat. Ciri-ciri subjek yaitu: (1) jawaban apa atau siapa, (2) dapat didahului oleh kata bahwa, (3) berupa kata atau frasa benda (nomina), (4) dapat disertai kata ini atau itu, (5) dapat disertai pewatas yang, (6) tidak didahului preposisi di, dalam, pada, kepada, bagi, untuk, dan lain-lain, (7) tidak dapat diingkarkan dengan kata tidak, tetapi dapat diingkarkan dengan kata bukan. 2. Predikat Predikat merupakan unsur yang membicarakan atau menjelaskan pokok kalimat atau subjek. Predikat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) bagian kalimat yang menjelaskan pokok kalimat, 2) dalam kalimat susun biasa, predikat berada langsung di belakang subjek, 3) predikat umumnya diisi oleh verba atau frasa verba, 4) dalam kalimat susun biasa (S-P) predikat berintonasi lebih rendah, 5) predikat merupakan unsur kalimat yang mendapatkan partikel lah, 6) predikat dapat merupakan jawaban dari pertanyaan apa yang dilakukan (pokok kalimat) ataubagaimana (pokok kalimat). 3. Objek Fungsi objek adalah unsur kalimat yang kehadirannya dituntut oleh verba transitif pengisi predikat dalam kalimat aktif. Objek mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) berupa nomina atau frasa nominal, 2) berada langsung di belakang predikat (yang diisi oleh verba transitif), 3) dapat diganti enklitik nya, ku atau mu, 4) objek dapat menggantikan kedudukan subjek ketika kalimat aktif transitif dipasifkan. 4. Pelengkap Pelengkap adalah unsur kalimat yang berfungsi melengkapi informasi, mengkhususkan objek, dan melengkapi struktur kalimat. Pelengkap (pel.) bentuknya mirip dengan objek karena sama-sama diisi oleh nomina atau frasa nominal dan keduanya berpotensi untuk berada langsung di belakang predikat. Pelengkap mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) pelengkap kehadirannya dituntut oleh predikat aktif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefik ber- dan predikat pasif yang diisi oleh verba yang dilekati oleh prefiks ter-, 2) pelengkap merupakan unsur kalimat yang

kehadirannya mengikuti predikat yang diisi oleh verba adalah, ialah, merupakan, dan menjadi, 3) dalam kalimat, jika tidak ada objek, pelengkap terletak langsung di belakang predikat, tetapi kalau predikat diikuti oleh objek, pelengkap berada di belakang objek, 4) pelengkap tidak dapat diganti dengan pronomina nya, 5) satuan bahasa pengisi pelengkap dalam kalimat aktif tidak mampu menduduki fungsi subjek apabila kalimat aktif itu dijadikan kalimat pasif. 5. Keterangan Keterangan adalah unsur kalimat yang memberikan keterangan kepada seluruh kalimat. Sebagian besar unsur keterangan merupakan unsur tambahan dalam kalimat. Keterangan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1) umumnya merupakan keterangan tambahan atau unsur yang tidak wajib dalam kalimat, 2) keterangan dapat berpindah tempat tanpa merusak struktur dan makna kalimat, 3) keterangan diisi oleh adverbia, adjektiva, frasa adverbial, frasa adjektival, dan klausa terikat. Fungsi keterangan ini memiliki banyak jenis, misalnya keterangan tempat, waktu, alat, cara, tujuan, perbandingan, sebab, akibat, syarat, dll.

Pembagian jenis-jenis kalimat didasarkan pada beberapa kriteria. Secara umum para ahli mengklasifikasikan kalimat dalam beberapa jenis yaitu: 1. Kalimat Inti dan kalimat Non-Inti Kalimat inti sering juga disebut sebagai kalimat dasar atau biasa didefinisikan sebagai kalimat yang dibentuk dari klausa inti yang lengkap bersifat deklaratif, aktif atau netral, dan afirmatif. Kalimat inti juga biasa didefinisikan sebagai kalimat yang hanya terdiri atas dua unsur pusat, yaitu unsur subjek dan predikat, tanpa mengalami perluasan pada salah satu unsurnya. Jika kalimat inti telah mengalami perubahan berupa susunan katanya atau intonasinya, kalimat tersebut tidak menjadi kalimat inti lagi, walaupun masih merupakan kalimat mayor. Kalimat tersebut menjadi kalimat transformasional (noninti). Perubahan dari kalimat inti menjadi kalimat transformasional dapat dilakukan dengan cara mengubah tata urut unsurunsur intinya, mengubah intonasi netralnya, atau memperluas kalimat. Kalimat inti dapat berubah menjadi kalimat noninti dengan melalui proses transformasi, seperti transformasi pemasifan, pengingkaran, penanyaan, pemerintahan, penginversian, pelesapan, dan penambahan. inti tersebut. Contoh : Nita memukul lalat. Merupakan kalimat inti dengan berbagai ciri atau struktur yang tertera di atas. Kalimat tersebut dapat menjadi noninti yaitu: Lalat dipukul Nita. (pemasifan) Nita tidak memukul lalat, (pengingkaran) Pukulah lalat itu! (perintah) Siapa yang memukul lalat? (penanyaan) Memukul lalat Nita. (inversi) dan sebagainya. 2. Kalimat Tunggal dan Majemuk Pembeda antara kalimat tunggal dan kalimat majemuk adalah jumlah klausa yang ada di dalam kalimat. Sebuah kalimat dikatakan kalimat tunggal jika dalam kalimat tersebut hanya terdapat sebuah klausa. Sedangkan yang dimaksud dengan kalimat majemuk yaitu kalimat yang terdiri atas lebih dari satu klausa.

Kalimat mejemuk jika dilihat dari sifat hubungan antar klausa di dalam kalimat dibedakan menjadi beberapa jenis, yaitu kalimat majemuk koordinatif (kalimat majemuk setara), kalimat majemuk subordinatif (kalimat majemuk bertingkat), dan kalimat majemuk kompleks. Kalimat majemuk koordinatif adalah kalimat majemuk yang klausa-klausanya memiliki status yang sama, yang setara, atau yang sederajat. Sebagai penghubung antar klausa dalam kalimat majemuk koordinatif digunakan konjungsi koordinatif, yaitu dan, atau, tetapi, dan lalu. Kalimat majemuk subordinatif yaitu kalimat majemuk yang hubungan antara klausaklausanya tidak setara atau tidak sederajat. Maksud ketidaksetaraan ini yaitu klausa-kalusa yang ada dalam kalimat ini menduduki posisi yang berbeda yaitu ada yang bertindak sebagai klausa atasan dan ada yang sebagai klausa bawahan. Penghubung atau konjungsi yang digunakan dalam hubungan kalimat majemuk jenis ini yaitu kalau, ketika, meskipun, karena dan lain sebagainya. Kalimat majemuk kompleks adalah kalimat majemuk yang terdiri atas tiga klausa atau lebih, di mana ada klausa yang dihubungkan secara koordinatif dan ada pula yang dihubungkan secara subordinatif. Dengan kata lain kalimat ini merupakan percampuran antara kalimat majemuk koordinatif dengan kalimat majemuk subordinatif atau biasa juga disebut dengan istilah kalimat majemuk campuran. 3. Kalimat Mayor dan Kalimat Minor Pembedaan kalimat menjadi kalimat mayor dan minor didasarkan pada kelengkapan Klausa yang menjadi konstituen dasar kalimat tersebut. Jika kalimat tersebut lengkap atau sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat, kalimat tersebut dikatakan sebagai kalimat mayor. Jika kalimat atau klausa yang menjadi dasar kalimat tersebut tidak lengkap, misalnya hanya mengandung unsur subjek saja, predikat saja, objek saja, ataupun keterangan saja, maka kalimat tersebut dikatakan sebagai kalimat minor. kalimat minor walaupun tidak memiliki unsure yang lengkap sebagai sebuah kalimat, tetap mudah untuk dipahami. Hal tersebut karena kalimat minor terikat oleh konteks pembicaraan yang diketahui oleh pendengar dan pembicaraanya. Konteks di sini menyangkut konteks kalimat, konteks situasi, dan konteks topic pembicaraan. Termasuk dalam jenis kalimat minor misalnya: jawaban singkat, kalimat salam, kalimat seruan, perintah, dan lain sebagainya yang memiliki konteks dalam pembicaraan. Contoh kalimat minor: Sedang mengetik. (Predikat saja) Cepat tutup! (perintah) Selamat pagi! (salam) Maju terus pantang mundur! Kurang ajar! Ya, bagus! 4. Kalimat Verbal dan Non-Verbal Kalimat verbal merupakan kalimat yang dibentuk oleh klausa verbal, yaitu kalimat yang predikatnya berupa kata atau frasa berkatagori verba. Sedangkan kalimat non-verba merupakan kalimat yang predikatnya bukan merupakan kata atau frasa berkatagori verba (non-verba), seperti nominal, adjektiva, adverbial, dan numeria. 5. Kalimat Bebas dan Kalimat Terikat Pengklasifikasian kalimat menjadi kalimat bebas dan kalimat terikat terkait dengan kedudukan kalimat dalam wacana. Seperti diketahui bahwa wacana tersusun atas kalimatkalimat yang membentuk satu kesatuan. Dalam wacana / paragraph kalimat bukan merupakan satuan yang berdiri sendiri yang tidak berkaitan satu dengan yang lain. Kalimat dalam paragraph merupakan kesatuan yang berhubungan satu sama lain yang pada

akhirnya dapat membentuk sebuah paragraph atau wacana yang utuh dan memiliki makna. Dalam kaitan inilah kalimat dibedakan menjadi 2 yaitu kalimat bebas dan kalimat terikat. Kalimat bebas merupakan kalimat yang mempunyai potensi untuk menjadi ujaran lengkap, atau dapat memulai sebuah paragraph/ wacana tanpa bantuan konteks atau kalimat lain yang menjelaskannya. Sedangkan kalimat terikat merupakan kalimat yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai ujaran lengkap, atau menjadi pembuka paragraph/ wacana tanpa bantuan konteks. Kalimat terikat biasanya menggunakan salah satu tanda ketergantungan, seperti penanda rangkaian, penunjukan, dan penanda anaforis. Selain penanda anaforis (-nya), konjungsi antarkalimat juga merupakan penanda sebuah kalimat terikat (makanya, oleh karena itu, jadi). Kalimat Aktif dan Pasif Kalimat dilihat dari peran subjeknya dibedakan menjadi 2, yaitu kalimat aktif dan pasif. 1. Kalimat Aktif Kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya melakukan suatu pekerjaan. Ciri penting yang menandai kalimat aktif, predikat kalimat itu berupa kata kerja yang berawalan me(N)dan ber-. Namun demikian, tidak sedikit kalimat aktif yang predikatnya tidak disertai kedua imbuhan tersebut, a. Bu Lurah sedang asyik makan tape. b. Supaya sistem pencernaan kita sehat, setiap pagi kita perlu minum air putih. c. Saya akan pergi sekarang juga. d. Toni memukul Toni. Dalam kalimat diatas, subjek (Toni) berperan sebagai pelaku suatu kegiatan, yaitu memukul. oleh karenanya, kalimat di atas termasuk kalimat aktif. Subjek (S) dalam kalimat aktif melakukan aktifitas, hal ini membawa konsekuensi predikat (P) dalam kalimat aktif harus diisi oleh kata kerja aktif. Berdasarkan hubungan antara predikat dengan objeknya, kalimat aktif dapat dibagi kedalam empat kelompok. a. Kalimat aktif (transitif) yakni kalimat aktif yang predikatnya memerlukan objek. (1) Pemerintah tengah mengembangkan industri mobil nasional. S P O (2) Narapidana itu sudah mencuri ayam milik Pak Lurah dua kali. S P O K b. Kalimat aktif semitransitif, yakni kalimat yang predikatnya memerlukan pelengkap. Contoh: (1) Pengembangan industri nasional bergantung pada ntutu SDM-nya. S P Pel. (1) Usahanya hanva bermodalkan kejujuran dan keberanian. S P Pel. c. Kalimat aktif dwitransitif, yakni kalimat yang memerlukan objek dan pelengkap secara sekalius. Contoh: (1) Kakak meminjami kawannya sebuah novel. S P O Pel. (2) Ayah membelanjai ibu pakaian. S P O Pel. d. Kalimat aktif intransitif, yakni kalimat yang predikatnya tidak memerlukan objek ataupun pelengkap. Contoh: (l) Ibu memasak di dapur. S P Ket. (2) Ani bernyanyi. 2. Kalimat Pasif Kalimat pasif adalah kalimat yang subjeknya dikenai suatu hal atau tindakan, baik itu disengaja ataupun tidak. Kalima aktif, antara lain, ditandai oleh predikatnya yang berawalan di- atau ter-. Contoh: a. Pameran itu akan dibuka oleh Pak Bupati. b. Ali terkejut mendengar kematian sahabatnya. c. Soal-soal itu sedang mereka kerjakan. Kalimat Efektif Kalimat efektif ialah kalimat yang memiliki kemampuan untuk menimbulkan kembali gagasan-gagasan pada pikiran pendengar atau pembaca seperti apa yang ada dalam pikiran

pembicara atau penulis. Kalimat sangat mengutamakan keefektifan informasi itu sehingga kejelasan kalimat itu dapat terjamin. Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan bentuk, ketegasan makna, kehematan kata, kecermatan penalaran, kepaduan gagasan, dan kelogisan bahasa. Kesepadanan Yang dimaksud dengan kesepadanan ialah keseimbangan antara pikiran (gagasan) dan struktur bahasa yang dipakai. Kesepadanan kalimat ini diperlihatkan oleh kesatuan gagasan yang kompak dan kepaduan pikiran yang baik. Kesepadanan kalimat itu memiliki beberapa ciri, seperti tercantum di bawah ini. a. Kalimat itu mempunyai subjek dan predikat dengan jelas. Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat tentu saja membuat kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam bagi untuk, pada, sebagai, tentang, mengenai, menurut, dan sebagainya di depan subjek. Contoh: a. Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Salah) b. Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. (Benar) b. Tidak terdapat subjek yang ganda Cotoh: Penyusunan laporan itu saya dibantu oleh para dosen. (salah) Dalam menyusun laporan itu, saya dibantu oleh para dosen. (benar) c. Kalimat penghubung intrakalimat tidak dipakai pada kalimat tunggal Contoh: Kami datang agak terlambat. Sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Perbaikan kalimat-kalimat ini dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama, ubahlah kalimat itu menjadi kalimat majemuk dan kedua gantilah ungkapan penghubung intrakalimat menjadi ungkapan penghubung antarkalimat, sebagai berikut. Kami datang agak terlambat sehingga kami tidak dapat mengikuti acara pertama. Atau Kami datang terlambat. Oleh karena itu, kami tidak dapat mengikuti acara pertama. d. Predikat kalimat tidak didahului oleh kata yang. Keparalelan Yang dimaksud dengan keparalelan adalah kesamaan bentuk kata yang digunakan dalam kalimat itu. Artinya, kalau bentuk pertama menggunakan nomina, bentuk kedua menggunakan nomina. Kalau bentuk pertama menggunakan verba, bentuk kedua juga menggunakan verba. Contoh: a. Harga minyak dibekukan atau kenaikan secara luwes. b. Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, memasang penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. Kalimat (a) tidak mempunyai kesejajaran karena dua bentuk kata yang mewakili predikat terdiri dari bentuk yang berbeda, yaitu dibekukan dan kenaikan. Kalimat itu dapat diperbaiki dengan cara menyejajarkan kedua bentuk itu yaitu Harga minyak dibekukan atau dinaikkan secara luwes. Kalimat b tidak memiliki kesejajaran karena kata yang menduduki predikat tidak sama bentuknya, yaitu kata pengecatan, memasang,pengujian, dan pengaturan. Kalimat itu akan baik kalau diubah menjadi predikat yang nomial, sebagai berikut Tahap terakhir penyelesaian gedung itu adalah kegiatan pengecatan tembok, pemasangan penerangan, pengujian sistem pembagian air, dan pengaturan tata ruang. Ketegasan

Yang dimaksud dengan ketegasan atau penekanan ialah suatu perlakuan penonjolan pada ide pokok kalimat. Dalam sebuah kalimat ada ide yang perlu ditonjolkan. Kalimat itu member penekanan atau penegasan pada penonjolan itu. Ada berbagai cara untuk membentuk penekanan dalam kalimat. 1. Meletakkan kata yang ditonjolkan itu di depan kalimat (di awal kalimat). Presiden mengharapkan agar rakyat membangun bangsa dan negara ini dengan kemampuan yang ada pada dirinya. Penekanannya ialah presiden mengharapkan. Contoh: Harapan presiden ialah agar rakyat membangun bangsa dan negaranya. Penekanannya Harapan presiden. Jadi, penekanan kalimat dapat dilakukan dengan mengubah posisi kalimat. 2. Membuat urutan kata yang bertahap Bukan seribu, sejuta, atau seratus, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. Seharusnya: Bukan seratus, seribu, atau sejuta, tetapi berjuta-juta rupiah, telah disumbangkan kepada anak-anak terlantar. 3. Melakukan pengulangan kata (repetisi). Saya suka kecantikan mereka, saya suka akan kelembutan mereka. 4. Melakukan pertentangan terhadap ide yang ditonjolkan. Anak itu tidak malas dan curang, tetapi rajin dan jujur. 5. Mempergunakan partikel penekanan (penegasan). Saudaralah yang bertanggung jawab. Kehematan Yang dimaksud dengan kehematan dalam kalimat efektif adalah hemat mempergunakan kata, frasa, atau bentuk lain yang dianggap tidak perlu. Kehematan tidak berarti harus menghilangkan kata-kata yang dapat menambah kejelasan kalimat. Peghematan di sini mempunyai arti penghematan terhadap kata yang memang tidak diperlukan, sejauh tidak menyalahi kaidah tatabahasa. Ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan. 1. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghilangkan pengulangan subjek. 2. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan pemakaian superordinat pada hiponimi kata. Misal kata merah sudah mencakupi kata warna (Ia memakai baju warna merah dapat diperhemat menjadi Ia memakai baju merah). 3. Penghematan dapat dilakukan dengan cara menghindarkan kesinoniman dalam satu kalimat. Misal kata naik bersinonim dengan ke atas. 4. Penghematan dapat dilakukan dengan cara tidak menjamakkan kata-kata yang berbentuk jamak. Misalnya: para tamu-tamu seharusnya para tamu Kecermatan Yang dimaksud dengan cermat adalah bahwa kalimat itu tidak menimbulkan tafsiran ganda dan tepat dalam pilihan kata. Perhatikan kalimat berikut. 1. Mahasiswa perguruan tinggi yang terkenal itu menerima hadiah. 2. Dia menerima uang sebanyak dua puluh lima ribuan. Kalimat 1 memiliki makna ganda, yaitu siapa yang terkenal, mahasiswa atau perguran tinggi. Kalimat 2 memiliki makna ganda, yaitu berapa jumlah uang, seratus ribu rupiah atau dua puluh lima ribu rupiah. Perhatikan kalimat berikut. Yang diceritakan menceritakan tentang putra-putri raja, para hulubalang, dan para menteri.

Kalimat ini salah pilihan katanya karena dua kata yang bertentangan, yaitu diceritakan dan menceritakan. Kalimat tersebut seharusnya Yang diceritakan ialah putra -putri raja, para hulubalang, dan para menteri. Kepaduan Yang dimaksud dengan kepaduan ialah kepaduan ialah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah. 1. Kalimat yang padu tidak bertele-tele dan tidak mencerminkan cara berpikir yang tidak simetris. Oleh karena itu, kita hidari kalimat yang panjang dan bertele-tele. Contoh kalimat tidak padu: Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu dan yang secara tidak sadar bertindak ke luar dari kepribadian manusia Indonesia dari sudut kemanusiaan yang adil dan beradab. 2. Kalimat yang padu mempergunakan pola aspek + agen + verbal secara tertib dalam kalimat-kalimat yang berpredikat pasif persona. a. Surat itu saya sudah baca. b. Saran yang dikemukakannya kami akan pertimbangkan. Kalimat di atas tidak menunjukkan kepaduan sebab aspek terletak antara agen dan verbal. Seharusnya kalimat itu berbentuk a. Surat itu sudah saya baca. b. Saran yang dikemukakannya akan kami pertimbangkan. 3. Kalimat yang padu tidak perlu menyisipkan sebuah kata seperti daripada atau tentang antara predikat kata kerja dan objek penderita. Perhatikan kalimat ini a. Mereka membicarakan daripada kehendak rakyat. b. Makalah ini akan membahas tentang desain interior pada rumah-rumah adat. Seharusnya: a. Mereka membicarakan kehendak rakyat. b. Makalah ini akan membahas desain interior pada rumah-rumah adat. Kelogisan Yang dimaksud dengan kelogisan ialah bahwa ide kalimat itu dapat diterima oleh akal dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku. Perhatikan kalimat di bawah ini. a. Waktu dan tempat kami persilakan. b. Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. c. Haryanto Arbi meraih juara pertama Jepang Terbuka. d. Hermawan Susanto menduduki juara pertama Cina Terbuka. Kalimat itu tidak logis (tidak masuk akal). Yang logis adalah sebagai berikut. Bapak Menteri kami persilakan. Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. Haryanto Arbi meraih gelar juara pertama Jepang Terbuka. Hermawan Susanto menjadi juara pertama Cina Terbuka.

You might also like