You are on page 1of 35

MAKALAH KEPERAWATAN JIWA

ASKEP PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN KECEMASAN

Disusun Oleh : ARIF ISNALIA BAMBANG S. CHOIRUN NISA EKO SETIAWAN FENTIANITA N. MARIA ULFA RIZA FRIKA. A SEFTIFAN NUGROHO

POLITEKNIK KESEHATAN RS dr. SOEPRAOEN PROGRAM STUDI KEPERAWATAN MALANG 2011

KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT. yang telah memberikan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penyusunan makalah yang berjudul Askep pada Klien dengan Gangguan Kecemasan dapat terselesaikan dengan lancar dan tepat waktu. Penulis menyadari sepenuhnya dalam penyusunan makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan yang berharga ini dengan segala kerendahan hati, perkenankan penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pihak yang telah membantu dengan setulus hati dalam proses penyusunan makalah ini yang tidak bisa disebutkan satu persatu. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangan mengingat kemampuan kami yang terbatas. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami harapkan dan kami terima dengan senang hati.

Malang, 22 April 2011

Penulis

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Krisis ekonomi yang berkepanjangan telah menyebabkan

meningkatnya jumlah penderita penyakit jiwa, terutama gangguan kecemasan. Berbagai macam krisis yang terjadi sebenarnya bukan krisis ekonomi sebagai pangkal masalahnya, melainkan mendasar pada kesehatan mental bangsa ini sendiri. Minimnya perhatian terhadap kesehatan mental bangsa termanifestasi dalam begitu banyak masalah yang disebut krisis multidimensional. Pernyataan ini dinyatakan dengan jelas oleh dr. Danardi Sosrosumihardjo, Sp.K.J., dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI) dalam konferensi pers Konvensi Nasional Kesehatan Jiwa ke-2, yang bertema Kesehatan Jiwa Masyarakat, Kesehatan Jiwa Bangsa, pada hari Kamis (9/ 10) di Jakarta. Pernyataan ini bukanlah tanpa dasar. Krisis ekonomi yang terus berkepanjangan ternyata meninggalkan kisah-kisah menyedihkan dengan meningkatnya jumlah penderita ganngguan jiwa, terutama jenis anxietas (gangguan kecemasan). Gejala gangguan kesehatan mental yang mencakup mulai dari gangguan kecemasan, depresi, panik hingga gangguan jiwa yang berat seperti Schizoprenia hingga pada tindakan bunuh diri, semakin mewabah di tengah masyarakat. Dari sekian jumlah penderita yang ada baru 8% yang mendapatkan pengobatan yang memadai. Sedangkan selebihnya tidak tertangani. Masalah gangguan jiwa yang menyebabkan menurunnya kesehatan mental ini ternyata terjadi hampir di seluruh negara di dunia. WHO (World Health Organization) badan dunia PBB yang menangani masalah kesehatan dunia, memandang serius masalah kesehatan mental dengan menjadikan isu global WHO. WHO mengangkat beberapa jenis gangguan jiwa seperti

Schizoprenia,

Alzheimer,

epilepsy,

keterbelakangan

mental

dan

ketergantungan alkohol sebagai isu yang perlu mendapatkan perhatian. Di Indonesia jumlah penderita penyakit jiwa berat sudah cukup memprihatinkan, yakni mencapai 6 juta orang atau sekitar 2,5% dari total penduduk. Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Mental Rumah Tangga (SKMRT) pada tahun 1985 yang dilakukan terhadap penduduk di 11 kotamadya oleh Jaringan Epidemiologi Psikiatri Indonesia, ditemukan 185 per 1.000 penduduk rumah tangga dewasa menunjukkan adanya gejala gangguan kesehatan jiwa baik yang ringan maupun berat. Dengan analogi lain bahwa satu dari lima penduduk Indonesia menderita gangguan jiwa dan mental. Sebuah fenomena angka yang sangat mengkhawatirkan bagi sebuah bangsa. Dengan adanya permasalahan tersebut, kami tertarik untuk membuat makalah yang berjudul Askep pada Klien dengan Gangguan Kecemasan.

1.2

Rumusan Masalah Diharapkan mahasiswa atau perawat dapat melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan kecemasan.

1.3

Tujuan 1. Mahasiswa atau perawat mampu malakukan pengkajian. 2. Mahasiswa atau perawat dapat menegakkan diagnosa keperawatan. 3. Mahasiswa atau perawat dapat membuat intervensi keperawatan.

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 KECEMASAN / ANXIETAS 2.1.1 Definisi Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. ( Harold I. LIEF) Anenvous condition of unrest ( Leland E. HINSIE dan Robert S CAMBELL). Anxietas adalah perasaan tidak senang yang khas yang disebabkan oleh dugaan akan bahaya atau frustrasi yang mengancam yang akan membahayakan rasa aman, keseimbangan, atau kehidupan seseorang individu atau kelompok biososialnya. ( J.J GROEN). 2.2.2 Penggolongan Anxietas 1. Anxietas Ringan Ansietas ringan adalah perasaan bahwa ada sesuatu yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi sensori meningkat dan membantu individu memfokuskan perhatian untuk belajar, bertindak, menyelesaikan masalah, merasakan, dan melindungi dirinya sendiri. Anxietas ringan berhubungan dengan ketegangan akan peristiwa kehidupan sehari-hari. Pada tingkat ini lahan persepsi melebar dan individu akan berhati-hati dan waspada. a. Respon Fisiologis Sesekali nafas pendek Nadi dan tekanan darah naik Gejala ringan pada lambung Muka berkerut dan bibir bergetar

Ketegangan otot ringan Rileks atau sedikit gelisah Mampu menerima rangsang yang kompleks Konsentrasi pada masalah Menyelesaikan masalah secara efektif Perasaan gagal sedikit Waspada dan memperhatikan banyak hal Terlihat tenang dan percaya diri Tingkat pembelajaran optimal Tidak dapat duduk tenang Tremor halus pada tangan Suara kadang-kadang meninggi Sedikit tidak sabar Aktivitas menyendiri

b. Respon Kognitif

c. Respon Perilaku dan Emosi

2. Anxietas Sedang Ansietas sedang merupakan perasaan yang mengganggu bahwa ada sesuatu yang benar-benar berbeda, individu menjadi gugup atau agitasi. Misalnya, seorang wanita mengunjungi ibunya untuk pertama kali dalam beberapa bulan dan merasa bahwa ada sesuatu yang sangat berbeda. Ibunya mengatakan bahwa berat badannya turun banyak tanpa ia berupaya menurunkannya. Pada tingkat ini lahan persepsi terhadap lingkungan menurun, individu lebih memfokuskan pada hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal yang lain. a. Respon fisiologis Ketegangan otot sedang Tanda-tanda vital meningkat Pupil dilatasi, mulai berkeringat Sering mondar-mandir, memukulkan tangan Suara berubah: suara bergetar, nada suara tinggi

Kewaspadaan dan ketegangan meningkat Sering berkemih, sakit kepala, pola tidur berubah, nyari punggung

b. Respon kognitif Lapang persepsi menurun Tidak perhatian secara selektif Fokus terhadap stimulus meningkat Rentang perhatian menurun Penyelesaian masalah menurun Pembelajaran berlangsung dengan memfokuskan Tidak nyaman Mudah tersinggung Kepercayaan diri goyah Tidak sadar Gembira

c. Respon prilaku dan emosi

3. Ansietas Berat Ansietas berat dialami ketika individu yakin bahwa ada sesuatu yang berbeda dan ada ancaman; ia memperlihatkan respon takut dan distres. Ketika individu mencapai tingkat tertinggi ansietas, panik berat, semua pemikiran rasional berhenti dan individu tersebut mengalami respon fight, flight atau freeze-yakni, kebutuhan untuk pergi secepatnya, tetap ditempat dan berjuang, atau menjadi beku atau tidak dapat melakukan sesuatu. a. Respon fisiologis Ketegangan otot berat Hiperventilasi Kontak mata buruk Pengeluaran keringat meningkat Bicara cepat, nada suara tinggi Tindakan tanpa tujuan dan serampangan

Rahang menegang, menggetakkan gigi Kebutuhan ruang gerak meningkat Mondar-mandir, berteriak Meremas tangan, genetar Lapang persepsi terbatas Proses berfikir terpecah-pecah Sulit berfikir Penyelesaian masalah buruk Tidak mampu mempertimbangkan informasi Hanya memerhatikan ancaman Preokupasi dengan pikiran sendiri Egosentris Sangat cemas Agitasi Takut Bingung Merasa tidak adekuat Menarik diri Penyangkalan Ingin bebas

b. Respon kognitif

c. Respon prilaku dan emosi

2.2.3 Faktor Predisposisi 1. Teori Psikoanalitik Menurut freud,struktur kepribadian terdiri dari 3 elemen yaitu ID, EGO Dan SUPER EGO. Ego melambangkan dorongan insting dan impuls primitif. Super ego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang , sedangkan Ego digambarkan sebagai mediator antara tuntutan dari ID dan Super Ego.

2. Teori Interpersonal Anxietas terjadi dari ketakutan akan penolakan interpersonal. Hal ini juga dihubungkan akan trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan, perpisahan individu yang mempunyai harga diri rendah biasanya sangat mudah mengalami anxietas yang berat. 3. Teori Perilaku Anxietas merupakan hasil frustasi dari segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.teori ini meyakini bahwa manusia yang pada awal kehidupannya dihadapkan pada rasa takut yang berlebihan akan menunjukkan kemungkinan anxietas yang berat pada kehidupan masa dewasanya. 2.2.4 Bentuk Gangguan Anxietas 1. Gangguan Panik Serangan panik adalah suatu episode ansietas yang cepat, intens, dan meningkat, berlangsung 15-30 menit, ketika individu mengalami ketakutan emosional yang besar juga ketidaknyamanan fisiologis. Diagnosis gangguan panik ditegakkan ketika individu mengalami serangan panik berulang dan tidak diharapkan yang diikuti oleh rasa khawatir yang menetap sekurang-kurangnya satu bulan bahwa ia akan mengalami serangan panik berikutnya atau khawatir tentang makna serangan panik, atau perubahab prilaku yang signifikan terkait dengan serangan panik, saat gejala-gejala tersebut bukan akibat penyalahgunaan zat atau gangguan jiwa lain. Sedikitnya lebih dari 75% individu dengangangguan panik mengalami serangan awal spontan tanpa ada pemicu dari lingkungan. Sisanya mengalami serangan panik yang distimulasi oleh stimulus fobia atau karena berada di bawah pengaruh zat yang mengubah sistem saraf pusat dan menstimulasi respon hormonal, organ, tanda vital yang sama, yamg terjadi pada serangan panik. Setengah dari individu yang mengalami serangan panik juga mengalami agorafobia.

Ada dua kriterla Gangguan panik : gangguan panik tanpa agorafobia dan gangguan panik dengan agorofobia kedua gangguan panik ini harus ada serangan panic 2.2.5 Gejala Umum Anxietas 1. Gejala psikologik Ketegangan, kekuatiran, panik, perasaan tak nyata, takut mati , takut gila, takut kehilangan kontrol dan sebagainya. 2. Gejala fisik Gemetar, berkeringat, jantung berdebar, kepala terasa ringan, pusing, ketegangan otot, mual, sulit bernafas, baal, diare, gelisah, rasa gatal, gangguan di lambung dan lain-lain. Keluhan yang dikemukakan pasien dengan anxietas kronik seperti: rasa sesak nafas; rasa sakit dada; kadang-kadang merasa harus menarik nafas dalam; ada sesuatu yang menekan dada; jantung berdebar; mual; vertigo; tremor; kaki dan tangan merasa kesemutan; kaki dan tangan tidak dapat diam ada perasaan harus bergerak terus menerus; kaki merasa lemah, sehingga berjalan dirasakan beret; kadang- kadang ada gagap dan banyak lagi keluhan yang tidak spesifik untuk penyakit tertentu. Keluhan yang dikemukakan disini tidak semua terdapat pada pasien dengan gangguan anxietas kronik, melainkan seseorang dapat saja mengalami hanya beberapa gejala 1 keluhan saja. Tetapi pengalaman penderitaan dan gejata ini oleh pasien yang bersangkutan biasanya dirasakan cukup gawat. 3. Gejala penyerta Gejala depresi seringkali ditemukan pada serangan panik dan agorafobia, pada beberapa pasien suatu gangguan depresi ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik. Penelitian telah menemukan bahwa resiko bunuh diri selama hidup pada orang dengan gangguan panik adalah lebih tinggi dibandingkan pada orang tanpa gangguan mental.

2.2.6 Gambaran Klinis Serangan panik pertama seringkali spontan, tanpa tanda mau serangan panik, walaupun serangan panik kadang-kadang terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik, aktivitas seksual atau trauma emosional. Klinisi harus berusaha untuk mengetahui tiap kebiasaan atau situasi yang sering mendahului serangan panik. Serangan sering dimulai dengan periode gejala yang meningkat dengan cepat selama 10 menit. Gejala mental utama adalah ketakutan yang kuat, suatu perasaan ancaman kematian dan kiamat. Pasien biasanya tidak mampu menyebutkan sumber ketakutannya. Pasien mungkin merasa kebingungan dan mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian. Tanda fisik adalah takikardia, palpitasi, sesak nafas dan berkeringat. Pasien seringkali mencoba untuk mencari bantuan. Serangan biasanya berlangsung 20 sampai 30 menit. Agorafobma : pasien dengan agorafobia akan menghindari situasi dimana ia akan sulit mendapatkan bantuan. Pasien mungkin memaksa bahwa mereka harus ditemani setiap kali mereka keluar rumah. 2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN KECEMASAN / ANXIETAS 2.2.1 Pengkajian Pengkajian ditujukan pada fungsi fisiologis dan perubahan perilaku melalui gejala atau mekanisme koping sebagai pertahanan terhadap kecemasan. a. Kaji faktor predisposisi Faktor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat menyebabkan timbulnya kecemasan seperti: 1. Peristiwa traumatic yang dapat memicu terjadinya kecemasandengan krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional. 2. Konflik emosional yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik. Konflik antara id dan super ego atau antara keinginan dan kenyataan dapat menimbulkan kecemasan pada individu.

3. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir secara realistissehingga akan menimbulkan kecemasan. 4. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan yang berdampak terhadap ego. 5. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu. 6. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani setres akan mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga. 7. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respon individu dalam berespon terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya. 8. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang mengandung benzodiepin, karena benzodizepin dapat menekan neurotrasmiter gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang bertanggung jawab menghasilkan kecemasan. b. Kaji stressor presipitasi Stressor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat mencetuskan timbulnya kecemasan. Stressor presipitasi kecemasan dikelompokkan menjadi dua bagian: 1. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik meliputi: Sumber internal, mrliputi kegagalan mekanisme fisiologis system imun, regulasi suhu tubuh, perubahan biologis normal (mis.hamil) Sumber eksternal, meliputi paparan terhadapinfeksi virus dan bakteri, polutan lingkungan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal. 2. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal.

Sumber internal: kesulitan dalam berhubungan interpersonal dirumah dan di tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap integritas fisik juga dapat mengancanm harga diri.

Sumber eksternal: kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status pekerjaan, tekanan kelompok, social budaya.

c. Kaji perilaku Secara langsung kecemasan dapat di ekspresikan melalui respon fisiologis kecemasan. 1. Respon fisiologis. Mengaktifkan system saraf otonom(simpatis dan parasimpatis) 2. Respon psikologologis. Kecemasan dapat mempengaruhi aspek intrapersonal maupun personal. 3. Respon kognitif. Kecemasan dapat mempengaruhi kemampuan berpikir baik proses pikir maupun isis pikir, diantaranya adalah tidak mampu memperhatikan, konsentrasi menurun, mudah lupa, menurunya lapangan persepsi, bingung. 4. Respon afektif. Klien akan mengekspresikan dalam bentuk kebingungan dan curiga berlebihan sebagai reaksi emosi terhadap kecemasan. d. Kaji penilaian terhadap stressor e. Kaji sumber dan mekanisme koping f. Rentang perhatian menurun g. Gelisah, iritabilitas h. Kontrol impuls buruk i. Perasaan tidak nyaman, ketakutan, atau tidak berdaya j. Deficit lapangan persepsi k. Penurunan kemampuan berkomunikasi secara verbal dan psikologis dan secara tidak langsung melalui pengambangan mekanisme koping sebagai pertahanan melawan

2.2.2 Diagnosa Keperawatan, Kriteria Hasil dan Rencana Keperawatan 1. Panik berhubungan dengan penolakan keluarga karena bingung dan gagal mengambil keputusan. KRITERIA HASIL : Klien tidak akan menciderai diri sendiri dan orang lain. Klien akan berkomunikasi dengan efektif. Klien akan menyampaikan pengetahuan tentang gangguan panik. Klien akan mengungkapkan rasa ppengendalian diri. Bantu klien berfokus pada pernapasan lambat dan melatihnya bernapas secara ritmik. Bantu klien mempertahankan kebiasaan makan teratur dan seimbang. Identifikasi gejala awal dan ajarkan klien melakukan perilaku distraksi seperti: berbicara kepada orang lain, melibatkannya dalam aktivitas fisik. Bantu klien melakukan bicara pada diri sendiri positif yang direncanakan sebelumnya dan telah terlatih. Libatkan klien dalam mempelajari cara mengurangi stressor dan situasi yang menimbulkan ansietas. 2. Kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan. KRITERIA HASIL : Klien mendiskusikan tentang perasaan cemasnya. Klien mengidentifikasi respon terhadap stress. Klien mendiskusiksn suatu topik ketika bertemu dengan perawat. Eksplorasi perasaan cemas klien, perlihatkan diri sebagai orang yang hangat, ,menjadi pendengar yang baik. Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya. Melakukan komunikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topik yang ringan.

INTERVENSI :

INTERVENSI :

Bantu kilen mengidentifikasi respon terhadap stres.

3. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan kematian saudara kandung. KRITERIA HASIL : Klien memiliki koping terhadap ancaman. Strategi koping positif. Untuk mengetahui sebab biologis. Klien melakukan aktifitas seperti biasanya. Dorong klien untuk menggunakan koping adaftif dan efektif yang telah berhasil digunakan pada masa lampau. Bantu kien melihat keadaan saat ini dan kepuasan mencapai tujuan. Bantu klien untuk menentukan strategi koping positif. Konseling dan penyuluhan keluarga ataun orang terdekat tentang penyebab biologis. Dorong klien untuk melakukan aktifitas yang disukainya, hal ini akan membatasi klien untuk menggunakan mekanisme koping yang tidak adekuat. 4. Ketakutan yang berhubungan dengan rencana pembedahan. KRITERIA HASIL : Meningkatkan kesadaran diri klien. Klien merasakan tenang dan nyaman dengan lingkungannya. Klien memahami rasa takutnya ekstrim dan berlebihan. Perawat harus dapat menyadari perasaan cemasnya, membuka perasaan cemasnya dan menangani secara konstruktif dan gunakan cara yang dilakukan perawat secara terapeutik untuk membantu mengatasi kecemasan klien.

INTERVENSI :

INTERVENSI :

Fasilitasi lingkungan dengan stimulus yang minimal, tenang dan membatasi interaksi dengan orang lain atau kurangi kontak dengan penyebab stresnya.

Berikan alternatif pilihan pengganti, tidak mengonfrontasi dengan objek yang ditakutinya, tidak ada argument, tidak mendukung fobianya, terapkan batasan perilaku klien untuk membantu mencapai kepuasan dengan aspek lain.

BAB III TINJAUAN KASUS


Pada Ny. I dengan usia 45 tahun, masuk RSJ Lawang karena mengalami gangguan jiwa dikarenakan ada masalah pada perkawinannya dengan Tn. A akibatnya terjadi perceraian dikarenakan Tn. A berselingkuh dengan perempuan lain sehingga Ny. I mengalami stress yang ditandai dengan panic, menarik diri, menghindari kontak sosial terutama pada seorang pria, depresi, takut yang berlebihan. Identitas Nama Umur Jenis Kelamin Alamat Suku Agama Status Perkawinan Pendidikan Nomor Register Tanggal Masuk Tanggal Pengkajian Penanggung jawab Nama Umur Pendidikan Pekerjaan Alamat Hubungan dengan klien : Tn. S : 36 tahun : Diploma III : PNS : Kedung, Jepara : Adik kandung : Ny. I : 45 tahun : Perempuan : Bululawang, Malang : Jawa, Indonesia : Islam : Janda : SMA : 04511 : 12 April 2011 pukul 08.45 WIB : 13 April 2011 pukul 11.15 WIB di ruang 27

A.

Alasan Masuk Panik, menarik diri, menghindari kontak sosial terutama pada seorang pria, depresi, takut yang berlebihan.

B.

Faktor Predisposisi Klien sebelumnya tidak pernah mengalami gangguan jiwa. Menurut adik kandung klien, tidak ada keluarga yang menderita sakit jiwa seperti klien. Klien adalah seorang istri yang sangat setia dan cinta dengan suaminya dan klien sudah mempunyai 2 orang anak. Dan klien mengetahui secara tidak sengaja bahwa suaminya mempunyai istri lain. Tetapi klien selalu menutupi masalahnya sendiri dengan cara menarik diri dan menghindari kontak sosial dengan keluarganya.

C.

Pemeriksaan Fisik 1. Tanda vital TD N RR BB TB : 110/70 mmHg : 84 x/mnt : 20 x/mnt : 52 kg : 165 cm : Rambut hitam merata, bersih, tidak ada benjolan dan bekas trauma Mata Hidung Telinga Mulut Leher Paru-paru : Sklera tidak ikterik, konjungtiva tidak anemis, pandangan kosong : Bersih, tidak ada septum deviasi, tidak ada polip, tidak ada nafas cuping hidung : Bersih, pendengaran baik, tidak nyeri, tidak menggunakan alat bantu pendengaran : Mukosa lembab, gigi bersih, bibir tidak sianosis : Trakea simetris, tidak ada pembesaran vena jugularis : I : tidak ada lesi pada dada, pergerakan regular

2. Pemeriksaan fisik Kepala

Pa : tidak ada krepitasi, tidak ada nyeri Pe : resonan A : vesikuler Jantung : I : Ictus cordis tidak tampak Pa : Ictus Cordis teraba pada SC VI media LMCS Pe : pekak A : bunyi jantung I dan II Abdomen : I : tidak ada lesi A : peristaltik usus 12x/mnt Pe : tympani Pa : tidak ada nyeri tekan Genetalia : Bersih, tidak terpasang kateter dengan baik D. Psikososial Genogram Ekstremitas : Tidak ada edema, CRT < 2 detik, klien dapat berjalan

Keterangan: : Laki-laki : Perempuan : Meninggal : Orang yang tinggal serumah : Orang yang terdekat : Klien

Keterangan : Klien sudah menikah, mempunyai seorang suami dan 2 orang anak. Dari keluarga tidak ada yang menderita gangguan jiwa seperti klien. 1. Konsep diri a. Gambaran diri Klien merasa sudah tidak cantik lagi dan merasa banyak kekurangan pada dirinya sehingga suaminya berpaling pada wanita lain. b. Identitas diri Klien mengatakan bahwa merasa banyak kekurangan dalam dirinya. c. Peran diri Klien merupakan seorang ibu rumah tangga yang sudah memiliki 2 orang anak. Klien sudah tinggal di rumahnya sendiri bersama suami dan anaknya. d. Ideal diri Klien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya tetapi klien tidak ingin pulang ke rumahnya karena tidak ingin bertemu dengan suaminya. e. Harga diri Klien merasa minder dengan masyarakat sekitar karena sudah ditinggal selingkuh oleh suaminya.Klien dalam kesehariannya jarang bergaul dengan tetangganya. Kegiatan kelompok tidak pernah klien ikuti. 2. Hubungan sosial a. Orang yang berarti Menurut klien orang yang sangat berarti dalam hidupnya adalah suami dan anak-anaknya. b. Peran serta dalam kelompok atau masyarakat Klien mengatakan tidak pernah ikut dalam kegiatan kelompok dalam masyarakat seperti arisan, PKK,dll. c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan bahwa klien adalah orang yang lebih banyak diam dan mengatakan malas bertemu atau berbicara dengan orang lain. Klien jarang bergaul. 3. Spiritual a. Nilai dan keyakinan Klien beragama Islam dan percaya bahwa Tuhan, surga dan neraka ada. b. Kegiatan beribadah Selama sakit, klien tidak pernah menjalankan sholat 5 waktu. E. Status Mental a. Penampilan Penampilan cukup rapi, rambut disisir rapi, pakaian yang dikenakan sesuai, tidak terlalu besar dan kecil, klien juga memakai alas kaki. b. Pembicaraan Pembicaraan klien pelan malah kadang-kadang tidak mau berbicara sama sekali, nada suara rendah, kontak mata kurang dan selalu menunduk dan suka menyendiri. c. Aktivitas motorik Klien lebih bayak diam di pojok ruangan selama di rumah sakit, aktivitas motorik tidak mengalami gangguan seperti mandi, ganti baju atas inisiatif sendiri dan dilakukan secara mandiri tetapi klien jarang mau untuk makan. d. Afek Afek kurang serasi, klien kurang merespons dengan benar stimulus yang diberikan. e. Interaksi selama wawancara Klien kurang kooperatif, tidak pernah kontak mata selama berinteraksi. f. Persepsi Saat dikaji klien mengatakan tidak ada halusinasi.

g. Proses pikir Pembicaraan klien bisa dimngerti oleh perawat, selama komunikasi dengan perawat dapat diobservasi bahwa pembicaraan klien terarah, jawaban klien koheren dengan pertanyaan yang diajukan. h. Isi pikir Saat interaksi dengan perawat klien mengatakan bahwa ia merasa tidak berharga, karena ditinggal oleh suaminya . i. Tingkat kesadaran Tingkat kesadaran klien baik, orientasi tempat, waktu dan orang baik, klien mengetahui sekarang berada di rumah sakit jiwa Lawang, klien mengetahui hari, tanggal dan jam, klien dapat membedakan pagi, siang dan malam. j. Memori Klien masih ingat tahun lahir yaitu tahun 1966, mampu mengingat kejadian masa lalu, dan kejadian sekarang, klien dapat menceritakan riwayat kehidupannya secara berurutan dan konsisten. k. Tingkat konsentrasi dan berhitung Klien mudah berkonsentrasi, daya ingat jangka panjang klien baik, dimana klien masih mengingat tahun lahirnya dan tahun lahir anaknya, klien masih mampu mengingat hal-hal yang baru saja terjadi. Klien masih dapat berhitung sederhana, ketika diberi pertanyaan 12 + 9 + 11 = klien menjawab 32. l. Kemampuan penilaian Klien masih mampu mengambil keputusan sederhana, dibantu orang lain. Contoh ketika diberi opsi minum obat dulu sebelum tidur atau tidur dulu sebelum minum obat, klien mengatakan minum obat dulu sebelum tidur. m. Daya tilik diri Klien mengakui dan sadar bahwa dirinya sedang sakit dan ingin segera sembuh.

G.

Kebutuhan Persiapan Pulang Selama di rumah sakit klien makan 3x sehari dengan komposisi nasi, sayur, lauk dan buah tetapi kadang dimakan kadang tidak. Pola buang air besar klien tidak teratur. Buang air kecil tidak mengalami masalah. Dalam buang air besar dan buang air kecil klien di kamar mandi / WC atas inisiatif sendiri, begitu juga membersihkan diri setelah buang air besar / buang air kecil. Klien mandi 2x sehari atas inisiatif sendiri. Selama di rumah sakit klien berpakaian rapi dan terlihat sesuai tubuhnya. Klien berpakaian sendiri dan ganti setiap hari. Klien mengalami gangguan tidur. Selama di rumah sakit penggunaan obat klien diatur oleh perawat, pemeriksaan kesehatan dilakukan setiap hari oleh perawat pula. Klien memiliki sistem pendukung yaitu keluarga dan perawat selama di rumah sakit.

2.

Mekanisme Koping Klien mengatakan jika ada masalah dipendam sendiri namun kadang cerita dengan suaminya.

3.

Masalah Psikososial dan Lingkungan Klien mengatakan jarang bergaul dengan tetangganya. Mengenai masalah perumahan, ia mengatakan tinggal di rumahnya sendiri.

4.

Pengetahuan Klien mengetahui dan sadar akan sakit yang dideritanya, namun klien kurang tahu mengenai obat-obatan karena kurang ada bimbingan dari perawat ruangan.

5.

Aspek Medik Therapi oral : Benadryl 25-50 mg Atarax 25-50 mg Diazepam 15 mg Halcion 0,125-0,25 mg

H.

ANALISA DATA Data Fokus Masalah Keperawatan Kecemasan berat

No 1. DS : -

Klien mengatakan sudah tidak cantik lagi dan merasa banyak kekurangan pada dirinya sehingga suaminya berpaling pada wanita lain.

Klien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya tetapi klien tidak ingin pulang ke rumahnya karena tidak ingin bertemu dengan suaminya.

Klien merasa minder dengan masyarakat sekitar karena sudah ditinggal selingkuh oleh suaminya.

Klien selalu memendam perasaannya ketika ada masalah .

DO : 2. Klien kurang kooperatif Nada bicara rendah ketika sedang berinteraksi dengan perawat Klien terlihat bingung dan gelisah Klien sering terlihat menyendiri di pojok ruangan Klien tidak mau bertemu dengan orang Panik laki-laki terutama suaminya DS : Klien mengatakan jarang bergaul dengan tetangganya Klien mengatakan ingin segera sembuh dari penyakitnya Klien mengatakan bahwa ia merasa tidak berharga lagi DO :

3.

Tidak pernah ada kontak mata saat berinteraksi Klien terlihat panik Klien tidak tampak dijenguk oleh Isolasi sosial : menarik diri

keluarganya DS : Klien mengatakan jarang ikut kegiatan masyarakat seperti arisan, PKK, dll Klien mengatakan jarang bergaul dengan tetangganya Klien mengatakan bergaul dengan orang tertentu saja / keluarganya saja DO : Klien berbicara lambat, nada rendah dan selalu menunduk. Klien sulit diajak berinteraksi

I.

DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN 1. Kecemasan berat 2. Panik 3. Isolasi sosial : menarik diri

J.

DIAGNOSA KEPERAWATAN Kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan. Panik berhubungan dengan penolakan keluarga (suami). Isolasi sosial : menarik diri berhubungan dengan harga diri rendah.

K.

RENCANA KEPERAWATAN : Ny. I : 27 : 04511 Perencanaan Tujuan Tujuan Umum: Kecemasan klien dapat berhubungan sosial dengan orang lain secara optimal Tujuan Khusus : Klien membina percaya

Nama Klien Ruang No. RM No Dx. 1

No

Diagnosa Keperawatan Kecemasan berat berhubungan perkawinan.

Kriteria Evaluasi 1.Ekspresi wajah bersahabat, menunjukkan

Intervensi

Ttd

1.Bina hubungan rasa saling percaya dengan

dengan konflik hilang dan klien

senang, ada kontak mengungkapkan mata, mau berjabat prinsip komunikasi tangan, mau salam, mau terapeutik. a.Sapa menjawab baik verbal maupun klien mau non verbal menyebutkan nama, klien dengan ramah

duduk berdampingan b.Perkenalkan diri mengutarakan dihadapi c.Tanyakan nama yang lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien d.Jelaskan tujuan pertemuan e.Jujur dan menepati janji f.Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya g.Beri perhatian kepada klien dan perhatikan kebutuhan dasar klien

dapat dengan perawat, mau dengan sopan

hubungan saling masalah

Tujuan Khusus 2 Klien dapat percaya kepada dapat mampu menceritakan semua masalahnya Tujuan Khusus 3 Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan dan kecemasan yang dihadapi Tujuan Khusus 4 Klien mampu menceritakan semua masalahnya Tujuan Khusus 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya tanpa stres

2.Klien mau bercerita 2.Eksplorasi perasaan semua masalahnya cemas klien, sebagai orang yang hangat, ,menjadi pendengar yang baik kepada perawat tanpa perlihatkan diri kecemasan dan menarik diri

perawat dank lien adanya tanda-tanda

3. Klien memahami dan mengerti penyebab kecemasannya

3.Bantu klien mengenali perasaan cemas dan menyadari nilainya

4. Klien mampu menjawab semua pertanyaan yang diberikan oleh perawat 5. Stres klien hilang

4.Melakukan komunikasi dengan teknik yang tepat dan dimulai dari topik yang ringan. 5.Bantu kilen respon terhadap stres.

berkurang atau hilang mengidentifikasi

L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN Nama Klien Ruang No. RM Tgl/ jam 13/04/ 11 11.15 No : Ny. I : 27 : 04511

Implementasi Keperawatan Dx 1 TUK 1 Membina hubungan saling percaya a. b. Menyapa dan memberi salam Memperkenalkan diri dengan menyebut nama lengkap, nama panggilan, alamat dan berjabat tangan c. Menanyakan nama lengkap klien, nama panggilan serta asal d. Menjelaskan tujuan pertemuan yaitu ingin membantu menyelesaikan masalah klien TUK 2 Klien dapat percaya kepada perawat dank lien dapat mampu menceritakan semua masalahnya a. b. Memualisasi TUK 2 Menanyakan pada klien positif yang dimiliki klien c. Memberikan

Evaluasi S: -Waalaikum salam nama saya Ny. I , saya berasal dari Bululawang, saya tidak bekerja -Klien menjawab pertanyaan perawat tapi tidak mau berjabat tangan Hobi saya memasak

TTD

O: -Klien tidak mau berjabat tangan dengan perawat -Klien terdiam tanpa ekspresi, jarang terjadi kontak mata, duduk berdampingan dengan pelan, klien sedikit menceritakan tentang

tentang kemampuan dan aspek perawat, nada bicara rendah/

reinforcement positif atas keberhasilan klien mengungkapkan segala kemampuan klien d. Menyampaikan kontrak waktu untuk pertemuan berikutnya

masalahnya -Klien kurang kooperatif saat bicara dengan perawat

A: -TUK 1 tercapai Klien mau menyebut nama lengkap, alamat serta hobi -TUK 2 sedikit tercapai Klien mau menceritakan sedikit masalahnya P: P : optimalkan TUK 2 Lanjutkan TUK 3 dan 4 K : katakan pada klien bahwa perawat ingin membantu klien dan ingin menjadi teman klien, katakan bahwa perawat siap kapan saja klien mau bercerita tentang masalah yang dihadapi, motivasi klien untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki, anjurkan untuk 14/04/ 11 09.10 TUK 3 Klien dapat menilai kemampuan yang digunakan dan kecemasan yang dihadapi a. Mengucapkan salam b. Mengajak klien untuk mengingat nama perawat S: -Klien mengatakan waalaikum salam -Klien mengatakan tadi malam tidak bisa tidur, makannya tidak habis, obatnya sudah

berbincang-bincang sesuai kontrak sebelumnya c. Mengingatkan kembali (identitas / nama perawat) d. Bertanya pada klien tentang kontrak hari ini e. Mendiskusikan kemampuan klien yang dapat dilakukan selama di rumah sakit atau di rumah TUK 4 Klien mampu menceritakan semua masalahnya a. Meminta klien untuk memilih kegiatan yang akan dilakukan di rumah sakit b. Memberi pujian atas keberhasilan klien c. Merencanakan kontrak yang akan datang d. Mencoba kegiatan yang dipilih

diminum -Klien mengatakan perasaannya lebih baik dari kemarin -Klien masih memilih untuk diam di dalam ruangan

O: -Klien mau menjawab salam -Klien sudah mau berjabat tangan dengan perawat -Klien hanya diam, kontak mata sudah ada meskipun jarang, duduk berdampingan dengan perawat, nada bicara rendah dan pelan -Klien mau mencoba pilihannya -Klien melakukan kegiatan kurang baik -Klien mulai kooperatif saat bicara dengan perawat A: TUK 3 tercapai Klien mau menilai kemampuan yang digunakan TUK 4 sedikit tercapai Klien dapat mencoba kegiatan yang dipilih tapi belum maksimal

P: P : optimalkan TUK 4 Lanjutkan TUK 5 K : katakan bahwa perawat siap kapanpun klien mau bercerita tentang masalah yang dihadapi, anjurkan klien untuk mengingat nama perawat, anjurkan klien membuat 15/04/ 11 09.30 TUK 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya tanpa stres a.Mengucapkan salam b.Mengajak klien untuk berbincang-bincang sesuai kontrak sebelumnya dengan klien c.Mengingatkan kembali identitas perawat d.Bertanya kepada klien tentang kontrak hari ini f.Mendiskusikan dengan klien kemampuan klien yang dapat dilakukan selama sakit atau di rumah g.Memberikan kertas jadwal kepada klien beserta bolpoinya h.Merencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai kemampuan jadwal kegiatan sehari-hari S: Waalaikum salam -Klien mengatakan suster Ani -Klien mengatakan akan mencuci gelas dan sendok setelah makan siang O: -Klien duduk, disamping perawat -Klien mau berjabat tangan -Klien ingat nama perawat -Klien mulai kooperatif -Klien membuat jadwal kegiatan bersama perawat A: TUK 5 Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi sakit dan kemampuannya tanpa stres TUK 5 terpenuhi P: P : optimalkan TUK 5 K : motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai

i.Mendiskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan penggunaannya

kondisi sakit dan kemampuannya tanpa stres

M. STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP) Masalah keperawatan 1. Proses Keperawatan a. Kondisi b. Diagnosa c. TUK : Klien mengatakan merasa tidak berharga lagi. : Kecemasan berat berhubungan dengan konflik perkawinan : 1. Membina hubungan saling percaya 2. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki. 2. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan ( SP ) a. Orientasi 1). Salam Terapeutik Assalamu'alaikum Ibu I, nama saya Ani Lestari, biasa dipanggil Ani. Saya pagi ini akan merawat Ibu I dari pukul 07.00-14.00 nanti. 2). Evaluasi /Validasi Apa yang terjadi di rumah sehingga Ibu I harus dibawa ke sini? 3). Kontrak Topik : Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan atau hobby atau hal-hal yang biasa Ibu I lakukan? Tempat : Dimana kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini saja? Waktu : Berapa lama kita akan bercakap-cakap? Bagaimana kalau 10 menit saja? b. Kerja Apa yang biasa Ibu I kerjakan dirumah? Sekarang yang biasa dilakukan di rumah? Apa yang ibu I senangi dari keluarga? Bagaimana dengan suami dan anak-anak? : Kecemasan

Bagaimana pula dengan tempat tinggalnya? Apa ada yang disenangi disana?

c. Terminasi a. Evaluasi Subyektif : Bagaimana perasaan Ibu I setelah kita bercakapcakap? b. Evaluasi Obyektif : Apa saja tadi kemampuan Ibu I ? (bagus sekali) Apa saja tadi yang disenangi dirumah? (bagus sekali)

c. Rencana Tindak Lanjut : Baiklah, waktu kita sudah habis, nanti coba Ibu I ingat lagi kemampuan yang belum disampaikan. d. Kontrak Topik : Besok kita akan melihat kemampuan Ibu I yang masih dapat dilakukan di rumah sakit. Tempat : Kira- kira dimana kita akan bicara? Bagaimana kalau di tempat ini saja? Waktu : Kira-kira besok jam 08.30 ya! Berapa lama kita akan berbincang-bincang? Bagaimana kalau 20 menit? Baiklah, silahkan Ibu I melanjutkan kegiatan, bila ada sesuatu yang ingin disampaikan saya ada diruang perawatan.

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan Anxietas adalah perasaan yang difius, yang sangat tidak menyenangkan, agak tidak menentu dan kabur tentang sesuatu yang akan terjadi. Perasaan ini disertai dengan suatu atau beberapa reaksi badaniah yang khas dan yang akan datang berulang bagi seseorang tertentu. Perasaan ini dapat berupa rasa kosong di perut, dada sesak, jantung berdebar, keringat berlebihan, sakit kepala atau rasa mau kencing atau buang air besan. Perasaan ini disertai dengan rasa ingin bergerak dan gelisah. 4.2 Saran Makalah ini disusun dengan menggunakan pedoman dari berbagai sumber dengan harapan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Makalah dapat bermanfaat lebih baik apabila pembaca juga menggunakan referensi yang lain sehingga pembaca mengetahui kelemahan dan kelebihan dari makalah ini dan makalah tersebut dapat menjadi salah satu acuan untuk mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien krisis dan kecemasan.

DAFTAR PUSTAKA
http://tamoy.com/list/kasus-askep-kecemasan-pada-pasien-jiwa http://www.asuhan-keperawatan.co.cc/2010/01/respon-cemas-dan-gangguankecemasan_04.html http://www.scribd.com/doc/34869031/STUDI-KASUS-Anak-Dengan-GangguanKecemasan http://mausehatdong.blogspot.com/2009/10/askep-cemas-dan-gangguankecemasan.html http://yuflihul.blogspot.com/2011/01/asuhan-keperawatan-pada-klien-jiwa.html

You might also like