Professional Documents
Culture Documents
Pada prakteknya kedua proses besar diatas tidaklah perlu menjadi satu kesatuan proses dalam suatu pabrik kertas atau
terintegrasi. Bukannya tidak umum suatu pabrik kertas harus membeli bubur kertas dari perusahaan pulp. Pabrik kertas
tersebut hanya memiliki mesin kertas saja. Demikian pula suatu pabrik bubur kertas atas pertimbangan strategi bisnisnya,
hanya mempunyai mesin "pulping" bubur kertas saja. Walaupun proses pembuatan pulp dan kertas adalah dua proses
yang berbeda, namun mereka terkait erat satu sama lain dan saling mempengaruhi dalam proses dan produksi lembaran
kertas. Seperti air sungai dimana air di hilir dipengaruhi oleh sumber di hulu.
Proses Pulping
Proses pulping atau pembuatan bubur kertas dapat diuraikan menjadi 9 bagian atau tahapan, sebagai berikut;
1· Woodyard – Dimana sebuah lapangan luas umumnya terbuka tempat menerima dan menyimpan kayu gelondongan
yang selanjutnya proses pengkulitan, pemotongan kecil-kecil & penyaringan potongan kayu.
2· Barker – dalam proses penghilangan kulit kayu ini grlondongan kayu dimasukkan dalam "debarking drums",
gelondongan silinder berputar mengakibatkan gelondongan kayu ikut berputar dan bergesekan satu dengan yang lain
melucuti kulit kayunya.
3· Chipper – mesin pemotong gelondongan kayu menjadi ukuran kecil yaitu kurang dari 2 cm dan setipis 1/2 cm.
4· Screen – diperlukan filter penyaring untuk memisahkan potongan kayu yang lebih besar dari target ukuran diatas, dan
menghilangkan debu mesin potong yang tidak perlu.
5· Digester – prinsipnya seperti panci masak didapur tempat ibu atau istri anda masak. Potongan kayu yang disebut chips
dimasak dengan suhu dan tekanan yang tinggi dalam suatu larutan kimia penghancur. Larutan dan proses masak ini
akan melembutkan dan akhirnya memisahkan serat kayu yang diinginkan dari "lignin" yaitu unsur kayu semacam lem
yang menahan serat kayu bersatu.
6· Chemical Recovery and Regeneration – proses sampingan kimia inorganik yang diolah ulang dari proses "memasak"
sebelumnya, untuk memasak kembali. Bahan kimia buangan dari proses memasak sebelumnya masih dapat diproses
ulang, tidak dibuang begitu saja.
7· Blow Tank – ibaratnya setelah selesai dimasak maka makanan disimpan dalam panci penyimpan untuk disajikan
kemudian sesuai selera masing-masing individu, apa mau sedikit asin, manis, indah didekorasi dan lain sebagainya.
Disini serat kayu sudah terpisah satu sama lain, secara resmi mereka sudah disebut pulp atau bubur kertas.
8· Washing – "mesin cuci" ini akan membersihkan sisa-sisa larutan kimia dan ligin yang masih tertinggal, yang dikirim
keproses nomor 6 yaitu chemical recovery process. Ibaratnya saat anda masak nasi, maka beberapa kali anda
mentiriskan air beras yang anda cuci sebelum dimasak supaya kotoran hilang. Harap diingat disini anda bukan bertujuan
membuatnya menjadi putih bersih! Pada tahap ini bubur kertas secara alami berwarna coklat dan umunya digunakan
untuk membuat kertas kantong dan corrugated box yang coklat.
9· Bleaching – proses pemutihan bubur kertas menggunakan kimia pemutih atau bleach, yang tujuan utamanya khusus
untuk membuat kertas cetak atau kertas budaya. Jadi proses pemutihan sangat relatif tergantung pada jenis kertas yang
akan dibuat.
Pembuatan kertas
wire
wire merupakan belt yang berpori (seperti saringan kawat kasa yang saling
bertumpuk)saling menyambung dimana lembaran kertas dibentuk diatasnya
(pembentukan formasi). biasanya terbuat dari monofilament plastic strands.
Bentuk dari press part berupa dua buah roll yang berdekatan dan diberi tekanan. Roll
sebelah bawah tempat lewatnya felt dan roll sebelah atas tempat lewatnya kertas basah
(web).
Kegunaan dari Press part adalah sebagai berikut:
1. Untuk menghemat energi, air yang dibuang dari web bisa mencapai sekitar 30%.
2. Meningkatkan kapasitas produksi paper machine, karena web yang keluar dari press
part dry solids content (perbandingan zat padat dengan cairan)sekitar 50 % (20% di
wire dan 30% di press). sehingga kerja bagian pengering (dyer) berkurang dan
kecepatan mesin bisa ditingkatkan.
1. Web dari wire dengan dry solids content 20 % (zat padat 20 % air/cairan 80%) masuk
menuju press part.
2. Di press part web di tekan (press) diantara dua buah roll (lihat gambar). Web ditekan
oleh roll sebelah atas, air yang ada didalam web dibuang melewati felt di roll sebelah
bawah, sehingga kadar dry solids content menjadi 50%. web ini masuk ke pengering
(dryer).
bagian-bagian paper machine (double clik untuk melihat lebih jelas) dari gambar
disamping muali dari headbox sampai reel adalah sebagai berikut:
headbox berfungsi untuk mendistribusikan fiber (serat) secara merata keatas wire.
1. stock (pulp dan campurannya) dialirkan dari pressure screen menuju flow spreader
(alat yang berfungsi untuk menstabilkan tekanan dan aliran sebelum masuk ke
headbox).
2. dari spreader stock dialirkan ke equalisation chamber melaui tube bank (berfungsi
untuk menstabilkan tekanan dan aliran dari spreader ke equalisation chamber).
3. fungsi dari equalisation chamber adalah mengeliminasi perbedaan tekanan dan aliran
yang keluar dari tube bank belum sama.
4. dari equalisation chamber stock dialairkan ke nozzle headbox dari nozzle stock dialirkan
ke wire.
Proses pembuatan kertas merupakan suatu proses pengolahan bubur serat ditambah
dengan zat-zat penolong (filler) untuk menambah kekuatan kertas, menjadi lembaran-
lembaran kertas yang diproses pada suatu alat yang disebut mesin kertas (paper machine).
Secara garis besarnya proses pembuatan kertas terdiri dari tiga tahapan:
1. Stock preparation (proses persiapan bahan baku). Pada bagian ini, bahan baku berupa
bubur kertas (pulp) dicampur dengan bahan penolong (filler) dan air sebelum masuk ke
mesin kertas (paper machine)
2. Forming (proses pembentukan). Proses ini sudah berada pada paper machine, dimana
bahan baku dari stock preparation dibentuk menjadi lembaran kertas dengan cara
menyebarkan bubur kertas secara merata pada paper machine.
3. Proses pembuangan air. Kertas yang telah dibentuk kemudian dikeringkan (kadar air
kira-kira 5%) sehingga menjadi lembaran kertas. Proses ini berada pada paper machine
Proses Pembuatan Kertas
1. Pemilihan Bahan
c) Bahan pewarna :
(1) Blender
(4) Kompor
(6) Gunting
(1) Mixer
(4) Penjepit
(3) Oven / Hair dryer (alat pengering rambut)(4) Papan tebal / Multipleks
3. Teknik
Dalam pembuatan kertas, bubur kertas (pulp) adalah bahan mentah pokok untuk
membuat kertas, ditambah ramuan untuk mewarnai, membuat kuat dan tahan lama, atau
menghasilkan ciri-ciri yang dikehendaki.
Secara garis besar, pembuatan bubur kertas dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
(1) Bubur kertas yang digerus secara mekanis, yakni dengan menggerus
keseluruhan batang (kecuali kulitnya)
(2) Bubur kertas lama, dibuat dari kertas-kertas bekas yang dilumatkan kembali
dan dimasak secara proses kimia
(3) Bubur kertas kimiawi, dibuat dengan memasak serpihan kayu dalam alat pelarut
(digester) untuk menyingkirkan getah, minyak dan bahan-bahan lain yang tidak
diperlukan.
Hasil pengolahan bubur kertas yang digerus secara mekanis adalah bubur yang
mempunyai serat-serat pendek dan kertas yang dihasilkan mudah robek. Kertas jenis
ini dipakai untuk koran-koran dan kebutuhan-kebutuhan yang bersifat sementara.
Bubur kertas lama dibuat dari kertas-kertas bekas yang dilumatkan kembali, biasanya
dipakai untuk membuat karton-karton dan jenis kertas murah lainnya.
Hasil pengolahan bubur kertas secara kimiawi menghasilkan serat-serat yang murni
dan panjang, sehingga akan menghasilkan kertas yang kuat.
Pada proses pembuatan bubur kertas secara kimiawi dibagi menjadi dua, yaitu proses
akali dan pengasaman.
Selain itu kegunaan bahan perekat pada kertas untuk memperkuat dan
mengawetkan. Dalam bahasa Jepang, proses pemberian bahan perekat pada lembaran
kertas yang sudah jadi disebut doza.
Perbandingan bahan untuk proses ini adalah :
Tata cara pemberian bahan perekat pada lembaran kertas yang sudah jadi
dibedakan menjadi 3 (tiga), yaitu:
(1) Secara merendam / mencelupkan kertas pada ember yang berisi campuran
bahan perekat dan air.
Selain itu, penambahan bahan perekat sebagai penguat dapat dilakukan pada saat
bubur kertas belum di bentuk menjadi lembaran kertas dengan cara mencampurkan
bahan perekat dalam bubur kertas (pulp)..pm13
(2) Pembentukan kertas secara langsung, yaitu menuangkan bubur kertas pada acuan
bentuk.
(3) Pembentukan kertas secara gabungan (kombinasi) dari kedua cara tersebut di atas,
yaitu bubur kertas diangkat dengan saringan kawat halus, kemudian lembaran kertas
yang masih basah dicetakkan pada acuan bentuk.
d) teknik pengeringan dan pengepresan dibedakan 3 (tiga), yaitu :
(1) Pengeringan secara alami, yakni dengan dijemur pada panas matahari, kemudian
dipres pada dua lembar papan kayu yang ditekan dengan alat pemberat atau dipres
di tengah dua buah silinder yang menjepit dan bergerak.
(2) Pengeringan dengan setrika listrik, yaitu selain berfungsi untuk pengeringan,
tekanan setrika berfungsi sebagai alat pengepres.
(3) Pengeringan dengan oven atau hair dryer merupakan teknik pengeringan akibat
semburan uap panas. Hasil pengeringan kemudian dipres pada tekanan dua lembar
papan atau tekanan dua buah silinder baja.
B. Tahapan Berkarya
Sub bab ini dijelaskan mengenai proses berkarya secara teknis dan materialnya.
Secara garis besar dalam mewujudkan karya dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
1. Secara konsep penulis menemukan sebuah ide atau gagasan yang akan
diwujudkan dalam bentuk karya, kemudian gagasan tersebut dituangkan dalam bentuk
sketsa kasar. Ide tersebut diinterpretasikan sehingga didapatkan bentuk-bentuk
yang akan dituangkan dalam karya. Bersamaan dengan diketemukannya bentuk-bentuk
tersebut, tergambar material yang akan digunakan, yaitu akan menggunakan bahan
dari kertas-kertas bekas yang didaur ulang atau mengambil bahan-bahan dari alam.
(1) Setelah konsep terpadu dengan gagasan visualnya, maka muncullah desain. Desain
tersebut merupakan bentuk-bentuk karya yang akan diwujudkan dengan menggunakan
bahan kertas bekas.
(2) Kertas-kertas bekas dipotong kecil-kecil, kemudian direndam dalam air yang
dicampur Aluminium Sulfat (K Al (SO4)2) sebanyak 12.5 gram untuk 1 liter air tawar.
(3) Setelah itu, potongan kertas yang sudah direndam tersebut dilumatkan
menggunakan blender.
(4) Bubur kertas yang sudah lembut dimasukkan ke dalam ember / bak yang berisi air
tawar untuk membersihkan sisa-sisa Aluminium Sulfat supaya mengurangi sifat
asamnya.
(5) Jika menghendaki kertas berwarna putih bersih, bubur kertas tersebut direndam
lagi dalam larutan Natrium Chlorida (NaClO) atau Oxalite Acid yang dicampur air
tawar dengan perbandingan 40 gram untuk 1 liter air. Hal ini dapat dilakukan
secara bertahap untuk mendapatkan derajat putih yang dikehendaki. Pemakaian
Natrium Chlorida atau Oxalite Acid secara berlebihan mengakibatkan serat-serat
menjadi rapuh.
(6) Setelah proses pemutihan tersebut di atas (bleaching), bubur kertas dicuci
sampai bersih menggunakan air tawar.
(7) Bubur kertas yang sudah dicuci kemudian dimasukkan ke dalam bak / ember yang
berisi campuran air dan bahan perekat. Apabila menghendaki warna, bubur kertas
yang sudah diberi perekat tadi dicampur dengan zat pewarna.
(1) Bahan-bahan dari alam seperti kulit batang pohon pisang (Musa paradiasca),
batang padi (Oryza sativa) dan batang alamg-alang (Imperata cylindrica) dikeringkan
dengan cara menjemurnya diterik sinar matahari selama beberapa hari hingga kering
benar.
(5) Hasil dari pelumatan tadi dimasak lagi dengan memberi bahan campuran Sodium
Carbonate (Na2CO3) sebanyak 15 gram untuk 1 (satu) liter air. Tujuan pemasakan ini
untuk mengembangkan bubur kertas.
(6) Jika bubur kertas tersebut masih kasar, untuk melembutkannya lagi dengan cara
di-blender.
(7) Apabila menghendaki kertas berwarna putih, bubur kertas tersebut diputihkan
(bleaching) dengan menggunakan larutan Natrium Chlorida (NaClO) atau Oxalite
Acid( H2C2O4 ) atau Titanium Dioxide ( Ti O2 ) sebanyak 40 gram untuk 1 (satu)
liter air.
(8) Bubur kertas yang sudah jadi tersebut dimasukkan ke dalam bak / ember yang
berisi campuran air dan bahan perekat dengan perbandingan 20 gram bahan perekat
untuk 800 ml air.
(9) Apabila menghendaki warna, bubur kertas tersebut dapat dicampur dengan zat
warna atau pigment.
(10) Tahap terakhir adalah forming (pembentukan kertas) sesuai dengan disain yang
telah dibuat, kemudian proses pengeringan dan pengepresan.
2. Proses berkarya yang kedua secara teknik dan materialnya sebagai berikut :
Pertama-tama bubur kertas yang akan digunakan dipersiapkan terlebih dahulu,
seperti pada proses berkarya cara yang pertama, mengenai konsep bentuk dalam cara
kedua ini belum disiapkan, yang ada hanya lembaran papan kosong pada acuan cetak.
Dalam membentuk karya, penulis melakukannya dengan spontan dan sering larut dalam
improvisasi-improvisasi , baik dalam ide maupun teknik pembentukan karya. Hal ini
sering terjadi, dikarenakan dalam proses berkarya sedang berjalan, tiba-tiba muncul
sesuatu tertentu yang tidak terduga sebelumnya, yaitu teknik-teknik dan bentuk-
bentuk yang hadir secara tiba-tiba. Cara ini dipilih, karena memberikan keluasan dan
kebebasan dalam proses mencipta karya.
Berkarya dengan cara yang kedua ini, biasanya timbul penambahan-penambahan maupun
pengurangan-pengurangan bentuk dari ide atau gagasan semula.
Sub bab ini menjelaskan dan memberikan contoh hasil percobaan-percobaan membuat
kertas dengan tangan yang khusus dibuat disertai data teknisnya dan sebagai
pelengkap disertakan analisa pengujian kekuatan dan derajat putih kertas buatan
tangan yang dilaksanakan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri
Selulosa Bandung.
Dalam melakukan pengujian kekuatan dan derajat putih kertas menggunakan ukuran
(standard) yang ditetapkan Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Industri
Selulosa Bandung dengan cara : Kertas-kertas yang telah dibuat dikondisikan dalam
suhu kamar 20° C, kemudian masing-masing lembaran dicatat tingkat keasamannya
(pH) dan selanjutnya dimasukkan dalam alat pemanas (Aging Tester) dengan suhu
105° C, selama 72 jam. Hasil pemanasan tersebut kemudian dikondisikan lagi dalam
suhu kamar 20°C dan masing-masing lembaran dicatat tingkat keasamannya (pH)
setelah proses pengeraman selama 72 jam pada suhu 105° C, Hasil pencatatan pH
terakhir tersebut kemudian dibandingkan dengan pencatatan pH sebelum
dipanaskan sehingga menunjukkan tingkat penurunan kualitas kertas. Semakin sedikit
prosentase penurunan kualitas kertas, berarti semakin baik kualitasnya.
Persamaan pemanasan dalam suhu 105° C selama 72 jam adalah sama dengan
pemakaian kertas selama kurang lebih 25 tahun.
Tingkat keasaman (pH) < 5,5, menunjukkan kekuatan kertas lebih dari 50 tahun; pH
5,5 < 6,5 menandakan kekuatan lebih dari 100 tahun; pH 7,5 < 9,5 menggambarkan
kekuatan beberapa ratus tahun
PEMBUATAN KERTAS