You are on page 1of 52

TUGAS PENJASORKES

KARYA TULIS

DISUSUN OLEH :

ANASTASIA EVIRA
XI IA 3

APRIL 2009
SMAN 2 PALANGKARAYA
KALIMANTAN TENGAH
TUGAS PENJASORKES
KARYA TULIS
DISUSUN OLEH :

ANASTASIA EVIRA
XI IA 3

APRIL 2009
SMAN 2 PALANGKARAYA
KALIMANTAN TENGAH
Dampak Seks Bebas
ii
Sampai saat ini masalah seksualitas selalu menjadi topik yang
menarik untuk dibicarakan. Hal ini dimungkinkan karena
permasalahan seksual telah menjadi suatu hal yang sangat
melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh
makhluk hidup, karena dengan seks makhluk hidup dapat terus
bertahan menjaga kelestarian keturunannya.
Meningkatnya minat remaja pada masalah seksual dan
sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja
berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari
sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya
hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari
orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan
dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh,
misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas
dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau
internet.

Memasuki milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua


dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan
mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap
gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah
seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang
terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan
masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan.

Remaja yang hamil di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll,


adalah contoh dari beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi
pada remaja sebagai akibat pemahaman yang keliru mengenai
seksualitas.

Dampak Seks Bebas


iii
Oleh karena itulah dalam karya tulis ini akan diuraikan
beberapa hal tentang : pendidikan seks ( yang mencakup
pengertian, tujuan serta pembahasan tentang pentingnya
pendidikan seks bagi remaja ), bahaya seks bebas, serta
menghindari seks bebas ( yang mencakup pencegahan
menurut agama serta pencegahan dalam keluarga ), yang
dirangkum dalam karya tulis ilmiah: ”DAMPAK SEKS BEBAS ”.

Dalam menyusun karya tulis ini, penulis sangat berterima kasih


kepada pelbagai sumber informasi dan data yang telah penulis
gunakan baik secara langsung maupun tidak langsung. Tentunya
yang utama adalah kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan berkat, pengetahuan, serta kemampuan bagi penulis.
Selain itu, penulis juga berterima kasih kepada keluarga, guru dan
teman-teman yang telah senantiasa memberikan dukungan dan
bantuannya yang sangat berarti dalam penulisan karya tulis ini.
Semoga karya tulis sederhana ini dapat memenuhi syarat
sebagai tugas dalam bidang ilmu pendidikan jasmani, olahraga dan
kesehatan ( PENJAS-ORKES ) serta dapat berguna, sebagai
pengetahuan dan dapat memberikan dukungan terhadap kemajuan
kesejahteraan masyarakat Indonesia.
Akhir kata, penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya
apabila ada kekurangan dalam karya tulis ini. Penulis juga
membuka kesempatan bagi kritik dan saran yang dapat
membangun dan mengembangkan karya tulis ini. Karena pada
hakikatnya ilmu pengetahuan akan terus menerus berkembang
sesuai dengan perkembangan zaman.

Palangkaraya, April 2009

Penulis

Dampak Seks Bebas


iv
Halaman Sampul Depan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . i
Halaman Sampul Dalam. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
Kata Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . iii
Daftar Isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . v

BAB I. PENDAHULUAN. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1

BAB II. PENDIDIKAN SEKS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4


1. Pengertian Pendidikan Seks. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 4
2. Tujuan Pendidikan Seks . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 11
3. Pendidikan Seks Penting Bagi Remaja. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 14

BAB III. BAHAYA SEKS BEBAS. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19

BAB IV. MENGHIDARI SEKS BEBAS . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21


1. Pencegahan Menurut Agama. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21
2. Pencegahan Seks Bebas Dalam Keluarga. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24

BAB V. KESIMPULAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 27

Sumber-Sumber Data dan Informasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31


A. Daftar Kepustakaan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31
B. Sumber Internet. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 31

Lampiran. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 32

Dampak Seks Bebas


v
Seks, bagi sebagian orang kata tersebut terdengar “menyeramkan”,
membicarakannya merupakan suatu hal yang tabu, apalagi mengaitkannya dengan
anak-anak. Sehingga menyebabkan banyak orang tidak tahu-menahu tentang
pendidikan seks. Berbeda dengan di negara-negara Barat, seks sudah diajarkan pada
saat anak-anak masih berusia remaja dan mereka tidak malu untuk bertanya pada
orang tuanya. Seks adalah sesuatu yang alamiah, merupakan suatu proses biologis
yang terjadi pada setiap mahluk hidup.
Apakah seks itu buruk pada hakekatnya? Tentu saja tidak. Sebagian
masyarakat percaya bahwa pendidikan seks harus diberikan di rumah. Adalah sangat
baik jika pengetahuan ini diajarkan oleh orang-tua sebagai pribadi yang terdekat
dengan anak-anak, dan jangan menunggu sampai anak sudah menjelang remaja atau
ABG.
Akhir-akhir ini tayangan berita kriminal di TV-TV Swasta banyak sekali
mengungkapkan kasus-kasus kejahatan seksual kepada anak-anak dibawah umur yang
dilakukan oleh orang-orang terdekatnya. Bahkan seringkali para pelaku bukanlah dari
kalangan orang berpendidikan, malah sebagian besar kasus-kasus yang dibuat di
berita itu adalah dari kalangan masyarakat bawah. Penting sekali bagi para orang-tua
untuk memberikan proteksi dan pengawasan kepada anak-anaknya.
Nafsu seks timbul dalam diri manusia mulai pada usia puber (balig). Oleh sebab
itu, seseorang sejak usia kanak-kanak harus diberi pendidikan seks agar ia tidak
merasa bingung dan tersesat ketika menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi
dalam dirinya, baik perubahan fisik maupun kejiwaan. Tentu saja, pendidikan seks
yang diberikan harus sesuai dengan tingkatan umur dan sosialisasi si anak, dan terus
ditingkatkan seiring berjalannya waktu menuju kedewasaannya.
Seorang anak perlu mengetahui organ-organ tertentu dari tubuhnya yang tidak
boleh disentuh sembarangan oleh orang lain. Ancaman pelecehan seksual menjadi
alasan mengapa persiapan menghadapi masa remaja menjadi tanggung jawab orang tua
dan keluarga.
Belakangan ini marak beredarnya VCD dan gambar porno di dalam masyarakat
kita. Banyaknya beredar VCD dan gambar porno tersebut dapat membahayakan
kehidupan masyarakat, terutama para remaja. Karena semua itu bisa menyebabkan
terjadinya penyimpangan seksual.
Dampak Seks Bebas
1
Orang tua harus lebih teliti dalam menjaga dan mendidik anak-anak agar anak-
anak tidak melakukan hal-hal di luar sepengetahuannya. Kita harus menanamkan ilmu
dan iman kepada anak-anak.
Ilmu yang utama kita berikan kepada anak-anak adalah ilmu agama. Bila tidak,
anak-anak terutama anak perempuan, akan selalu terancam oleh tindakan dan perilaku
masyarakat. Karena perempuan selalu dianggap lemah.
Pemahaman banyak orang bahwa perempuan lemah, membuat perempuan selalu
diposisikan menjadi objek nafsu kaum laki-laki. Sebenarnya benarkah pandangan
orang bahwa kaum perempuan adalah kaum yang lemah dan sepatutnya dihargai dan
dihormati? Bila tidak, mengapa di zaman sekarang ini harkat dan martabat perempuan
terlalu rendah di mata laki-laki ? Seperti yang kita lihat kebanyakan di kota-kota
kecil maupun kota-kota besar, perempuan dijadikan pemuas nafsu sex laki-laki hidung
belang. Dan juga yang sedihnya lagi, banyak sekali terjadinya pemerkosaan dan
pelecehan seksual pada para anak-anak perempuan dan juga para remaja di bawah
umur. Apakah kita akan terus berdiam diri sambil mendengar dan melihat tanpa harus
berbuat sesuatu? Bila hal ini terjadi pada diri kita, apa yang akan kita lakukan?
Tentunya kita harus mengambil langkah dan mencari jalan keluarnya. Misalnya,
ketika zaman semakin modern dan peredaran VCD serta gambar-gambar porno
semakin bebas dijual dipasaran. Kita sebagai orang yang lebih dewasa harus bisa
memberikan pengertian yang baik kepada anak-anak dan para remaja. Disinilah kita
bisa memberikan pendidikan seks bagi usia mereka. Jangan sampai VCD dan gambar
porno mengganggu perkembangan psikologis mereka.
Terus terang, sebenarnya kita sebagai bagian dari masyarakat sangat resah
terhadap maraknya peredaran barang-barang tersebut. Kita mengharapkan kepada
pemerintah agar lebih ketat dalam menyeleksi barang-barang yang masuk ke
Indonesia. Jangan biarkan anak-anak dibawah umur dapat dengan mudah membeli
barang tersebut.
Keresahan ini sangat beralasan karena penulis pernah mendengar dan melihat
langsung bagaimana penyimpangan dan pelecehan seksual terjadi di kalangan anak-
anak dan remaja. Menghindari pemerkosaan dan pelecehan seksual Apa yang harus
kita lakukan untuk menghindari tindak perkosaan dan pelecehan seksual di dalam
masyarakat kita? Banyak cara yang bisa dilakukan.
Menurut penulis, ada beberapa hal yang harus kita lakukan. Yang pertama
adalah memainkan peran orang tua dalam keluarga. Dalam keluarga, orang tualah yang
sangat berperan penting dalam menjaga dan mendidik anak-anak tentang ilmu agama,
moral dan akhlak. Dan juga orang tua perlu memberi pengarahan kepada anak-anaknya
tentang seks. Agar bila mereka dewasa tidak menjadi hal yang tabu. Mereka juga
perlu tahu betapa pentingnya mereka untuk mempelajarinya.
Hal yang kedua adalah memperhatikan dan peka terhadap lingkungan.
Lingkungan sangat berpengaruh kepada perkembangan mental anak dibawah umur. Di
dalam kehidupan bermasyarakat kita, pendidikan tentang seks itu sangat minim maka
dapat membuat masyarakat kadang kala salah mengartikan.

Dampak Seks Bebas


2
Maka dari itu kita mengharapkan pemerintah mau merespon dan
memperhatikan keselamatan jiwa perempuan yang ada di pelosok negeri. Hal-hal yang
berbau porno seperti VCD, Poster dan sebagainya dapat dapat dikontrol bahkan
dilarang peredarannya. Semua itu dapat merugikan perempuan dan anak-anak kita.
Semua tindakan yang melecehkan perempuan harus kita hindari. Lihat saja bagaimana
tabunya masyarakat kita dalam mengartikan seks sebagai pemuas nafsu belaka, mulai
dari golongan atas sampai bawah.
Kiranya, pendidikan seks bagi remaja memang sangat diperlukan, untuk
memberikan kesadaran kepada remaja akan pentingnya menjaga hak reproduksinya.
Maka dari itu kita mengharapkan agar pendidikan seks kepada anak-anak dan remaja
baik laki-laki maupun perempuan bisa diajarkan dengan tepat pula.
Dampak Seks Bebas
3

1. PENGERTIAN PENDIDIKAN SEKS

Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang


anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin, dan
sebagainya. Pendidikan seks bisa juga diartikan sebagai sex play
yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa. Adapun
pengertian pendidikan seks yang akan dijelaskan dalam bab ini
adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti
tentang arti, fungsi, dan tujuan seks, sehingga ia dapat
menyalurkannya secara baik, benar, dan legal.
Pendidikan seks mempunyai ruang pembahasan yang luas
dan kompleks. Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan
seks dalam arti heterosexual ( seseorang yang mempunyai
keinginan seks hanya pada lawan jenisnya ), dan bukan semata-
mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga
meliputi psikologi, sosio-kultural, agama, dan kesehatan.
Dalam pendidikan seks dapat dibedakan antara sex
instruction dan education in sexuality. Sex instruction ialah
penerangan mengenai anatomi, seperti pertumbuhan rambut pada
ketiak dan sekitar alat kelamin, dan mengenai biologi dari
reproduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan
kelamin untuk mempertahankan jenisnya. Termasuk di dalamnya
pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi dalam mencegah
terjadinya kehamilan.
Adapun education ini sexuality meliputi bidang-bidang etika,
moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang
dibutuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri
sebagai individual seksual, serta mengadakan hubungan
interpersonal yang baik. Sex instruction tanpa education in
sexuality dapat menyebabkan promiscuity ( pergaulan dengan
siapa saja ) serta hubungan-hubungan seks yang menyimpang.

Dampak Seks Bebas


4

Karakteristik Seksual Remaja

Pengertian seksual secara umum adalah sesuatu yang


berkaitan dengan alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan
dengan perkara-perkara hubungan intim antara laki-laki dengan
perempuan. Karakter seksual masing-masing jenis kelamin
memiliki spesifikasi yang berbeda hal ini seperti yang pendapat
berikut ini : Sexual characteristics are divided into two types.
Primary sexual characteristics are directly related to reproduction
and include the sex organs (genitalia). Secondary sexual
characteristics are attributes other than the sex organs that
generally distinguish one sex from the other but are not essential
to reproduction, such as the larger breasts characteristic of women
and the facial hair and deeper voices characteristic of men
(Microsoft Encarta Encyclopedia 2002).

Pendapat tersebut seiring dengan pendapat Hurlock (1991),


seorang ahli psikologi perkembangan, yang mengemukakan tanda-
tanda kelamin sekunder yang penting pada laki-laki dan
perempuan. Menurut Hurlock, pada remaja putra : tumbuh rambut
kemaluan, kulit menjadi kasar, otot bertambah besar dan kuat,
suara membesar dan lain,lain. Sedangkan pada remaja putri :
pinggul melebar, payudara mulai tumbuh, tumbuh rambut
kemaluan, mulai mengalami haid, dan lain-lain.
Seiring dengan pertumbuhan primer dan sekunder pada
remaja ke arah kematangan yang sempurna, muncul juga hasrat
dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal
tersebut merupakan suatu yang wajar karena secara alamiah
dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan
kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pengembangbiakan
dan mempertahankan keturunan.

Perilaku Seksual

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong


oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenis maupun sesama jenis.
Bentuk-bentuk tingkah laku ini dapat beraneka ragam, mulai dari
perasaan tertarik hingga tingkah laku berkencan, bercumbu dan
senggama. Obyek seksual dapat berupa orang, baik sejenis
maupun lawan jenis, orang dalam khayalan atau diri sendiri.
Sebagian tingkah laku ini memang tidak memiliki dampak,
terutama bila tidak menimbulkan dampak fisik bagi orang yang
bersangkutan atau lingkungan sosial. Tetapi sebagian perilaku
seksual (yang dilakukan sebelum waktunya) justru dapat memiliki
dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah,
depresi, marah, dan agresi.

Sementara akibat psikososial yang timbul akibat perilaku


seksual antara lain adalah ketegangan mental dan kebingungan
akan peran sosial yang tiba-tiba berubah, misalnya pada kasus
remaja yang hamil di luar nikah. Belum lagi tekanan dari
masyarakat yang mencela dan menolak keadaan tersebut.

Dampak Seks Bebas


5

Selain itu resiko yang lain adalah terganggunya kesehatan


yang bersangkutan, resiko kelainan janin dan tingkat kematian bayi
yang tinggi. Disamping itu tingkat putus sekolah remaja hamil juga
sangat tinggi, hal ini disebabkan rasa malu remaja dan penolakan
sekolah menerima kenyataan adanya murid yang hamil diluar
nikah. Masalah ekonomi juga akan membuat permasalahan ini
menjadi semakin rumit dan kompleks.
Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum saatnya
untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain
dikenal sebagai :

Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa


manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan
hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan yang seringkali
menimbulkan goncangan pribadi dan emosi.
Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan
seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan
sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan
untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual.
Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan dorongan
seksual yang pada dasarnya menunjukan tidak berhasilnya
seseorang dalam mengendalikannya atau kegagalan untuk
mengalihkan dorongan tersebut ke kegiatan lain yang
sebenarnya masih dapat dikerjakan.

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual


selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila tidak ada
penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus dilakukan usaha
untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal
tersebut.
Adapun faktor-faktor yang dianggap berperan dalam
munculnya permasalahan seksual pada remaja, menurut Sarlito W.
Sarwono (Psikologi Remaja,1994) adalah sebagai berikut :

Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat


seksual remaja. Peningkatan hormon ini menyebabkan remaja
membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku tertentu
Penyaluran tersebut tidak dapat segera dilakukan karena
adanya penundaan usia perkawinan, baik secara hukum oleh
karena adanya undang-undang tentang perkawinan, maupun
karena norma sosial yang semakin lama semakin menuntut
persyaratan yang terus meningkat untuk perkawinan
(pendidikan, pekerjaan, persiapan mental dan lain-lain)
Norma-norma agama yang berlaku, dimana seseorang dilarang
untuk melakukan hubungan seksual sebelum menikah. Untuk
remaja yang tidak dapat menahan diri memiliki kecenderungan
untuk melanggar hal-hal tersebut.

Dampak Seks Bebas


6

Kecenderungan pelanggaran makin meningkat karena adanya


penyebaran informasi dan rangsangan melalui media masa yang
dengan teknologi yang canggih (cth: VCD, buku stensilan, Photo,
majalah, internet, dan lain-lain) menjadi tidak terbendung lagi.
Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan ingin
mencoba, akan meniru apa dilihat atau didengar dari media
massa, karena pada umumnya mereka belum pernah
mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
Orangtua sendiri, baik karena ketidaktahuannya maupun karena
sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks
dengan anak, menjadikan mereka tidak terbuka pada anak,
bahkan cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah
ini.
Adanya kecenderungan yang makin bebas antara pria dan
wanita dalam masyarakat, sebagai akibat berkembangnya peran
dan pendidikan wanita, sehingga kedudukan wanita semakin
sejajar dengan pria.

Pendidikan Seksual

Menurut Sarlito dalam bukunya Psikologi Remaja (1994),


secara umum pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai
persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, yang meliputi
proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah
laku seksual, hubungan seksual, dan aspek-aspek kesehatan,
kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang
diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku
di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang dilazimkan dan
bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang
berlaku di masyarakat.

Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau


pendidikan yang dapat menolong muda-mudi untuk menghadapi
masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan
demikian pendidikan seksual ini bermaksud untuk menerangkan
segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam
bentuk yang wajar.
Menurut Singgih, D. Gunarsa, penyampaian materi pendidikan
seksual ini seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai
bertanya tentang perbedaan kelamin antara dirinya dan orang lain,
berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan
dan umur anak serta daya tangkap anak ( dalam Psikologi praktis,
anak, remaja dan keluarga, 1991). Dalam hal ini pendidikan
seksual idealnya diberikan pertama kali oleh orangtua di rumah,
mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orangtuanya
sendiri.
Tetapi sayangnya di Indonesia tidak semua orangtua mau
terbuka terhadap anak di dalam membicarakan permasalahan
seksual.
Dampak Seks Bebas
7

Selain itu tingkat sosial ekonomi maupun tingkat pendidikan


yang heterogen di Indonesia menyebabkan ada orang tua yang
mau dan mampu memberikan penerangan tentang seks tetapi
lebih banyak yang tidak mampu dan tidak memahami
permasalahan tersebut. Dalam hal ini maka sebenarnya peran
dunia pendidikan sangatlah besar.
Untuk memberikan Pendidikan Sesual ada baiknya kita
memahami dahulu beberapa perbedaan antara Laki-laki dan
Perempuan sebagai berikut :

PERBEDAAN BIOLOGIS LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN

� Perbedaan faktor genetis (khromosom X,Y), bio-kimia, anatomi


seks laki-laki
dan perempuan menyebabkan perbedaan pada penampilan
fisik.
� Perbedaan fisik tersebut sangat jelas dalam perbedaan peranan
mereka dalam “reproduksi”. Dengan demikian masyarakat
mengharapkan perilaku yang berbeda pada pria dan
perempuan.
� Perbedaan hormon androgen (yg sangat tinggi pada laki-laki)
mempengaruhi fungsi otak, yg menyebabkan anak laki-laki lebih
agresif, lebih aktif, mempengaruhi pembentukan otot yang lebih
kuat (lebih aktif dalam kegiatan olah raga, misalnya).

PERBEDAAN SOSIAL ANAK LELAKI DAN PEREMPUAN :

� Sosialisasi dan pengalaman sosial mempengaruhi


perkembangan gender seseorang (anak lelaki
mengidentifikasi dirinya dengan ayahnya, dan anak
perempuan mengidentifikasi diri dengan ibunya).

� Semenjak balita, dengan sendirinya anak lelaki menjadi lebih


kelaki-lakian, dan anak wanita menjadi kewanitaan, sekalipun
ayah dan ibu mereka tidak bersama dengan mereka. Sebagai
contoh anak lelaki lebih cenderung suka bermain bola dan
anak perempuan lebih suka bermain boneka.

SOSIALISASI GENDER:
Seorang anak secara naluri dengan segera mengerti dia ada
dikelompok gender yang mana, dan ini akan dikuatkan dengan hal-
hal sebagai berikut :
Orang tua sering mendidik anaknya untuk berlaku sesuai
dengan gender mereka. Seorang ibu sering menggunakan “pujian”
atau “hukuman” untuk mengajar putrinya menjadi lebih feminim.
Misalnya, “Rachel, kau akan terlihat lebih manis kalau memakai
pita rambutmu” dan kepada anak laki-lakinya, “Michael, anak lelaki
sebesar kamu tidak boleh cengeng”.

Dampak Seks Bebas


8
Teman-teman sebaya juga sudah mulai 15osialisasi sesuai
dengan gendernya. Anak-anak mengelompok sesuai jenis
kelaminnya. Anak laki-laki bermain dengan anak lelaki, anak
perempuan bermain dengan anak perempuan. Menurut hasil
penelitian Eleanor Maccoby (1997) teman sebaya memainkan
peranan penting dalam sosialisasi perilaku gender.
Mereka mengajar satu sama lain apa perilaku yang dapat
diterima oleh gendernya dan apa perilaku yang tidak dapat
ditolerir.
Seorang anak akan melihat dunia sekitarnya, masyarakat
sekitarnya, yang memberikan pengertian perbedaan gender laki-
laki dan perempuan. Televisi juga berperan dalam
15osialisasi151515kan peranan gender. Misalnya dalam tayangan-
tayangan khusus yang memperlihatkan peranan wanita dan lelaki.

TOKOH PENDIDIK :

Banyak sekali anak-anak kita mendapat pengetahuan seks


bukan dari orang tua melainkan dari sumber lain (teman, buku,
majalah, TV, film, internet) dan hal itu akan menyebabkan
kekurang-tahuan, yang menyebabkan penerapan pengetahuan
tersebut tidak pada tempatnya.
Ketika seorang anak mendapat pengetahuan seks yang tidak
sesuai dengan daya pikirnya saat itu, akan menyebabkan seorang
anak menjadi penasaran dan ingin mencobanya walaupun tahu
belum waktunya. Maka dari itu orang-tua akan lebih cocok untuk
mengajarkan nilai-nilai moral mengenai seksualitas dan aktifitas
seksual kepada anak-anak mereka.
Dalam membicarakan masalah seksual, sifatnya sangatlah
pribadi dan membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati
ke hati antara orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah
diciptakan antara ibu dengan anak perempuannya atau bapak
dengan anak laki-lakinya, sekalipun tidak ditutup kemungkinan
dapat terwujud bila dilakukan antara ibu dengan anak laki-lakinya
atau bapak dengan anak perempuannya. Kemudian usahakan
jangan sampai muncul keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari
mana, kekakuan, kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.
Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan
ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya
pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan anak. Pengajaran seks yang lebih detail
sebaiknya diberikan pada saat anak menjelang remaja dimana saat
itu mulai terjadi proses kematangan baik fisik, maupun mentalnya
mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.

Dampak Seks Bebas


9

METODE :

Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan seksual,


seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995) berikut ini,
mungkin patut anda perhatikan:

� Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan


terlihat ragu-ragu atau malu.
� Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan
menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak
tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau
simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-
tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
� Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak.
Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun belum perlu menerangkan
secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan dalam
hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh aspek
kepribadiannya memang belum mencapai tahap kematangan
untuk dapat menyerap uraian yang mendalam mengenai
masalah tersebut.
� Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas
sempitnya
pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap
perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan
pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan
dengan keadaan khusus anak.
� Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan
melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang
(17osialisas) selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa
jauh sesuatu pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga
perlu untuk mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa
yang telah diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari
pengetahuannya.

Dampak Seks Bebas


10

2. TUJUAN PENDIDIKAN SEKS

Tujuan pendidikan seks secara umum, sesuai dengan


kesepakatan internasional “ Conference of Sex Education and
Family Planning “ pada 1962, adalah : “ Untuk menghasilkan
manusia-manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan
yang bahagia, karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat
dan lingkungannya, serta bertanggung jawab terhadap dirinya dan
terhadap orang lain “.
Tujuan utamanya adalah untuk melahirkan individu-individu
yang senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan
lingkungannya, serta bertanggung jawab, baik terhadap dirinya
maupun orang lain. Adapun tujuan akhir pendidikan seks adalah
pencegahan kehamilan di luar perkawinan.
Tujuan pendidikan seks dapat dirinci sebagai berikut :
a. Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara
pria dan wanita dalam keluarga, pekerjaan, dan seluruh
kehidupan, yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap
masyarakat dan kebudayaan.
b. Membentuk pengertian tentang peranan seks di dalam
kehidupan manusia dan keluarga; hubungan seks dan
cinta, perasaan seks dalam perkawinan dan sebagainya.
c. Mengembangkan pengertian diri sendiri sehubungan
dengan fungsi dan kebutuhan seks. Jadi pendidikan seks
dalam arti sempit ( in context ) adalah pendidikan
mengenai seksualitas manusia.
d. Membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian,
sehingga mampu mengambil keputusan yang
bertanggung jawab, misalnya memilih jodoh, hidup
berkeluarga atau tidak, perceraian, kesusilaan dalam
seks, dan lain-lain.

Tujuan Pendidikan Seksual

Pendidikan seksual selain menerangkan tentang aspek-aspek


anatomis dan biologis juga menerangkan tentang aspek-aspek
psikologis dan moral. Pendidikan seksual yang benar harus
memasukkan unsur-unsur hak asasi manusia. Juga nilai-nilai kultur
dan agama diikutsertakan sehingga akan merupakan pendidikan
akhlak dan moral juga.

Menurut Kartono Mohamad pendidikan seksual yang baik


mempunyai tujuan membina keluarga dan menjadi orang tua yang
bertanggungjawab (dalam Diskusi Panel Islam Dan Pendidikan Seks
Bagi Remaja, 1991). Beberapa ahli mengatakan pendidikan seksual
yang baik harus dilengkapi dengan pendidikan etika, pendidikan
tentang hubungan antar sesama manusia baik dalam hubungan
keluarga maupun di dalam masyarakat.

Dampak Seks Bebas


11

Juga dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah


bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba
hubungan seksual antara remaja, tetapi ingin menyiapkan agar
remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila
dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat
serta kesiapan mental dan material seseorang. Selain itu
pendidikan seksual juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan
dan mendidik anak agar berperilaku yang baik dalam hal seksual,
sesuai dengan norma agama, sosial dan kesusilaan (Tirto Husodo,
Seksualitet dalam mengenal dunia remaja, 1987)
Penjabaran tujuan pendidikan seksual dengan lebih lengkap
sebagai berikut :

• Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan


fisik, mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan
dengan masalah seksual pada remaja.
• Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan
perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan
tanggungjawab)
• Membentuk sikap dan memberikan pengertian terhadap seks
dalam semua manifestasi yang bervariasi
• Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia dapat
membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan
keluarga.
• Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai moral yang
esensial untuk memberikan dasar yang rasional dalam membuat
keputusan berhubungan dengan perilaku seksual.
• Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan
penyimpangan seksual agar individu dapat menjaga diri dan
melawan eksploitasi yang dapat mengganggu kesehatan fisik
dan mentalnya.
• Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang
tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.
• Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat
individu melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif
dalam berbagai peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang
tua, anggota masyarakat.

Jadi tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk


suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan
membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat
dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksualnya. Hal ini
dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu suatu yang
menjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang
merupakan anugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk
kelanggengan kehidupan manusia, dan supaya anak-anak itu bisa
belajar menghargai kemampuan seksualnya dan hanya
menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik)
dan pada waktu yang tertentu saja.

Dampak Seks Bebas


12

Beberapa Kiat
Para ahli berpendapat bahwa pendidik yang terbaik adalah
orang tua dari anak itu sendiri. Pendidikan yang diberikan
termasuk dalam pendidikan seksual. Dalam membicarakan
masalah seksual adalah yang sifatnya sangat pribadi dan
membutuhkan suasana yang akrab, terbuka dari hati ke hati antara
orang tua dan anak. Hal ini akan lebih mudah diciptakan antara ibu
dengan anak perempuannya atau bapak dengan anak laki-lakinya,
sekalipun tidak ditutup kemungkinan dapat terwujud bila dilakukan
antara ibu dengan anak laki-lakinya atau bapak dengan anak
perempuannya. Kemudian usahakan jangan sampai muncul
keluhan seperti tidak tahu harus mulai dari mana, kekakuan,
kebingungan dan kehabisan bahan pembicaraan.

Dalam memberikan pendidikan seks pada anak jangan


ditunggu sampai anak bertanya mengenai seks. Sebaiknya
pendidikan seks diberikan dengan terencana, sesuai dengan
keadaan dan kebutuhan anak. Sebaiknya pada saat anak
menjelang remaja dimana proses kematangan baik fisik, maupun
mentalnya mulai timbul dan berkembang kearah kedewasaan.
Beberapa hal penting dalam memberikan pendidikan
seksual, seperti yang diuraikan oleh Singgih D. Gunarsa (1995)
berikut ini, mungkin patut anda perhatikan:
• Cara menyampaikannya harus wajar dan sederhana, jangan
terlihat ragu-ragu atau malu.
• Isi uraian yang disampaikan harus obyektif, namun jangan
menerangkan yang tidak-tidak, seolah-olah bertujuan agar anak
tidak akan bertanya lagi, boleh mempergunakan contoh atau
simbol seperti misalnya : proses pembuahan pada tumbuh-
tumbuhan, sejauh diperhatikan bahwa uraiannya tetap rasional.
• Dangkal atau mendalamnya isi uraiannya harus disesuaikan
dengan kebutuhan dan dengan tahap perkembangan anak.
Terhadap anak umur 9 atau 10 tahun t belum perlu
menerangkan secara lengkap mengenai perilaku atau tindakan
dalam hubungan kelamin, karena perkembangan dari seluruh
aspek kepribadiannya memang belum mencapai tahap
kematangan untuk dapat menyerap uraian yang mendalam
mengenai masalah tersebut.
• Pendidikan seksual harus diberikan secara pribadi, karena luas
sempitnya pengetahuan dengan cepat lambatnya tahap-tahap
perkembangan tidak sama buat setiap anak. Dengan
pendekatan pribadi maka cara dan isi uraian dapat disesuaikan
dengan keadaan khusus anak.

Pada akhirnya perlu diperhatikan bahwa usahakan


melaksanakan pendidikan seksual perlu diulang-ulang (repetitif)
selain itu juga perlu untuk mengetahui seberapa jauh sesuatu
pengertian baru dapat diserap oleh anak, juga perlu untuk
mengingatkan dan memperkuat (reinforcement) apa yang telah
diketahui agar benar-benar menjadi bagian dari pengetahuannya.
Dampak Seks Bebas
13
3. Pendidikan Seks Penting Bagi Remaja

Masih banyak yang belum memahami seks dengan baik dan


benar. Hal ini disebabkan norma dan nilai dalam masyarakat kita
menganggap pendidikan seks masih tabu untuk dibicarakan secara
terbuka dan hanya merupakan masalah orang dewasa. Pandangan
demikian mengandung banyak kebenarannya terutama pada masa
lampau, ketika informasi tentang seks masih sangat terbatas.
Namun, saat ini informasi tentang seks lebih mudah diperoleh dan
sangat banyak. Maka usaha untuk memberikan informasi yang
benar perlu diberikan terutama kepada para remaja.
Kini, kemajuan di bidang teknologi informasi telah mengubah
struktur dan pandangan hidup masyarakat kita. Dampak negatif
dari kemajuan tersebut adalah pergeseran nilai dan moral yang
terjadi di masyarakat. Sesuatu yang dahulu dianggap tabu, kini
menjadi lazim dan begitu sebaliknya.
Salah satu pergeseran moral ialah nilai moral seksual
terutama di kalangan remaja. Nilai moral seksual yang dulu
dianggap tabu dan bertentangan dengan moral agama, tidak
demikian lagi oleh sebagian kaum remaja. Dengan demikian
memberikan bimbingan dan penerangan seks kepada para remaja
merupakan suatu yang sangat penting dan perlu.
Alasan pendidikan seks sangat penting diajarkan kepada para
remaja adalah :
a. Dapat mencegah penyimpangan dan kelainan
seksual.
b. Dapat memelihara tegaknya nilai-nilai moral.
c. Dapat mengatasi gangguan psikis.
d. Dapat memberi pengetahuan dalam menghadapi
perkembangan anak.
Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual
sangat penting dalam pembentukan hubungan baru yang lebih
matang dengan lawan jenis. Padahal pada masa remaja informasi
tentang masalah seksual sudah seharusnya mulai diberikan, agar
remaja tidak mencari informasi dari orang lain atau dari sumber-
sumber yang tidak jelas atau bahkan keliru sama sekali. Pemberian
informasi masalah seksual menjadi penting terlebih lagi mengingat
remaja berada dalam potensi seksual yang aktif, karena berkaitan
dengan dorongan seksual yang dipengaruhi hormon dan sering
tidak memiliki informasi yang cukup mengenai aktivitas seksual
mereka sendiri (Handbook of Adolecent psychology, 1980). Tentu
saja hal tersebut akan sangat berbahaya bagi perkembangan jiwa
remaja bila ia tidak memiliki pengetahuan dan informasi yang
tepat. Fakta menunjukkan bahwa sebagian besar remaja kita tidak
mengetahui dampak dari perilaku seksual yang mereka lakukan,
seringkali remaja sangat tidak matang untuk melakukan hubungan
seksual terlebih lagi jika harus menanggung resiko dari hubungan
seksual tersebut.

Dampak Seks Bebas


14
Karena meningkatnya minat remaja pada masalah seksual
dan sedang berada dalam potensi seksual yang aktif, maka remaja
berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut. Dari
sumber informasi yang berhasil mereka dapatkan, pada umumnya
hanya sedikit remaja yang mendapatkan seluk beluk seksual dari
orang tuanya. Oleh karena itu remaja mencari atau mendapatkan
dari berbagai sumber informasi yang mungkin dapat diperoleh,
misalnya seperti di sekolah atau perguruan tinggi, membahas
dengan teman-teman, buku-buku tentang seks, media massa atau
internet.

Memasuki Milenium baru ini sudah selayaknya bila orang tua


dan kaum pendidik bersikap lebih tanggap dalam menjaga dan
mendidik anak dan remaja agar ekstra berhati-hati terhadap
gejala-gejala sosial, terutama yang berkaitan dengan masalah
seksual, yang berlangsung saat ini. Seiring perkembangan yang
terjadi sudah saatnya pemberian penerangan dan pengetahuan
masalah seksualitas pada anak dan remaja ditingkatkan.
Pandangan sebagian besar masyarakat yang menganggap
seksualitas merupakan suatu hal yang alamiah, yang nantinya
akan diketahui dengan sendirinya setelah mereka menikah
sehingga dianggap suatu hal tabu untuk dibicarakan secara
terbuka, nampaknya secara perlahan-lahan harus diubah. Sudah
saatnya pandangan semacam ini harus diluruskan agar tidak
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan membahayakan bagi anak
dan remaja sebagai generasi penerus bangsa. Remaja yang hamil
di luar nikah, aborsi, penyakit kelamin, dll, adalah contoh dari
beberapa kenyataan pahit yang sering terjadi pada remaja sebagai
akibat pemahaman yang keliru mengenai seksualitas.

Pentingnya SeX Education

Pendidikan seks atau pendidikan mengenai kesehatan


reproduksi atau yang lebih trend-nya sex education sudah
seharusnya diberikan kepada anak-anak yang sudah beranjak
dewasa atau remaja, baik melalui pendidikan formal maupun
informal. Ini penting untuk mencegah biasnya pendidikan seks
maupun pengetahuan tentang kesehatan reproduksi di kalangan
remaja. Berdasarkan kesepakatan internasional di Kairo 1994 (The
Cairo Consensus) tentang kesehatan reproduksi yang berhasil
ditandatangani oleh 184 negara termasuk Indonesia, diputuskan
tentang perlunya pendidikan seks bagi para remaja. Dalam salah
satu butir 24osialisa tersebut ditekankan tentang upaya untuk
mengusahakan dan merumuskan perawatan kesehatan seksual
dan reproduksi serta menyediakan informasi yang komprehensif
termasuk bagi para remaja.

Dampak Seks Bebas


15
Sementara meninjau berbagai fenomena yang terjadi di
Indonesia, agaknya masih timbul pro kontra di masyarakat,
lantaran adanya anggapan bahwa membicarakan seks adalah hal
yang tabu dan pendidikan seks akan mendorong remaja untuk
berhubungan seks. Sebagian besar masyarakat masih
berpandangan stereotype dengan pendidikan seks seolah sebagai
suatu hal yang vulgar.

M. Sofyan Sauri, S.Sos selaku senior koordinator Centra Mitra


Remaja (CMR) yang merupakan salah satu unit kegiatan dari
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) menyebutkan,
selama ini, jika kita berbicara mengenai seks, maka yang terbersit
dalam benak sebagian besar orang adalah hubungan seks.
Padahal, seks itu artinya jenis kelamin yang membedakan cowok
dan cewek secara biologis. Seksualitas menyangkut beberapa hal
antara lain dimensi biologis, yaitu berkaitan dengan organ
reproduksi, cara merawat kebersihan dan kesehatan; dimensi
psikologis, seksualitas berkaitan dengan identitas peran jenis,
perasaan terhadap seksualitas dan bagaimana menjalankan
fungsinya sebagai makhluk seksual; dimensi sosial, berkaitan
dengan bagaimana seksualitas muncul dalam relasi antarmanusia
serta bagaimana lingkungan berpengaruh dalam pembentukan
pandangan mengenai seksualitas dan pilihan perilaku seks; dan
dimensi kultural, menunjukkan bahwa perilaku seks itu merupakan
bagian dari budaya yang ada di masyarakat.

Menurut Sofyan, ada dua faktor mengapa sex education


sangat penting bagi remaja. Faktor pertama adalah di mana anak-
anak tumbuh menjadi remaja, mereka belum paham dengan sex
education, sebab orang tua masih menganggap bahwa
membicarakan mengenai seks adahal hal yang tabu. Sehingga dari
ketidak fahaman tersebut para remaja merasa tidak bertanggung
jawab dengan seks atau kesehatan anatomi reproduksinya.
Faktor kedua, dari ketidakfahaman remaja tentang seks dan
kesehatan anatomi reproduksi mereka, di lingkungan sosial
masyarakat, hal lain ditawarkan hanya sebatas komoditi, seperti
media-media yang menyajikan hal-hal yang bersifat pornografi,
antara lain, VCD, majalah, internet, bahkan tayangan televisi pun
saat ini sudah mengarah kepada hal yang seperti itu. Dampak dari
ketidakfahaman remaja tentang sex education ini, lanjut Sofyan,
banyak hal-hal negatif terjadi, seperti tingginya hubungan seks di
luar nikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penularan virus HIV
dan sebagainya.

“Nah, ketika kita berbicara mengenai sex education, tidak


hanya mengenai organ tubuh reproduksi saja, tetapi banyak hal
yang harus kita pelajari antara lain ekonomi, sosial budaya, bahkan
politik,” ujar Sofyan dan mencontohkan banyaknya PSK (Pekerja
Seks Komersial) di mana-mana, hal ini disebabkan faktor ekonomi,
sehingga mereka tidak lagi bertanggung jawab terhadap organ
reproduksinya dan tidak menyadari akan terjadinya penularan
virus HIV dan penyakit kelamin lainnya.

Dampak Seks Bebas


16
Oleh karena itu, tambah Sofyan, dengan belajar tentang sex
education, diharapkan remaja dapat menjaga organ-organ
reproduksi pada tubuh mereka dan orang lain tidak boleh
menyentuh organ reproduksinya khususnya bagi remaja putri.
“Organ reproduksi remaja adalah hak remaja dan menjadi
tanggung jawab remaja itu sendiri untuk melindungi dari hal-hal
yang tidak diinginkan,” ujar Sofyan.

Bagi remaja yang ingin mengetahui sex education, remaja


dapat mengaksesnya lewat lembaga-lembaga yang menyediakan
informasi tentang sex education, salah satu di antaranya Centra
Mitra Remaja (CMR) Jl. Lobak No. 4 Medan. Di sini para remaja
dapat mengakses tentang informasi-informasi mengenai organ
reproduksi dan seksual.

Masuk kurikulum

Nggak bisa dipungkiri kalo ngomongin tentang seks di mana


aja adalah topik yang seru dan heboh. Bagaimana serunya kalau
seks dijadikan topik yang dibahas tuntas di sekolah? Heboh, penuh
kejutan tapi banyak juga nilai edukasinya. Saat ini seks bukan lagi
merupakan hal yang tabu yang bikin kita malu-malu untuk
membahasnya.

Mungkin kita baru menyadari betapa pentingnya


pengetahuan tentang seks karena banyak kasus pergaulan bebas
muncul di kalangan remaja dewasa ini. Kalau kita ngomongin
tentang pergaulan bebas, hal ini sebenarnya sudah muncul dari
dulu, hanya saja sekarang ini terlihat semakin parah. Pergaulan
bebas remaja ini bisa juga karena dipicu dengan semakin
canggihnya kemajuan teknologi, juga sekaligus dari faktor
perekonomian global. Namun hanya menyalahkan itu semua juga
bukanlah hal yang tepat.

Namanya remaja, masa puber (13 thn ke atas) adalah masa di


mana mereka mencari jati diri dan arti dari hidup. Pada masa-masa
ini pula remaja memiliki rasa ingin tahu yang begitu besar. Bisa
dibilang karena rasa ingin 26osialis yang besar, semakin dilarang,
semakin penasaran dan akhirnya mereka berani untuk mengambil
resiko tanpa pertimbangan terlebih dahulu.

So..ada beberapa pendapat yang bilang, sex education


memang pantas dimasukkan dalam kurikulum di sekolah
menengah, apalagi siswa pada ini adalah masa pubertas. “Sex
education sangat perlu sekali untuk mengantisipasi, mengetahui
atau mencegah kegiatan seks bebas dan mampu menghindari
dampak-dampak negatif lainnya,” tutur Ahmad (20 thn,
mahasiswa).

Menurut Ahmad, ketika ia duduk di bangku sekolah, ia merasa


pengetahuan tentang seks sangat kurang sekali, hanya sebatas
teori tanpa ada pembahasan yang melibatkan tanya jawab
langsung dari siswa. Ada indikasi karena lebih terkesan formalitas,
maka si siswa pun agak malu-malu untuk melontarkan rasa
penasaran dan ingin 26osialis.

Dampak Seks Bebas


17
“Belajar tentang seks berbeda dengan kita belajar tentang
keterampilan yang lain. Misalnya kita belajar renang agar
mengetahui tentang teknik berenang yang baik, namun belajar
tentang seks bukanlah belajar bagaimana aktivitas seks yang baik,
melainkan apa yang akan timbul atau dampak dari aktivitas seks
tersebut,” ujar Said (penyiar radio).
Berarti memang terbukti pada masa puber, banyak remaja
yang melakukan sesuatu hanya untuk menjawab rasa ingin tahu
mereka atau hanya ikut-ikutan trend. Kita ambil contoh, dalam
benak mereka mungkin muncul pendapat bahwa, kalo pacaran
nggak pernah ciuman nggak sah. Makanya pada usia pacaran atau
cinta monyet mereka nggak malu-malu dan nggak canggung lagi
buat ciuman, tanpa tahu maksud dari ciuman itu sendiri. Dan
begitu tahu enaknya ciuman, mereka malah melangkah melakukan
hal-hal yang belum pantas untuk dilakukan. Mereka nggak sadar
dari rasa yang enak tadi, akan muncul masalah baru yang dapat
merusak masa depan mereka.

Kalau sudah kebablasan bukan saja remajanya sendiri yang


akan kena batunya, namun orang tua juga nggak kuasa untuk
menahan rasa malu. Pembekalan tentang seks ini penting dan
perlu sekali. Pengenalan atau pendidikan tentang seks, bisa
dimulai dengan ngomongin atau diskusi langsung tentang
kesehatan reproduksi. Dengan cara yang lebih akrab atau curhat,
mungkin si siswanya pun nggak perlu malu-malu lagi. Bisa juga
dengan sering nya membuat sebuah seminar tentang seks dengan
mengundang pakar yang bisa menjelaskan lebih detil lagi. Misalnya
dokter atau psikolog, yang cakap dan paham dalam urusan gaya
hidup remaja.

Ada beberapa sekolah yang sudah memberikan pelajaran


tentang sex education yang disisipkan ke dalam pelajaran Biologi,
Agama dan Bimbingan Konseling. Namun hanya dapat bekal dari
sekolah tentu nggak cukup. Komunikasi dari orang tua dan anak
pun perlu juga. Bisa dibilang nggak banyak remaja yang berani
cerita tentang first kiss-nya ke ibu mereka. Kalau kita tanya di
mana mereka bisa tahu tentang Love, Sex dan Dating, banyak
yang jawab dari teman. Bisa jadi cerita dari teman lebih banyak
yang seru-serunya 27osiali, yang membuat kita jadi pengen
ngelakuinnya juga. Ada yang bilang kalau cewek masih virgin,
nggak gaul. Akhirnya, karena ketidak tahuannya banyak yang
merelakan mahkotanya hanya karena empat huruf tadi “Gaul”, trus
juga nggak kepikiran ngelakuin hubungan suami istri di luar nikah
bisa menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan. Sepertinya
tidak hanya remaja saja yang berhak mendapatkan pengetahuan
tenatng seks dan gaya hidup remaja saat ini. Menurut Said,
“Sebelum si remaja-nya yang dikasih pelajaran, orang tua pun
mesti menadapatkan pengetahuan tentang gaya hidup remaja saat
ini, hal-hal apa saja yang sedang trend di kalangan remaja, jadi
akan terjalin komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak.”
Karena bukan nggak mungkin mereka yang tidak dekat atau jauh
dari kontrol orang tualah yang lebih sering terjerumus ke hal-hal
yang negatif.

Dampak Seks Bebas


18

Hubungan seks pranikah bahkan berganti-ganti pasangan


( seks bebas ) mengakibatkan aib dan mengganggu ketenteraman
hidup selanjutnya. Untuk itu, sebaiknya para remaja mengenal
bahaya akibat hubungan pranikah dan seks bebas sebelum
terlanjur. Perilaku seks pranikah dan seks bebas terutama di
kalangan remaja sangat berbahaya bag perkembangan mental
( psikis ), fisik, dan masa depan seseorang. Berikut beberapa
bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas.
a. Menciptakan kenangan buruk; Norma-norma yang
berlaku di masyarakat menyatakan bahwa seks pranikah
dan seks bebas merupakan perbuatan yang melanggar
kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah melakukan
seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku
dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Bukan hanya
pelaku yang merasa malu bahkan keluarga besarnya pun
akan merasakannya. Hal ini tentu saja menjadi beban
mental yang berat.
b. Mengakibatkan kehamilan; Kehamilan yang terjadi
akibat seks pranikah dapat menjadi beban mental yang
luar biasa hebat. Biasanya kehamilan ini tidak diharapkan
“ orang tuanya “, sehingga muncul istilah kehamilan di
luar nikah sebagai suatu “ kecelakaan “. Keadaan
semakin berat ketika keluarga atau bahkan masyarakat
mempertanyakan kehamilan itu. Dalam keadaan seperti
ini, biasanya timbul depresi dan frustasi terutama
menyerang wanita yang hamil di luar nikah tersebut.
Lebih jauh lagi, apabila bayi itu lahir dan kemudian
terungkap perilaku orang tuanya dulu maka tentu akan
menjadi beban mental juga. Jelaslah bahwa perilaku seks
pranikah dan seks bebas hanya akan menimbulkan
kesusahan dan malapetaka bagi pelaku dan bahkan
keturunannya nanti.
c. Menggugurkan kandungan ( aborsi ) dan
pembunuhan bayi; Banyak kehamilan yang terjadi
akibat perilaku seks pranikah merupakan kehamilan yang
tidak diharapkan. Untuk itu, sebisa mungkin “ orang
tuanya “ menggugurkan kehamilannya karena mereka
belum siap untuk menjadi ayah maupun ibu dari bayi
yang akan dilahirkannya itu. Tindakan menggugurkan
kandungan ( aborsi ) dengan tidak berdasarkan alasan
medis jelas bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Pelakunya akan mendapatkan hukuman. Dampak lain
dari menggugurkan kandungan adalah akan
mengganggu kesehatan seperti kerusakan pada rahim,
kemandulan, dan lainnya.
Dampak Seks Bebas
19
d. Penyebaran penyakit; Perilaku seks bebas dengan
berganti-ganti pasangan sangat berpotensi pada
penyebaran penyakit kelamin. Penyakit kelamin biasanya
menular dan sangat mematikan. Penyakit kelamin ini
tidak hanya menular kepada pasangannya melainkan
akan menular pada keturunannya. Banyak kasus bayi
lahir cacat akibat orang tuanya terjangkit penyakit
kelamin.
e. Timbul rasa ketagihan; Seks pranikah dan seks bebas
akan mengundang rasa ketagihan bagi para pelakunya.
Sekli mencoba maka dipastikan akan melakukan terus
menerus perbuatan tersebut.
Dampak Seks Bebas
20

Perilaku seks bebas sangat berdampak bagi perkembangan


jiwa seseorang. Perilaku seks bebas sangat berbahaya sehingga
patut kita hindari. Untuk menghindari seks bebas, perlu dilakukan
pendidikan seks kepada semua anggota keluarga. Salah satu
bentuk pendidikan seks di keluarga di antaranya adalah sebagai
berikut.

1. pencegahan Menurut Agama

e. Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha


untuk mulai memisahkan tempat tidur anak-anaknya ketika
mereka memasuki minimal usia tujuh tahun.
f. Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-
anak sudah diajarkan untuk selalu meminta izin ketika akan
masuk ke kamar orang tuanya pada saat-saat tertentu.
g. Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian
mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak
dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk.
h. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual
merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri.
Karena itu, kerahasiaanya pantas dijaga. Mereka tidak boleh
menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain,
apalgi terhadap anggota keluarga terutama anak-anaknya.

Sementara, perilaku-perilaku tersebut notabene adalah


perilaku-perilaku yang sangat tidak dianjurkan oleh ajaran agama
atau bertentangan dengan ajaran agama. Persoalannya kemudian
adalah bahwa meskipun jumlah mereka diperkirakan hanya lebih
kurang 200.000 orang atau kurang dari 1/1000 dari jumlah
penduduk Indonesia tetapi hal tersebut menjadi naïf, karena terjadi
di Negara yang menggunakan dasar falsafah Ketuhanan Yang Maha
Esa, atau Negara yang menjadikan agama sebagai pedoman hidup
masyarakatnya. Maka, dapat dipastikan bahwa agama melarang
perilaku-perilaku tersebut. Dalam Islam jelas sekali melarang
prostitusi atau seks bebas yang dikategorikan dalam zina, seperti
tersebut dalam Al Quran, surat Al Isra ayat 32 yang artinya:
“Janganlah kau dekati perbuatan zina, sesungguhnya zina itu
adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”

Dampak Seks Bebas


21
Kemudian, di ayat lain bahkan memerintahkan untuk
menghukum penzina-penzina tersebut. Al Quran juga 31osialisasi
bagaimana kaum Nabi Luth dihancurkan oleh Allah karena tidak
mau beriman dan senang melakukan hubungan seks dengan
sesama lelaki (homoseksual).

Dalam ayat Asy Syu’ara 166 yang artinya: ”Dan mengapa


kamu mendatangi jenis laki-laki di antara manusia dan kamu
tinggalkan istri-istri yang dijadikan oleh Tuhanmu untukmu, kamu
adalah orang-orang yang melampaui batas”.

Demikian pula dengan narkoba. Narkoba dapat digolongkan


dengan Khmar atau benda-benda yang memabukkan. Dalam surat
Al Maidah ayat 90 dinyatakan: “Hai orang-orang yang beriman,
sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, berkorban untuk
berhala dan mengundi nasib adalah perbuatan keji dan termasuk
perbuatan syaitan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.”

Dalam Injil juga dinyatakan bahwa kehidupan dosa seperti


pencabulan, seks bebas dan narkoba adalah sesuatu yang
dilarang. Hal ini dapat ditafsirkan secara jelas dari Roma 13:13
yang berbunyi: “Marilah kita hidup sopan, seperti pada siang hari,
jangan dalam pesta pora dan kemabukan, jangan dalam
percabulan dan hawa nafsu, jangan dalam perselisihan dan iri
hati.”

Demikian pula dalam Galatia 5:20-21 juga secara jelas


menyatakan: “….jauhilah perbuatan daging: pencabulan,
kecemaran, perselisihan, iri hati, amarah, kemabukan, pesta pora
dan sebagainya.” Serta masih banyak lagi ayat-ayat yang
melarang perbuatan yang sejenis dengan seks bebas, prostitusi
dan narkoba dalam Injil terdapat pada Markus 7:21-23, Korintus
6:18, Kolose 3:5-6.

Dalam kitab suci agama Hindu, larangan terhadap seks bebas


juga dapat ditafsirkan secara jelas dari bunyi Sarasanuccaya 424
yang artinya: “Dari sekian banyak yang dirindukan, tidak ada yang
menyamai wanita dalam hal membuat kesengsaraan, apalagi
memperbolehkannya dengan cara yang tidak halal. Karenanya
singkirkan wanita (pelacur) itu, walau hanya di angan-angan saja
sekalipun hendaknya segera ditinggalkan.”

Kemudian dalam reg Veda X 33.3 yang artinya: “Kekacauan


batin akibat dari dorongan seks, mengerogoti seperti tikus,” dan
masih banyak lagi ayat-ayat lainnya.

Larangan yang berkaitan dengan narkoba, adalah sebagaimana


ditulis dalam Bhagawadgita XIV.21 yang artinya: “Pintu gerbang
32osial yang menuntun jiwaatma ke lembah kesengsaraan ada
tiga, yaitu: nafsu, amarah, loba. Oleh karena itu orang harus selalu
menghindari dan mengendalikan hawa nafsu.” Ayat-ayat lain juga
terdapat pada Nitisastrasargah XIV.3-4 dan para Reg Veda VIII.2.2.

Dampak Seks Bebas


22
Dalam pandangan Budha Dharma pandangan tentang hal ini
juga tegas dinyatakan dalam tiga sila dari Pancasila Budhis,
sebagai berikut: pertama, “Aku bertekad akan melatih diri
menghindari pembunuhan mahluk hidup.” Kedua, “Aku bertekad
melatih diri menghindari perbuatan asusila.”; dan ketiga, “Aku
bertekad akan 33osiali diri menghindari segala minuman keras
yang dapat menyebabkan lemahnya kesadaran.”

***

Karenanya, agama mempunyai tanggungjawab yang besar


untuk menyelamatkan bangsa ini dari serangan masalah seks
bebas. Persoalan HIV/AIDS bukan hanya persoalan kesehatan atau
kedokteran semata, bahkan yang terbesar adalah persoalan moral
dan agama, persoalan 33osialis dan ketakwaan kepada Tuhan.

Sebagian orang mungkin akan mengatakan bahwa seks bebas


jawab akan membawa azhab bagi mereka yang berani 33osialisa
larangan Tuhan sebagaimana halnya pernah terjadi pada umat
Nabi Luth. Tetapi menolong mereka yang berada dalam kesulitan
dan kesengsaraan, menasehati dan mengajak mereka untuk
kembali ke jalan yang lurus adalah kewajiban para pemuka agama.

Jika pencegahan dan penanggulangan seks bebas dibagi


dalam tiga bagian strategi, yakni prevensi (membentengi), represi
(memerangi), dan rehabilitasi (memperbaiki), maka agama terlibat
langsung dalam dua hal, yaitu membentengi (prevensi) dan
memperbaiki (rehabilitasi).

Yang terkait dengan strategi prevensi adalah bagaimana


membuat masing-masing umat beragama menjadi pribadi-pribadi
yang kuat dan tabah menghadapi godaan setan yang berbentuk
rayuan seksual ataupun kenikmatan narkoba. Hal ini dilakukan
melalui peningkatan 33osialis dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa.

Yang kedua adalah bagaimana membuat umat beragama


mampu menciptakan daya nalarnya untuk memahami apa dan
bagaimana efek dari penyimpangan seksual dan penyalahgunaan
narkoba yang dapat menyebabkan tertular HIV/AIDS serta
mengetahui tentang apa dan bagaimana kegananasan HIV/AIDS
tersebut. Untuk itu perlu dilakukan sosialisasi dan pembelajaran
tentang HIV/AIDS dan perilaku-perilaku yang menyebabkan
tertularnya HIV/AIDS.

Kemudian yang terkait dengan strategi ketiga, yaitu


“rehabilitasi” (perbaikan). Tugas para tokoh agama adalah
bagaimana mengembalikan mereka yang tersesat ke jalan yang
benar. Bagaimana mengubah penderitaan yang mereka rasakan
menjadi sarana introspeksi, sehingga mampu untuk menyesali diri
dan bertobat serta kembali kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dampak Seks Bebas


23
Dalam proses rehabilitasi, yang tidak kalah pentingnya
bagaimana mengajak 34osialisasi3434 masyarakat untuk tidak
menambah penderitaan korban. Yakni dengan cara tidak
mengucilkan atau berbuat diskriminasi terhadap para pelakunya.

Akhirnya dapat disimpulkan bahwa peran para pemuka


agama dalam upaya pencegahan dan penanggulangan seks bebas
sangat besar dan strategis. Para ulama dan pemuka agama adalah
pimpinan, pengayom, pembina dan pembimbing umat. Kata dan
petuahnya menjadi fatwa yang diikuti dan dilaksanakan oleh
masyarakat.

Semoga peran para pemuka agama akan mampu


membentengi para umat dari ancaman permasalahan
seksualitas, sekaligus mampu meringankan penderitaan
mereka.

* dikutip dari pidato sambutan Menteri Agama RI


Muhammad M Basyuni, pada acara “Pertemuan Nasional
HIV/AIDS Lintas Agama” tanggal 7 Mei di Kantor Menko
Kesra JakartaWaspadai Seks Bebas Kalangan Remaja

2. Pencegahan Seks Bebas dalam Keluarga

Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah


pendidikan seks sehingga perilaku seks bebas dapat dihindari.
Pengetahuan yang benar tentang dampak serta bahaya seks bebas
harus benar-benar diketahui dengan baik oleh setiap anggota
keluarga. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam usaha untuk mencegah perilaku seks bebas.
• Keluarga harus mengerti tentang permasalahan seks,
sebelum menjelaskannya kepada anak-anak mereka.
• Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu
mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah
seks.
• Jangan menjelaskan masalah seks pada anak-anak laki-laki
dan perempuan pada waktu dan ruang yang sama.
• Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah
seks, pilihlah kata-kata yang sopan.
• Penting bagi kedua orang tua untuk meyakinkan bahwa
teman-teman putra-putri mereka adalah anak-anak yang baik.
• Memberikan perhatian terhadap kemampuan anak di bidang
olahraga dan menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas
yang bermanfaat.
• Tanamkanlah etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan
maksiat karena itu merupakan sesuatu yang paling berharga.
• Membangun sikap saling percaya antara orang tua dana anak.

Dampak Seks Bebas


24
Masa remaja merupakan masa yang rentan seorang anak dalam
menghadapi gejolak biologisnya. Ditunjang dengan era globalisasi
dan era informasi yang demikian rupa menyebabkan remaja
sekarang terpancing untuk coba-coba mempraktekkan apa yang
dilihatnya. Terlebih bila apa yang dilihatnya merupakan informqasi
tentang indahnya seks bebas yang bisa membawa dampak pada
remaja itu sendiri.
Pihak orang tua cenderung menganggap bahwa seks bebas dapat
dicegah dengan melakukan peraturan yang keras terhadap anak-
anaknya. Padahal hubungan seks tersebut kerap kali dilakukan di
rumah saat orang tuanya sedang pergi.
Untuk menghindari anak-anak dari hubungan seks bebas, berikut
ini ada beberapa tips yang baik untuk menghindari masalah
tersebut.
· Diskusikan seks dengan anak, meski anda sendiri, mungkin
merasa risih, pendidikan seks sebaiknya dilakukan dalam
perbincangan santai, seperti mengomentari sesuatu hal yang anda
lihat bersama atau menjawab pertanyaan anak.
· Bercakap-cakap tentang seks dan kontrasepsi bukan berarti anda
setuju dan mengizinkan anak melakukan hubungan seks. Melalui
bercakap-cakap orang tua dapat mengungkapkan perasaannya
tentang seks dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
· Jadikan orang tua, tempat bertanya. Orang tua sebaiknya tidak
mengkritik pertanyaan anaknya. Yang pasti anak tahu kalau orang
tua akan mendengarkannya. Kalau pertanyaan itu mungkin
membuat anak takut atau marah, cobalah untuk tidak
menunjukkan hal itu atau cepat-cepat mengakhiri diskusi.
Berikanlah jawaban yang objektif.
· Bantu peningkatan rasa percaya diri, perdalam kemampuan
khusus atau hobi bagi anak. Penguasaan suatu keterampilan akan
memicu anak rasa percaya diri tanpa harus memikirkan seks.
· Ajak anak mengikuti kegiatan olah raga, serta organisasi, karena
dengan melatih diskusi akan mengalihkan perhatiannya dari hal-
hal yang berkaitan dengan seks.
· Bila anda seorang ayah, bersikaplah penuh perhatian terhadap
putri anda. Kalau ayah tak lagi menunjukkan sikap kasih sayang,
seperti memeluk, saat putrinya remaja ia jadi terluka dan mencari
perhatian pada lawan jenisnya.
· Jangan bersikap terlalu keras terhadap anak, karena akan
membuat anak jadi pembangkang. Terlebih orang tua cenderung
menganggap seks dapat dicegah dengan memberlakukan
peraturan yang keras terhadap anaknya. Padahal seks dilakukan di
rumah saat orang tuanya pergi. Untuk menghindari hal itu orang
tua bisa membuat peraturan uang tidak membolehkan teman
lawan jenis datang kerumah bila tidak ada orang dewasa di rumah.

· Bentengi anak-anak dengan bekal agama yang cukup sejak kecil,


agar mereka mengerti bahwa melakukan hubungan seks di luar
nikah merupakan dosa besar.

Dampak Seks Bebas


25

Keluarga Ujung Tombak Pencegahan

PENCEGAHAN SEKS BEBAS dapat dilakukan melalui pendekatan


ketahanan keluarga. Sayangnya, fungsi keluarga ini sudah sering
ditinggalkan. Pemahaman semua serba boleh dan hilangnya rasa
malu, ikut 36osialisasi36 sehingga nilai-nilai penting yang
seharusnya menjadi fungsi sebuah keluarga ditinggalkan. Ada
delapan fungsi keluarga yang perlu diterapkan terutama kepada
anak-anak. Ke delapan fungsi tersebut yakni fungsi agama,
budaya, cinta kasih, fungsi perlindungan, reproduksi, sosial,
ekonomi dan pelestarian lingkungan. Selain menerapkan fungsi
keluarga tadi, perlu upaya pencegahan lainnya seperti
meningkatkan 36osialis dan ketakwaan kepada Tuhan, tidak
melakukan hubungan seks di luar nikah, setia pasangan,
menggunakan jarum suntik yang steril. Selain itu bila ingin
melakukan atau menerima 36osialisa darah harus benar-benar
bebas dari HIV/AIDS, tidak menggunakan seks dengan kelompok
pengidap, tidak menggunakan pisau cukur, gunting kuku, sikat gigi
dari pengidap HIV/AIDS serta menggunakan kondom.

Pola Asuh
Sementara pembicara lain, Dra Hj Telly P Siwi Zaidan Psi,
mengatakan perlunya menerapkan pola asuh yang tepat untuk
menghindarkan remaja dari pergaulan dan seks bebas.
Remaja,menurut psikolog ini, sangat rentan terhadap HIV/AIDS
karenanya perlu perhatian ekstra tapi tetap dengan pola
demokratis. “Pila asuh otoriter di mana keinginan orangtua
dinomorsatukan atau pola asuh permissive (segala keinginan anak
dituruti) bukan pola asuh yang tepat. Pola asuh demokratis yang
perlu diterapkan, karena di dalamnya ada proses diskusi antara
anak dan orangtua,” kata Telly. Untuk menghindarkan remaja dari
seks bebas, perlu pengetahuan dan informasi yang benar yang
sampai pada remaja bersangkutan. “Adalah tugas kita semua
terutama orangtua untuk membekali remaja dengan ajaran yang
benar tapi tidak menghakimi,” demikian Telly.

1. Agama : membina norma dan ajaran agama dan


mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari
2. Budaya : membina tugas-tugas keluarga, meneruskan norma
dan menyaring budaya asing
3. Cinta kasih : tumbuhkembangkan potensi kasih sayang antara
anggota keluarga
4. Perlindungan: penuhi sosialisasi rasa aman pada anggota
keluarga
5. Reproduksi : bina kehidupan keluarga sebagai wahana
pendidikan
kesehatan reproduksi bagi keluarga
6. Sosial: sadari, rencanakan keluarga sebagai pendidikan dan
sosialisasi pertama
7. Ekonomi: lakukan kegiatan ekonomi di lingkungan keluarga
untuk
menopang kelangsungan kehidupan keluarga
8. Pelestarian lingkungan: bina kesadaran sikap, praktik pelestarian
llingkungan dalam keluarga.

Dampak Seks Bebas


26
1. PENGERTIAN PENDIDIKAN SEKS

Pendidikan seks dapat diartikan sebagai penerangan tentang


anatomi fisiologi seks manusia, bahaya penyakit kelamin, dan
sebagainya. Pendidikan seks bisa juga diartikan sebagai sex play
yang hanya perlu diberikan kepada orang dewasa. Adapun
pengertian pendidikan seks yang akan dijelaskan dalam bab ini
adalah membimbing serta mengasuh seseorang agar mengerti
tentang arti, fungsi, dan tujuan seks, sehingga ia dapat
menyalurkannya secara baik, benar, dan legal.
Pendidikan seks mempunyai ruang pembahasan yang luas
dan kompleks. Pendidikan seks bukan hanya mengenai penerangan
seks dalam arti heterosexual ( seseorang yang mempunyai
keinginan seks hanya pada lawan jenisnya ), dan bukan semata-
mata menyangkut masalah biologis atau fisiologis, melainkan juga
meliputi psikologi, sosio-kultural, agama, dan kesehatan.
Dalam pendidikan seks dapat dibedakan antara sex
instruction dan education in sexuality. Sex instruction ialah
penerangan mengenai anatomi, seperti pertumbuhan rambut pada
ketiak dan sekitar alat kelamin, dan mengenai biologi dari
reproduksi, yaitu proses berkembang biak melalui hubungan
kelamin untuk mempertahankan jenisnya. Termasuk di dalamnya
pembinaan keluarga dan metode kontrasepsi dalam mencegah
terjadinya kehamilan.
Adapun education ini sexuality meliputi bidang-bidang etika,
moral, fisikologi, ekonomi, dan pengetahuan lainnya yang
dibutuhkan agar seseorang dapat memahami dirinya sendiri
sebagai individual seksual, serta mengadakan hubungan
interpersonal yang baik. Sex instruction tanpa education in
sexuality dapat menyebabkan promiscuity ( pergaulan dengan
siapa saja ) serta hubungan-hubungan seks yang menyimpang.

2. TUJUAN PENDIDIKAN SEKS


Tujuan pendidikan seks secara umum, sesuai dengan
kesepakatan internasional “ Conference of Sex Education and
Family Planning “ pada 1962, adalah : “ Untuk menghasilkan
manusia-manusia dewasa yang dapat menjalankan kehidupan
yang bahagia, karena dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat
dan lingkungannya, serta bertanggung jawab terhadap dirinya dan
terhadap orang lain “.
Dampak Seks Bebas
27
Tujuan utamanya adalah untuk melahirkan individu-individu
yang senantiasa dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat dan
lingkungannya, serta bertanggung jawab, baik terhadap dirinya
maupun orang lain. Adapun tujuan akhir pendidikan seks adalah
pencegahan kehamilan di luar perkawinan.
Tujuan pendidikan seks dapat dirinci sebagai berikut :
e. Membentuk pengertian tentang perbedaan seks antara
pria dan wanita dalam keluarga, pekerjaan, dan seluruh
kehidupan, yang selalu berubah dan berbeda dalam tiap
masyarakat dan kebudayaan.
f. Membentuk pengertian tentang peranan seks di dalam
kehidupan manusia dan keluarga; hubungan seks dan
cinta, perasaan seks dalam perkawinan dan sebagainya.
g. Mengembangkan pengertian diri sendiri sehubungan
dengan fungsi dan kebutuhan seks. Jadi pendidikan seks
dalam arti sempit ( in context ) adalah pendidikan
mengenai seksualitas manusia.
h. Membantu siswa dalam mengembangkan kepribadian,
sehingga mampu mengambil keputusan yang
bertanggung jawab, misalnya memilih jodoh, hidup
berkeluarga atau tidak, perceraian, kesusilaan dalam
seks, dan lain-lain.

3. Pendidikan Seks Penting Bagi Remaja

Masih banyak yang belum memahami seks dengan baik dan


benar. Hal ini disebabkan norma dan nilai dalam masyarakat kita
menganggap pendidikan seks masih tabu untuk dibicarakan secara
terbuka dan hanya merupakan masalah orang dewasa. Pandangan
demikian mengandung banyak kebenarannya terutama pada masa
lampau, ketika informasi tentang seks masih sangat terbatas.
Namun, saat ini informasi tentang seks lebih mudah diperoleh dan
sangat banyak. Maka usaha untuk memberikan informasi yang
benar perlu diberikan terutama kepada para remaja.
Kini, kemajuan di bidang teknologi informasi telah mengubah
struktur dan pandangan hidup masyarakat kita. Dampak negatif
dari kemajuan tersebut adalah pergeseran nilai dan moral yang
terjadi di masyarakat. Sesuatu yang dahulu dianggap tabu, kini
menjadi lazim dan begitu sebaliknya.
Salah satu pergeseran moral ialah nilai moral seksual
terutama di kalangan remaja. Nilai moral seksual yang dulu
dianggap tabu dan bertentangan dengan moral agama, tidak
demikian lagi oleh sebagian kaum remaja. Dengan demikian
memberikan bimbingan dan penerangan seks kepada para remaja
merupakan suatu yang sangat penting dan perlu.
Alasan pendidikan seks sangat penting diajarkan kepada para
remaja adalah :
a. Dapat mencegah penyimpangan dan kelainan seksual.
b. Dapat memelihara tegaknya nilai-nilai moral.
c. Dapat mengatasi gangguan psikis.
d. Dapat memberi pengetahuan dalam menghadapi
perkembangan anak.
Dampak Seks Bebas
28
Hubungan seks pranikah bahkan berganti-ganti pasangan
( seks bebas ) mengakibatkan aib dan mengganggu ketenteraman
hidup selanjutnya. Untuk itu, sebaiknya para remaja mengenal
bahaya akibat hubungan pranikah dan seks bebas sebelum
terlanjur. Perilaku seks pranikah dan seks bebas terutama di
kalangan remaja sangat berbahaya bag perkembangan mental
( psikis ), fisik, dan masa depan seseorang. Berikut beberapa
bahaya utama akibat seks pranikah dan seks bebas.
f. Menciptakan kenangan buruk; Norma-norma yang
berlaku di masyarakat menyatakan bahwa seks pranikah
dan seks bebas merupakan perbuatan yang melanggar
kepatutan. Apabila seseorang terbukti telah melakukan
seks pranikah atau seks bebas maka secara moral pelaku
dihantui rasa bersalah yang berlarut-larut. Bukan hanya
pelaku yang merasa malu bahkan keluarga besarnya pun
akan merasakannya. Hal ini tentu saja menjadi beban
mental yang berat.
g. Mengakibatkan kehamilan; Kehamilan yang terjadi
akibat seks pranikah dapat menjadi beban mental yang
luar biasa hebat. Biasanya kehamilan ini tidak diharapkan
“ orang tuanya “, sehingga muncul istilah kehamilan di
luar nikah sebagai suatu “ kecelakaan “. Keadaan
semakin berat ketika keluarga atau bahkan masyarakat
mempertanyakan kehamilan itu. Dalam keadaan seperti
ini, biasanya timbul depresi dan frustasi terutama
menyerang wanita yang hamil di luar nikah tersebut.
Lebih jauh lagi, apabila bayi itu lahir dan kemudian
terungkap perilaku orang tuanya dulu maka tentu akan
menjadi beban mental juga. Jelaslah bahwa perilaku seks
pranikah dan seks bebas hanya akan menimbulkan
kesusahan dan malapetaka bagi pelaku dan bahkan
keturunannya nanti.
h. Menggugurkan kandungan ( aborsi ) dan
pembunuhan bayi; Banyak kehamilan yang terjadi
akibat perilaku seks pranikah merupakan kehamilan yang
tidak diharapkan. Untuk itu, sebisa mungkin “ orang
tuanya “ menggugurkan kehamilannya karena mereka
belum siap untuk menjadi ayah maupun ibu dari bayi
yang akan dilahirkannya itu. Tindakan menggugurkan
kandungan ( aborsi ) dengan tidak berdasarkan alasan
medis jelas bertentangan dengan hukum yang berlaku.
Pelakunya akan mendapatkan hukuman. Dampak lain
dari menggugurkan kandungan adalah akan
mengganggu kesehatan seperti kerusakan pada rahim,
kemandulan, dan lainnya.
i. Penyebaran penyakit; Perilaku seks bebas dengan
berganti-ganti pasangan sangat berpotensi pada
penyebaran penyakit kelamin. Penyakit kelamin biasanya
menular dan sangat mematikan. Penyakit kelamin ini
tidak hanya menular kepada pasangannya melainkan
akan menular pada keturunannya. Banyak kasus bayi
lahir cacat akibat orang tuanya terjangkit penyakit
kelamin.
j. Timbul rasa ketagihan; Seks pranikah dan seks bebas
akan mengundang rasa ketagihan bagi para pelakunya.
Sekli mencoba maka dipastikan akan melakukan terus
menerus perbuatan tersebut.

Dampak Seks Bebas


29
2. Pencegahan Menurut Agama

a. Memisahkan tempat tidur anak; Setiap orang tua berusaha


untuk mulai memisahkan tempat tidur anak-anaknya ketika
mereka memasuki minimal usia tujuh tahun.
b. Meminta izin ketika memasuki kamar orang tua; Sejak dini anak-
anak sudah diajarkan untuk selalu meminta izin ketika akan
masuk ke kamar orang tuanya pada saat-saat tertentu.
c. Mengajarkan adab memandang lawan jenis; Berilah pengertian
mengenai adab dalam memandang lawan jenis sehingga anak
dapat mengetahui hal-hal yang baik dan buruk.
d. Larangan menyebarkan rahasia suami-istri; Hubungan seksual
merupakan hubungan yang sangat khusus di antara suami-istri.
Karena itu, kerahasiaanya pantas dijaga. Mereka tidak boleh
menceritakan kekurangan pasangannya kepada orang lain,
apalgi terhadap anggota keluarga terutama anak-anaknya.

3. Pencegahan Seks Bebas dalam Keluarga

Faktor keluarga sangat menentukan dalam masalah


pendidikan seks sehingga perilaku seks bebas dapat dihindari.
Pengetahuan yang benar tentang dampak serta bahaya seks bebas
harus benar-benar diketahui dengan baik oleh setiap anggota
keluarga. Berikut ini adalah beberapa hal yang harus diperhatikan
dalam usaha untuk mencegah perilaku seks bebas.
• Keluarga harus mengerti tentang permasalahan seks,
sebelum menjelaskannya kepada anak-anak mereka.
• Seorang ayah mengarahkan anak laki-laki, dan seorang ibu
mengarahkan anak perempuan dalam menjelaskan masalah
seks.
• Jangan menjelaskan masalah seks pada anak-anak laki-laki
dan perempuan pada waktu dan ruang yang sama.
• Hindari hal-hal yang berbau porno saat menjelaskan masalah
seks, pilihlah kata-kata yang sopan.
• Penting bagi kedua orang tua untuk meyakinkan bahwa
teman-teman putra-putri mereka adalah anak-anak yang baik.
• Memberikan perhatian terhadap kemampuan anak di bidang
olahraga dan menyibukkan mereka dengan berbagai aktivitas
yang bermanfaat.
• Tanamkanlah etika memelihara diri dari perbuatan-perbuatan
maksiat karena itu merupakan sesuatu yang paling berharga.
• Membangun sikap saling percaya antara orang tua dana anak.

Dampak Seks Bebas


30
A. SUMBER KEPUSTAKAAN

Muhajir.2007.Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan untuk SMA Kelas X jilid 1


KTSP Standar Isi 2006. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Tim Penyusun. 2004. Ensiklopedia Populer Anak jilid 2. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Tim Penyusun. 2004. Ensiklopedia Populer Anak jilid 3. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van
Hoeve.
Tim Penyusun. 2004. Ensiklopedia Populer Anak jilid 4. Jakarta : PT Ichtiar Baru Van
Hoeve.

B. SUMBER INTERNET

• e-psikologi.com ( Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi. )


• www.bkbn.go.id
• Oleh: Zainun Mu'tadin, SPsi., MSi.psikologiUMS.net

• http://us.click.yahoo.com/L5YrjA/eSIIAA/yQLSAA/IYOolB/TM

• http:/Center for Community Development and Education.com

• Waspada Online
• http://www.waspada.co.id Menggunakan Joomla! Generated: 16 May, 2008,
11:10

• Majalah Gemari, September 2001 ( media online )

• Copyright @2005. Departemen Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia


Jl. Medan Merdeka Barat No. 9 , Jakarta Pusat, Indonesia ( media online )

Dampak Seks Bebas


31
Remaja, Pornografi & Pendidikan SEKS

Jakarta, Jum'at

SALAH satu televisi swasta beberapa waktu lalu


menayangkan kasus perkosaan yang dilakukan sekelompok
oknum pelajar SLTP dan SLTA secara beramai-ramai di
wilayah Jawa Timur.

Dari hasil pemeriksaan aparat, perilaku memalukan ini akibat pengaruh minuman keras dan sering
menonton VCD porno.

DALAM cerita rubrik Curhat, Kompas, pernah ada sebuah cerita tentang seorang remaja yang
menutup pintunya rapat-rapat hanya karena ingin membuka kartu remi full color yang gambarnya
aduhai dan syuur.

Merebaknya pornografi sungguh amat memprihatinkan, apalagi bacaan-bacaan dan sejenisnya,


yang saat ini amat mudah diakses oleh siapa pun (termasuk remaja).

Beberapa waktu lalu survei terhadap pornografi menggambarkan, banyak media massa yang
masuk kategori pornografi, di dalamnya memuat isi dan gambar secara vulgar dan permisif.
Banyak foto perempuan yang berpose seronok dan berpakaian mini, bahkan hanya ditutupi daun
pisang, dan masih banyak kasus serupa yang seringkali masih saja menghiasi wajah media massa
kita.

Situasi maraknya pornografi sebagai media yang menyesatkan hingga berimplikasi terhadap
dekadensi moral, kriminalitas, dan kekerasan seks yang dilakukan remaja, sesunguhnya bukan
sebuah kasus baru yang mengisi lembaran surat kabar ataupun media elektronik.

Kasus-kasus kekerasan seksual, kehamilan tidak dikehendaki (KTD) pada remaja dan sejenisnya,
tampaknya masih belum banyak diangkat ke permukaan sehingga "seolah-olah" masalah ini
dianggap "kasuistik" yang tidak penting untuk dikaji lebih jauh. Padahal, timbulnya kasus-kasus
seputar KTD remaja, kekerasan seksual, penyakit menular seksual (PMS) pada remaja bahkan
sampai aborsi, tidak lepas dari (salah satunya) minimnya pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi remaja.
Dampak Seks Bebas
32
Pendidikan Seks = Pornografi?

Pendidikan kesehatan reproduksi remaja sebagai salah satu upaya untuk "mengerem"
kasus-kasus itu, sampai saat ini masih saja diperdebatkan (bahkan banyak yang enggak
setuju).

Sementara, pornografi tiap saat ditemui remaja. Beberapa kajian menunjukkan, remaja haus akan
informasi mengenai persoalan seksualitas dan kesehatan reproduksi.

Penelitian Djaelani yang dikutip Saifuddin (1999:6) menyatakan, 94 persen remaja menyatakan
butuh nasihat mengenai seks dan kesehatan reproduksi. Namun, repotnya, sebagian besar remaja
justru tidak dapat mengakses sumber informasi yang tepat. Jika mereka kesulitan untuk
mendapatkan informasi melalui jalur formal, terutama dari lingkungan sekolah dan petugas
kesehatan, maka kecenderungan yang muncul adalah coba-coba sendiri mencari sumber
informal.

Sebagaimana dipaparkan Elizabeth B Hurlock (1994:226), informasi mereka coba dipenuhi dengan
cara membahas bersama teman-teman, buku-buku tentang seks, atau mengadakan percobaan
dengan jalan masturbasi, bercumbu atau berhubungan seksual. Kebanyakan masih ada anggapan,
seksualitas dan kesehatan reproduksi dinilai masih tabu untuk dibicarakan remaja.

Ada kekhawatiran (asumsi) untuk membicarakan persoalan seksualitas kepada remaja, sama
halnya memancing remaja untuk melakukan tindakan coba-coba.

Sebenarnya, masalah seksualitas remaja adalah problem yang tidak henti-hentinya diperdebatkan.
Ada dua pendapat tentang perlu tidaknya remaja mendapatkan informasi seksualitas. Argumen
pertama memandang, bila remaja mendapat informasi tentang seks, khususnya masalah pelayanan
kesehatan reproduksi, justru akan mendorong remaja
melakukan aktivitas seksual dan promiskuitas lebih dini.

Sedangkan pendapat kedua mengatakan, remaja membutuhkan informasi tentang


perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dan implikasi pada perilaku seksual dalam rangka
menumbuhkan rasa tanggung jawab dan kesadaran terhadap kesehatannya.

Remaja sendiri merupakan kelompok umur yang sedang mengalami perkembangan. Banyak di
antara remaja berada dalam kebingungan memikirkan keadaan dirinya. Sayangnya, untuk
mengetahui persoalan seksualitas masih terdapat tembok penghalang. Padahal, mestinya jauh
lebih baik memberikan informasi yang tepat pada mereka daripada membiarkan mereka mencari
tahu dengan caranya sendiri.

Pendidikan seksualitas masih dianggap sebagai bentuk pornografi. Padahal, dalam gambaran
penelitian yang pernah dilakukan oleh Pusat Studi Seksualitas PKBI-DIY di wilayah Yogyakarta
pada pertengahan tahun 2000 terhadap persepsi remaja dan guru (mewakili orangtua), anggapan itu
tidak sepenuhnya terbukti.

Selama ini pendidikan seks dipersepsikan sebagai sebuah hal yang sifatnya pornografi yang tidak
boleh dibicarakan, apalagi oleh remaja. Dari hasil kuesioner menggambarkan, hanya sekitar 14,29
persen (responden guru) yang menyatakan, pendidikan seks sama dengan
pornografi. Dari remaja sendiri anggapan tentang pendidikan seks sama dengan pornografi tidak
terbukti (0 persen).

Dampak Seks Bebas


33
Remaja dan pendidikan seks?

Masih amat sedikit pihak yang mengerti dan memahami betapa pentingnya pendidikan
seksualitas bagi remaja. Faktor kuat yang membuat pendidikan seksualitas sulit
diimplementasikan secara formal adalah persoalan budaya dan agama.

Selain itu, faktor lain yang ikut mempengaruhi adalah kentalnya budaya patriarki yang mengakar
di masyarakat. Seksualitas masih dianggap sebagai isu perempuan belaka.
Pornografi merupakan hal yang ramai dibicarakan karena berdampak negatif, dan salah satu upaya
membentengi remaja dari pengetahuan seks yang menyesatkan adalah dengan memberikan
pendidikan seksualitas yang benar. WHO menyebutkan, ada dua keuntungan yang dapat diperoleh
dari pendidikan seksualitas.

Pertama, mengurangi jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum menikah.

Kedua, bagi remaja yang sudah melakukan hubungan seksual, mereka akan melindungi dirinya
dari penularan penyakit menular seksual dan HIV/AIDS.

Mengingat rasa ingin tahu remaja yang begitu besar, pendidikan seksualitas yang diberikan harus
sesuai kebutuhan remaja, serta tidak menyimpang dari prinsip pendidikan seksualitas itu sendiri.
Maka, pendidikan seksualitas harus mempertimbangkan:

• Pertama, pendidikan seksualitas harus didasarkan penghormatan hak reproduksi dan hak
seksual remaja untuk mempunyai pilihan.
• Kedua, berdasarkan pada kesetaraan jender.
• Ketiga, partisipasi remaja secara penuh dalam proses perencanaan,
pelaksanaan, dan evaluasi pendidikan seksualitas.
• Keempat, bukan cuma dilakukan secara formal, tetapi juga
nonformal.

Sampai kapankah kita masih terus memperdebatkan persoalan pendidikan seksualitas untuk
remaja, sedangkan remaja sebenarnya "diam-diam" sudah mencuri informasi yang menyesatkan
tentang seks dari pornografi?

Tito, Pusat Studi Seksualitas-PKBI DIY

bELAKANGAN ini banyak orangtua yang semakin khawatir dengan perkembangan dan juga
pergaulan anak-anaknya. Mereka semakin was-was kalau-kalau putera-puteri mereka yang
kelihatannya alim di rumah ternyata bisa bertindak "liar" di luar rumah.

Kekawatiran ini diakui semakin menjadi-jadi setelah mencuat kasus pelaporan pemerkosaan yang
menimpa bintang sinetron Faisal terhadap seorang remaja berusia 18 tahun bernama Sheara
Rendra Mayang Putri. Atau juga yang dilaporkan Puspita Wahyuningsih alias Pipit dengan perut
membucit yang diakuinya merupakan buah hubungannya dengan bintang sinetron dan iklan Agung
Dumadi.
Anak hamil di luar nikah? Mendengar hal tersebut seperti halnya disambar petir di siang bolong.
Terlebih lagi jika hal tersebut terjadi di keluarga sendiri. Rasanya sebagai orang tua tidak kurang
memberi pengertian akan bahaya dan dosa jika mereka melakukan hubungan seks di luar nikah.

Dampak Seks Bebas


34
Apalagi jika sang orangtua tahu benar bahwa anaknya tidak pernah membantah, patuh dan
termasuk juga jarang bergaul. Pertanyaan mengapa dia bisa hamil tanpa nikah terlebih dahulu?
Apapula yang menyebabkan seusia mereka harus berhubungan layaknya pasangan suami-isteri?

Yang pasti kejadian ini tak hanya membuat malu keluarga yang punya anak wanita. Bagi yang
punya anak laki-laki, juga tentu merasa tercoreng-moreng. Kemungkinan muncul pertanyaan
mengapa anaknya yang baru saja dapat mengendarai mobil, ataupun naik motor kini bisa
menghamili anak orang? Jika ini sudah terlanjur terjadi, apa yang harus dilakukan oleh para orang
tua? Apakah akhirnya menikahkan mereka juga? Ataukah malahan menganjurkan hal yang
dilarang dunia-akherat, yakni aborsi?

Pertanyaan-pertanyaan ini tentu berpulang pada jawaban Anda masing-masing. Yang pasti
selayaknya orangtua yang harus selalu berkewajiban mengayomi dan memberi rasa aman, apapun
masalah yang menimpa mereka harus tetap dalam arahan orangtua. Rangkul mereka dan bantu
mereka mencari solusi terbaik dari setiap masalah yang mereka hadapi. Bukan langsung
mengkambing hitamkan dan memvonis buruk mereka. Bukan pula memberikan solusi tidak
beradab seperti contohnya melakukan aborsi atau mencuci tangan atas apa yang sebenarnya telah
mereka lakukan.

Sebenarnya apakah yang paling diinginkan oleh para remaja jika mereka mempunyai sebuah
masalah yang mereka pikir tidak dapat diselesaikan sendiri, baik itu masalah pelajaran, pacar,
teman ataupun keluarga? Pasti mereka akan curhat.

Sebab mereka pikir dengan curhat, maka masalah mereka dapat teratasi dan apa yang menjadi
kegelisahan jiwa mereka dapat dilepaskan. Dengan curhat selain mereka merasa dilegakan
perasaannya, mungkin juga dapat masukan untuk mengatasi masalah yang sedang dihadapinya.

Tapi bukan solusi terbaik kiranya bila mereka curhat pada orang yang tidak tepat. Karena
kemungkinan malahan bukannya jawaban dan penyelesaian yang mereka dapat, melainkan
malahan timbul permasalahan baru. Apalagi jika menyangkut sesuatu yang dirahasiakan. Kadang
teman yang sudah dianggap dekat dan baik pun belum tentu dapat diajak curhat dalam segala hal.

Alangkah baiknya sejak dini rangkul mereka, ajak mereka sebagai seorang teman dan sahabat.
Dengan demikian mereka bisa dengan mudah mengatakan apa yang mereka rasakan, tak terkecuali
tentang permasalahan cinta mereka. Terangkan pula apa itu seks dan akibatnya sesuai dengan usia
dan perkembangan mereka. Dengan demikian mereka bisa berpikir sekian kali untuk melakukan
seks diluar nikah.

Penanaman agama sedini mungkin juga menjadi jaminan kelangsungan hidup mereka untuk lebih
baik. mereka bisa memilih hubugan yang sehat itu seperti apa, pacaran itu seperti apa dan norma
hubungan antar pria dan wanita diluar pernikahan itu seperti apa.

Mulai dari sekarang juga dan detik ini juga rangkul mereka, dekati mereka sebagai sahabat karib
dan bukan menyalahkan semuanya ketika semuanya sudah telanjur terjadi ...
Dampak Seks Bebas
35

Topik: HIV/AIDS
Kliping: Pendidikan Agama Tak Cukup Cegah Seks Bebas
Dipublikasi pada Wednesday, 25 April 2007 oleh administrator
Mahasiswa berhenti melakukan seks bebas setelah memahami risikonya.

Koran Tempo, Selasa, 24 April 2007

JAKARTA - Pendidikan agama dan keluarga tak cukup mencegah perilaku seks bebas remaja
sebelum menikah. Sebaik apa pun orang tua dan lembaga sekolah dalam mendidik anak, tetap saja
ada remaja berhubungan seks sebelum menikah.
"Jadi pendidikan agama dan keluarga belum cukup," kata Deputi Bidang Keluarga Berencana dan
Kesehatan Reproduksi Badan Keluarga Berencana Nasional Siswanto Agus Wilopo kemarin.
Siswanto menanggapi perilaku seks bebas di kalangan pelajar sebagaimana hasil survei
Koordinator Kesehatan Reproduksi Jaringan Epidemiologi Profesor Charles Suryadi. Lembaga ini
menyebutkan 15 persen dari 2.224 mahasiswa di sepuluh perguruan tinggi negeri dan swasta
melakukan seks bebas sebelum nikah.
Menurut Siswanto, remaja memerlukan pendampingan khusus untuk memperkenalkan risiko seks
sebelum menikah, termasuk mengenalkan alat kontrasepsi. "Penularan penyakit kelamin, seperti
HIV/AIDS, dan kehamilan yang tak direncanakan bisa dicegah dengan cara pemakaian alat
kontrasepsi."
Di beberapa negara, seperti Amerika, kata dia, orang tua meminta anaknya yang belum menikah
memakai alat kontrasepsi.
Tapi, menurut dia, pemerintah di sini justru melarang pemberian alat kontrasepsi untuk mereka
yang belum menikah.
Padahal, berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia, tingkat kehamilan yang tak
direncanakan cukup tinggi. Angkanya mencapai 22 persen dari seluruh kehamilan.
Sejumlah mahasiswa yang dihubungi Tempo menganggap survei tentang perilaku seks bebas oleh
Jaringan Epidemiologi Nasional kurang mencerminkan realitas. "Mahasiswa yang melakukan seks
bebas angkanya jauh lebih besar," kata Eflin Gitarosalyn, mahasiswi Universitas Indonesia.
Nova Arifianto, mahasiswa asal universitas yang sama, juga meragukan hasil survei tersebut.
Menurut dia, budaya gaul yang mewabah melahirkan pergaulan bebas dan cenderung
berkompromi terhadap seks bebas. "Jadi saya yakin angkanya lebih besar dari itu," katanya.
Menurut Ari Nugroho, mahasiswa yang lain, jumlah yang masuk akal untuk mahasiswa yang
berperilaku seks bebas berkisar 25-30 persen. "Kalau cuma 15 persen terlalu kecil," katanya.
Sekretaris Penanggulangan AIDS Nasional Nafsiah Mboi berpendapat sebenarnya sebagian besar
mahasiswa mengetahui risiko seks di luar nikah. Risikonya, selain terkena penyakit kelamin, juga
mengakibatkan kehamilan yang tak direncanakan.
Dia mengungkapkan sekitar 41 persen penularan AIDS di negeri ini disebabkan oleh hubungan
heteroseksual dan 4,3 persen disebabkan oleh homoseksual. Di Provinsi Papua, 96 persen
penyebab AIDS adalah hubungan seks.
Di Eropa, kata dia, sekarang banyak mahasiswa memutuskan berhenti berhubungan seks bebas
setelah memahami risiko tadi. "Jadi setop berhubungan seks sebelum nikah atau jangan ganti-ganti
pasangan," ujar Nafsiah. PRAMONO | DWI RIYANTO AGUSTIAR

Dampak Seks Bebas


36
Majalah Gemari, September 2001
Berdasarkan penelitian di berbagai kota besar di Indonesia, sekitar 20 hingga 30 persen remaja
mengaku pernah melakukan hubungan seks. Celakanya, perilaku seks bebas tersebut berlanjut
hingga menginjak ke jenjang perkawinan. Ancaman pola hidup seks bebas remaja secara umum
baik di pondokan atau kos-kosan tampaknya berkembang semakin serius. Mungkinkah karena
longgarnya control mereka pada mereka? Berikut ini laporan wartawan Majalah Gemari Haris
Fadillah dari "Kota Pelajar" Yogyakarta dan Kota Jakarta.

Pakar seks juga specialis Obstetri dan Ginekologi Dr. Boyke Dian Nugraha di Jakarta
mengungkapkan, dari tahun ke tahun data remaja yang melakukan hubungan seks bebas semakin
meningkat. Dari sekitar lima persen pada tahun 1980-an, menjadi duapuluh persen pada tahun
2000.

Kisaran angka tersebut, kata Boyke, dikumpulkan dari berbagai penelitian di beberapa kota besar
di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Palu dan Banjarmasin. Bahkan di pulau Palu, Sulawesi
Tenggara, pada tahun 2000 lalu tercatat remaja yang pernah melakukan hubungan seks pranikah
mencapai 29,9 persen.
"sementara penelitian yang saya lakukan pada tahun 1999 lalu terhadap pasien yang datang ke
Klinik Pasutri, tercatat sekitar 18 persen remaja pernah melakukan hubungan seksual pranikah,"
kata pemilik Klinik Pasutri ini.

Kelompok remaja yang masuk ke dalam penelitian tersebut rata-rata berusia 17-21 tahun, dan
umumnya masih bersekolah di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) atau mahasiswa.
Namun dalam beberapa kasus juga terjadi pada anak-anak yang duduk di tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP).

Tingginya angka hubungan seks pranikah di kalangan remaja erat kaitannya dengan meningkatnya
jumlah aborsi saat ini, serta kurangnnya pengetahuan remaja akan reproduksi sehat. Jumlah aborsi
saat ini tercatat sekitar 2,3 juta, dan 15-20 persen diantaranya dilakukan remaja. Hal ini pula yang
menjadikan tingginya angka kematian ibu di Indonesia, menjadikan Indonesia sebagai negara yang
angka kematian ibunya tertinggi di seluruh Asia Tenggara.

Dari sisi kesehatan, perilaku seks bebas bisa menimbulkan berbagai gangguan. Diantaranya, terjadi
kehamilan yang tidak di inginkan. Selain tentunya kecenderungan untuk aborsi, juga menjadi salah
satu penyebab munculnya anak-anak yang tidak di inginkan. Keadaan ini juga bisa dijadikan bahan
pertanyaan tentang kualitas anak tersebut, apabila ibunya sudah tidak menghendaki.

Seks pranikah, lanjut Boyke juga bisa meningkatkan resiko kanker mulut rahim. Jika hubungan
seks tersebut dilakukan sebelum usia 17 tahun, risiko terkena penyakit tersebut bisa mencapai
empat hingga lima kali lipat.
Selain itu, seks pranikah akan meningkatkan kasus penyakit menular seksual, seperti sipilis, GO
(ghonorhoe), hingga HIV/AIDS. Androlog Anita Gunawan mengatakan, kasus GO paling banyak
terjadi. Penderita bisa saja tidak mengalami keluhan. Tapi, hal itu justru semakin meningkatkan
penyebaran penyakit tersebut.

Anita menggolongkan penyakit GO tersebut ke dalam subklinis, kronis dan akut. Subklinis dan
kronis, kata anita, tidak menimbulkan gejala serta keluhan pada penderita. Sedangkan GO akut
akan menampakan gejala, seperti sulit buang air kecil atau sakit pada ujung kemaluan. "Pada pria
biasanya menampakan gejala. Berbeda dengan wanita, seringkali tidak menampakan gejala yang
jelas. Paling-paling hanya timbul keputihan atau anyang-anyang," ujarnya.

Dampak Seks Bebas


37
Bagaimana dengan GO yang sudah parah? Dr Boyke Dian Nugraha menjelaskan, untuk GO yang
sudah parah dapat menyebabkan hilangnya kesuburan, baik pada pria maupun wanita. Saluran
sperma atau indung telur menjadi tersumbat oleh kuman GO.

Disisi lain, Boyke menambahkan, perilaku seks bebas ini bisa berlanjut hingga menginjak
perkawinan. Tercatat sekitar 90 dari 121 masalah seks yang masuk ke Klinik Pasutri (pasangan
suami istri)pada tahun 2000 lalu, dialami orang-orang yang pernah melakukan hubungan pranikah
(pre marital).

"Masalah seks dengan pasangannya justru dijadikan legistimasi untuk melakukan seks bebas.
Bahkan, saat ini, seks bebas sudah menjadi bagian dari budaya bisnis," cetusnya. Factor yang
melatarbelakangi hal ini, ujar Boyke, antara lain disebabkan berkurangnya pemahaman nilai-nilai
agama. Selain itu, juga disebabkan belum adanya pendidikan seks secara formal di sekolah-
sekolah. Selain itu, juga maraknya penyebaran gambar serta VCD porno.

Banyak remaja terjebak

Lalu bagaimana dengan remaja di "Kota Pelajar" Yogyakarta? Berdasarkan survey Pusat Studi
Wanita Universitas Islam Indonesia (PSW-UII) Yogyakarta, jumlah remaja yang mengalami
masalah kehidupan seks terutama di Yogyakarta terus bertambah, akibat pola hidup seks bebas.
Mengapa demikian? "karena pada kenyataannya pengaruh gaya seks bebas yang mereka terima
jauh lebih kuat dari pada control yang mereka terima maupun pembinaan secara keagamaan," kata
Kepala PSW-UII Dra Trias Setiawati, Msi.

Saat ini, jumlah pelajar di Kota Yogyakarta sebanyak 121.000 orang, atau sekitar 25 persen dari
penduduk kota yang terkenal sebagai Kota pelajar yang sebanyak 490.000. Ini, tentunya
mendorong makin suburnya bisnis rumah kos di kota ini. Sementara tingkat pengawasan dari
pemilik kos di kota ini. Sementara tingkat pengawasan dari pemilik kos maupun pihak orang tua,
kata Trias Setiawati, semakin longgar. Sehingga, makin banyak remaja yang terjebak ke dalam
pola seks bebas karena berbagai pengaruh yang mereka terima baik dari teman, internet, dan
pengaruh lingkungan secara umum.

"Sekuat-kuatnya mental seorang remaja untuk tidak tergoda pola hidup seks bebas, kalau terus-
menerus mengalami godaan dan dalam kondisi sangat bebas dari kontrol, tentu suatu saat akan
tergoda pula untuk melakukannya. Godaan semacam itu terasa lebih berat lagi bagi remaja yang
memang benteng mental dan keagamaannya tidak begitu kuat," dalihnya.

Salah satu upaya untuk menanggulangi maraknya seks bebas di kalangan remaja, khususnya
penghuni kos, selain perlu dilakukan pengawasan yang ketat dan intensif dari pemilik kos secara
proporsional, juga meningkatkan kesadaran dari orang tua untuk memilihkan tempat kos bagi
anak-anaknya yang layak dan aman. "Selain itu, tentu membekali putra-putrinya dengan benteng
ajaran agama yang kokoh," ujar Trias saat ditemui di Yogyakarta, belum lama ini.

Pendidikan Kesehatan Reproduksi

Maraknya seks bebas di kalangan remaja membuat banyak pihak sangat prihatin. Salah satunya
adalah Ketua Yayasan Sayap Ibu Daerah Istimewa Yogyakarta Ny Hj Ciptaningsih Utaryo.
Pasalnya, kata dia, hal itu akan menimbulkan masalah baru bukan hanya bagi wanita remaja itu
sendiri, tapi juga pada anak-anak yang akan dilahirkan. Terlebih anak yang lahir tersebut
merupakan anak yang dikehendaki, sehingga ada kecenderungan akan ditelantarkan orang tua.

Dampak Seks Bebas


38
Ditambahkannya, munculnya perilaku seks bebas di kalangan remaja yang marak belakangan ini
tidak terlepas dari pengaruh era globalisasi, serta berkaitan erat dengan pengaruh Napza
(narkotika, psikotropika dan zat adiktif lainnya) atau di Daerah Istimewa Yogyakarta di sebut
madat.

Sebagai Yayasan yang perduli dengan anak-anak terlantar, Yayasan Sayap Ibu (YSI) berupaya
untuk mengatasi permasalahan anak-anak yang ditelantarkan orangtuannya, yang hingga kini
jumlahnya demikian besar. Di Yayasan Sayap Ibu Daerah Istimewa Yogyakarta saja saat ini
tercatat sekitar 500 orang anak lebih yang dirawat dan belum mendapatkan orang tua angkat. Bila
digabung dengan lain jumlahnya akan mencapai ribuan orang.

Di antara mereka yang dirawat bukan hanya fisiknya yang normal, tapi ada juga diantaranya yang
mengalami kecacatan akibat aborsi yang gagal dilakukan orang tuannya. "Karena biasanya orang
tua yang hamil di luar nikah akan cenderung mencari jalan pintas untuk menutupi aib yang
dideritannya. Padahal , cara ini selain tidak berprikemanusiaan, juga akan menyebabkan beban
ganda pada anak-anak yang gagal di aborsi," dalih Ciptaningsih.

Untuk menghindari tindakan aborsi illegal yang dilakukan ibu-ibu yang tidak menginginkan
kehamilan, Yayasan Sayap Ibu selain menampung anak-anak yang ditelantarkan orang tuanya, juga
mempunyai program merawat ibu-ibu muda yang hamil akibat seks bebas atau kehamilan tidak
dikehendaki sampai anak tersebut lahir dengan selamat.

"Upaya yang dilakukan Yayasan Sayap Ibu ini bukannya justru memberikan peluang kepada anak-
anak remaja untuk melakukan seks bebas, tapi semata untuk menolong nyawa ribuan generasi
muda dari perbuatan tidak berkemanusiaan. Aborsi illegal bukan hanya berbahaya bagi janin, tapi
juga nyawa ibu muda itu sendiri. Karena setiap janin berdasarkan kontroversi Hak Anak
Internasional perlu dijaga kelangsungan hidupnya," tungkasnya.

Ciptaningsih menegaskan, saat ini untuk menekankan jumlah pelaku seks bebas -terutama di
kalangan remaja- bukan hanya membentengi diri mereka dengan unsure agama yang kuat, juga
dibentengi dengan pendampingan orang tua Dan selektivitas dalam memilih teman-teman. Karena
ada kecenderungan remaja lebih terbuka kepada teman dekatnya ketimbang dengan orang tua
sendiri.

Selain itu, sudah saatnya di kalangan remaja diberikan suatu bekal pendidikan kesehatan
reproduksi di sekolah-sekolah, namun bukan pendidikan seks secara vulgar. "Pendidikan
Kesehatan Reproduksi di kalangan remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ
reproduksi, tetapi bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit menular seksual dan sebagainya.
Dengan demikian, anak-anak remaja ini bisa terhindar dari percobaan melakukan seks bebas,"
imbau Ciptaningsih.

Dampak Seks Bebas


39

You might also like