You are on page 1of 13

TINJAUAN TEORI ASFIKSIA A. Konsep Dasar Asfiksia. 1.

Pengertian Asfiksia Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur, bayi dengan riwayat gawat janin sebelum lahir umumnya akan mengalami asfiksia (Syafrudin dkk, 2011). Asfiksia neonatorum adalah keadaan dimana bayi baru lahir, tidak dapat bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Kristiyanasari, 2009). Asfiksia berarti hipoksia yang progresif, penimbunan CO2 dan asidosis, bila proses ini berlangsung terlalu jauh akan mengakibatkan kerusakan otak atau kematian (Prawirohardjo, 2009). Yang dikatakan Asfiksia Sedang adalah bayi baru lahir dengan nilai APGAR skor 4-6 dengan keadaan fisik yang lemah, dan pernafasan tidak teratur selama 5 menit setelah lahir (Syafrudin dkk, 2011). 2. Etiologi Asfiksia janin atau neonatus akan terjadi jika terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan O2 dari ibu ke janin. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir (Syafrudin dkk, 2011).

a.

Pengolongan penyebab kegagalan pernafasan pada bayi terdiri dari. 1) Faktor ibu a) Hipoksia ibu Terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetika atau anastesia dalam. Hal ini akan menimbulkan hipoksia janin. b) Gangguan aliran darah uterus Menggurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan berkurangnya pengaliran aliran oksigen ke plasenta dan ke janin. c) Gangguan kontraksi uterus Misalnya hipertoni, hipotoni atau tetani uterus akibat penyakit atau obat. d) Hipotensi mendadak pada ibu karena perdarahan e) Preeklamsi dan eklamsi Terjadi spasme pembuluh darah arteriol menuju organ penting dalam tubuh dapat mengecilkan aliran darah menuju

retroplasenter sirkulasi menimbulkan gangguan pertukaran nutrisi, O2 dan CO2. (Syafrudin dkk, 2011). 2) Faktor plasenta Pertukaran gas antara ibu dan janin dipengaruhi oleh luas dan kondisi plasenta. Asfiksia janin akan terjadi apabila terdapat gangguan mendadak pada plasenta, misalnya solusio plasenta. Perdarahan plasenta dan lain lain (Syafrudin dkk, 2011).

3) Faktor fetus Kompresi umbilicus akan mengakibatkan terganggunya aliran darah dalam pembuluh darah umbilicus dan menghambat pertukaran gas antara ibu dan janin. Gangguan aliran darah ini dapat ditemukan pada keadaan : tali pusat menumbung, tali pusat melilit leher kompresi tali pusat antar janin dan jalan lahir dan lain lain (Syafrudin dkk, 2011). 4) Faktor Neonatus Depresi pusat pernafasan pada bayi baru lahir dapat terjadi karena : a) Pemakaian obat anastesi atau analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat menimbulkan depresi pusat pernafasan janin. b) Trauma yang terjadi pada persalinan, misalnya perdarahan intracranial, kelainan konginental pada bayi, misalnya hernia diafragmatika atresia/stenosis saluran pernafasan, hipoplasia paru dan lain lain c) Bayi prematur d) Persalinan sulit (Syafrudin dkk, 2011). 5) Faktor-faktor lain a) Umur ibu Umur berpengaruh terhadap proses reproduksi, dimana umur ideal untuk hamil yaitu 20-30 tahun, karena berdasarkan

penelitian 36,4% ibu pada usia 20-30 tahun berisiko rendah pada kehamilan, 26,3% risiko tinggi kehamilan terjadi pada ibu yang usia lebih dari 35 tahun. b) Paritas ibu (Syafrudin dkk, 2011). 3. Patofisiologi Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu,janin dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada asfiksia (Syafrudin dkk, 2011). Asfiksia yang terjadi dimulai dengan satu periode apnu (primary apnea) disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernapasan teratur. Pada penderita asfiksia berat usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnu ke dua (secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradi kardi dan penurunan tekanan darah pada sirkulasi peredaran darah bayi (Syafrudin dkk, 2011). 4. Manifestasi Klinis Atas dasar pengalaman klinis, asfiksia neonatorum dibagi dalam: a. Vigorous Baby (Asfiksi Ringan) skor APGAR antara 7-10, dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan istimewa b. Mild-Moderate Asphyxia (asfiksia sedang) skor APGAR antara 4-6 pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung lebih dari

100x/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada c. Asfiksia berat : skor APGAR antara 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit, tonus otot buruk, sianosis berat kadang-kadang pucat, reflek iritabilitas tidak ada. Asfiksia merupakan akibat dari hipoksi janin yang menimbulkan tanda: a. b. c. d. e. f. g. h. DJJ lebih dari 100x/menit kurang dari 100x/menit tidak teratur Mekonium dalam air ketuban pada janin letak kepala Apnea Pucat Sianosis Penurunan terhadap stimulus Tonus otot berkurang Bradikardi

Adapun tanda dan gejala asfiksia menurut Prawirohardjo (2009) antara lain : a. Apnu primer Pernapasan cepat, denyut nadi menurun dan tonus neuromuscular b. Apnu Sekunder Apabila asfiksia berlanjut, dengan gejala pernafasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun, bayi terlihat lemah (pasif), pernafasan makin lama makin lemah.

5.

Diagnosis Diagnosis gawat janin untuk dapat menyelamatkan dan demikian membatasi morbiditas serta mortalitas perinatal.Asfiksia yang terjadi pada bayi biasanya merupakan kelanjutan dari anoksia/hipoksia janin. Diagnosis anoksia/hipoksia janin dapat dibuat dalam perslinan dengan ditemukannya tanda-tanda gawat janin. Beberapa hal yang perlu diperhatikan menurut

Syafrudin dkk (2011) antara lain : a. Denyut Jantung Janin Frekuensi normal ialah antara 120 sampai 160 denyutan per menit selama his, frekuensi ini bisa turun, tetapi diluar his kembali lagi kepada keadaan semula. Peningkatan kecepatan denyut jantung umumnya tidak banyak artinya, akan tetapi apabila frekuensi turun sampai dibawah 100 kali permenit dan lebih-lebih jika tidak teratur, hal itu merupakan tanda bahaya. b. Mekonium dalam air ketuban Mekonium dalam persentase sungsang tidak ada artinya, akan tetapi pada persentase kepala mungkin menunjukan gangguan

oksigenisasi dan harus menimbulkan kewaspadaan. c. Pemeriksaan pH darah Janin Dengan menggunakan amnioskop yang dimasukan lewat servik dibuat sayatan kecil pada kulit kepala janin dan diambil contoh darah janin, pemeriksaan darah ini diperiksa untuk menilah pH. Adanya

asidosis menyebabkan turunya pH, apabila pH ini turun sampai dibawah nilai normal yaitu 7,35, maka kondisi tersebut dianggap berbahaya. Cara Penilaian dengan menggunakan system APGAR SCORE Syafrudin dkk (2011) yaitu : No 1 Tanda Appearance (Warna kulit) 0 Pucat 1 Badan merah, ekstremitas biru <100 Sedikit gerakan, mimik Ekstremitas dalam sedikit fleksi Lambat/tidak teratur 2 Seluruh tubuh kemerahmerahan >100 Batuk/bersin menurut

2 3

Pulse rate Tidak ada (Frekuensi nadi) Grimace Tidak ada (Reaksi rangsangan/refleks) Activity Tidak ada (Tonus otot) Tidak ada

Gerakan aktif

Respiration (Pernafasan) Jumlah Keterangan : a. Skor APGAR 7-10

Baik /menangis

Bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan istimewa b. Skor APGAR 4-6 Bayi dalam keadaan asfiksia sedang, pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung >100/menit, tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada. c. Skor APGAR 0-3 Bayi dalam keadaan asfiksisa berat, pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung <100/menit, tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang pucat, refleks iritabilitas tidak ada.

6.

Pentalaksanaan Klinis Tujuan utama mengatasi asfiksia ialah untuk mempertahankan kelangsungan hidup bayi dan membatasi gejala sisa (skule) yang mungkin timbul dikemudian hari (Syafrudin dkk, 2011). Pada asfiksia sedang ada pun tindakan yang dilakukan terbagi atas dua yaitu a. Tindakan Umum 1) Bersihkan jalan nafas : kepala bayi diletakan rendah agar lender mudah mengalir, bila perlu digunakan larinyoskop untuk membantu penghisapan lender dari saluran nafas yang lebih dalam. 2) Rangsangan refleks pernafasan : dilakukan setelah 20 detik bayi tidak memperlihatkan bernafas dengan cara memukul kedua telapak kaki menekan tanda achiles. 3) Mempertahankan suhu tubuh. b. Tindakan khusus Pasang relkiek pernafasan (hisap lender, rangsang nyeri) selama 30-60 detik, bila gagal lakukan pernafasan kodok (frog breathing) 1-2 menit yaitu kepala bayi ekstensi maksimal beri O2 1-2 1/menit melalui kateter dalam hidung. Buka tutup mulut dan hidung serta gerakkan dagu ke atas-bawah secara teratur 20x/menit (Syafrudin dkk, 2011).

TINJAUAN KASUS MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR DENGAN ASFIKSIA RINGAN

No. Reg Hari / Tanggal masuk RS Hari / Tanggal pengkajian I.

: : : Jam Masuk :

Jam Pengkajian :

PENGUMPULAN DATA A. Identitas/Biodata Nama pasien : Umur :

Jenis kelamin : Agama Anak ke Nama ibu Umur Agama : : : : : Nama suami : Umur Agama : :

Suku/bangsa : Pendidikan Pekerjaan Alamat B. Anamnesa Hari/Tanggal : 1. Keluhan utama : : :

Suku/bangsa : Pendidikan Pekerjaan Alamat : : :

2. 3.

Riwayat kesehatan sekarang Riwayat kesehatan ibu 3.1 3.2 3.3 3.4 3.5 3.6 3.7 3.8 Jantung Hipertensi Diabetes melitus Malaria Ginjal Asma Hepatitis :

: : : : : : : :

Riwayat operasi abdomen : :

4.

Riwayat kehamilan 5.1

Riwayat komplikasi kehamilan a. Perdarahan b. Preeklamsi/eklamsi c. Penyakit kelamin d. Lain-lain : : : :

5.2

Kebiasaan ibu waktu hamil a. Makanan b. Obat-obatan c. Jamu d. Merokok : : : : :

5.

Riwayat persalinan G P A

UK

: : : : : : : : : : : : : :

Tanggal/jam persalinan Jenis persalinan Komplikasi persalinan Lama persalinan 6. Riwayat natal Intake Eliminasi Miksi Aktivitas Istirahat Personal hygiene 7. Riwayat postnatal Tindakan setelah dilahirkan 8. Data Obyektif a. Keadaan umum BBL PB LD LK LILA A-S : : : : : : :

b. TTV Nadi RR Suhu C. Pemeriksaan Fisik Kepala Muka Mata Hidung Telinga Bibir Leher Dada Axilla Abdomen Punggung Genetalia Anus Ekstremitas atas : : : : : : : : : : : : : : : : :

Ekstremitas bawah : Integumen :

D. Refleks Refleks moro Refleks rooting Refleks walking Refleks babinski Refleks graping Refleks sucking Refleks tonic neck : : : : : : :

E. Pemeriksaan penunjang : II. III. IV. V. VI. VII. INTERPRESTASI DATA DASAR DIAGNOSA POTENSIAL TINDAKAN SEGERA INTERVENSI IMPLEMENTASI EVALUASI

You might also like