You are on page 1of 8

SKOLIOSIS

Skoliosis adalah deformitas tulang belakang berupa deviasi vertebra kearah lateral. Skoliosis bukan merupakan penyakit primer tetapi skunder akibat dari penyakit tertentu Insiden skoliosis diperkirakan 2% dari populasi penduduk. 80% dari skoliosis struktural bersifat idiopatik dan biasanya ditemukan lebih banyak pada wanita daripada pria.

1.Skoliosis non-struktural (bersifat reversibel) a. Skoliosis Postural b. Nyeri dan Spasme otot c. Tungkai bawah tidak sama panjang, yang terdiri atas: Tidak sama panjang yang sebenarnya Tidak sama panjang yang tidak sebenarnya (relatif) oleh karena kemiringan pelvis.

2.Skoliosis struktural (bersifat irreversibel) a. Skoliosis idiopatik yang terdiri atas: Jenis infantil 0-3 tahun Jenis juvenil 4-9 tahun Jenis adolesen 10-pertumbuhan berhenti b. Skoliosis osteopatik terdiri atas: - Kongenital : Bersifat lokal, seperti hemivertebra Bersifat umum, seperti osteogenesis imperfekta - Didapat : Fraktur dan dislokasi tulang belakang Penyakit rakitis dan osteomalasia Torakogenik misalnya penyakit paru unilateral c. Skoliosis neuropatik terdiri atas: - Kongenital : Spinabifida dengan mielodisplasia, neurofibromatosis - Didapat (skoliosis paralitik): poliomielitis, paraplegi, penyakit Friederich ataksia, siringomielia - Skoliosis Miopatik

Faktor diketahui

Faktor tak diketahui

Tekanan asimetri apofisis

Perkembangan

Pertumbuhan

Skoliosis

Gejala biasanya berjalan secara perlahan dan tidak disertai nyeri sehingga sebagian penderita datang dengan keluhan tulang belakang yang tidak simetris atau karena tidak sama tinggi. Pemeriksaan tulang belakang dari aspek posterior yaitu mengenai pergerakan tulang belakang dan maturitas skeletal dinilai, disamping itu perlu dilakukan pengukuran panjang tungkai dan pemeriksaan neurologis, serta kelainan pada kulit misalnya, pigmentasi.

1.Foto Polos AP, Lateral dan oblik dalam posisi berdiri atau duduk untuk menentukan besar sudut dan beratnya skoliosis. Juga dibuat foto panggul untuk menilai maturitas tulang dengan melihat sendi lumbosakral dan krista-iliaka. Foto ini merupakan dikumen awal untuk pencatatan sudut yang di ukur dengan cara Cobb dan Risser-Ferguson 2.CT-Scan dan MRI pemeriksaan CT-Scan bermanfaat bila dilakukan bersama-sama dengan mielografi. Pemeriksaan MRI merupakan pemeriksaan noninvasif dilakukan untuk menilai adanya kelainan pada kanalis spinalis dan ruang diskus. Pemeriksaan Khusus Pemeriksaan fungsi paru untuk mengetahui skoliosis yang berat.

Tujuan pengobatan: 1. Mecegah progresivitas skoliosis ringan sampai sedang. 2. Melakukan koreksi dan stabilisasi pada skoliosis yang lebih berat.

Jenis pengobatan: 1. Pengobatan Konservatif a. Observasi b. Fisioterapi c. Pemasangan Penyangga d.Pemasangan Bidai atau Jeket Badan menurut Risser

2. Pengobatan Operatif Indikasi Operasi: a. Operasi dilakukan apabila sudut lebih dari 40 derajat atau terjadi progresivitas dari sudut sebelum usia penderita mencapai dewasa. Patokan untuk melakukan operasi ini adalah dengan melakukan follow up secara teratur. b. Apabila terdapat deformitas yang memberikan gangguan c. Pengobatan konservatif yang tidak berhasil d. Tujuan pengobatan adalah untuk mengurangi deformitas rotasional dan deviasi lateral serta melakukan artrodesis pada seluruh kurva primer.

You might also like