You are on page 1of 19

HEPATITIS

A. Latar Belakang
Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam
tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori
virus yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B
(HBV), Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi
kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari
keadaan sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis
B). kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan
hepatitis serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non
parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui
pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat
ini disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis
ini ada 2 macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally
Transmitted) atau disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral
(Enterically Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease
Control, 1990). Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan
ET-NANBH sebagai Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell, 1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang
menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat
timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di
Amerika tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga
diantara semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya
dibawah penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi di
kebanyakan negara-negara dunia ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke
Center for Disease Control di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang
sebenarnya dari penyakit ini diduga beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 1
akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi penyakit ini sering dikaitkan dengan angka
morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGERTIAN
Hepatitis adalah Suatu peradangan pada hati yang terjadi karena toksin seperti;
kimia atau obat atau agen penyakit infeksi (Asuhan keperawatan pada anak, 2002;
131)
Hepatitis adalah keadaan radang/cedera pada hati, sebagai reaksi terhadap virus,
obat atau alkohol (Ptofisiologi untuk keperawatan, 2000;145)
B. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO
1. Hepatitis A
a. Virus hepetitis A (HAV) terdiri dari RNA berbentuk bulat tidak berselubung
berukuran 27 nm
b. Ditularkan melalui jalur fekal – oral, sanitasi yang jelek, kontak antara manusia,
dibawah oleh air dan makanan
c. Masa inkubasinya 15 – 49 hari dengan rata – rata 30 hari
d. Infeksi ini mudah terjadi didalam lingkungan dengan higiene dan sanitasi yang
buruk dengan penduduk yang sangat padat.
2. Hepetitis B (HBV)
a. Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang
memiliki ukuran 42 nm
b. Ditularkan melalui parenteral atau lewat dengan karier atau penderita infeksi
akut, kontak seksual dan fekal-oral. Penularan perinatal dari ibu kepada bayinya.
c. Masa inkubasi 26 – 160 hari dengan rata- rata 70 – 80 hari.
d. Faktor resiko bagi para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat
dan terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis serta onkologi
laki-laki biseksual serta homoseksual yang aktif dalam hubungan seksual dan
para pemaki obat-obat IV juga beresiko.
3. Hepatitis C (HCV)
a. Virus hepatitis C (HCV) merupakan virus RNA kecil, terbungkus lemak yang
diameternya 30 – 60 nm.
b. Ditularkan melalui jalur parenteral dan kemungkinan juga disebabkan juga oleh
kontak seksual.
c. Masa inkubasi virus ini 15 – 60 hari dengan rata – 50 hari

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 3
d. Faktor resiko hampir sama dengan hepetitis B
4. Hepatitis D (HDV)
a. Virus hepatitis B (HDP) merupakan virus RNA berukuran 35 nm
b. Penularannya terutama melalui serum dan menyerang orang yang memiliki
kebiasaan memakai obat terlarang dan penderita hemovilia
c. Masa inkubasi dari virus ini 21 – 140 hari dengan rata – rata 35 hari
d. Faktor resiko hepatitis D hampir sama dengan hepatitis B.
5. Hepattitis E (HEV)
a. Virus hepatitis E (HEV) merupakan virus RNA kecil yang diameternya + 32 –
36 nm.
b. Penularan virus ini melalui jalur fekal-oral, kontak antara manusia
dimungkinkan meskipun resikonya rendah.
c. Masa inkubasi 15 – 65 hari dengan rata – rata 42 hari.
d. Faktor resiko perjalanan kenegara dengan insiden tinggi hepatitis E dan makan
makanan, minum minuman yang terkontaminasi.
C. INSIDEN
1. Hepetitis A
Penyakit endemik dibeberapa bagian dunia, khususnya area dengan sanitasi yang
buruk. Walaupun epidemik juga terjadi pada negara – negara dengan sanitasi baik.
2. Hepatitis B
Ditemukan dibeberapa negara insidennya akan meningkat pada area dengan
populasi padat dengan tingkat kesehatan yang buruk.
3. Hepatitis C
90 % kasus terjadi akibat post transpusi dan banyak kasus sporadik, 4 % kasus
hepatitis disebabkan oleh hepatitis virus dan 50 % terjadi akibat penggunaan obat
secara intra vena
4. Hepatitis D
Selalu ditemukan dengan hepatitis B, delta agent adalah indemik pada beberapa
area seperti negara mediterania, dimana lebih dari 80 % karier hepatitis B dapat
menyebabkan infeksi
5. Hepatitis E
Adalah RNA virus yang berbeda dari hepatitis A dan eterovirus biasanya terjadi di
India, Birma, Afganistan, Alberia, dan Meksiko.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 4
A. PATOFISIOLOGI
Virus hepatitis yang menyerang hati menyebabkan peradangan dan infiltrat pada
hepatocytes oleh sel mononukleous. Proses ini menyebabkan degrenerasi dan nekrosis
sel perenchyn hati.
Respon peradangan menyebabkan pembekakan dalam memblokir sistem
drainage hati, sehingga terjadi destruksi pada sel hati. Keadaan ini menjadi statis
empedu (biliary) dan empedu tidak dapat diekresikan kedalam kantong empedu
bahkan kedalam usus, sehingga meningkat dalam darah sebagai hiperbilirubinemia,
dalam urine sebagai urobilinogen dan kulit hapatoceluler jaundice.
Hepatitis terjadi dari yang asimptomatik samapi dengan timbunya sakit dengan
gejala ringan. Sel hati mengalami regenerasi secara komplit dalam 2 sampai 3 bulan
lebih gawat bila dengan nekrosis hati dan bahkan kematian. Hepattis dengan sub akut
dan kronik dapat permanen dan terjadinya gangguan pada fungsi hati. Individu yang
dengan kronik akan sebagai karier penyakit dan resiko berkembang biak menjadi
penyakit kronik hati atau kanker hati

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 5
PENYIMPANGAN KDM HEPATITIS

Faktor resiko higiene &


sanitasi buruk

Rentan terhadap infeksi


virus hepatitis

Invasi virus ke dalam tubuh

Masuk sirkulasi

Masuk dalam aliran


vena hepatikus

Virus berkembang biak


dalam sel hati

Kerusakan pada hepar Proses peradangan sel hati

Produksi garam empedu ↓ Kerusakan jaringan hepar Terjadi imflamasi


sel hati

Suasana duadenum menjadi Pelepasan zat proteolitik Pembatasan


aktivitas
asam

Merangsang ujung saraf Perubahan


aktivitas rutin
Mengiritasi duadenum

Ditransmisikan ke kortex Efek gravitasi


pada
Impuls iritatif ke otak serebri melalui talamus gerakan
feses

Gejala GI Nyeri Feses


menjadi keras

Rangsangan M.Oblongata
Konstipasi
Fungsi hepar terganggu

Mual muntah
Gangguan metabolisme
KH, Protein dan Lemak
Anoreksia

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 6
KH tidak dapat simpan
Intake kurang

Energi yang dihasilkan berkurang Kelemahan Defisit perawatan


diri
Nutrisi kurang

E. MANIFESTASI KLINIK
Menifestasi klinik dari semua jenis hepatitis virus secara umum sama.
Manifestasi klinik dapat dibedakan berdasarkan stadium. Adapun manifestasi dari
masing – amsing stadium adalah sebagai berikut.
1. Stadium praicterik berlangsung selama 4 – 7 hari. Pasien mengeluh sakit kepala,
lemah, anoreksia, muntah, demam, nyeri pada otot dan nyeri diperut kanan atas
urin menjadi lebih coklat.
2. Stadium icterik berlangsung selama 3 – 6 minggu. Icterus mula –mula terlihat
pada sklera, kemudian pada kulit seluruh tubuh. Keluhan – keluhan berkurang,
tetapi klien masih lemah, anoreksia dan muntah. Tinja mungkin berwarna kelabu
atau kuning muda. Hati membesar dan nyeri tekan.
3. Stadium pascaikterik (rekonvalesensi). Ikterus mereda, warna urin dan tinja
menjadi normal lagi. Penyebuhan pada anak – anak menjadi lebih cepat pada
orang dewasa, yaitu pada akhir bulan ke 2, karena penyebab yang biasanya
berbeda
F. TES DIAGNOSTIK
1. ASR (SGOT) / ALT (SGPT)
Awalnya meningkat. Dapat meningkat 1-2 minggu sebelum ikterik kemudian
tampak menurun. SGOT/SGPT merupakan enzim – enzim intra seluler yang
terutama berada dijantung, hati dan jaringan skelet, terlepas dari jaringan yang
rusak, meningkat pada kerusakan sel hati
2. Darah Lengkap (DL)
SDM menurun sehubungan dengan penurunan hidup SDM (gangguan enzim hati)
atau mengakibatkan perdarahan.
3. Leukopenia
Trombositopenia mungkin ada (splenomegali)
4. Diferensia Darah Lengkap
Leukositosis, monositosis, limfosit, atipikal dan sel plasma.
5. Alkali phosfatase

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 7
Agaknya meningkat (kecuali ada kolestasis berat)
6. Feses
Warna tanah liat, steatorea (penurunan fungsi hati)
7. Albumin Serum
Menurn, hal ini disebabkan karena sebagian besar protein serum disintesis oleh
hati dan karena itu kadarnya menurun pada berbagai gangguan hati.
8. Gula Darah
Hiperglikemia transien / hipeglikemia (gangguan fungsi hati).
9. Anti HAVIgM
Positif pada tipe A
10. HbsAG
Dapat positif (tipe B) atau negatif (tipe A)
11. Masa Protrombin
Mungkin memanjang (disfungsi hati), akibat kerusakan sel hati atau berkurang.
Meningkat absorbsi vitamin K yang penting untuk sintesis protombin.
12. Bilirubin serum
Diatas 2,5 mg/100 ml (bila diatas 200 mg/ml, prognosis buruk, mungkin
berhubungan dengan peningkatan nekrosis seluler)
13. Tes Eksresi BSP (Bromsulfoptalein)
Kadar darah meningkat.
BPS dibersihkan dari darah, disimpan dan dikonyugasi dan diekskresi. Adanya
gangguan dalam satu proses ini menyebabkan kenaikan retensi BSP.
14. Biopsi Hati
Menujukkan diagnosis dan luas nekrosis
15. Skan Hati
Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkin hati.
16. Urinalisa
Peningkatan kadar bilirubin.
Gangguan eksresi bilirubin mengakibatkan hiperbilirubinemia terkonyugasi.
Karena bilirubin terkonyugasi larut dalam air, ia dsekresi dalam urin menimbulkan
bilirubinuria.
G. PENATALAKSANAAN MEDIK

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 8
Tidak ada terpi sfesifik untuk hepatitis virus. Tirah baring selama fase akut dengan
diet yang cukup bergizi merupakan anjuran yang lazim. Pemberian makanan intravena
mungkin perlu selama fase akut bila pasienterus menerus muntah. Aktivitas fisik
biasanya perlu dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali
normal.
H. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Biodata.
 Identitas.
- Identitas klien meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, pendidikan,
tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, No register, dan dignosa
medis.
- Identitas orang tua yang terdiri dari : Nama Ayah dan Ibu, agama, alamat,
pekerjaan, penghasilan, umur, dan pendidikan terakhir.
- Identitas saudara kandung meliputi : Nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, dan hubungan dengan klien.
b. Keluhan utama
Keluhan anak sehingga anak membutuhkan perawatan. Keluhan dapat berupa
nafsu makan menurun, muntah, lemah, sakit kepala, batuk, sakit perut kanan
atas, demam dan kuning
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat Kesehatan Sekarang
Gejala awal biasanya sakit kepala, lemah anoreksia, mual muntah, demam,
nyeri perut kanan atas
2. Riwayat Kesehatan Masa lalu
Riwayat kesehatan masa lalu berkaitan dengan penyakit yang pernah
diderita sebelumnya, kecelakaan yang pernah dialami termasuk keracunan,
prosedur operasi dan perawatan rumah sakit serta perkembangan anak
dibanding dengan saudara-saudaranya
3. Riwayat kesehatan keluarga
Berkaitan erat dengan penyakit keturunan, riwayat penyakit menular
khususnya berkaitan dengan penyakit pencernaan.
2. Diagnosa keperawatan yang lazim muncul .

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 9
a. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/muntah.
c. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan yang berlebihan melalui muntah dan diare.
d. Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi.
e. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak
adekuat.
f. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak yang
terinfeksi.
g. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi garam
empedu dalam jaringan.
h. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dengan proses
penyakit.
i. Hipertermi berhunbungan dengan proses infeksi.
j. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus.
k. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktifitas.
l. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar.
m. Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktifitas rutin.
3. Rencana keperawatan.
DX.I . Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan umum.
Tujuan : Klien menunjukkan perbaikan terhadap aktifitas.
Kriteria hasil :
 Mengekspresikan pemahaman tentang pentingnya perubahan tingkat
aktifitas.
 Meningkatkan aktifitas yang dilakukan sesuai dengan perkembangan
kekuatan otot.

Intervensi Rasional
1.Tingkatkan tirah baring, Meningkatkan ketenangan istirahat dan
ciptakan lingkunga yang menyediakan energi yang digunakan untuk
tenang. penyembuhan.
2.Tingkat aktifitas sesuai Tiarah baring lama dapat menurunkan

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 10
toleransi kemampuan. Ini dapat terjadi karena
keterbatasan aktifitas yang mengganggu
periode istirahat.
3.Awasi kadar enzim hepar. Membantu menurunkan kadar aktifitas
tepat, sebagai peningkatan prematur pada
potensial resiko berulang.

DX . II. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


kegagalan masukan metabolik, anoreksia, mual/ muntah
Tujuan : Klien menunjukkan status nutrisi yang adekuat.
Kriteria hasil :
 Nafsu makan baik.
 Tidak ada keluhan mual/muntah.
 Mencapai BB , mengarah kepada BB normal .

Intervensi Rasional
1. Awasi keluhan anoreksia, Berguna dalam mendefinisikan derajat
mual/muntah. luasnya masalah dan pilihan intervensi yang
tepat.
2. Awasi pemasukan Makan banyak sulit untuk mengatur bila
diet/jumlah kalori. klien anoreksia. Anoreksia juga paling
Berikan makanan sedikit buruk pada siang hari, membuat masukan
dalam frekwensi sering. makanan sulit pada sore hari.
3. Lakukan perawatan Menghilangkan rasa tidak enak dan
mulut sebelum makan. meningkatkan nafsu makan.
4. Timbang berat badan. Penurunan BB menunjukkan tidak
adekuatnya nutrisi klien.
5. Berikan obat vit. B Memperbaiki kekurangan dan membantu
kompleks, vit c dan proses penyembuhan.
tambahan diet lain sesuai
indikasi.

DX. III. Resiko tinggi terhadap kekurangan volume cairan berhubungan dengan
kehilangan berlebihan melalui muntah dan diare.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 11
Tujuan : Klien akan menunjukkan status cairan adekuat.
Kriteria hasil :
 Tanda – tanda vital stabil :
TD : 90/50 – 120/70 mmhg
N : 85 – 100 x/mnt
S : 36 – 37
P : 15 – 25 x/mnt
 Turgor kulit normal ( cepat kembali )
 Intake dan output seimbang.
Intervensi Rasional
1. Monitor intake dan output Memberikan informasi tentang penggantian
/efek terapi.
2. Kaji tanda vital, nadi Indikator volume sirkulasi / perfusi .
perifer, pengisian kapiler ,
turgor kulit dan membran
mukosa .
3. Berikan cairan IV Mmmmemberikan cairan dan penggatian
(biasanya glukosa), elektrolit.
elektrolit.

DX. IV. Isolasi sosial berhubungan dengan perawatan isolasi.


Tujuan : Klien memperlihatkan prilaku yang menimbulkan interaksi
sosial.
Kriteria hasil :
 Klien berpartsipasi dalam aktifitas.
 Klien dapat mengungkapkan perasaan / persepsi.
Intervensi Rasional
1. Tingkatkan hubungan Partisipasi orang lain dapat meningkatkan
sosial. rasa kebersamaan.
2. Jelaskan tentang tujuan Pemahaman alasan untuk perlindungan dari
dari perawatan . mereka sendiri dan oranmg lain dapat
mengurangi perasaan isolasi.
3. Dorong klien / keluarga Membantu mengidentiufikasi dan

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 12
untuk mengeksperisikan memperjelas alasan kesulitan berinteraksi
perasaan dan
permasalahan

DX. V. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan pertahanan primer


tidak adekuat.
Tujuan : Klien akan menunjukkan tehnik melakukan perubahan pola
hidup untuk menghindari infeksi ulang dan transmisi ke orang
lain.
Kriteria hasil :
 Memperlihatkan pengertian tentang tindakan kewaspadaan
dengan mengikuti petunjuk.
 Mempertahankan suhu tubuh yang normal , pernapasan jelas
dengan tidak ada bukti lain terjadinya infeksi.
Intervensi Rasional
1. Lakukan tehnik isolasi Mencegah transmisi virus ke orang lain.
untuk infeksi enterik dan Melalui cuci tangan efektif dalam
pernapasan sesuai mencegah transmisi virus.
kebijakan rumah sakit
termasuk cuci tangan
efektif.
2. Awasi / batasi Klien terpajan terhadap proses infeksi
pengunjung sesuai (khususnya respiratorius) dan potensial
indikasi resiko komplikasi sekunder.
Pemahaman alasan untuk perlindungan diri
3. jelaskan prosedur isolasi sendiri dan orang lain.
pada klien/orang Pengobatan hepatitis virus dan bacterial
terdekat. untuk mencegah/membatasi infeksi
4. Berikan antibiotik untuk sekunder
agen pencegahan.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 13
DX. VI. Resiko infeksi pada orang lain berhubungan dengan kontak pada anak
yang terinfeksi.
Tujuan : Keluarga dan orang lain tidak tertular infeksi.
Kriteria hasil :
 Keluarga mengerti tentang cara penularan.
 Orang tua menerapkan pola hidup yang sehat dan bersih.
Intervensi Rasional
1. Ajarkan tehnik mencuci Cuci tangan mencegah transmisi virus.
tangan yang benar.
2. Ajarkan tentang Infeksi hepatitis dapat terjadi didalam
kebersihan perorangan. lingkungan dengan hygiene dan sanitasi
yang buruk.
3. Imunisasi bila indikasi Karena terbatasnya pengobatan terhadap
ketularan hepatitis maka penekanan lebih diarahkan
pada pencegahan melalui imunisasi.

DX. VII. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan akumulasi
garam empedu dalam jaringan .
Tujuan : Klien menunjukkan jaringan kulit yang utuh.
Kriteria hasil :
 Melaporkan penurunan proritus atau menggaruk.
 Ikut serta dalam aktifitas untuk mempertahankan integritas kulit.
Intervensi Rasional
1. Lakukan perawatan kulit Mencegah kulit kering berlebihan.
dengan sering, hindari Memberikan penghilang gatal
sabun alkali.
2. Pertahankan kuku klien Untuk menurunkan resiko kerusakan kulit
terpotong pendek. bila menggaruk.
Instruksikan klien
menggunakan ujung jari
atau menggunakan ujung
jari untuk menekan pada
kulit bila sangat perlu
menggaruk.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 14
3. Pertahankan liner dan Pakaian basah dan berkeringat adalah
pakaian kering. sumber ketidaknyamanan .

DX. VIII. Kurang pengetahuan berhubungan kurangnya informasi tentang proses


penyakit.
Tujuan : Klien dan keluarga mengetahui tentang proses penyakitnya.
Kriteria hasil :
 Mengungkapkan pengertian tentang proses penyakit.
 Melakukan perubahan perilaku dan berpartisipasi pada
pengobatan
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat pemahaman Mengidentifikasi area kekurangan/salah
proses penyakit, harapan informasi dan memberikan informasi
/prognosis, kemungkinan tambahan sesuai keperluan.
pilihan pengobatan.
2. Berikan informasi khusus Kebutuhan atau rekomendasi akan
tentang penyakitnya. bervariasi karena tipe hepatitis dan situasi
individu.
3. jelaskan pentingnya Aktifitas perlu dibatasi sampai hepar
istirahat dan latihan kembali normal.

DX. IX. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.


Tujuan : Klien menujukkan suhu tubuh dalam batas normal
Kriteria hasil :
 Klien tidak mengeluh panas
 Badan tidak teraba hangat
 Suhu tubuh 36 – 37 0C
Intervensi Rasional

1. Kaji adanya keluahan Peningkatan suhu tubuh akan


tanda – tanda menujukkan berbagai gejala seperti
peningkatan suhu tubuh uka merah, badan teraba hangat.

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 15
2. Monitor tanda – tanda Demam disebabkan efek – efek dari
vital terutama suhu endotoksin pada hipotalamus dan
tubuh efinefrin yang melepaskan pirogen
Akxila merupakan jaringan tipis
3. Berikan kompres hangat dan terdapat pembulu darah
pada aksila/ dahi sehingga akan mempercepat pross
konduksi dan dahi berada didekat
hipotalamus sehingga cepat
memberikan respon dalam
mengatur suhu tubuh.

DX. X. Diare berhubungan dengan peningkatan peristaltik usus.


Tujuan : Klien akan menujukkan pola eliminasikembali sperti biasa
Kriteria hasil :
 Klien tidak mengluh sering buang air besar
 Feses tidak encer
Intervensi Rasional

1. Observasi, catat Membantu menentukan berat episode


frekwensi defekasi, (diare)
karakteritik dan jumlah
proses penyakit, harapan
/ prognosis,
kemungkinanpilihan
pengobatan. Stimulan GI yang meningkatkan mobilitas/
2. berikan diet yang tepat, frekensi defekasi.
hindari makanan tinggi
lemak,makanan dengan
kandunganserat tinggi Untuk mengontrol diare. Diare tidak
3. Berikan anti diare yang terkontrol dapat menyebabkan kekurangan
ditentukan dan evaluasi cairan
keevektipan

DX. XI. Konstipasi berhubungan dengan kurangnya aktivitas

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 16
Tujuan : Klien akan menujukkan pola eliminasikembali seperti biasa
Kriteria hasil :
 Konsistensi feses lembek
 Buang air besar setiap hari

Intervensi Rasional

1. Monitor ferkuwensi, Mengidentifikasi derajat gangguan dan


karakteristik dan kemungkinan bantuan yang diperukan
jumlah feses
2. Tingakatkan diet Meningkakan konstintensi fekal untuk dapat
pasien dengan melewati usus dengan mudah dan
banyak makan menurunkan konstipasi
makanan berserat dan Dapat melembekkan feses dan mefasilitasi
buah eliminasi
3. Tingkatkan
pemenuhan cairan
dengan minum Mungkin perlu untuk merangsang peristaltik
banyak minimal dengan pelahan / evaluasi feses
1.000ml/hari
4. Berikan pelunak
feses, supositoria
sesuai indikasi

DX. XII. Nyeri berhubungan dengan kerusakan jaringan hepar


Tujuan : klien mengungkapkan nyeri berkurang / teratasi
Kriteria hasil ;
 Tidak ada keluhan nyeri
 Ekspresi wajah ceria
 Tanda – tanda vital dalam batas normal
TD : 90 / 50 - 120 / 70 mmHg
N : 85 – 100 / menit
P : 15 – 25 / menit
SB : 36 – 370 C

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 17
Intervensi Rasional

1. Kaji tingkat nyeri Mengetahui persepsi dan reaksi klien


terhadap nyeri serta sebagai dasar
keefektifan untuk intervensi selanjutnya
2. Monitor tanda – tanda Perubahan frekuwensi jantungatau TD
vital menujukkan bahwa pasien mengalami nyeri,
khususnya bila alasan lain untuk perubahan
tanda vital talah terlihat
3. Berikan tindakan Tindakan non analgetik diberikan dengan
kenyamanan misalnya sentuhan lembut dapat menghilangkan
perubahan posisi ketidaknyamanan
relaksasi

DX> XIII. Kehilangan kontrol berhubungan dengan perubahan aktivitas rutin


Tujuan: Klien akan menujukkan reaksi positif ssuai dengan tingkat
perkembangan.
Kriteria hasil :
 Klien dapat bermain sesuai toleransi
 Klien aktif dalam melakukan aktifitas
Intervensi Rasional

1. Kaji ulang reaksi yang Akibat hopitalisasi pada anak usia sekolah
terjadiakibat akan menimbulkan reaksi regresi,
hospitalisasi negativisme, depresi, cemas dan deniel
2. Kaji aktif\vitas yang Membantu dalam menentukan pilihan
disenangi oleh klien intervensi
3. Ajak klien bermain ssuai Bermain merupakan aspek yang penting
toleransi bagi kesehatan menal, emosional dan social
Membantu mengurangi dampak
4. Libatkan keluarga dalam hospitalisasi akibat prubahan rutinitas
merencanakan jadwal
harian sesuai dengan

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 18
jadwal dirumah

Authorized www.ruslanpinrang.blogspot.com 19

You might also like