Professional Documents
Culture Documents
Hidrolika adalah ilmu yang mepelajari perilaku air secara fisik dalam arti perilaku perilaku yang ditelaah harus terukur secara fisik. Perilaku yang dipelajari peliputi hubungan antara debit air yang mengalir dalam pipa dikaitkan dengan diameter pipanya sehingga dapat diketahui gejala gejala yang tibul tekanan, kehilangan energi dan gaya gaya lainnya yang timbul. Hubungan gejala gejala akan dijelaskan dalam formulasi empiris yang lazim dipakai dalam praktek. Dalam buku ini akan dicoba untuk di jelaskan kembali prisnsip hidrolika aliran tertutup dan dikaitkan dengan realita di lapangan.
Pada dasarnya dalam menelaah aspek hidrolika dalam pipa kita selalu beranggapan atau berasumsi bahwa:
Air adalah fluida yang mempunyai sifat incompresible atau diasumsikan tidak mengalami perubahan volume/isi apabila terjadi tekanan. Secara matematika dapat dinyatakan dengan :
Vol --------= 0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1. p
Fulida yang bergerak di dalam pipa dianggap dalam kondisi steady state atau air dianggap mempunyai kecepatan yang konstan dari waktu ke waktu apabila melalui suatu pipa dengan diameter yang sama. Secara matematika dapat dinyatakan dengan:
1
v --------= 0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .2. t
Fulida yang bergerak di dalam pipa juga dianggap dalam kondisi uniform flow atau air dianggap mempunyai kecepatan yang konstan sepanjang apabila melalui suatu pipa dengan diameter yang sama . Secara matematika dapat dinyatakan dengan:
v --------= 0 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3. s
Pada kenyataannya dilapangan kondisi yang dijelaskan dalam asumsi ini tidak selalu tercapai terutama kondisi steady flow dan uniform flow. Penyimpangan keadaan tersebut disebut keadaan transient yang umum terjadi pada saat awal pembukaan dan penutupan valve. Efek yang timbul disebut sebagai water hammer yang terefleksi dengan kejadian pengempisan pipa, pecahnya pipa atau dalam keadaan yang ringan adalah terdengarnya suara ketukan ketukan palu dipipa besi.
Setiap aliran air dalam pipa juga harus memenuhi azas kontinuitas dimana debit aliran yang masuk dalam sisi 1 akan keluar dengan pada sisi 2 dengan debit yang sama atau
Q1-= Q2 . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4.
dimana :
Q1-= Debit masuk di sisi 1 (m3/dt) Q2- = Debit keluar di sisi 2 (m3/dt)
Debit air adalah volume air per satuan waktu. Debit air adalah luas penampang pipa dikalikan dengan kecepatannya (lihat persamaan 5). Debit air yang masuk ke dalam pipa mempunyai kecepatan aliran yang berbeda beda tergantung dari diameter pipanya. Kalau luas penampang pipa adalah sebanding kuadrat dengan diamaternya (lihat persamaan 6) maka semakin besar diameter pipanya semakin kecil kecepatan alirannya.
Q1-= A1.v1. . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5. 2 A1 = /4.d1 . . . .. . . . . . . . . . . . .....6. Pers 6. Pers 5.
2
dimana :
v1= kecepatan aliran air pipa di sisi 1 (m/dt) A1-= Luas penampang pipa di sisi 1 m d1- = diameter pipa di sisi 1 (m) . = konstanta phi atau 22/7=3.14 ./4 = 3.14/4 = 0,785 atau bila dibulatkan 0.8
2
Secara umum hubungan antara debit dengan diameter pipa dan kecepatan dapat dinyatakan dengan persamaan 7. tetapi untuk perhitungan yang lebih sederhana dapat dinyatakan pula seperti persamaan 8. dibawah ini :
Lebih jauh lagi aspek hidrolika dari air yang bergerak dalam pipa dapat dijelaskan dalam model seperti pada gambar 1. :
v1
hL v2
H1
H2
z1
z2 muka laut
Air masuk pipa bergerak dari sisi 1 dan keluar di sisi 2 sesuai dengan azas kontiuitas energi yang ada di sisi 1 juga harus sama di sisi 2 . Maka Energi total 1 sama dengan Energi total 2 atau
Etot1=Etot2.
Energi secara formal mempunyai satuan joule tetapi untuk sederhananya kajian dinyatakan dengan tinggi kolom air. Energi Potensial disini terdiri dari
z =muka tanah terhadap muka laut (m). H=beda tinggi dari muka air ke muka tanah(m) .
4
dimana v adalah kecepatan aliran air (m/dt) dan g adalah percepatan gravitasi (m/dt2). Dengan demikian pada sisi 1 Total energi adalah:
Contoh Soal : Di sisi 1 Elevasi tanah adalah 100 m (z1=100m) Dibangun menara air dengan ketinggian 20 m (h1=30m) Kecepatan air dipipa adalah 1 m/dt (v1=1m/dt)
Di sisi 2 Kehilangan Energi dari sisi 1 ke 2 adalah 5 m (hL= 5m) Kecepatan air tetap 1 m/dt (v2=1m/dt) Ketinggian tanah adalah 110 m (z2=110m)
Setinggi apa air di sisi 2 dapat mencapai? Atau dengan kata lain berapa h2?
Berdasarkan pengertian ini maka apabila kecepatan air sama maka energi kinetik dapat diabaikan, dalam praktek perbedaan kecepatan yang kecil di sisi 1 dan 2 menyebabkan energi kinetik dapat pula diabaikan.
Di sini dapat disimpulkan untuk menghitung sisa tekanan dalam realita, faktor faktor penting untuk diketahui adalah:
Elevasi tanah dimana pipa diletakkan (z) Tenaga pendorong awal seperti menara air atau pompa (h1) Kehilangan Energi atau Kehilangan Tekanan (hL)
Elevasi tanah didapat hari hasil pengukuran tanah yang baik. Tenaga pendorong adalah kondisi menara atau per pompa an yang
6
diperkirakan ketinggian tekannya dengan baik sedangkan head loss dihitung berdasarkan rumusan rumusan empiris. 2. Kehilangan Tekanan
Salah satu fakto yang penting dalam perhitungan hidrolis perpipaan adalah perhitungan kehilangan tekanan. Ada beberapa rumusan yang dapat dipakai dalam menghitung kehilangan tekanan yaitu :
2.1.
Persamaan Hazen william adalah yang paling umum dipakai, persamaan ini lebih cocok untuk menghitung kehilangan tekanan untuk pipa dengan diameter besar yaitu diatas 100 mm. Selain itu rumus ini sering dipakai karena mudah dipakai.
Persamaan Hazen William secara empiris menyatakan bahwa debit yang mengalir didalam pipa adalah sebanding dengan diameter pipa dan kemiringan hidrolis (S) yang di nyatakan sebagai Kehilangan tekanan (hL) dibagi dengan panjang pipa (L) atau S = (hL/L) Disamping itu ada faktor C yang menggambarkan kodisi fisik dari pipa seperti kehalusan dinding dalam pipa yang menggambarkan jenis pipa dan umur.
Q=0.2785.C.d2.63.S054 . . . . . . . . . . . .12.
Dimana S = (hL/L) Dimana L=adalah panjang pipa dari 1 ke 2 Apabila kehilangan tekanan atau hL yang akan dihitung maka
Tabel 1. Koefisien Hazen William No Jenis (Material)Pipa Nilai C Perenccanaan 1 2 3 4 5 6 7 8 Asbes Cement Poly Vinil Chloride (PVC) High Density Poly Ethylene (HDPE) Medium Density Poly Ethylene (MDPE) Ductile Cast Iron Pipe (DCIP) Besi Tuang, cast Iron (CIP) Galvinized Iron Pipe (GIP) Steel Pipe (Pipa Baja) 120 120-140 130 130 110 110 110 110
2.2.
dan
kehilangan tekanan sebanding dengan kecepatan kuadrat dari aliran air, panjang pipa dan berbanding terbalik dengan diameter. Kemudian secara empiris di tentukan suatu faktor f.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lapisan Dalam Pipa Kuningan Tembaga Beton Besi Tuang-tanpa pelapisan Besi Tuang-pelapisan aspal Besi Tuang-pelapisan semen Galvanized Iron Pipe Pipa Besi Welded steel pipe Riveted steel pipe PVC HDPE
Perumusan ini dipakai untuk aliran yang lebih laminer sehingga lebih cocok untuk pipa dengan diameter kecil (<50mm). Tetapi untuk diamater yang lebih besar biasa dipakai perumusan Hazen Wlliam.
9
2.3.
Persamaan ini umum dipakai di saluran terbuka, tetapi dapat pula dipakai di jaringan perpipaan.
V = C SRS. . . . . . . . . . . . . . . . . . .16.
Dimana : V= kecepatan (m/dt) R= radius hirolis untuk pipa = d/4 (m) S= Slope hidrolis (h/L) dengan h adalah kehilangan tekan dan L adalah panjang pipa. C = adalah koefisien yang menurut Manning adalah C = R1/6/n V = R1/6/n SRS= R2/3S1/2/n . . . . . . . . .17. Apabila Q=v.A atau Q=v./4.d2. . . . . . . . .18. Maka persamaan 16 menjadi Q= (d/4)2/3S1/2/n. /4.d2 Q= d8/3(h/L)1/2/n. /45/3 . . . . . . . .19 .h= Q2410/3.n2 .L d16/3. 2 Koefisien Manning adalah sebagai berikut Tabel 3. Nilai C untuk koefisien Manning No 1 2 3 4 Lapisan Dalam Pipa Asbestos Cement Pipe (ACP) Tembaga PipaBeton Besi Tuang Angka Perencanaan 0,011 0,011 0.011 0.012
10
5 6 7 8 9 10 2.4.
Galvanized Iron Pipe Pipa Besi Welded steel pipe Riveted steel pipe PVC HDPE
1. Fitting fitting pipa seperti: Penyempitan Belokkan atau bend Tee atau percabangan
2. Valve (Katup)
Kehilangan tekanan berbanding kuadrat dengan kecepatan aliran pipa yang secara matematika di nyatakan dengan:
Tabel 4. Koefisien Kehilangan Tekanan Minor No 1 Perlengkapan Pipa Ujung Pipa Masuk Bentuk lonceng Ujung bulat Ujung tajam Kerucut Kontraksi-tajam D2/D1= 0,80 D2/D1= 0,50 D2/D1= 0,20 KL 0,03-0,05 0,12-0,25 0,50 0,78 10 0,18 0,37 0,49 No 9 Perlengkapan Pipa Radius Bend 90o Radius /D=4 Radius /D=2 Radius /D=1 Bend = 15o = 30o = 45o = 60o = 90o Tee Tee-y Tajam Cross mulus Tajam Check Valve Konensional Mulus (clearway) bola Butterfly Valve-terbuka Foot Valve-hinged Foot Valve-topet 4,0 1,5 4,5 1,2 2,25 12,5 KL 0,16-018 0,19-025 0,35-0,40
7 8
Kontraksi-kerucut D2/D1= 0,80 D2/D1= 0,50 D2/D1= 0,20 Pembesaran-tajam D2/D1= 0,80 D2/D1= 0,50 D2/D1= 0,20 Pembesarankerucut D2/D1= 0,80 D2/D1= 0,50 D2/D1= 0,20 Gate Valve-terbuka 2 /3 terbuka terbuka 1 /4 terbuka Globe Valve-terbuka Angle Valve-terbuka
11 0,05 0,07 0,08 12 0,16 0,57 0,92 14 0,03 0,08 0,13 15 1,1 4,8 27 10 4,3
0,50 0,75
12
2.5.
Dalam
perhitungan
jaringan
pipa,
untuk
menyederhanakan
perhitungan, kehilanan minor dapat juga dinyatakan dalam panjang pipa atau dalam pipa eqivalen. Panjang ekivalen bisa didapatkan dengan mensubstitusi persamaan 20 dengan persamaan Darcy Weibach (persamaan 14) sehingga menghasil kan persamaan 23
13
Tekanan
dinyatakan
dengan
Diamater
Apabila kita berhadapan dengan sejumlah pipa yang dipasang secara seri (lihat gambar 2a) ataupun sejumlah pipa yang dipasang secara paralel (lihat gambar 2b), maka kita akan mengalami kesulitan dalam mengalisan sisa tekanannya.
d1 A L1 B d2 L2 C
3.
Tekanan penggerak air yang ada dialam adalah gaya gravitasi sehingga air yang diletakkan didalam suatu penampung atau reservoir pada suatu ketinggian tertentu, tentunya akan mengalir ke bawah searah dengan gaya gravitasi. Pada kasus ini tekanan awal penggerak yang biasa disebut sebagai head awal (initial head) atau tekanan awal akan selalu sama walaupun debit yang dialirkan berubah ubah. Selain mengunaka gaya gravitasi air dalam pipa juga dapat digerakkan oleh mesin penggerak air atau pompa. Karakteristik pengaliran air oleh pompa sangat berbeda dengan pengaliran dengan gravitasi. Tekanan pompa akan tidak sama dengan debit air yang dihasilkan.
15
Misalnya kita tinjau suatu sistem perpipaan yang pada sisi 1 di pasang pompa dan disisi 2 dipasang valve. Pada suatu Debit rencana (Qr) tekanan pompa akan tertentu (h1r).
E to t1 v1 E to t2 hL v2 H1 pom pa H2 v a lv e Qr z2 m u k a la u t
z1
Pada saat valve di putar kecil atau di cekek tekanan pompa akan naik terus sampai bila valve tertutup dan pompa tetap hidup makan tekanan pompa akan berhenti pada tekanan h10. Tetapi sebaliknya pada saat pompa diputar lebih besar dari debit rencana (Q>Qr) maka tekanan pompa akan turun (h1< h10). Pada gambar 4. ditunjukkan grafik tekanan pompa vs Debit yang dihasilkan
16
H10
v a lv e d ip u t a r k e c il
h10 v a lv e d ip u t a r b e s a r
pom pa Q
Bandingkan kondisi ini dengan apabila menggunakan menara air, yang menggunakan beda tinggi sebagai pendorong aliran air dalam pipa (lihat gambar 5.). Dari gambar ini dapat dilihat bahwa walaupun valve dibuka lebih besar hingga debit air yang keluar besar atau maupun diperkecil hingga debit yang keluar kecil, tekanan awal akan tetap sama.
r e s e r v o ir
v a lv e d ip u t a r k e c il v a lv e d ip u t a r b e s a r
H10
17
Dalam praktek kedua sistem penggerak aliran ini mempunyai kelebihan dan kekurangan. Untuk dapat memehami perbedaan ini maka pengertian tentang hidrolika jaringan pipa perlu di telaah.
4.
Jaringan perpipaan merupakan suatu rangkaian pipa yang saling terhubung satu sama lain secara hidrolis, sehingga apabila di satu pipa mengalami perubahan debit aliran maka akan terjadi
penyebaran pengaruh ke pipa pipa yang lain. Pengaruh ini dapat di deteksi dari segi perubahan tekanan yang ada di pipa.
Pipa yang tergabung dalam suatu jaringan pipa dapat dibedakan satu dengan yang lain dari segi : Panjang Pipa Diamater Pipa Jenis Pipa Kedudukan pipa dalam jaringan
Kedudukan pipa dalam suatu jaringan dapat dinyatakan dengan nomor pipa simpul atau node yang dihubungkan oleh pipa tersebut
Pada gambar 6. berikut ini adalah contoh suatu jaringan dan penotasi-annya.
18
gambar 6. Contoh Sebuah Jaringan Pipa Aspek yang penting dalam mengkonstruksi sebuah jaringan pipa adalah keterangan dari node dan pipa itu sendiri . Dari gambar 5 dapat ditunjukkan keterangan keterangan yang umumnya diperlukan dalam mengidentifikasikan suatu jaringan pipa. Keterangan dalam jaringan pipa terdiri dari dua jenis yaitu keterangan yang dapat diidentifikasikan langsung umumnya aspek aspek fisik, dan
keterangan yang bersifat hidrolis yang mana dapat di identifikasikan secara langsung maupun secara tidak langsung. Untuk lebih jelasnya hal ini dapat diuraikan sebagai berikut: 4.1. Karaketristik Hidrolis Node
Keterangan fisik berupa kedudukan node dalam kerangka vertikal dan horizontal suatu bidang tanah, yaitu meyangkut elevasi node,
19
posisi/koordinat
Keterangan ini bermanfaat sebagai dasar dalam pengidentifikasian kondisi hidrolis langsung maupun tak lansung.
Aspek hidrolis yang perlu di identifikasi adalah sebagai berikut : Debit tapping Tekanan air
Debit tapping dalam suatu jaringan pipa air minum sangat tergantung dari pemakaian air si pemakai air yang terhubung dengan tapping itu umumnya 1 l/dt debit air rata rata yang keluar dari tapping dapat melayani 50 sampai 70 sambungan rumah. Hubungan antara debit tapping yang keluar dari node dengan tekanan node adalah sebagai berikut:
Apabila debit tapping adalah 0 (nol) maka tekanan yang ada di tapping adalah maksimal. Apabila debit tapping membesar maka tekanan air turun
20
htapping
node
Tekanan suatu node tergantung pula oleh sisa tekanan yang diberikan oleh pipa pipa yang terhubung ke dan dari node tersebut, oleh sebab itu pemahaman terhadap karakteristik hidrolis pipa dalam suatu jaringan perlu sekali. 4.2. Karaketristik Hidrolis Pipa dalam suatu jaringan
Seperti telah di jelaskan dalam bab sebelumnya kehilangan tekanan dipipa sebanding dengan debit air yang mengalir didalamnya. Semakin besar debit semakin besar kehilangan tekanan, secara matematis dapat ungkapkan sebagai berikut :
hL =F(Q). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29.
hL seperti pada gambar 3 adalah kehilangan tekanan yang secara fisik merupakan beda tinggi permukaan air dari sumber pengaliran. Dengan demikian apabila kecepatan dianggap hampir sama maka tekanan dari muka laut disisi 2 adalah
21
(H2 +Z2 ) = (H1 + Z1)- hL atau tekanan dari atas permukaan tanah Z2 H2= (H1 -hL )+ (Z1- Z2 ). Apabila aliran air melewati beberapa pipa pada jalur 1 seperti di gambar 8 maka kehilangan tekanan total tentunya adalah
hj114= h12 +h23 +h34 . Air yang melewati jalur 2 kehilangan tekanannya hj214= h15 +h56 +h64 . Karena tekanan yang terjadi di node 4 adalah sama dari jalur 1 maupun dari jalur 2 maka kehilangan tekanan dari jalur 1 dan 2 juga sama atau hj114= h j214 atau h12 +h23 +h34= h15 +h56 +h64 atau h12 +h23 +h34- h15 -h56 -h64 = 0. Dengan kata lain jumlah kehilangan tekanan dalam suatu rangkaian pipa berbentuk lingkaran atau loop pada arah yang sama adalah nol. Tekanan suatu node tergantung pula oleh sisa tekanan yang diberikan oleh pipa pipa yang terhubung ke dan dari node tersebut, oleh sebab itu pemahaman terhadap karakteristik hidrolis pipa dalam suatu jaringan perlu sekali.
22
4.3.
Seperti telah di jelaskan dalam bab sebelumnya kehilangan tekanan dipipa sebanding dengan debit air yang mengalir didalamnya. Semakin besar debit semakin besar kehilangan tekanan, secara matematis dapat ungkapkan sebagai berikut :
hL =F(Q). . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29.
hL seperti pada gambar 3 adalah kehilangan tekanan yang secara fisik merupakan beda tinggi permukaan air dari sumber pengaliran. Dengan demikian apabila kecepatan dianggap hampir sama maka tekanan dari muka laut disisi 2 adalah (H2 +Z2 ) = (H1 + Z1)- hL atau tekanan dari atas permukaan tanah Z2 h2= (h1 -hL )+ (Z1- Z2 ).
Apabila aliran air melewati beberapa pipa pada jalur 1 seperti di gambar 8.a.
gambar 8.a. kehilangan tekanan h12 ,h23 ,h34 . Maka kehilangan tekanan total tentunya adalah hj114= h12 +h23 +h34 . Air yang melewati jalur 2 kehilangan tekanannya hj214= h15 +h56 +h64 .
gambar 8.b. kehilangan tekanan h15 ,h56 ,h64 . Karena tekanan yang terjadi di node 4 adalah sama
24
gambar 8.c. kehilangan tekanan h12 ,h23 ,h34 dan h15 ,h56 ,h64 . atau hj114= h j214 atau h12 +h23 +h34= h15 +h56 +h64 atau h12 +h23 +h34- h15 -h56 -h64 = 0. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .30. Dengan kata lain jumlah kehilangan tekanan dalam suatu rangkaian pipa berbentuk lingkaran atau loop pada arah yang sama adalah nol. Berdasarkan azas kontinuitas (lihat persamaan 4.) air yang masuk sama dengan air yang keluar atau : Q1 = Q1 + Q2 + Q3 + Q4 + Q5 + Q6 . . . . . . . . . . . . . . . .31.
Atau dengan kata lain air yang masuk dalam suatu jaringan akan sama dengan yang keluar dimasing masing tapping atau node.
Dalam suatu sistem jaringan air yang keluar dari node dikendalikan oleh sebuah vale yang menghubungkan anatara satu bagian jaring
25
dengan bagian lainnya. Sedangkan secara kolektif air yang keluar dari satu node jaringan tergantung dari perilaku konsumen atau pemakai air memakai air. Pemakaian air sendiri secara hidrolis tergantung dari sisa tekanan pada node tersebut sedangkan faktor lain yang mempengaruhi adalah tingkat kebutuhan konsumen akan air. Misalnya 1 orang per hari memakai air 200 L/org/hari, bila sebuah node melayani 500 orang maka satu node itu mengeluarkan air sebanyak 200 L/org/hari x 500 org = 100.000 L/hari atau 100 m3/hari atau atau rata rata dalam 1 detik adalah
100.000/3600/24=1,1574 L atau Q= 1,1574 L/dt. Hal ini berarti debit air yang keluar dari node tersebut adalah 1,1574 L/dt.
4.4.
Secara matematis apabila kita mengetahui Q (debit air yang keluar dari masing masing node) maka kita dapat menghitung penyebaran aliran air di setiap pipa dijaringan dengan tentunya memperhatikan karakteristik hidrolis dari pipa (dimana selalu ada hubungan antara Q dan hL ). Pada prinsipnya dengan terhitungnya hL maka H atau tekanan di setiap node dapat dicari. Masalahnya adalah dari jalur manapun hL dihitung maka tekanan disuatu node harus mempunyai hasil perhitungan yang sama. A. Hardy Cross
ditemukan penyebaran debit air di pipa yang menghasilkan tinggi tekanan dipipa yang konsisten. Metoda ini dikenal dengan metoda perataan (adjustent) satu arah atau dengan metoda relaksasi. Aliran disetiap pipa diratakan secara iteratif sampai persamaan hidrolis terpenuhi. Metoda ini didasari pada dua kaidah fisika, yaitu:
1. Jumlah debit air dipipa yang masuk dan keluar dari suatu node sama dengan jumlah debit air yang masuk dan keluar dari node tersebut. 2. Tekanan di suatu node adalah tungal dalam arti di dhitung dari segala arah hasilnya sama.
Aliran air dipipa di hitung dan diratakan secara iteratif dengan menggunakan persamaan sebagai berikut
. Dimana :
. . . . . . . . . . . . . . . . . .31.
Iterasi ini berlanjut sampai Qi memenuhi suatu kriteria konvergensi. Contoh soal :
Pemecahan persoalan jaringan pipa dengan Metoda Hardy Cross dapat dilakukan dengan menggunakan Microsoft Excell. Sebagai contoh jaringan pada gambar
27
Q=170 L/dt
300 m m L=2000m
6 5 150 mm L=3000m
Q=25 L/dt
Q=25L/dt
20 30 5 -20
Circuit iterasi 1
Pipa
Koef HW
panj (m)
(mm)
H (m)
H/Q
q0 H/Q/1.85
SxLx1000 15.886 36.270 -14.606 -36.925 0.626 0.185 0.885 0.516 0.440 2.025 0.516 0.798 0.632 1.605 3.551
28
Circuit iterasi 2
Pipa
Koef HW
panj (m)
(mm)
H (m)
H/Q
q0 H/Q/1.85
SxLx1000 15.829 35.998 -13.695 -37.061 1.071 0.184 0.882 0.501 0.440 2.007 0.501 0.771 0.487 1.680 3.439
Circuit iterasi 3
Pipa
Koef HW
panj (m)
(mm)
H (m)
H/Q
q0 H/Q/1.85
SxLx1000 15.731 35.529 -13.923 -37.296 0.040 0.184 0.876 0.505 0.442 2.007 0.505 0.770 0.482 1.682 3.439
Circuit iterasi 4
Pipa
Koef HW
panj (m)
(mm)
H (m)
H/Q
q0 H/Q/1.85
SxLx1000 15.727 35.511 -13.894 -37.305 0.039 0.184 0.876 0.505 0.442 2.006 0.505 0.769 0.476 1.685 3.435
29
Circuit iterasi 5
Pipa
Koef HW
panj (m)
(mm)
H (m)
H/Q
q0 H/Q/1.85
SxLx1000 15.724 35.494 -13.903 -37.313 0.002 0.184 0.876 0.505 0.442 2.006 0.505 0.769 0.476 1.685 3.435
Circuit iterasi 6
Pipa
Koef HW
panj (m)
(mm)
H (m)
H/Q
q0 H/Q/1.85
SxLx1000 15.723 35.493 -13.902 -37.314 0.001 0.184 0.876 0.505 0.442 2.006 0.505 0.769 0.476 1.685 3.435
Circuit iterasi 7
Pipa
Koef HW
panj (m)
(mm)
H (m)
H/Q
q0 H/Q/1.85
SxLx1000 15.723 35.493 -13.902 -37.314 0.000 0.184 0.876 0.505 0.442 2.006 0.505 0.769 0.476 1.685 3.435
28 28 3 -22
Dapat dilihat pada iterasi yang ke 6 dan ke 7 debit pipa sudah hampir sama hanya terpaut dibawah 0,005 L/dt.
30
Sejalan dengan meningkatnya kemampuan komputasi, metoda iterasi ini kemudian disempurnakan dengan dengan melakukan komputasi terhadap matriks jaringan pipa secara simultan. B. Penyelesaian perhitungan secara simultan Pada persamaan 29 ditunjukkan bahwa kehilangan tekanan disebuah sebanding dengan dengan debit yang dialirinya. Apabila dua buah node i dan j dihubungkan dengan sebuah pipa L maka hubungan tersebut dapat dinyatakan dengan kaidah hazen william sebagai:
QL =G(hL)=0.2785.C.D2,63. ((Hi- Hj)/L)0,54 . . . . . .32. Apabila kL =0.2785.C.D2,63. L-0,54.(Hi- Hi) -0,46 . . . . . .33. dan apabila persamaan 32. dinyatakan secara linear maka debit dipipa dapat dinyatakan sebagai berikut: QL =kLhL= kL(Hi- Hj) Apabila QL dinyatakan secara semultan untuk semua pipa di jaringan maka salah satu cara adalah persamaan jaringan dinyatakan dalam bentuk matriks: Lihatlah satu ruas pipa seperti di gambar 10.
Hi hij
Hj k i j
Air yang mengalir dari node i ke node j tergantung dari beda tinggi tekanan di node i dan node j atau hij atau hubgungan ini secara matematis dapat dinyatakan sebagai: Qkij =kkij(Hi- Hj) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 34. Sedangkan apabila aliran ini bila dinyatakan dalam bentuk kebalikannya yaitu dari node j ke node i maka akan menghasilkan debit (Q) yang negatif atau : Qkji =-kkji(Hi- Hj) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .35. Apabila kkji=kkij=kk Maka dalam bentuk tabulasi dapat disusun Qij= Qji= +kk .Hi -kk .H i - kk .Hj +kk .Hj
kk
Dimana: Qk=
+1 -1 -1 +1
].[
Hi Hj
][ ]
=
Qij Qji
[ ]
Qij Qji Hi Hj
Hk=
[ ] [
kk
+1 -1 -1 +1
Apabila yang ditinjau adalah sebuah jaringan pipa maka Jumlah debit air dipipa yang masuk dan keluar dari suatu node i sama dengan jumlah debit air yang masuk dan keluar dari node i tersebut. Atau secara matematis dapat dinyatakan dengan:
Qij = qi
j2 Q Q j1
ij2
ij1 Q qi i ij3 j3
Apabila kita tinjau seluruh node dalam jaringan seperti dalam gambar 9. maka dapat disusun matriks sebagai berikut:
Q12 + Q21+ Q31+ Q42+ Q53+ Q65+ Q13+ Q24+ Q34+ Q43+ Q56+ Q64+ Q35 Q46
= = = = = =
q1 q2 q3 q4 q5 q6
= = = = = =
q1 q2 q3 q4 q5 q6
Dan apabila persamaan tersebut kita bentuk dalam suatu perkalian matriks maka
33
-k2 k2+k4
-k1 -k4 k1+k3+k5 -k3 k4+k3+k7 k5+k6 -k7 -k6 -k5 -k7 -k6 k6+k7 -k3 -k5
H1 H2 H3 H4 H5 H6
-k4
q1 q2 q3 q4 q5 q6
Bila q (m3/dt) diketahui dan dengan mengasumsikan Ketinggian tekanan awal Hi maka nilai kk dapat dicari. Kemudian dengan mengeliminasi matriks diatas maka akan didapat nilai Hi yang baru dan seterusnya sampai nilai Hi retatif tidak berubah. Contoh Soal : Lihat gambar 9. dengan input awal H seperti ditunjukkan dibawah maka akan didapat nilai k dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 33. dan dapat ditunjukkan pada Tabel 6
H1 = H2 = H3 = H4 = H5 = H6 =
0.01
-0.01
-0.00302
H1
0.17
34
-0.01 -0
H2 H3 H4 H5 H6
-0.045
MATRIKS MATRIKS H(m) q(m3/dt) Dengan eleminasi Gauss kita dapat mencari nilai H yang baru, pada MATRIKS k perhitungan iterasi 1 nilai H di dapat seperti pada tabel 7. Tabel 7 Proses perhitungan nilai H
H awal H1 = H2 = H3 = H4 = H5 = H6 = 100.0 m 90.0 m 80.0 m 70.0 m 60.0 m 40.0 m H iterasi I 61.08 48.50 32.81 21.96 0.62 (0.00) H iterasi II 66.69 52.54 33.91 21.59 (0.93) 0.00 H iterasi III 70.77 55.78 35.79 22.32 1.58 0.00 H iterasi IV 71.21 55.89 35.02 21.52 (1.29) 0.00 H iterasi V 73.10 57.55 36.52 22.40 1.90 (0.00) H iterasi VI 72.22 56.64 35.27 21.50 (1.36) (0.00)
Karena H sudah relatif sama maka perhitungan di hentikan pada iterasi ke 14. Setelah itu Debit permasing masing pipa dihitung kembali, dengan hasil seperti pada tabel 8.
Dari 1 1 3
Ke 3 2 4
No Pipa 1 2 3
2 3 5 4
4 5 6 6
4 5 6 7
Syarat Batas Pada kondisi tertentu misalnya Ketinggian tekanan di 1 tidak berubah ubah maka matriks harus disesuaikan dengan memasukkan syarat batas. Misalnya ketinggian tekan di titik 1 adalah 100 m. Maka matriks perlu disesuaikan sebagai berikut :
1 -k2 -k1 0 0 0 0 0 0 k2+k4 0 -k4 0 0 k1+k3+k5 -k3 -k5 0 -k7 0 -k4 -k3 k4+k3+k7 k5+k6 -k6 0 0 -k5 0 0 0 -k7 -k6 k6+k7 H1 H2 H3 H4 H5 H6 100 q2
q3 q4 q5 q6
Untuk dapat dicari solusi matematisnya nya maka matriks harus di ubah menjadi
1 0 0 0 0 0
0 k2+k4 0 -k4 0 0
H1 H2 H3 H4 H5 H6
100 q2-(-k2).H1
q3-(-k1).H1 q4 q5 q6
36