You are on page 1of 38

Unsur-Unsur Motif Batik

http://artscraftindonesia.com Motif batik terdiri atas elemen-elemen yang dapat dikelompokkan menjadi ornamen, ornamen pengisi dan isen: a. Ornamen Merupakan unsur pokok dalam motif berupa gambar dengan bentuk tertentu yang berukuran cukup besar atau dominan dalam sebuah pola. Ornamen ini disebut juga ornamen pokok. Berikut adalah ornamen-ornamen pokok tradisional klasik yang antara lain terdiri atas: Meru, Pohon Hayat, Tumbuhan, Garuda, Burung, Candi atau Perahu (Bangunan), Lidah api, Naga, Binatang dan Kupu-kupu. 1. Meru adalah bentuk seperti gunung, kadang digambarkan dengan rangkaian tiga gunung dengan gunung yang di tengah sebagai gunung puncak. Dalam pengertian indonesia kuno, gunung melambangkan unsur bumi atau tanah yang merupakan salah satu elemen dari empat unsur hidup yaitu Bumi, Geni, Banyu dan Angin. Dalam kebudayaan Jawa-Hindu, meru menggambarkan puncak gunung yang tinggi tempat bersemayamnya para dewa. Kini karena kurangnya pengetahuan para pembatik atas arti dan bentuk ornamen semula, Meru juga mengalami perubahan seperti digabung dengan bagian tumbuhan, dibentuk hingga bentuk asal tidak nyata lagi.

Meru 2. Pohon Hayat disebut juga Pohon Surga, merupakan suatu bentuk pohon khayalan yang bersifat perkasa dan sakti, dan merupakan lambang kehidupan. Pohon ini digambarkan terdiri atas batang, dahan, kuncup, daun, berakar tunjang atau sobrah. Pohon ini hampir terdapat di semua daerah di Indonesia dengan berbagai variasi. Di seni anyaman Kalimantan, pohon ini disebut Batang Garing. Dalam seni wayang disebut Gunungan atau Kayon. Pohon ini terdapat di relief Candi Jago dan di percaya telah ada sejak abad ke 13, namun bukti yang paling jelas adalah pohon ini terdapat di relief kompleks makam Ratu Kalimanyat yang bertuliskan tahun 1559.

3. Tumbuhan digambarkan sebagai salah satu bagian seperti bunga, sekelompok daun atau kuncup, atau rangkaian dari bunga dan daun. Tumbuhan kadang digambarkan sebagai lunglungan, yaitu tanaman menjalar bentuk berlengkung-lengkung. Pada motif batik klasik ornamen berperan sebagai ornamen pokok maupun ornamen pengisi.

Tumbuhan

4. Garuda digambarkan sebagai bentuk stilir dari burung garuda, atau rajawali atau kadang seperti burung merak. Garuda adalah makhluk khayalan yang perkasa dan sakti, kendaraan Dewa Wisnu juga digambarkan sebagai Garuda.

Garuda

5. Burung. Ada tiga macam ornamen burung dalam batik yaitu burung merak, burung phoenix, yang terakhir adalah burung aneh atau burung khayalan. Ornamen burung juga digunakan sebagai ornamen pengisi selain ornamen pokok.

Burung 6. Bangunan. Adalah ornamen yang menggambarkan bagian bangunan terdiri atas lantai atau dasar dan atap.

Bangunan 7. Lidah api. Ornamen lidah api digambarkan dalam 2 macam bentuk yaitu sebagai deretan nyala api sebagai hiasan pinggir atau batas, dan berupa deretan ujung lidah api memanjang. Zaman dulu api melambangkan kekuatan sakti yang dpat mempengaruhi kepribadian manusia, yang kalau dikuasai dapat menjadi pemberani dan pahlawan, namun bila tidak menjadi angkara murka.

Lidah Api 8. Naga adalah makhluk khayalan berupa ular besar yang mempunyai kekuatan luar biasa dan sakti. Sebagai ornamen naga digambarkan dengan bentuk seperti kepala raksasa dengan mahkota, kadang bersayap, kadang bersayap dan berkaki.

Naga

9. Binatang (berkaki empat). Binatang yang sering digunakan sebagai ornamen adalah lembu, kijang, gajah, singa atau harimau, dan digambarkan secara unik misalnya gajah bersayap atau mempunyai ekor berbunga.

Binatang (Berkaki Empat) 10. Kupu-kupu. Ornamen ini biasanya digambarkan dengan sayap terkembang dari atas, dan biasanya terdapat pada golongan motif Semen dan Ceplok .

Kupu-Kupu

b. Ornamen pengisi Seperti namanya, ornamen ini digunakan sebagai pengisi bidang untuk memperindah motif secara keseluruhan. Ornamen ini berukuran lebih kecil dan berbentuk lebih sederhana dibanding ornamen pokok. Contoh ornamen pengisi adalah ornamen berbentuk burung, daun, kuncup, sayap dan daun.

Ornamen Pengisi

c. Isen Berfungsi sebagai pengisi atau pelengkap ornamen. Berbentuk kecil dan sederhana misalnya berupa titik-titik. Isen yang masih berkembang sampai saat ini antara lain adalah cecek-cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, cecek sawut daun, herangan, sisik, gringsing, sawut, galaran, rambutan dan rawan, sirapan, cacah gori. [Olin]

http://artscraftindonesia.com/ind/index.php?option=com_content&task=view&id=41&Itemid=1

Teknik Pembuatan Batik Tulis, Batik Cap dan Batik Print

Batik Tulis (Menggunakan Canting) Dalam proses membuat batik telah disebutkan bahwa terdapat dua macam cara untuk melukis ragam hias batik, yaitu dengan mengecap atau menulis. Mengecap menggunakan cap akan menghasilkan batik cap, menulis menggunakan canting akan menghasilkan batik tulis. Artikel ini akan membahas lebih detil tentang kedua proses tersebut. Kedua proses tentunya sama-sama menggunakan lilin yang dipanaskan dalam wadah logam, perbedaannya adalah, pada pembuatan batik cap, di dalam wadah lilin diletakkan bantalan kain yang berfungsi seperti alas stempel. Dalam proses melukis pada kain, batik cap dibuat dengan meletakkan kain pada meja yang agak dimiringkan, permukaannya diberi bantalan, dan dibungkus dengan kain yang telah dilapisi dengan larutan tertentu agar lilin tidak menempel pada permukaan kain tersebut. Dalam pembuatan batik tulis, kain diletakkan pada rangka kayu sehingga posisi kain seperti tergantung. Dan berikut inilah perbedaan yang paling mendasar antara batik tulis dan batik cap. Setelah kain siap, dalam pembuatan batik tulis, canting dicelupkan ke dalam wadah lilin kemudian canting digunakan seperti kuas atau pena, melukiskan lilin sesuai ragam hias yang direncanakan pada kain, titik demi titik, garis demi garis satu persatu hingga menjadi ornamen kemudian menjadi motif. Diperlukan keahlian khusus untuk menggunakan canting, karena apabila lilin terlalu panas lilin akan mengalir terlalu cepat dan apabila terlalu dingin akan menghambat atau memampatkan saluran lilin. Setelah satu sisi kain selesai, giliran sisi lain untuk mengalami proses yang sama, batik yang bagus adalah yang sangat serupa tampak ragam hias di kedua sisinya bulak balik.

Batik Cap (Menggunakan Cap) Dalam proses batik cap, cap yang berbentuk satu ornamen dicelupkan ke dalam wadah lilin dan ditekan pada bantalan kain, kemudian diangkat dan dipastikan lilin tidak terlalu banyak sehingga merusak bentuk elemen, setelah memastikan posisi yang tepat pada kain, kemudian cap ditekan pada kain. Sama seperti pada batik tulis, proses pengecapan harus dilakukan bulak balik, karenanya satu macam elemen harus memiliki sepasang cap bulak balik.

Tentu dapat dibayangkan perbedaan berapa lama pengerjaan kedua macam batik tersebut. Batik tulis tentunya sangat menghabiskan waktu dan memerlukan keahlian dan kesabaran tinggi, dan didominasi oleh pembatik wanita, sedangkan pembuatan batik cap lebih cepat dan efisien dan umumnya dikerjakan oleh pria. Dalam bukunya Indonesian Textiles, Michael Hitchcock menulis bahwa produksi batik meninggkat diakhir abad ke 19, penggunaan cap memungkinkan pembatik membatik beberapa lembar kain dalam satu hari. Batik tulis memakan jauh lebih banyak waktu dan biaya, namun sentuhan keterampilan tangan pada akhirnya membuat nilai batik tulis jauh lebih tinggi dibanding batik cap. Adapun batik print adalah batik yang dibuat dengan menggunakan metode sablon, dengan menggunakan klise dan pewarna pasta, seperti layaknya pada kaus/t-shirt, tapi menggunakan motif batik, sama sekali tidak mengunakan lilin atau malam. Menggunakan metode ini tentunya menghasilkan produksi jauh lebih cepat lagi dibanding batik cap. Kelemahan utama batik print adalah tidak adanya desain dengan sentuhan khusus karena diproduksi dalam jumlah massal. Penggunaan metode ini masih dipertanyakan karena dianggap merusak tatanan seni batik, karenanya seniman dan pengrajin batik lebih menyebutnya sebagai kain bermotif batik. [Olin]

Proses Membuat Batik


Sesuai yang diceritakan dalam buku Seni Kerajinan Batik Indonesia oleh S.K. Sewan Susanto, S.Teks. pengerjaan mori batik menjadi kain batik dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pekerjaan persiapan dan membuat batik: Persiapan Yaitu mempersiapan mori menjadi kain yang siap untuk dibuat menjadi kain batik. Pekerjaan ini antara lain meliputi: a. Memotong kain mori b. Nggirah (mencuci) atau Ngetel c. Nganji (menganji) d. Ngemplong (menyetrika)

Membuat Batik
Yaitu pekerjaan pembuatan batik setelah kain dipersiapkan, yang terdiri dari 3 pekerjaan utama: 1.

Membatik dengan Canting dan Cap Menulis atau mengecap dengan lilin batik, yaitu melekatkan lilin batik untuk membuat ragam hias yang dikehendaki. Ragam hias batik tulis dibuat menggunakan canting sedangkan batik cap dengan menggunakan cap. 2. Pewarnaan batik, dapat dilakukan dengan mencelup atau dengan melukis. Pewarnaan dilakukan tanpa pemanasan agar tidak melarutkan lilin yang telah ditulis pada tahap sebelumnya.

3.

Melorod Menghilangkan lilin, yaitu menghilangkan lilin yang dilukiskan pada tahap pertama membuat batik secara sebagian, disebut cara ngerok, atau secara keseluruhan yang disebut juga melorod. Cara ngerok dilakukan dengan menggunakan alat seperti pisau, sedangkan melorod dilakukan dengan merendam kain dalam air panas untuk batik mori katun, sedangkan batik sutra menggunakan bensin. Berdasarkan 3 proses utama dalam membuat batik tersebut di atas, terdapat beberapa jenis teknik yang merupakan dari variasi kombinasi dan pengulangan dari 3 proses utama. Teknik tersebut antara lain adalah: a. Batik Kerokan b. Batik Lorodan c. Batik Bedesan d. Batik Radioan e. Batik Kelengan f. Batik Monochrome g. Batik Modern [Olin]

Bahan-Bahan Membuat Batik Berikut adalah bahan-bahan yang digunakan untuk membuat batik seperti yang ditulis oleh S.K. Sewan Susanto, S. Teks. dalam bukunya Seni Kerajinan Batik Indonesia, yaitu kain, lilin, zat pewarna dan zat pembantu: Kain Kain yang biasa dijadikan kain batik adalah kain putih yang disebut kain mori, atau nama lainnya adalah muslim atau cambric. Kain mori dapat berasal dari katun, sutera asli atau tiruan, namun katun lebih banyak digunakan. Mori dari katun berdasarkan kehalusannya terdiri atas 4 golongan yaitu: a. Primissima, golongan yang sangat halus Kata Primissima mungkin berasal dari kata primus atau prima yang artinya kelas satu. Mori yang paling halus ini biasanya digunakan untuk membuat batik tulis, jarang digunakan untuk batik cap. Mori golongan ini dulu diimport dari Belanda dan Jepang. Sejak 1970 di Indonesia juga didirikan pabrik yang memproduksi yang kualitasnya mendekati golongan Primissima.

b. Prima, golongan yang halus Kata Prima juga berasal dari kata prime atau kelas satu. Seperti golongan pertama, kain ini biasa didapatkan secara import, namun kini Indonesia sudah memproduksi kain yang mendekati kualitas golongan Prima.

Blaco c. Biru atau medium, golongan dengan kehalusan sedang Kata biru didapat dari merk kain ini yang dicetak dengan tinta biru. Biru diimport dari Belanda, Jepang, India dan China.Golongan kain ini biasanya digunakan untuk membuat batik sedang atau kasar. Batik dari kain batik golongan ini disebut Batik Sandang. d. Kain Blaco atau grey yang kasar Golongan kain paling kasar ini juga disebut grey karena warna kain yang belum diputihkan. Pengusaha batik juga sering menenun sendiri kain ini dengan alat tenun bukan mesin.

Lilin

Wax Lilin adalah bahan batik yang digunakan untuk menutupi permukaan kain yang tidak diwarnai sesuai ragam hiasnya. Sebelum menggunakan lilin pembatik sempat menggunakan bubur ketan. Setelah diketemukannya lilin, bubur ketan tidak digunakan lagi. Awalnya pembatik di Jawa mendapatkan lilin tawon (beewax) dari Sumatra, Sumbawa dan Timor. Pada akhir abad ke 19 mereka mulai menggunakan ozokerite dari Eropa. Kini, sesuai yang tercantum dalam buku Seni Kerajinan Batik Indonesia, bahan pokok lilin yang digunakan adalah campuran dari lilin/malam tawon, gondorukem, damar mata kucing, parafin, microwax, dan kendal. Jumlah dan perbandingan bahan bermacam macam, dan sering kali dirahasiakan. Berikut penjelasan lebih lanjut atas bahan-bahan pokok lilin batik tersebut: a. Lilin/Malam Tawon Bahan ini biasanya didapatkan dari Timor dan Palembang. Berwarna kuning suram, sifatnya mudah meleleh dengan titik didih rendah, mudah melekat pada kain, tahan lama dan mudah dilepaskan dari kain dengan menggunakan air panas b. Gondorukem Berasal dari getah pinus merkusi, digunakan agar lilin menjadi lebih keras dan tidak menjadi cepat membeku. c. Damar Mata Kucing Didapatkan dari pohon Shorea, digunakan agar lilin dapat membentuk bekas atau garis-garis lilin yang baik, melekat pada kain dengan baik d. Parafin Bahan ini berwarna putih atau kuning muda, digunakan agar lilin batik memiliki daya tahan tembus basah yang baik dan mudah dilepas dari kain, serta bahannya relatif lebih murah dibanding bahan-bahan yang lain. e. Microwax Merupakan jenis parafin yang lebih halus, digunakan agar lilin lemas (ulet) dan mudah lepas. f. Kendal Kendal atau gajih atau lemak binatang disebut juga lemak atau vet. Berwarna putih dan biasanya didapatkan dari daging lembu atau kerbau. Digunakan untuk merendahkan titik didih,

melemaskan lilin dan mudah dilepas dari kain. Zat Pewarna atau Cat Batik Tidak semua pewarna tekstil dapat digunakan untuk mewarnai batik karena sifat khusus batik. Batik tidak dapat dipanaskan pada saat pewarnaan karena akan melarutkan lilin. Lilin batik tidak kuat terhadap alkali. Sebaliknya, tidak semua pewarna tahan terhadap rebusan air pada saat pengelupasan lilin. Oleh karena sifatnya yang khusus ini maka pewarna batik harus dipilih yang sesuai dengan proses pewarnaan batik yang khas. Menurut asalnya pewarna batik terdiri dari 2 jenis: a. Pewarna dari bahan alami, didapat dari bagian-bagian tumbuhan seperti akar, batang, kayu, kulit, daun dan bunga, atau dari getah buang (Lac Dye) binatang. Contohnya antara lain: daun pohon nila, kulit pohon soga tinggi, kunir, daun teh, blendok trembalo (getah buang kutu Tachardia Iacca yang hidup di pohon kesambi). b. Pewarna sintetis/buatan. Merupakan pewarna yang dapat digunakan dalam suhu yang tidak merusak lilin, yang termasuk golongan pewarna tersebut adalah: indigo, indigosol, naptol dan rapid, cat soga, cat basis, cat Indanthreen, cat belerang dan procion dingin (cat kreatif). Zat Pembantu Yang dimaksud dengan zat adalah zat-zat yang digunakan sebagai penyempurnaan proses pembatikan, yaitu antara lain: caustic soda, soda abu, TRO (Turkish Red Oil), teepol, asam chloride, asam sulfat, tawas, kapur, obat ijo/air ijo dan minyak kacang. a. Caustic soda atau soda api digunakan untuk mengetel mori atau melarutkan lilin batik. b. Soda Abu atau Na2CO3, digunakan untuk campuran mengetel(mencuci), untuk membuat alkali pada air lorodan (proses pengelupasan lilin) dan untuk menjadi obat pembantu pada celupan cat Indigosol. c. Turkish Red Oil digunakan untuk membantu melarutkan cat batik atau sebagai obat pembasah untuk mencuci kain yang akan di cap. d. Teepol digunakan sebagai obat pembasah, misalnya untuk mencuci kain sebelum di cap. e. Asam Chlorida atau air keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol atau untuk menghilangkan kanji mori. f. Asam sulfat atau asam keras digunakan untuk membangkitkan warna Indigosol, membuat TRO. g. Tawas digunakan sebagai kancingan atau fixeer pewarna tumbuhan. h. Kapur digunakan untuk melarutkan cairan Indigo. i. Obat ijo atau air ijo digunakan agar pewarna mempunyai ketahanan pada proses pengelupasan lilin. j. Minyak kacang digunakan untuk mengetel (mencuci) mori sehingga mori menjadi lemas dan naik daya serapnya. [Olin]

Alat Membuat Batik Alat alat yang diperlukan dalam membuat batik adalah: 1. Bak pengetel (bak bundar atau wajan) untuk mempersiapkan dan mewarnai kain batik 2. Palu atau martil kayu untuk melunakkan dan menghaluskan kain 3. Rangka kayu untuk meletakkan kain untuk dilukis 4. Pensil untuk membuat sketsa pada kain 5.

Canting Canting untuk melukis di atas kain seperti pena. Canting terdiri dari pegangan dan wadah lilin seperti mangkok dengan lubang atau moncong/carat untuk mengalirkan lilin ke kain di ujung pegangan. Pegangannya terbuat dari kayu atau bambu, dan wadah lilin terbuat dari tembaga. Canting dibuat dengan berbagai ukuran dan jenis. Ukuran kecil dan besar carat atau lubang wadah lilin bervariasi seperti layaknya kuas untuk melukis, kemudian ada canting dengan bercarat lebih dari satu (biasanya canting mempunyai satu sampai tujuh carat) untuk membuat pola dengan titik-titik yang berdekatan 6.

Cap Batik Cap Batik adalah berupa stempel dari logam berbentuk satu elemen ragam hias digunakan seperti sablon untuk membuat batik cap (bukan batik tulis dimana semua ragam hias di lukis satu persatu dengan canting) 7. Panci atau wadah logam untuk menaruh lilin untuk melukis 8. Kompor kecil untuk menjaga lilin tetap cair [Olin]

Batik Indonesia

Batik adalah salah satu hasil karya seni lukis kain tradisional Indonesia yang dikenal secara internasional. Memiliki sejarah yang cukup panjang yang (walau masih dalam perdebatan) bisa dirunut ke zaman mesir di abad-abad awal penanggalan masehi, batik berhasil terus berkembang dan bertahan hingga sekarang. Kata batik telah masuk dalam perbendaraan kata tekstil internasional dan dipercaya berasal dari bahasa Jawa, yaitu dari kata amba dan tik, amba berarti melukis, dan tik berarti titik. Arti kata Batik sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kain bergambar yg pembuatannya dilakukan secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu. Malam dalam hal ini berarti lilin cair yang digunakan dalam proses pembuatannya. Secara umum kita dapat mengartikan batik sebagai kain yang dihias atau dilukis dengan motif tradisional dengan menggunakan lilin. Metode penggunaan lilin tersebut dikenal juga sebagai metode penolakan atau resist methods/resist technique karena lilin tersebut dituliskan atau dilukiskan pada kain untuk menolak pewarna masuk ke bagian yang tertutup lilin. Michael Hitchcock dalam bukunya Indonesian Textiles menyebutkan bahwa resist methods selain diterapkan pada batik, digunakan pula pada ikat, teritik dan pelangi, tentunya dengan perbedaan teknik, bahan, motif, dan lain-lain. Teknik pembuatan batik akan dijelaskan lebih lanjut dalam artikel tersendiri. Indonesia, terutama Pulau Jawa dipercaya sebagai penghasil batik terkemuka di dunia. Namun Indonesia bukanlah satu satunya penghasil batik. Tradisi (mem)batik juga dapat ditemukan antara lain di Afrika Barat, Cina, Jepang, Turkestan, Malaysia, dan Thailand. Beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa resist methods dibawa ke Jawa oleh bangsa India. Hal ini akan dipaparkan dalam artikel terpisah. Batik memiliki ragam hias atau desain yang terdiri dari beberapa komponen seperti isen, motif, dan ornamen, hal ini juga akan dijabarkan dalam artikel tersendiri. Ragam hias batik antara lain dipengaruhi aspek geografis daerah penghasil batik tersebut, dan dalam artikel-artikel selanjutnya akan dijelaskan tentang jenis-jenis batik berdasarkan daerah yang cukup terkenal

yaitu antara lain Batik Pekalongan, Solo, Yogya, Lasem, dan Cirebon. [Olin]

Sejarah Batik di Indonesia Indonesia adalah salah satu penghasil batik terbesar di dunia, namun hingga saat ini para ahli belum sepakat menentukan dari mana asal dan kapan bermulanya tradisi batik di Indonesia.

Relief Batik di Candi Prambanan Walau diperkirakan menggunakan metode yang serupa, para ahli belum bisa menemukan bukti bahwa batik Jawa sama umurnya dengan yang pernah ditemukan di Mesir, yang merupakan peninggalan dari abad 5-6 SM. Seperti disebutkan dalam artikel Batik Indonesia, beberapa ahli sejarah berpendapat bahwa resist method diperkenalkan kepada bangsa Indonesia oleh bangsa India, namun ahli-ahli lain tidak sepenuhnya mendukung teori ini, di antaranya adalah Prof.Dr.R.M.Sutjipto Wirjosuparto. Dalam bukunya Bunga Rampai Sejarah Budaya Indonesia, beliau menyebutkan Bangsa Indonesia sebelum bertemu dengan kebudayaan India telah mengenal aturan-aturan untuk menyusun syair, mengenal teknik untuk membuat batik, mengenal industri logam, penanaman padi di sawah dengan jalan pengairan dan suatu pemerintahan yang teratur." S.K. Sewan Susanto, S.Teks. dalam bukunya Seni Kerajinan Batik Indonesia juga menentang pendapat batik Indonesia berasal dari India karena perkembangan desain batik Indonesia sampai pada kesempurnaan pada abad ke 14-15, sedangkan perkembangan batik di India baru mencapai kesempurnaan pada abad ke 17-19. Masih dalam buku yang sama beliau menyimpulkan bahwa resist method yang digunakan dalam membuat batik tidak hanya terdapat di India. Dengan adanya hubungan Indonesia-Tiongkok pada zaman Sriwijaya yang erat, maka sangat mungkin adanya pengaruh timbal balik mengenai metode tersebut ( resist method ) antara IndonesiaTiongkok.

Ningrat Jawa Mengenakan Batik tahun 1914 Beberapa ahli berpendapat bahwa batik Jawa baru dapat dibuat setelah pertengahan abad ke 18, karena kain pada masa sebelumnya terlalu kasar untuk dihias dengan desain rumit. Namun dokumen menyebutkan bahwa Pulau Jawa telah mengimport kain katun India yang berkualitas sejak abad ke 10. Kata batik bahkan tercantum dalam rekening muatan kiriman barang dari Batavia ke Sumatera pada tahun 1641. Walau masih banyak silang pendapat tentang asal mula batik di Indonesia, sampai saat ini metode dan peralatan batik Indonesia masih dikagumi dan ditiru oleh praktisi pengolahan kain di seluruh dunia. Seperti yang disebutkan Michael Hitchcock dalam Indonesia Textiles, pada abad ke 19, para ahli dan pedagang eropa mulai tertarik pada batik. Batik Indonesia dari abad 19 tersebut menjadi koleksi antara lain The British Museum yang didapatkan Sir Thomas Stamford Raffles saat bertugas di Jawa antara 1811- 1815. Koleksi Raffles ini tidak pernah dapat dinikmati publik secara lengkap karena saat beliau kembali ke Inggris kapalnya terbakar dan menghanguskan sebagian besar koleksinya. Selepas kembalinya Raffless dengan koleksi batiknya, pada abad itu beberapa usaha untuk memproduksi batik dilakukan di Eropa. Inggris mencoba memproduksi imitasi batik cetak yang lebih murah dibanding aslinya. Namun mereka tidak dapat menyamai pewarna tradisional Indonesia dan harus menggunakan bayak material untuk meniru desain buatan tangan. Akhirnya upaya ini terhalang oleh biaya produksi yang mahal. Belanda menggunakan pendekatan berbeda. Beberapa pembatik Indonesia dikirim ke Belanda untuk mengajari para pekerja Belanda. Beberapa pekerja Belanda kemudian dikirim ke Jawa untuk memproduksi batik dalam perusahaan yang dikelola negara. Belanda juga membuat beberapa pabrik batik di negerinya sendiri, yang pertama dibangun di Leiden pada tahun 1835. Swiss memulai ekspor imitasi batik satu dekade berikutnya, namun produksinya kemudian menurun. Jerman lebih sukses dengan memproduksi masal kain batik pada tahun 1900-an dengan pena kaca dan resist atau penolak warna yang dipanaskan dengan listrik.

Seniman dan industrialis Eropa mendapat keuntungan dari batik. Bahkan disebutkan bahwa gerakan art nouveau mendapat pengaruh dari Jawa, terutama di Belanda. Namun kemudian stagnasi ekonomi terjadi tahun 1920-an membuat permintaan batik hasil industri menurun, dan pasar batik akhirnya hanya dimiliki perusahaan batik berskala kecil di Eropa dan Indonesia. Pengusaha batik di Eropa tetap bertahan selama 1930an karena permintaan lokal. Namun produksi dan permintaan batik menurun lagi selama Perang Dunia II, walaupun kemudian bangkit lagi setelah perang usai. Kini batik memang telah menyebar ke seluruh dunia, namun Indonesia, terutama Pulau Jawa tetap merupakan pusat batik dunia. [Olin]

Kain Tenun Lurik Kain lurik adalah salah satu kain tenun nusantara yang tumbuh dan berkembang di Pulau Jawa. Kain tenun yang berasal dari daerah lain yang menyerupai lurik juga terdapat di daerah lain, misalnya kain ulos yang merupakan kain tradisional Batak, kain ikat dari Nusa Tenggara, juga kain songket dari Sumatera Barat, dan Kain Buton. Kain tenun lurik dengan motif yang berbeda juga ditemukan di Bali.

Berbagai penemuan sejarah memperlihatkan bahwa kain tenun lurik telah ada di Jawa sejak zaman pra sejarah. Ini dapat dilihat dari berbagai prasasti yang masih tersisa, misalnya Prasasti peninggalan zaman Kerajaan Mataram (851 882 M) menunjuk adanya kain lurik pakan malang. Prasasti Raja Erlangga dari Jawa Timur tahun 1033 menyebutkan kain tuluh watu, salah satu nama kain lurik. Demikian juga pemakaian selendang pada arca terracotta asal Trowulan di Jawa Timur dari abad ke 15 M (museum Sonobudaya, Yogyakarta) juga memperlihatkan pemakaian lurik pada masa itu. Yang lebih memperkuat pendapat bahwa tenun telah dikenal lama di Pulau Jawa adalah pemakaian kain tenun pada arca-arca dan relief candi yang tersebar di Pulau Jawa. Tiga daerah utama penyebaran Lurik di Pulau Jawa adalah Yogya, Solo dan Tuban. Adapun alat tenun yang paling awal dikenal adalah alat tenun gendong yang tidak banyak berubah bentuknya dari dulu sampai sekarang. Alat tenun yang lain adalah alat tenun bendho. Alat tenun yang lebih modern dikenal dengan istilah ATBM (alat tenun bukan mesin). Generasi terakhir alat tenun

dikenal dengan istilah ATM (alat tenun mesin). Alat tenun gendong adalah alat tenun sederhana yang terdapat dalam 2 bentuk (terdiri dari 2 jenis alat yaitu tenun gendong discontinuous wrap dan tenun gendong continous wrap)

Penenun Tuban dengan alat Tenun Gendong "discontinuous wrap" dengan epor dari kayu

Penenun suku Dayak dengan alat Tenun Gendong "continuous wrap" dengan epor dari kulit kayu Filosofi dan Makna Lurik Dalam bahasa Jawa kuno lorek berarti lajur atau garis, belang dan dapat juga berarti corak. Karena itulah mengapa di Jawa Tengah dan Jawa Timur kain tenun bercorak lajur ini akhirnya dikenal dengan nama lurik. Bebrapa motif dasar lurik adalah : corak garis-garis searah panjang sehelai kain, disebut dengan istilah lajuran (1), garis-garis yang searah lebar kain disebut dengan istilah pakan malang (2), sedangkan lurik dengan corak kecil-kecil disebut cacahan (3). Di daerah Parahyangan dan Madura, kain lurik disebut juga kain poleng yang berarti kain belang-belang. Kini istilah kain poleng lebih dikenal sebagai kain kota-kotak hitam putih yang dipercaya dapat menolak bala (bangum tolak). Sedangkan kain lurik polos dikenal dengan nama polosan.

Khususnya di daerah Solo Yogya kain lurik ditenun dengan teknik amanan wareg, yang berarti anyaman datar atau polos. Dilihat dari teknik pengerjaannya sebetulnya teknik ini sangat sederhana, tetapi ketrampilan dan kejelian dalam memadukan warna serta tata susunan kotak dan

garis yang serasi dan seimbang akan menghasilkan kain lurik yang indah dan mengagumkan. Sebagaimana kain-kain lain di nusantara, kain lurik juga sarat dengan makna. Lurik tak dapat dipisahkan dengan kepercayaan dan ikut mengiringi berbagai upacara agama, ritual dan adat sepanjang daur kehidupan manusia. Filosofi dan makna sehelai lurik biasanya tercermin dalam motif dan warna lurik. Ada corakcorak yang dianggap sakral yang memberi tuah, ada yang memberi nasehat, petunjuk dan juga harapan. Semuanya tercermin dalam corak ragam hias yang kita kenal dengan istilah motif (makna motif sehelai lurik). Sedangkan daur kehidupan manusia mulai dari lahir sampai meninggal diibaratkan dengan putaran empat penjuru mata angin yang bergerak dari Timur ke Selatan dengan melalui Barat menuju ke Utara. Keempat penjuru mata angin ini dalam bahasa Jawa disebut dengan istilah mancapat. Dalam kaitan ini, setiap mata angin dilambangkan dengan simbol-simbol warna (makna warna sehelai lurik). Lurik juga tidak terlepas dari berbagai legenda yang tumbuh dan berkembang secara turun temurun dalam kelompok masyarakat. Beberapa legenda yang terkandung dalam lurik terdapat dalam artikel legenda sehelai lurik . Berbagai unsur seperti warna, motif, dan kepercayaan yang menyertai lurik membuat nilai sebuah lurik menjadi tinggi. Penggunaan lurik terutama penggunaan lurik Solo dan Yogya yang dipakai dalam penyelenggaraan upacara tertentu juga berbeda-beda maknanya tergantung maksud dan tujuan upacara yang diselenggarakan.

Corak Kinanti

Corak Bribil

Corak Kembang Bayem

Corak Kembang Telo

Bentuk dan Pemakaian Lurik dalam Kehidupan Sehari-Hari Walaupun kini tenun lurik telah semakin langka produksinya karena mulai kalah dengan tekstil sintetis, tetapi penggunaan lurik di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur terutama pada generasi tua masih cukup tinggi. Dilihat dari segi bentuk dan ukuran, umumnya lurik Solo Yogya terdiri dari 5 bentuk dan ukuran yaitu : Jarit atau kain panjang, dengan ukuran (1 x 2,5) m. Kain sarung, dengan ukuran (1 x 2) m. Kain ciut, yang adalah kain selendang dengan ukuran (0,5 x 3) m clan kain kemben dengan ukuran (0,5 x 2,5) m. Stagen (ikat pinggang) dengan (0,15 x 3,5) m. Bakal kelambi (bahan baju) untuk kebaya wanita, clan sruwal, baju peranakan, surjan, untuk pria, sedangkan lurik tidak umum dipakai sebagai ikat kepala.

Nian S. Joemena (2000). Lurik, Garis-garis Bertuah. PT. Ikrar Mandiri Abadi. ISBN 979428-391-6

Hak Cipta
Definisi :

Hak Cipta: Hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak Ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Ciptaan yang Dilindungi Ciptaan dalam bidang ilmu pengetahuan, seni, dan sastra, yang mencakup: Buku, program komputer, pamflet, perwajahan (lay out) karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya tulis lain; Ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan lain yang sejenis dengan itu; Alat peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan; Lagu atau musik dengan atau tanpa teks; Drama atau drama musikal, tari, koreografi, pewayangan, dan pantomim; Seni rupa dalam segala bentuk seperti seni lukis, gambar, seni ukir, seni kaligrafi, seni pahat, seni patung, kolase, dan seni terapan; Arsitektur; Peta; Seni batik; Fotografi; Terjemahan, tafsir, saduran, bunga rampai, dan karya lain dari hasil pengalih wujudan; Informasi yang tercantum di atas tidak memuat ketentuan hukum. Untuk informasi lebih lanjut, silahkan hubungi:
Direktorat Hak Cipta , Desain Industri, DTLST, dan Rahasia Dagang Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Jl. Daan Mogot Km. 24 Tanggerang - 15119 Banten Tel & Fax : (021) 5524993 email : docopyright@dgip.go.id www.dgip.go.id

Makna Motif & Penggunaan Lurik


Dalam bahasa Jawa kuno lorek berarti lajur atau garis, belang dan dapat juga berarti corak. Karena itulah mengapa di Jawa Tengah dan Jawa Timur kain tenun bercorak lajur ini akhirnya dikenal dengan nama lurik. Pada dasarnya motif lurik secara garis besar terbagi 3 : 1. Motif garis-garis searah panjang sehelai kain, disebut dengan istilah lajuran 2. Motif garis-garis yang searah lebar kain disebut dengan istilah pakan malang 3. Motif lurik dengan motif kecil-kecil disebut cacahan Dalam perkembangannya, motif dasar tersebut dapat bervariasi baik ukuran lajurnya maupun besar cacahannya. Pencipta lurik biasanya menggabungkan berbagai variasi lajuran dan pakan malang sehingga terciptalah motif-motif baru. Lurik yang berkembang di wilayah Jawa Tengah dan Timur yang masyarakatnya adalah masyarakat agraris berdasarkan kebudayaan Hindu Jawa, sepanjang sejarahnya menciptakan motif dengan maksud-maksud tertentu. Motif-motif yang merupakan karya agung ini diberi nama dan makna yang mencerminkan unsur-unsur kepercayaan, keagungan alam semesta, pemujaan para leluhur, falsafah hidup, harapan dan tauladan. Nama-nama motif diambil dari nama-nama flora dan fauna di sekitar ataupun dari benda-benda yang dianggap sakral. Penggunaan Lurik Solo dan Yogya Upacara adat (ruwatan) adalah tradisi yang telah berlangsung turun temurun dalam masyarakat Jawa. Kata ruwatan berasal dari bahasa Kawi, yang berarti bebas atau pulih. Jadi yang dimaksud dengan ruwatan adalah pelaksanaan upacara dengan permohonan dan harapan dapat terhindar dan bebas dari segala macam malapetaka, Pada ruwatan, kain lurik menjadi sangat penting dan dipakai dalam rangkaian upacara adat, misalnya pada beberapa ruwatan penting berikut :

1. Tingkeban dan Mitoni

Corak Dringin Upacara Tingkeban adalah upacara ruwatan kepada calon ibu yang usia kandungannya mencapai 7 bulan. Upacara ini adalah siraman (mandi) yang maknanya untuk mensucikan diri dari noda dan dosa untuk menyambut keturunan yang akan datang. Juga ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah anak yang akan lahir.

Pada upacara tingkeban dan mitoni, wanita yang akan melahirkan, setelah siraman akan bertukar kain hingga beberapa kali, dan baru pada yang ke tujuh kalinya dianggap pantas, yaitu pada pemakaian kain lurik dengan corak-corak yang melambangkan hal-hal yang baik dan luhur.
Catatan: Tingkeban adalah upacara siraman menyambut kelahiran anak pertama. Mitoni adalah upacara siraman menyambut anak kedua dan Seterusnya.

Pada upacara ini kain lurik yang dipakai adalah :


Jarit atau sarung (tumbar pecah), yang maknanya agar kelahiran berjalan lancar, ibu dan anak berada dalam keadaan selamat. Stagen bangun tulak, dililitkan sebagai pengikat jarit atau sarung pada perut sang calon ibu sebagai penolak bala. Selendang atau kemben liwatan atau lompatan, dengan harapan agar ibu dan anak terhindar, terliwatkan dari mara bahaya dan penyakit. Selendang atau kemben dringin, agar wanita hamil tua dijauhi dari nafsu birahi demi keselamatan kandungannya.

2. Ruwatan Anak Sukerta Budaya upacara ruwatan anak sukerta di Jawa, khususnya Jawa Tengah adalah ruwatan yang diadakan untuk anak-anak sukerta. Sukerta dari bahasa Kawi, yang berarti diperbaiki, dibebaskan atau terhindar dari bala. Anak-anak sukerta adalah adalah anak-anak yang mempunyai komposisi persaudaraan tertentu, oleh sebab itu bagi anak-anak sukerta tersebut harus diadakan upacara tolak bala. Jumlah komposisi persaudaraan anak-anak yang tergolong sukerta misalnya :
Anak ontang-anting, yaitu anak si mata wayang atau anak tunggal. Anak uger-uger lawang, yaitu dua orang anak bersaudara kedua-duanya lakilaki. Anak kembang sepasang, yaitu dua orang anak bersaudara, kedua-duanya wanita. Anak kendono-kendini, yaitu dua orang anak bersaudara, seorang wanita, seorang pria. Anak serimpi, yaitu empat orang anak bersaudara, semuanya wanita. Anak pendawa, yaitu lima orang anak bersaudara, semuanya pria.

Pada upacara ruwatan, keluarga yang mempunyai hajat akan memakai kain lurik dengan corak kluwung, tuluh watu. Kain lurik corak tersebut dipergunakan untuk berbagai keperluan, antara lain untuk penolak bala. Cara dan gaya ruwatan dari daerah ke daerah berbedabeda, demikian pula jenis ruwatan. 3. Upacara Belek Kebo & Siraman Pada saat pihak keluarga laki-laki meminang seorang wanita, maka diserahkan seperangkat seserahan. Salah satu barang yang dibawa dalam seserahan adalah lurik palen yang melambangkan kecantikan yang mempesona. Setelah itu menyusul berbagai upacara, antara lain upacara siraman dengan dodoIan dawet, di mana lurik dengklung dipakai oleh kedua orang tua calon pengantin. [Magda]

Hiras Batik Pekalongan

Batik Khas Pekalongan Indonesia


Artikel
Artikel yang kami sajikan merupakan himpunan dari berbagai sumber baik buku maupun pustaka elektronik, semua sumber dirangkum dengan baik untuk memperkaya khasanah pengetahuan kita bersama mengenai batik Indonesia yang kita cintai bersama, terima kasih. ASAL KATA BATIK http://hirasbatik.wordpress.com/artikel/ Kata Batik berasal dari bahasa Jawa yaitu amba yang berarti menulis dan titik. Batik merupakan salah satu cara pembuatan bahan pakaian. Selain itu batik bisa mengacu pada dua hal : (1) teknik pewarnaan kain dengan menggunakan malam untuk mencegah pewarnaan sebagian dari kain. Dalam literatur internasional, teknik ini dikenal sebagai wax-resist dyeing. (2) Kain atau busana yang dibuat dengan teknik tersebut, termasuk penggunaan motif-motif tertentu yang memiliki kekhasan. Batik Indonesia, sebagai keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya yang terkait, oleh UNESCO telah ditetapkan sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) sejak 2 Oktober, 2009. SEJARAH BATIK Seni pewarnaan kain dengan teknik wax-resist dyeing adalah salah satu bentuk seni kuno. Penemuan di Mesir menunjukkan bahwa teknik ini telah dikenal semenjak abad ke-4 SM, dengan diketemukannya kain pembungkus mumi yang juga dilapisi malam untuk membentuk pola. Di Asia, teknik serupa batik juga diterapkan di Tiongkok semasa Dinasti Tang (618-907) serta di India dan Jepang semasa Periode Nara (645-794). Di Afrika, teknik seperti batik dikenal oleh Suku Yoruba di Nigeria, serta Suku Soninke dan Wolof di Senegal. Di Indonesia, batik dipercaya sudah ada semenjak zaman Majapahit, dan menjadi sangat populer akhir abad ke-18 atau awal abad ke-19. Batik yang dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke-20 dan batik cap baru dikenal setelah Perang Dunia I atau sekitar tahun 1920-an. Walaupun kata batik berasal dari bahasa Jawa, kehadiran batik di Jawa sendiri tidaklah tercatat. G.P. Rouffaer berpendapat bahwa tehnik batik ini kemungkinan diperkenalkan dari India atau Srilangka pada abad ke-6 atau ke-7. Di sisi lain, J.L.A. Brandes (arkeolog Belanda) dan F.A. Sutjipto (arkeolog Indonesia) percaya bahwa tradisi batik adalah asli dari daerah seperti Toraja, Flores, Halmahera, dan Papua. Perlu dicatat bahwa wilayah tersebut bukanlah area yang dipengaruhi oleh Hinduisme tetapi diketahui memiliki tradisi kuno membuat batik. G.P. Rouffaer juga melaporkan bahwa pola gringsing sudah dikenal sejak abad ke-12 di Kediri, Jawa Timur. Dia menyimpulkan bahwa pola seperti ini hanya bisa dibentuk dengan menggunakan alat canting, sehingga ia berpendapat bahwa canting ditemukan di Jawa pada masa sekitar itu. Detil ukiran kain yang menyerupai pola batik dikenakan oleh Prajnaparamita, arca dewi kebijaksanaan buddhis dari Jawa Timur abad ke-13. Detil pakaian menampilkan pola sulur tumbuhan dan kembang-kembang rumit yang mirip dengan pola batik tradisional Jawa yang dapat ditemukan kini. Hal ini menunjukkan bahwa membuat pola batik yang rumit yang hanya dapat dibuat dengan canting telah dikenal di Jawa sejak abad ke-13 atau bahkan lebih awal. Legenda dalam literatur Melayu abad ke-17, Sulalatus Salatin menceritakan Laksamana Hang Nadim yang diperintahkan oleh Sultan Mahmud untuk berlayar ke India agar mendapatkan 140

lembar kain serasah dengan pola 40 jenis bunga pada setiap lembarnya. Karena tidak mampu memenuhi perintah itu, dia membuat sendiri kain-kain itu. Namun sayangnya kapalnya karam dalam perjalanan pulang dan hanya mampu membawa empat lembar sehingga membuat sang Sultan kecewa. Oleh beberapa penafsir, serasah itu ditafsirkan sebagai batik. Dalam literatur Eropa, teknik batik ini pertama kali diceritakan dalam buku History of Java (London, 1817) tulisan Sir Thomas Stamford Raffles. Ia pernah menjadi Gubernur Inggris di Jawa semasa Napoleon menduduki Belanda. Pada 1873 seorang saudagar Belanda Van Rijekevorsel memberikan selembar batik yang diperolehnya saat berkunjung ke Indonesia ke Museum Etnik di Rotterdam dan pada awal abad ke-19 itulah batik mulai mencapai masa keemasannya. Sewaktu dipamerkan di Exposition Universelle di Paris pada tahun 1900, batik Indonesia memukau publik dan seniman. Semenjak industrialisasi dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru muncul, dikenal sebagai batik cap dan batik cetak, sementara batik tradisional yang diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut batik tulis. Pada saat yang sama imigran dari Indonesia ke Persekutuan Malaya juga membawa batik bersama mereka. Batik adalah kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa pada masa lampau menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian, sehingga pada masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif perempuan sampai ditemukannya Batik Cap yang memungkinkan masuknya laki-laki ke dalam bidang ini. Ada beberapa pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak Mega Mendung, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim bagi kaum lelaki. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang. Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tadisional hanya dipakai oleh keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta. Batik merupakan warisan nenek moyang Indonesia ( Jawa ) yang sampai saat ini masih ada. Batik juga pertama kali diperkenalkan kepada dunia oleh Presiden Soeharto, yang pada waktu itu memakai batik pada Konferensi PBB.

CORAK / MOTIF BATIK

Ragam corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh dipakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh luar, seperti para pedagang asing dan juga pada akhirnya, para penjajah. Warna-warna cerah seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga memopulerkan corak phoenix. Bangsa penjajah Eropa juga mengambil minat kepada batik, dan hasilnya adalah corak bebungaan yang sebelumnya tidak dikenal (seperti bunga tulip) dan juga benda-benda yang dibawa oleh penjajah (gedung atau kereta kuda), termasuk juga warna-warna kesukaan mereka seperti warna biru. Batik tradisonal tetap mempertahankan coraknya, dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing corak memiliki perlambangan masing-masing. Motif-motif batik dapat dikelompokkan menjadi 8 kelompok besar (menurut buku Jasper dan Mas Pirngadie), 1. Golongan Banji 2. Golongan Ceplok. 3. Golongan Ganggong.

4. Golongan Kawung. 5. Golongan Parang. 6. Golongan Lereng. 7. Golongan Anyaman. 8. Golongan Semen (bunga-daun, bunga-binatang dan bunga burung) Sedangkan menurut cara pengelompokkan baru yang lebih terperinci motif batik dikelompokkan menjadi 11 golongan, 1. Golongan dengan ornamen dasar motif batik Banji. 2. Golongan dengan ornamen dasar motif batik Ganggong. 3. Golongan dengan ornamen dasar motif batik Ceplok. 4. Golongan dengan ornamen dasar motif batik Anyaman. 5. Golongan dengan ornamen dasar motif batik Lereng/Lerek. 6. Golongan dengan ornamen dasar motif batik Nitik. 7. Golongan dengan ornamen dasar motif batik kawung. 8. Golongan dengan ornamen dasar motif batik Semen. 9. Golongan dengan ornamen dasar motif batik Lung-Lungan. 10. Golongan dengan ornamen dasar motif batik Bebas. 11. Golongan dengan ornamen dasar motif batik Dinamis. Berikut akan disajikan macam-macam gambar motif batik yang merupakan gambar garis-garis klowongan dan isen yang dalam membatiknya nanti akan merupakan garis-garis motif yang biasanya berwarna coklat (warna soga).

Keterangan : A. Penerapan gambar pada pembuatan jenis batik dengan dasaran berwarna. B. Penerapan gambar pada pembuatan jenis batik dengan dasaran putih.

PEMBUATAN BATIK Semula batik dibuat di atas bahan dengan warna putih yang terbuat dari kapas yang dinamakan kain mori. Dewasa ini batik juga dibuat di atas bahan lain seperti sutera, poliester, rayon dan bahan sintetis lainnya. Motif batik dibentuk dengan cairan lilin dengan menggunakan alat yang dinamakan canting untuk motif halus, atau kuas untuk motif berukuran besar, sehingga cairan lilin meresap ke dalam serat kain. Kain yang telah dilukis dengan lilin kemudian dicelup dengan warna yang diinginkan, biasanya dimulai dari warna-warna muda. Pencelupan kemudian dilakukan untuk motif lain dengan warna lebih tua atau gelap. Setelah beberapa kali proses pewarnaan, kain yang telah dibatik dicelupkan ke dalam bahan kimia untuk melarutkan lilin. Berikut adalah tahapan proses pembuatan batik : 1. Loyoran Merupakan proses penyortiran bahan, bahan harus direndam air selama 4 hari sampai 1 minggu, lalu digodog dan dikeringkan. 2. Kemplongan Merupakan proses penghalusan kain yaitu dengan memukul-mukul kain dengan palu kayu. 3. Cap / Pengolesan

Pola dasar yang sudah dibuat diolesi dengan malam, proses pengolesan ini mempunyai berbagai macam cara, yaitu dengan menggunakan canting pada batik tulis halus, cap pada batik cap dan stensil pada batik printing, setelah itu kain dibiarkan sampai malamnya kering. 4. Pewarnaan Kain direndam dalam bak pewarna dingin, lama perendaman tergantung pada jenis pencelup dan ketebalan warna yang dikehendaki. 5. Lorotan Proses dilanjutkan dengan lorotan yaitu kain direndam dalam air panas untuk menghilangkan malam lalu kain dikeringkan kemudian mulai lagi dengan pengolesan lilin, pewarnaan dan lorotan. Proses ini berulang-ulang sampai selesai, lilin bekas proses lorotan dapat dipakai kembali. Adapun jenis kain/bahan yang umumnya digunakan dalam pembuatan batik yaitu : prima, primissima, biru, georgette, flanel, sutera, viollisina, nylon, wool, chiffon dan crepe de chine. Bumbu-bumbu batik yang dibutuhkan yaitu : malam, gondorukem, damar, minyak kelapa, catcat untuk warna, soga genes (tradisional) dan soga emas. Alat yang digunakan dalam pembuatan : cap, canting, grengseng, wajan, kompor, gawang dan kenceng.

Gambar proses pembuatan batik pada kain mori

JENIS BATIK
Menurut teknik pembuatannya

- Tradisional
1. Batik tulis biasa, proses pembantikannya dikerjakan dengan menggunakan canting dan ditulis dengan tangan. Proses pemberian warna (penyogaan) digunakan soga biasa produksi dalam negeri dan hanya berwarna merah / coklat. 2. Batik tulis kelir, proses pembantikkannya sama dengan diatas, hanya warna yang digunakan lebih bermacam-macam. 3. Batik cap, jenis batik yang cara pengerjaanya dan pembuatannya tidak menggunakan canting melainkan dengan cap. Caranya yaitu kain mori langsung dicap dan diberi obat batik untuk pewarnaan. 4. Batik Tulis kombinasi, proses pembatikannya sebagian menggunakan canting dan sebagian menggunakan cap.

- Modern 1. Batik Printing, jenis batik dimana teknik serta metode pembuatnnya menggunakan alat sejenis stensil yang sekaligus telah diberi obat pewarna. Harganya lebih murah jika dibandingkan dengan batik tulis.Contoh produksinya antara lain : seprei, taplak meja dan lain-lain. 2. Batik Kinitted, merupakan jenis batik yang menggunakan bahan baku modern seperti polyster, cotton, georgette, chiffon dan lain-lain.
Menurut asal pembuatan Batik Bali, batik Banyumas, batik Madura, batik Malang, batik Pekalongan, batik Solo, batik Tasik, batik Aceh, batik Cirebon, batik Jombang, batik Banten, batik Tulungagung, batik Kediri, batik Kudus, batik Jepara / batik Kartini dsb. Sumber : - Wikipedia - Buku Kumpulan Motif Batik oleh Balai Penelitian dan Pengembangan Industri - Buku dari PT Batik Solo

FISIKA BATIK Yohanes Surya & Hokky Situngkir Fisika adalah ilmu tentang alam dan dinamikanya. Dalam meneliti alam, Fisikawan senantiasa tertantang mencari aturan-aturan yang mendasari suatu fenomena alam. Misalnya apa aturan yang menyebabkan terbentuknya pelangi? Apa aturan yang menyebabkan turunnya hujan? Apa aturan yang membuat benda terapung, tenggelam atau melayang? (a) (b)

(c) Gambar 1. Muncratan Air Batik adalah lukisan tentang alam dan dinamikanya. Berbeda dengan para pelukis naturalis yang melukis alam persis seperti apa yang dilihatnya, para pencipta batik melukis alam dari sisi yang lebih dalam. Pencipta batik mencari pola dasar dari suatu fenomena yang dilihatnya itu. Dari pola dasar ini ditambah dengan beberapa aturan

sederhana, pencipta batik dapat menghasilkan lukisan batik. Butuh suatu kejeniusan untuk melihat pola dasar dan mencari aturan ini. Sadar atau tidak, pekerjaan seorang pencipta batik mirip pekerjaan seorang fisikawan. Misalnya seorang pencipta batik ingin melukis fenomena air yang muncrat. Ia tidak langsung melukis muncratnya air begitu saja seperti yang ia lihat. Otaknya mencari pola dasar dari muncratnya air ini yaitu berupa suatu segitiga. Setelah itu dicari aturan sederhana seperti kecilkan segitiga sekian kali lipat, lalu putar segitiga tersebut 2 beberapa derajat (lihat gambar 1a). Jika pada tiap segitiga yang terbentuk diterapkan aturan yang sama, maka kita akan sampai pada suatu lukisan setengah jadi yang tampak seperti lukisan batik (gambar 1b). Jika proses ini diteruskan oleh komputer hingga segitiga yang sangat kecil maka hasilnya adalah lukisan muncratan air (gambar 1c). Disini dapat kita katakan bahwa batik adalah lukisan fenomena alam yang belum selesai. Disini kita lihat betapa jeniusnya si pencipta batik. Kehebatan si pencipta batik terletak pada kemampuan ia mencari pola dasar serta aturan-aturan sederhana tanpa menggunakan komputer sama sekali. Luar biasa sekali nenek moyang kita ini. Nah sekarang apa hubungan antara fisika dan batik yang kami sebut dengan fisika batik ini? Fisika batik berusaha membaca pikiran pencipta batik tentang alam dan dinamikanya. Fisika batik mencari pola dasar dan aturan-aturan dari berbagai lukisan batik. Dalam mencari aturan dasar ini, fisika batik dapat memanfaatkan aturan fisika yang sudah ada, kemudian memodifikasinya ataupun menciptakan aturan fisika yang baru. Menarik bukan? Kita lihat tiga lukisan batik yang mempunyai unsur mega mendung (gambar a). Pola dasar mega mendung yang ditemukan oleh fisika batik disini adalah garis lengkung yang kita sebut inti awan (gambar a). Sekarang gunakan aturan berikut besarkan inti awan ini dan tempatkan beberapa inti awan yang lebih kecil di dalamnya Jika ini diterapkan pada setiap awan yang terbentuk kita akan memperoleh lukisan batik mega mendung (gambar b). Jika inti awannya dibuat sangat kecil maka kita akan mendapat lukisan awan mendung (gambar c). Proses mengembangnya (membesarnya) inti awan ini dan terbentuknya inti-inti awan baru yang lebih kecil, akan lebih menarik jika menggunakan prinsip-prinsip fisika yang sudah berkembang sebelumnya seperti tekanan, gerakan fluida dan sebagainya. (a) 3 (b) (c) Gambar 2. Motif awan-awanan. Berikutnya kita lihat motif batik burung. Pola dasar burung (atau sayap burung) ini berupa suatu segitiga. Terapkan aturan berikut kecilkan segitiga dan gerakan segitiga seperti kepakan sayap maka kita akan mendapatkan lukisan batik burung (gambar b). Kalau aturan ini diteruskan sampai sayap yang sangat kecil maka kita akan peroleh bentuk lukisan burung atau sayap burung (gambar c). Lukisan ini akan lebih menarik jika dalam membuat gerakan kepakan sayap kita tidak asal menggambar tapi memanfaatkan juga rumusan fisika (khususnya mekanika). (a) (b)

(c) Gambar 3. Motif Sayap Burung

Yang unik dari Fisika batik ini adalah ketika kita sudah memperoleh pola dasar dan aturan-aturannya, dengan mengubah sedikit saja aturan-aturan itu, kita bisa menghasilkan pola batik yang berbeda. Jadi dapat dibayangkan, kita dapat membuat ribuan bahkan miliaran motif batik yang baru, hanya dengan mengubah sedikit aturan yang kita temukan itu. 4 Pada gambar dibawah ini batik pada gambar 4a kanan diperoleh dari bentuk segitiga dengan aturan buat segitiga besar besar, lalu kecilkan segitiga tersebut dan tempatkan seperti pada gambar 4a kiri, sedangkan batik pada gambar 4b kanan diperoleh dengan mengubah sedikit aturan yaitu segitiga kecil yang pertama dibalik. Menarik sekali bukan? (a) (b) Gambar 4. Modifikasi sedikit aturan akan mengubah motif. Nah kita sudah lihat betapa mengasyikannya bermain-main dengan fisika batik. Sebagai kesimpulan dapat kami katakan bahwa banyak hal yang dapat kita peroleh dari pengembangan fisika batik ini, antara lain: 1) memahami suatu fenomena alam dari sisi lain yang sebelumnya belum terpikirkan; 2) mengembangkan banyak motif batik yang baru dari motif batik yang sudah ada; 3) mempelajari pola pikir para pencipta batik, secara tidak langsung kita belajar budaya nenek moyang kita; 4) semakin melihat betapa jeniusnya para pencipta batik ini, dan semakin menghargai hasil ciptaan mereka. Ini akan menimbulkan rasa bangga ketika kita memakai batik buatan Indonesia.

Tutorial - Menggambar Stilasi

PROSES MENGGAMBAR STILASI (Klik pada gambar untuk memperbesar)

Ikan Stilasi

Ornamen pada umumnya mempunyai bentuk yang tertentu, dapat berupa segi tiga, segi empat, lingkaran, dan sebagainya. Alangkah susah dan sulitnya untuk menerapkan bentuk-bentuk dalam keadaan asalnya, yakni secara naturalistis ke dalam bidang hias yang tertentu pula bentuknya tanpa mengadakan penyesuaian atau perubahan-perubahan terlebih dahulu. Oleh karena itu perlu mengadakan penggubahan pada motif-motif tersebut sehingga menjadi bentuk ornamental, artinya memiliki sifat-sifat sebagai hiasan. Penggayaan bentuk atau penggambaran dari bentuk alami menjadi bentuk ornamental disebut stilasi, sedangkan gambarnya disebut gambar stilasi yang dapat diartikan sebagai bangun hias yang menggambarkan sesuatu dan akan disusun pada bidang hias. Bentuk sumber penggambaran disebut motif. Menstilasikan bentuk berarti menggambarkannya dengan ketentuan sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. Memberikan bentuk yang tegas Memiliki kesan datar Bentuk oranamental yang indah Tidak meninggalkan ciri-ciri yang mendukung karakter motif atau bentuk sumbernya.

Ada dua permasalahan yang perlu diperhatikan dalam membuat stilasi, yaitu bangun luar dan isen. Bangun luar sebagai bangun utama atau bentuk luar gambar stilasi, sedangkan isen sebagai kelengkapan dari bentuk keseluruhan dan ciri serta sifat khasnya sekaligus untuk menambah nilai variasi dan daya tarik.

Langkah-langkah pembuatan gambar stilasi : 1. Menentukan pilihan motif yang akan diwujudkan menjadi stilasi, misalkan motif binatang ikan.

Objek (Ikan)

2.

Penggambaran Bangun Luar Fungsi stilasi sebagai unsur yang diisikan pada bidang hias maka penggambaran bangun luarnya kemungkinan pertama dapat berbentuk bebas dan kemungkinan lain dapat mangacu pada bentuk bidang hiasnya, baik berbentuk geometris maupun nongeometris

Penggambaran Bangun Luar

3.

Menyempurnakan dan melengkapi bagian-bagian Bangun luar dengan cara membagi-bagi atau merajang bangun luar sesuai dengan bentuk-bentuk bagian motifnya.

Penyempurnaan Bentuk Bangun

4.

Pemberian Isen Agar lebih indah dan menarik, gambar stilasi perlu dilengkapi dengan isen-isen berupa variasi titik, garis, blok, dan warna dengan memperhatikan ciri serta sifat khas sumbernya.

Pemberian Isen/Isi

5.

Finishing Dengan membersihkan bagian yang tidak diperlukan dan menyempurnakan bagian-bagian bentuk, garis, blok dan warna sehingga penampilannya menjadi rapi, bersih dan menarik.

Selanjutnya dapat dicoba menggambar stilasi dengan berbagai motif lain seperti : motif tumbuhtumbuhan, binatang, manusia, benda-benda peralatan, makhluk khayal dan motif geometris. Proses dan tahapan menggambar stilasi seperti tersebut di atas tidak bersifat mengikat, maka berbagai kemungkinan lain dapat dilakukan untuk mencapai kesempurnaan hasil sesuai dengan gagasan dan kreativitas masing-masing.

CONTOH-CONTOH GAMBAR STILASI

Contoh-contoh Stilasi

Contoh-contoh Stilasi

Sekian dulu post kali ini, semoga bermanfaat.. Kalo ada kurang atau salah mohon tambahan dan pembenarannya. Makasih.. :) http://richo-docs.blogspot.com/2011/12/tutorial-menggambar-stilasi.html

You might also like