You are on page 1of 62

PTK Dengan Metode Penugasan

6 Okt BAB I PENDAHULUAN

1. A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bertanah air. Maju mundurnya suatu bangsa ditentukan oleh kreativitas pendidikan bangsa itu sendiri dan kompleknya masalah kehidupan menuntut sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetensi. Selain itu, pendidikan merupakan wadah kegiatan yang dapat dipandang sebagai pencetak sumber daya manusia yang bermutu tinggi. Pendidikan bukanlah suatu hal yang statis atau tetap, melainkan suatu hal yang dinamis sehingga menuntut adanya suatu perubahan atau perbaikan secara terus menerus. Perubahan dapat dilakukan dalam hal metode mengajar, buku-buku, alat-alat laboratorium, maupun materi-materi pelajaran. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih banyak dibanding pelajaran lain. Pelajaran matematika dalam pelaksanaan pendidikan diberikan kepada semua jenjang pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai sekolah menengah atas. Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman sehari-hari dalam pembelajaran Matematika di SMP Negeri 1 Sukaresmi Kabupaten Cianjur pada materi Statistika, kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran belum memuaskan, terbukti dari observasi kegiatan belajar siswa, tes unjuk kerja dan hasil evaluasi yang diperoleh siswa untuk mata pelajaran Matematika masih dibawah KKM . Hal ini menunjukkan tingkat kemampuan siswa rendah, salah satu penyebabnya adalah penggunaan metode pembelajaran yang belum tepat. Salah satu hambatan dalam pelajaran matematika adalah bahwa siswa kurang tertarik pada matematika. Banyak siswa yang mengalami kesulitan bila menghadapi soal-soal matematika. Hal ini dapat mengakibatkan prestasi belajar matematika sangat rendah. Suatu kesalahan yang sering terjadi adalah guru kurang memperhatikan tingkat pemahaman siswa dalam mengikuti perubahan, langkah, tahap demi tahap dalam penyampaian materi pelajaran. Dengan kata lain, siswa hanya dibuat tercengang oleh guru dalam mempermainkan rumus yang begitu runtun dalam sebuah rangkaian pokok bahasan. Kondisi ini mungkin bagi guru suatu pekerjaan yang remeh jika sekedar menulis rumus yang sebenarnya dapat dijadikan sebagai penuntun siswa dalam memahami materi dan menyelesaikan soal-soal. Hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan seorang guru terkadang tidak sesuai dengan harapan. Untuk melihat hasil pembelajaran yang telah dilaksanakan salah satunya dengan melihat nilai dan ketrampilan siswa dalam pembelajaran itu.Apabila nilai perolehan siswa jauh dari harapan, maka seorang guru harus memperbaiki pembelajaran agar kompetensi

yang telah ditetapkan kurikulum pada materi Statistika itu dapat tercapai. Hal tersebut peneliti alami di SMP Negeri 1 Sukaresmi pada pelajaran Matematika. Peneliti merasakan dan melihat kesulitan siswa dalam hal menguasai materi pada materi stasistika sehingga merasa perlu untuk segera menangani masalah tersebut. Salah satu solusi yang dapat dilakukan adalah dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat diharapkan dapat meningkatkan penguasaan siswa terhadap materi statistika yang dipelajari. Akibat dari suatu anggapan bahwa matematika itu sulit untuk memperoleh nilai atau hasil yang memuaskan, sehingga timbulah rasa bosan, acuh, tidak senang terhadap mata pelajaran matematika. Sikap-sikap yang demikian oleh pendidik harus diketahui dan dicari jalan keluarnya. Dalam belajar matematika diperlukan banyak latihan-latihan penyelesaian soalsoal yang dibentuk dalam tugas terstruktur yang berisi soal-soal. Dari suatu pengalaman bahwa dalam pemecahan matematika akan berhasil jika siswa banyak berlatih dan terampil menyelesaikan matematika yang bervariatif. Dengan seringnya siswa menyelesaikan tugas yang berupa soal-soal yang berstruktur maka konsep-konsep yang ada tidak mudah lupa. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal, maka pada penelitian ini peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif yaitu Metode Pemberian Tugas Terstruktur. Alasan dipilihnya metode Pemberian Tugas Terstruktur ini yaitu karena akan melatih peserta didik bertanggung jawab dan banyak membantu siswa dalam pemahaman materi pembelajaran. Untuk melihat keberhasilan metode ini maka dilakukan penelitian tindakan kelas dengan judul Penerapan Metode Penugasan dengan Pemberian Tugas Terstruktur untuk Meningkatkan Kemampuan Mengolah Data dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Statistika.(Penelitian Tindakan Kelas pada Mata Pelajaran Matematika di SMP Negeri 1 Sukaresmi Kelas IX-F Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012). . 1. B. Rumusan Masalah.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: Apakah ada Peningkatan Kemampuan Mengolah Data pada Materi Statistika Kelas IX-F Dengan Penugasan 1. Apakah dengan mengunakan Pemberian Tugas Terstruktur dalam pembelajaran Matematika dapat meningkatkan kemampuan mengolah data dan hasil belajar siswa pada materi Statistika di Kelas IX-F SMP Negeri 1 Sukaresmi? 2. Bagaimana Proses meningkatkan kemampuan mengolah data dan hasil belajar siswa pada materi statistika sebelum dan sesudah menggunakan metode pemberian tugas terstuktur? 3. Seberapa besar peningkatan hasil belajar siswa pada materi Statistika dengan Penerapan Metode Pemberian Tugas Terstruktur? 1. C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk

1. Mengetahui kemampuan mengolah data dan hasil belajar siswa Metode Penugasan yaitu Pemberian Tugas Terstruktur pada materi Statistika di Kelas IX F SMP Negeri 1 Sukaresmi Kabupaten Cianjur. 2. Mengetahui kemampuan mengolah data dan hasil belajar siswa pada materi Statistika sebelum dan sesudah menggunakan Metode Penugasan yaitu pemberian Tugas Terstruktur. 3. Mengetahui peningkatan kemampuan siswa dalam mengolah data dan hasil belajar siswa pada materi statistika dengan melalui Penerapan Metode Penugasan yaitu pemberian tugas terstruktur. 4. D. Manfaat Penelitian. Hasil dari penelitian tindakan kelas dengan menggunakan pemberian tugas terstruktur ini akan memberikan maanfaat seperti di bawah ini: 1. Bagi siswa : 2. Melatih peserta didik untuk bertanggung jawab dalam menyelesaikan tugas; 3. Meningkatkan kemampuan siswa dalam dalam mengolah data untuk mencapai hasil belajar pada materi statistika; 4. Membantu siswa dalam pemecahan masalah dalam materi statistika; 5. Menjadikan Proses Pembelajaran Matematika lebih bermakna; 6. Melatih kemandirian peserta didik dalam menyelesaikan masalah atau menyelesaikan soal. 7. Bagi Guru: 8. Meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran sehingga berinovasi serta professional; 9. Meningkatkan kualitas proses pembelajaran Matematika; 10. Meningkatakan ketrampilan guru dalam menggunakan metode belajar yang sesuai; 1. Bagi Sekolah: 2. Memberikan kontribusi dalam mengembangkan kualitas pembelajaran; 3. Meningkatkan mutu lulusan SMP Negeri 1 Sukaresmi yang berkualitas; 4. Penggunaan Metode Pemberian Tugas Terstruktur ini dapat dijadikan referensi guru bahwa dalam mencapai ketuntasan pembelajaran matematika; 5. Salah satu bentuk penugasan adalah dengan pemberian tugas terstruktur merupakan usaha untuk menghadapi perolehan KKM 1. E. Hipotesis Tindakan

Dengan menggunakan Metode Penugasan melalui pemberian tugas terstruktur dalam materi Statistika, maka hasil belajar dan kemampuan siswa dalam mengolah data di kelas IX-F menunjukan peningkatan yang signifikan.

BAB II LANDASAN TEORI 1. A. 2. 1. Metode Pemberian Tugas ( Resitasi) Pengertian Metode Penugasan ( Resitasi)

Yang dimaksud dengan metode tugas ( Resitasi) menurut Sayiful Sagala adalah cara penyajian bahan pelajaran dimana guru memberikan tugas tewrtentu agar siswa melakukan kegiatan belajar, kemudian harus dipertanggungjawabkan. Misalnya tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di luar kelas, di Perpustakaan bahkan di Rumah kemudian tugas tersebut dipertanggung jawabkan. Metode ini dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah tetapi metode ini lebih luas dari pada pekerjaan rumah saja, karena dalam metode ini terdiri dari tiga fase antara lain: pertama Guru memberikan tugas, kedua siswa melaksanakan tugas, dan ketiga siswa mempertanggung jawabkan apa yang telah dikerjakan. Dengan cara ini diharapkan agar siswa dapat belajar bebas tetapi bertanggung jawab dan siswa akan berpengalaman mengetahui berbagai kesulitan dan mengatasi kesulitan itu, karena dengan tugas maka siswa memiliki kesempatan untuk saling membandingkan dengan hasil siswa yang lain. Merangsang siswa agar lebih giat belajar, memupuk inisiatif bertanggung jawab dan mandiri, memperkaya kegiatan belajar di luar, memperkuat pemahamanSelain itu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajar dengan mengisi kegiatan-kegiatan yang kurang berguna. Metode ini diberikan karena dirasakan bahan pelajaran atau meteri terlalu banyak sementara waktu sedikit dalam kegiatan belajar di kelas. Artinya, banyaknya materi ajar yang tersedia dengan waktu kurang. Agar materi ajar dapat dimengerti, dipahami oleh siswa dengan waktu yang telah ditentukan oleh kurikulum maka metode ini sangat membantu. Dalam hal ini tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar pertanyaan (soal) atau perintah melakukan pendataan, mencari penyelesaian dalam buku pelajaran. Dapat juga mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu dan lain sebagainya. Guru memberikan tugas kepada siswa madiri atau kelompok dengan waktu yang ditentukan dan disepakati siswa dan guru harus membahas, menilai hasil tugas madiri atau kelompok. Guru juga memberi motivasi agar siswa dapat mengerjakan tugas dengan baik kemudian guru menghimbau siswa untuk menyusun hasil tugas baik mandiri atau kelompok. Dengan demikian siswa dapat bertanggung jawab dengan tugasnya, selain itu siswa menjadi lebih paham materi ajar. 1. 2. Fase Memberi Tugas ( Resitasi)

Fase-fase dalam memberikan tugas yang baik secara mandiri maupun kelompok: 1. Guru memberikan tugas Tugas yang diberikan dari guru kepada siswa baik secara mandiri atau kelompok maka harus memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal berikut: a) b) c) Tujuan yang akan dicapai Jenis tugas, terstruktur atau tak terstruktur agar siswa mengerti dan paham Tugas harus disesuaikan dengan kemampuan siswa

d) Ada petunjuk yang jelas sehingga siswa dapat mengerjakan tugas mandiri maupun kelompok.

e) Disediakan waktu yang jelas dan cukup untuk mengerjakan tugas terstruktur dan tidak terstruktur. 1. Siswa Mempertanggung jawabkan tugas Hal-hal yang harus dikerjakan dalam fase ini: a) b) c) Laporan siswa tertulis dari apa yang dikerjakan Ada diskusi kelompok atau tanya jawab Penilaian atau tanggapan dari siswa yang lain

Dalam fase mempertanggung jawabkan ini yang disebut dengan resitasi, adapun menurut Zakiyyah Darajat Pemberian tugas dapat dilakukan dalam beberapa hal, yaitu: 1) Siswa diberi tugas mempelajari bagian dari buku teks baik secara kelompok maupun perorangan. Diberi waktu tertentu untuk mengerjakannya, kemudian siswa yang bersangkutan mempertanggungjawabkan. 2) Siswa diberi tugas untuk melaksanakan sesuatu yang tujuannya melatih siswa dalam hal yang bersifat kecakapan mental dan motorik. 3) Siswa diberi tugas untuk mengatasi masalah tertentu atau problem tertentu dengan cara mencoba untuk mengunkapkan. Dengan tujuan agar siswa biasa berfikir ilmiah(logis dan sistematis) dalam memecahkan suatu masalah atau soal. 4) Siswa diberi tugas untuk melaksanakan proyek dengan tujuan agar siswa membiasakan diri untuk bertanggung jawab terhadap penyelesaian suatau masalah, soal, yang telah disediakan dan bagaimana mengolah selanjutnya. Dalam metode pemberian tugas atau resitasi ini syarat yang harus diketahui oleh guru dan siswa yang diberi tugas yaitu: 1) Tugas yang diberikan harus berkaitan dengan pelajaran yang telah mereka pelajari, sehingga siswa disamping sanggup mengerjakannya juga sanggup mempertanggungjawabkan. 2) Guru harus dapat mengukur dan memperkirakan bahwa tugas yang diberikan kepada siswa akan dapat dilaksanakannya karena sesuai kesanggupan dan kecerdasan yang dimilikinya. 3) Guru harus menanamkan kepaqda siswa bahwa tugas yang diberikan kepada siswa akan dikerjakan atas kesadaran sendiri yang timbul dari hati 4) Jenis tugas yang diberikan kepada siswa harus dapt dimengerti benar-benar sehingga siswa tidak ada keraguan dalam melaksanakannya. 1. 3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Penugasan ( Resitasi)

Dalam penggunaan suatu metode pasti ada kelebihan dan kekurangan, begitu juga metode ini, 1. Kelebihan 1) Siswa dapat lebih memahami sendiri materi ajar sesuai dengan pengetahuan yang dicari sehingga pengetahuan itu akan tinggal lama dalam ingatan. 2) Mengembangkan daya berfikir sendiri, daya inisiatif, kreatif, tanggung jawab dan melatih mandiri. 3) Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas individual maupun kelompok. 1. Kekurangan Metode Penugasan (Resitasi) 1) Siswa sulit dikontrol aktifitasnya dalam mengerjakan tugas, apakah benar mengerjakan dengan kemampuan dan usahanya atau hanya meniru pekerjaan temannya 2) Khusus tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota yang lain tidak ikut berpartisipasi dengan baik. 3) Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa. Sering memberikan tugas yang monoton sehingga dapat menimbulkan kebosanan siswa. 2. Pemberian Tugas Terstruktur. Metode pemberian tugas belajar atau resitasi merupakan metode mengajar yang berupa pemberian tugas oleh guru kepada siswa, dan kemudian siswa harus mempertanggungjawabkan atau melaporkan hasil tugas tersebut. Metode ini tidak sama dengan Pekerjaan Rumah (PR). PR merupakan tugas terstruktur yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk dikerjakan di rumah dengan waktu yang ditentukan, sedangkan dalam resitasi tugas tidak harus dikerjakan di rumah, melainkan dapat dikerjakan di laboratorium, perpustakaan, sekolah, atau di tempat lainnya yang berhubungan dengan materi pelajaran yang diberikan. Dalam pembelajaran Matematika harus diperbanyak latihan soal, karena dengan latihan tersebut maka diharapkan peserta didik akan lebih aktif dan kreatif dalam menghadapi berbagai soal. Dengan banyaknya latihan soal dari tugas terstruktur maka konsep, rumus, dan teorema akan dipahamai dengan jelas, salah satu bentuk latihan Matematika adalah dengan pengerjaan tugas tersruktur yang berisi cara penyeleseaian soal-soal atau masalah Pemberian tugas terstruktur dimaksudkan agar selain untuk penguatan juga menimbulkan sikap positif terhadap pelajaran Matematika. Pemberian tugas biasanya dalam bentuk tugas rumah yang bertujuan memberikan kesempatan siswa untuk mendapatkan pengertian yang luas tentang materi yang telah dan akan diajarkan di dalam kelas. Dengan ini siswa akan lebih tahu kekurangan dalam mempelajari materi yang telah diajarkan oleh guru. Dan dengan adanya pemberian tugas terstruktur siswa juga tidak akan merasa bosan dalam belajar karena materi dapat menimbulkan pengalaman belajar dan pemahaman materi.

Tugas dirancang untuk membimbing siswa dalam pemahaman materi yang lengkap terdiri atas rangkaian kegiatan belajar dan soal-soal latihan untuk membantu peserta didik mencapai indikator yang dirumuskan dengan jelas. Tugas terstruktur merupakan salah satu media pembelajaran bahan ajar yang disususn sesuai dengan kebutuhan belajar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. 1. Manfaat Tugas Terstruktur Tugas Terstruktur memiliki manfaat baik ditinjau dari kepentingan peserta didik antara lain: a) Peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara mandiri.

b) Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar jam tidak dibatasi oleh kelas c) Peserta didik berkesempatan menguji kempuan diri sendiri dengan mengerjakan soal latihan yang disajikan dalam tugas d) Mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai factor belajar lainya. Dengan pembahasan di atas peneliti yakin bahwa pemberian tugas terstruktur dalam pembelajaran Matematika dapat menumbuhkan kreatifitas peserta didik dan hasil belajar Matematika pada umumnya lebih meningkat. Sehingga diharapkan pula tidak ada anggapan bahwa pelajaran Matematika adalah mata pelajaran yang sulit tetapi sebaliknya bahwa Matematika adalah mata pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Metode Pemberian Tugas Terstruktur ini sanagat membantu peserta didik untuk mencapai hasil yang memuaskan. Dalam Permendiknas No 22 tahun 2007 tentang Satandar Isi menyebutkan diantaranya bahwa, beban belajar diartikan sebagai waktu yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan sistem :

Tatap Muka (TM) Penugasan Terstruktur (PT) Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur(KMTT)

Pembelajaran Tatap Muka (TM) :Kegiatan pembelajaran yang berupa proses interaksi langsung antara peserta didik dan pendidik Penugasan Terstruktur (PT) : Kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang guru untuk mencapai kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh guru. Dalam kegiatan ini tidak terjadi interaksi langsung antara guru dengan peserta didik Kegiatan Mandiri Tidak Terstruktur (KMTT) : Kegiatan pembelajaran berupa pendalaman materi untuk peserta didik, dirancang guru untuk mencapai kompetensi. Waktu penyelesaian penugasan ditentukan oleh peserta didik dan tidak terjadi interaksi langsung antara pendidik dengan peserta didik

1. Prinsip Pembelajaran Berbasis Kompetensi a. Berpusat pada peserta didik; b. Pembelajaran terpadu; c. Memahami keunikan peserta didik; d. Menerapkan prinsip pembelajaran tuntas; e. Pemecahan masalah; f. Multi strategi; Guru sebagai fasilitator, motivator, dan nara sumber. Tugas Terstruktur memberikan kesempatan kepada peserta didik dari guru atau pendidik untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan berbagai sumber belajar, yang nantinya hasil kerja peserta didik akan diperiksa oleh guru untuk mengetahui tingkat kebenaran jawaban peserta didik. Pemberian tugas terstruktur merupakan Metode yang dapat digunakan peserta didik untuk mencari alternativ pemecahan masalah dengan kendala serta masalahnya. Metode PemberianTugas Terstruktur memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyelesaikan tugas yang diberikan dengan berbagai literature atau buku sumber, yang nantinya hasil kerja peserta didik akan diperiksa oleh guru untuk mengetahui tingkat pemahaman materi serta pencapaian Kompetensi Dasar dari jawaban tugas yang telah dikerjakan oleh peserta didik. 1. C. Materi Statistika 2. Pengertian Statistika Istilah statistik berasal dari bahasa latin status yang artinya suatu negara. Suatu kegiatan pengumpulan data yang ada hubungannya dengan kenegaraan, misalnya data mengenai penduduk, data mengenai penghasilan dan sebagainya, yang lebih berfungsi untuk melayani keperluan administrasi. Secara kebahasaan, statistik berarti catatan angka-angka (bilangan); perangkaan; data yang berupa angka-angka yang dikumpulkan, ditabulasi, dikelompokkan, sehingga dapat memberi informasi yang berarti mengenai suatu masalah, gejala atau peristiwa (depdikbud, 1994). Menurut Sutrisno Hadi (1995) Statistik adalah untuk menunjukkan kepada pencatatan angkaangka dari suatu kejadian atau kasus tertentu. Selaras dengan apa yang didefinisikan oleh Sudjana (1995:2) bahwa statistik adalah kumpulan fakta berbentuk angka yang disusun dalam daftar atau tabel dan atau diagram, yang melukiskan atau menggambarkan suatu persoalan. Statistika beda halnya dengan statistik, statistika yang dalam bahasa Inggris statistics (ilmu statistik), ilmu tentang cara-cara mengumpulkan, mentabulasi dan menggolongkan, menganalisis dan mencari keterangan yang berarti dari data yang berupa angka. Dengan demikian, didalamnya terdiri dari sekumpulan prosedur mengenai bagaimana cara: a. Mengumpulkan data b. Mengolah data c. Menyajikan data d. Menarik kesimpulan dan interpretasi data berdasarkan kumpulan data dan hasil analisisnya.

1. Istilah-istilah dalam Statistika 2. Sampel adalah bagian dari populasi yang benar-benar di teliti atau diamati, dan memiliki karakteristik yang lengkap seperti yang dimiliki populasi. 3. Populasi adalah keseluruhan Obyek penelitian 4. Ukuran Pemusatan Data Tunggal 1 1. . Rata-rata Hitung 2. Modus Modus = nilai yang paling sering muncul (nilai yang frekwensinya paling banyak) Contoh: 6, 7, 7, 7, 8, 8, 9 dan 9 Nilai yang paling sering muncul adalah 7 Jadi, modus dari data di atas = 7 1. 3. Median Median = nilai tengah setelah data diurutkan Contoh: Data: 5, 6, 6, 6, 7, 7, 8, 8, dan 9 Nilai tengah setelah diurutkan (median) = 7

d. Ukuran Penyebaran 1. 2. 3. 4. Quartil Atas adalah median dari data tinggi atau besar Quartil Bawah adalah median dari data rendah atau kecil Quartil Tengah adalah median dari sebuah data Jangkauan interkuartil = - )

3. Jenis Data Data yang diperoleh dari suatu sampel dan populasi dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu : 1. Data kualitatif yakni data yang bukan berupa angka (non numerik) biasa disebut dengan istilah atribut. 2. Data kuantitatif: data yang berupa angka (numerik). Data jenis ini dibedakan menjadi dua bagian, yaitu data diskrit dan kontinyu. Selain pembagian tersebut juga ada yang membagi data menjadi data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya, misal melalui wawancara, penyebaran kuesioner, pengukurn langsung, dan lain lain. Sedangkan data sekunder adalah data yang diambil/ disadur dari pihak lain, misal diambil dari koran, jurnal, penelitian/ publikasi pihak lain, dan lain-lain. 1. D. 1. 1. Hasil Belajar Pengertian Belajar

Belajar adalah sesuatu kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Kegiatan belajar dapat berlangsung di mana-mana, misalnya di lingkungan keluarga, di sekolah dan di masyarakat, baik disadari maupun tidak disadari, disengaja atau tidak disengaja.

Uzer Usman (1996), berpendapat bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku individu sebagai akibat interaksi individu dengan lingkungan sehingga mampu berinteraksi dengan baik dengan lingkungan. Menurut Moh. Surya: belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan perilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungannya( internet; Pengetian Belajar ) Berdasarkan pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah merupakan usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku, baik aspek pengetahuan, keterampilannya, maupun aspek sikapnya melakukan interaksi terus menerus dengan lingkungannya. Ada empat pilar yang dikemukakan oleh UNESCO, dalam Soedijarto (2004; 10-18) yaitu : a) Learning to know, yaitu suatu proses pembelajaran yang memungkinkan siswa menguasai tehnik menemukan pengetahuan dan bukan semata-mata hanya memperoleh pengetahuan b) Learning to do, yaitu pembelajaran untuk mencapai kemampuan untuk melaksanakan Controliling, Monituring, Maintening, Designing, c) Learning to live together adalah membekali kemempuan untuk hidupo bersama dengan orang lain yang berbedsa dengan penuh toleransi, saling pengertian dan tanpa prasangka. d) Learning to be adalah keberhasilan pembelajaran harus ditopang oleh tiga pilar sebelumnya, Tiga pilar tersebut ditujukan bagi lahirnya siswa yang mampu mencari informasi dan menemukan ilmu pengetahuan yang mampu memecahkan masalah, bekerjasama, bertenggang rasa, dan toleransi terhadap perbedaan. Dari uraian tersebut dapat disempulkan bila dilaksanakan dengan memuaskan akan menumbuhkan percaya diri pada siswa sehingga akan mampu mengenal dirinya, berkepribadian mantap, dan mandiri. Pembelajaran yang epektif di mulai dari lingkungan belajar dan berpusat pada siswa, siswa aktif guru akan berperan sebagai fasilitator. Roger dalam Darsono (2000:21-22) mengemukakan beberapa prinsip belajar yang manusiawi yaitu :

Hasrat belajar, artinya setiap orang memiliki keinginan untuk belajar secara kodrati. Belajar bermakna, artinya keberhasilan belajar antara lain ditentukan oleh bermakna tidaknya bahan yang dipelajari. Kebermaknaan ini dikaitkan dengan kehidupan nyata. Belajar tanpa ancaman, artinya belajar sebagaimana suatu kegiatan kompleks yang menuntut kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik, tidak selalu lancar. Belajar atas inisiatif sendiri yang melibatkan pikiran dan perasaan sendiri, membuat belajar lebih bermakana.

Oleh sebab itulah pendidik perlu menyusun dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan beberapa pokok pemikiran sebagai berikut:

a. Pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa. Guru menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. b. Siswa membangun pengetahuan secara aktif. Belajar merupakan kegiatan yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan terhadap siswa. c. Pengajar perlu berusaha mengembangkan kompetensi dan kemampuan siswa. Kegiatan belajar mengajar harus lebih menekankan pada proses dari pada hasil. d. Dalam belajar terjadi interaksi pribadi di antara para siswa dan interaksi antara guru dan siswa. Kegiatan belajar adalah suatu proses sosial yang tidak dapat terjadi tanpa interaksi antar pribadi. Belajar adalah suatu proses pribadi, tetapi juga proses sosial yang terjadi ketika masing-masing orang berhubungan dengan orang lain dan membangun pengetahuan dan pengertian bersama. 1. 2. Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono, hasil belajar merupakan hal yang dapat di pandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan guru. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan saat terselesainya bahan pelajaran (Internet; Pengertian Hasil Belajar ) Menurut Omar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahantingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.Berdasarkan Teori Taksonomi Bloom, dalam Moh. Uzer Usman ( 1996; 34) hasil belajar dalam rangka studi di capai melalui tiga kategori ranah antara lain, kognitif, afektif, psikomotor. Perinciannya adalah sebagai berikut : 1. Ranah Kognitif yaitu hasil belajar intelektual yang terdiri dari 6 aspek ( pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian). 2. Ranah Afektif yaitu berkenaan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jemjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakteristik dengan suatu nilai 3. 3. Ranah Psikomotor yaitu meliputi keterampilan motorik, manipulasi bendabenda, koordinasi otak manusia (menghubungkan dan mengamati). Menurut Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguhsungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mencapainya. Hasil belajar yang dicapai siswa melalui proses belajar mengajar yang optimal cenderung menunjukan hasil yang berciri sebagai berikut: 1. Kepuasan dan kebanggaan yang dapat menumbuhkan motivasi pada diri siswa

2. Menambah keyakinan akan kemampuan dirinya. 3. Hasil belajar yang dicapai bermakna bagi dirinya seperti akan tahan lama diingatannya, membentuk prilakunya, bemanfat untuk mempelajarai aspek lain, digunakan sebagai alat untuk memperoleh informasi dan pengetahuan lain 4. Kemampuan siswa untuk mengontrol atau menilai dan mengendalikan dirinya terutaman adalam menilai hasil yang dicapainya maupun menilai dan mengendalikan proses dan usaha belajarnya Jadi hasil belajar merupakan perubahan yang diperoleh setelah terjadinya proses belajar mengajar yang dapat dilihat setelah peserta didik melalui penilaian yaitu proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk menetukan pencapaian hasil belajar siswa sesuai dengan ( Permendiknas No 20 ;2007) tentang Standar Penilaian. . BAB III METODOLOGI PENELITIAN A . Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode penelitian deskriptip, karena didalam penelitian ini digambarkan bagamana suatu metode pembelajaran di terapkan dan bagaimana hasil yang di inginkan dapat tercapai. Metode deskriptip memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Penelitian tindakan kelas cenderung menggambarkan suatu fenomena apa adanya dengan cara menelaah cecara teratur, mengutamakan objektifitas, dan dilakukan secara cermat. 2. Tidak adanya perlakukan yang diberikan dan dikendalikan 3. Tidak adanya uji hipotesis B. Subyek dan Lokasi penelitian Subyek Penelitian ini adalah siswa kelas IX-F tahun pelajaran 2011/2012, yang berjumlah 42 orang yang terdiri dari jumlah siswa laki-laki sebanyak 20 Orang dan jumlah siswa perempuan sebanyak 22 orang. Peneliti memilih kelas IX-F sebagai subyek penelitian karena kelas ini yang mempunyai daya serapnya rendah terlihat dari hasil tes sebelumnya yang belum menunjukan hasil tidak memuaskan. Lokasi Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sukaresmi sekolah ini beralamat Jln. Mariwati Km 8 Des. Cikanyere Kec. Sukaresmi Kab. Cianjur. C. Waktu Penelitian Tindakan Kelas dapat

Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012, tepatnya dari bulan Juli 2011 sampai dengan Desember 2011. Waktu yang diperlukan untuk pembelajaran materi Statistika adalah 8 jam pelajaran, dalam satu minggu terdiri 2 kali pertemuan, setiap pertemuan terdiri dari 2 x 40 menit. Setiap siklus memerlukan 2 kali pertemuan. Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan dalam 2 siklus sehingga membutuhkan waktu 4 kali pertemuan. D. Instrumen Penelitian Untuk mendapatkan data yang diperlukan oleh peneliti, digunakan instrument pengumpulan data sebagai berikut: 1. Lembar Observasi Lembar observasi disusun untuk memperoleh gambaran langsung tentang kondisi pelakasanaan pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas terstruktur. Observasi tindakan ini dilaksakan oleh rekan guru serumpun yang bertindak sebagai observer. Lembar observasi disusun untuk mengamati peneliti dalam mengamati tindakan kelas, kondisi kelas, dan keakktifan siswa dalam proses pembelajaran 1. Lembar Soal Lembar Soal disusun untuk mengukur pengetahuan, keterampilan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes setiap akhir siklus dan Lembar Kerja Siswa (LKS), tes setiap akhir siklus ini bertujuan untuk mengetahui sampai dimana pemahaman belajar siswa tentang statistika serta untuk merefleksi pembelajaran yang dilaksanakn guna perbaikan. Adapun bentuk tes yang diberikan berupa soal uraian yaitu pada Kompetensi Dasar Statistika. Lembar soal yang disusun berbentuk soal-soal uraian yang berstruktur dan bertujuan membimbing siswa untuk berfikir sistematis sesuai dengan indikator yang telah ditetapkan. 1. Angket Angket dalam penelitian ini digunakan untuk mengukur tanggapan dan sikap siwa setelah pembelajaran. Isi dari angket ini mengenai pendapat siswa terhadap kegiatan proses pembelajaran, bahan ajar, metode pembelajaran, dan sikap guru. Dari angket ini kita dapat mengetahui tentang respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. 1. E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kkelas ini dilaksanakan 4 tahapan sesuai dengan model Jhon Elliot(Muslhudin2009:72) yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Adapun alur pelaksanaan tindakan dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini: 1. Perencanaan. Pada tahap persiapan ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Mengkaji metode penugasan melalui pemberian tugas terstrukturdari berbagai sumber dan referensi, diskusi dengan teman sejawat.

2. Menetapkan fokus observasi yaitu faktor siswa meliputi kemampuan siswa dalam mengolah data dan respon siswa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode penugasan melalui pemberian tugas terstruktur. 3. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) tentang Sttistika untuk 2 Siklus yang berdasarkan Kurikulum SMP Negeri 1 Sukaresmi (KTSP), Lembar kerja Siswa (LKS) serta lembar tugas terstruktur. 4. Menetapkan cara observasi yaitu akan menggunakan metode observasi terbuka dan akan dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. 5. Menetapkan jenis data dan cara pengumpulan data, yaitu jenis data kualitatif akan dikumpulkan melalui observasi dan data kuantitatif akan dikumpulkan melalui tes hasil belajar siswa. 6. Menetapkan alat bantu dokumentasi kamera foto 7. Menetapkan cara pelaksanaan refleksi, yaitu akan dilaksanakan oleh peneliti dan akan dilakukan setiap usai pemberian tindakan dalam pelaksanaan observasi untuk setiap siklusnya. 8. Pelaksanaan Tindakan 1) Pada proses pelaksanaan tindakan, siswa belajar dengan berkelompok. Guru memberikan pembelajaran materi Statistika dengan Tanya jawab dan diskusi.serta pemberian tugas terstruktur sebagai alat bantu dalam pemahaman materi. Guru memberi penjelasan . Selain dari itu guru dapat memberikan soal-soal latihan dan menilai jawaban kelompok, kemudian perwakilan siswa dari kelompoknya menjawab soal-soal. Penilaian proses pembelajaran dilakukan pada aspek kerjasama, jawaban soal-soal dan kebersihan, keaktifan serta keseriusan belajar. Guru memberi tugas terstruktur yang harus dikerjakan dengan batas waktu yang telah ditentukan untuk lebih memahami materi yang telah diajarkan. Pembelajaran diakhiri dengan adanya pemberian tugas terstruktur dan tes siklus I untuk melihat keberhasilan penyajian materi dengan metode penugasan melalui pemberian tugas terstruktur dalam upaya meningkatkan kemampuan mengolah data pada materi Statistika. 2) Peneliti melakukan tindak lanjut untuk siklus II dengan cara menyusun serta memperbaiki rencana selanjutnya berdasarkan hasil tes dan refleksi pelaksanaan siklus I Pelaksanaan tindakan Siklus II masih mengikuti pola penyajian sebagaimana rencana tindakan I yaitu: a) Membuat serta merancang siklus II yang telah di sesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus I. b) Menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dua kali pertemuan

c) Pembelajaran dilakukan dengan mengggnakan diskusi tanya jawab dan diakhiri dengan penugasan untuk memperdalam materi yang telah diajarkan. d) e) f) Memberikan tes siklus II Peneliti beserta tim observer menganalisis serta merefleksi hasil pembelajaran siklus II Peneliti dan observer menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan hasil penelitian.

1. Observasi Pengamatan penelitian dibantu oleh 2 orang guru sebagai pengamat atau observer. Pelaksanaan pengamatan selama kegiatan pembelajaran berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat. Pada tahap ini dilakukan tes akhir siklus, angket respon siswa dan angket lembar kerja siswa dengan bantuan pengamat dari teman sejawat. Dalam observasi yang dilakukan yaitu mengamati siswa dan guru. Pengamatan terhadap siswa dilaksanakan pada saat proses belajar mengajar. Aspek yang diamali meliputi: a) b) c) d) e) Perhatian terhadap penjelasan guru. Keantusiasan dalam mengerjakan tugas. Hubungan kerjasama antar siswa. Keberanian menjawab soal di depan kelas dan berbagi dengan teman di kelas. Keberanian bertanya.

Pengamatan terhadap guru aspek yang diamati meliputi: a) b) c) d) e) f) g) h) Menyampaikan tujuan pembelajaran. Memotivasi siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar dengan serius. Mengaitkan pembelajaran dengan pengetahuan awal siswa/prasyarat. Menerangkan secara singkat materi pokok dengan jelas. Mengatur siswa dalam kelompok-kelompok belajar. Membimbing siswa mengerjakan LKS dengan benar. Mendorong dan membimbing dilakukannya keterampilan kooperatif oleh siswa. Memberikan umpan balik dan penegasan serta penguatan materi yang diajarkan.

i) Memberikan tugas terstruktur yang telah disesuaikan dengan indicator materi yang diajarkan. 1. Refleksi Refleksi merupakan langkah untuk menganalisis hasil kerja siswa. Analisisdilakukan untukmengukur baik kelebihan maupun kekurangan yang terdapat pada setiap siklusnya kemudian mendiskusikan hasil analisis secara kolaborasi dengan observer untukperbaikan pada pelaksanaan siklus selanjutnya. Maka pada akhirsiklus,aktiviatas dan kemapuan siswa

dalam mengolah data materi Statistika di kelas IX F di SMP Negeri 1 Sukaresmi dapat ditingkatkan. Langkah-langkah dalam refleksi adalah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan data hasil pengamatan. 2. Menganalisa data hasil pengamatan. 3. Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus berikutnya. 4. Melaksanakan evaluasi tindakan I dan mendiskusikan hasilnya dengan guru Matematika yang lain. Tahap refleksi I dilakukan berdasarkan bahan analisis yang diperoleh dari hasil pengamatan pada siklus I, dan selanjutnya peneliti melakukan kembali perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi pada siklus II. 1. F. Pengolahan Data 1. Pengumpulan data

Data penelitian ini diambil dengan menggunakan prosedur sebagai berikut: 1. Motivasi Belajar Data motivasi belajar diperoleh dari hasil observasi perilaku siswa dan aktivitas siswa dalam kelas yang berkaitan dengan kemampuan mengolah data statistika pada pemberian tindakan. Perilaku dan aktivitas siswa meliputi perhatian, ketekunan, konsentrasi, minat yang ditunjukan oleh diskripsi yang telah ditentukan 1. Data kemampuan mengolah data berupa tingkat pengusaan siswa terhadap tugas yang diberikan setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode penugasan melalui pemberian tugas terstruktur yang diperoleh dari test akhir siklus dan lembar kerja serta lembar tugas terstruktur. 2. Data tanggapan siswa terhadap metode penugasan berupa pendapat siswa setelah mengikuti proses pembelajaran berlangsung. Data ini diambil dengan menggunakan angket pendapat siswa. 3. Menganalisa Data Data penelitian berupa motivasi belajar, prestasi belajar serta tanggapan siswa terhadap metode penugasan. Analisis data motivasi, prestasi dan angket dijelaskan sebagai berikut 1. Analisis Motivasi Belajar Motivasi belajar dianalisis secara deskriptif berdasarkan keberhasilan tindakan yaitu frekwensi depskriptif pada lembar observasi. Depkriptor motivasi meliputi minat, perhatian, ketekunan. Prosentase keberhasilan tindakan dapat dihitung dengan rumus: MP = siswa yang responnya positif x 100% Seluruh siswa

1. Analisis Ketuntasan Belajar siswa dan Prestasi Belajar Kemampuan siswa dan Prestasi Belajar dianalisis dengan ketuntasan belajar, siswa dikatakan tuntas belajar jika mencapai skor ketuntasan belajar minimal atau KKM. Di SMP Negeri 1 Sukaresmi KKM mata Pelajaran Matematika semester Ganjil 78 pada Materi statistika KKM yang harus dicapai 78. Analisis Prestasi Belajar dan Kemampuan mengolah data dihitung dengan rumus berikut: Kb = siswa yang memperoleh nilai 78 x 100% siswa 1. Menyimpulkan hasil penelitian setelah data dianalisis Menyimpulkan hasil penelitian dilihat dari prosentase motivasi Positif dan Ketuntasan belajar. Indikator keberhasilan tinadakan untuk aspek motivasi, respon siswa dan ketuntasan belajar siswa dapat diukur dengan cara berikut:

Motivasi Positif = Prosentase Respon Positif Siklus II Prosentase Respon positif Siklus I Prestasi belajar siswa = Prosentase kekuntasan Siklus I Prosentase Ketuntasan Awal

Prosentase ketuntasan siklus II prosentase ketuntasan Siklus I Jika dari selisih motivasi positif ada kenaikan maka respon siswa terhadap Metode Penugasan dalam materi Statistika diterima. Dan jika Selisih prosentase ketuntasan awal tindakan siklus I, Siklus II ada peningkatan maka metode Penugasan melalui pemberian tugas terstruktur dapat diterima. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. A.

Hasil Penelitian

1. Seting Kelas Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan di SMP Negeri 1 Sukaresmi sekolah ini beralamat Jln. Mariwati Km 8 Desa Cikanyere Kecamatan Sukaresmi Kabupaten Cianjur. SMP Negeri 1 Sukaresmi termasuk sekolah terbesar di Kecamatan Sukaresmi serta membawahi tiga Cerdas Seatap (CSA), tenaga pengajar 80% sesuai dengan bidang yang diampu. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas IX F yang terdiri dari 42 siswa dengan jumlah siswa perempuan 20 orang dan siswa laki-laki 22 orang.Tingkat kemampuan belajar matematika di kleas IX F heterogen. Berdasarkan nilai yang diperoleh dari tes sebelumnya menujukkan bahwa kemampuan dan motovasi belajar matematika pada umumnya di kelas ini menunjukan kelas yang tingkat kemampuan dan motivasi belajar matematikanya rendah dan tidak memuaskan. Prestasi belajar di kelas IX F ini masih rendah karena jumlah siswa

yang mencapai nilai diatas KKM yang ditetapkan masih sedikit. KKM pada semester ganjil mata pelajaran matematika 78 hasil kumulatif perhitungan KKM dari kompetensi dasar yang terdapat pada semester ganjil. Berdasarkan hasil pengamatan yang telah diuraikan maka pada di kelas IX F perlu adanya tindakan yang bervariatif sehingga perolehan prestasi belajar siswa meningkat maka peneliti mengambil sikap bahwa pada materi Statistika semester ganjil ini menggunakan metode pemberian tugas terstruktur agar pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan KKM. Metode Pemberian Tugas Tersturuktur merupakan salah satu metode pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar dan kemampuan mengolah data karena dengan metode pemebriantugas terstruktur ini siswa mempunyai motivasi yang tinggi untuk meningkatkan kerja kelompok, bertanggung jawab, meningkatkan kinerja individu sehingga hasil belajar akan meningkat. 2. Hasil Tindakan siklus I 1) Perencanaan 1. Sebelum menyusun rencana pelakasanaan pembelajaran, peneliti melakukan identifikasi masalah dan merencanakan langkah-langkah yang akan dilaksanakan; 2. Menyususn rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pelaksaan Siklus I; 3. Menentukan materi yang akan dijadikan materi penelitian; 4. Mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP); 5. Mengembangkan format evaluasi; 6. Mengembangkan format observasi pembelajaran. 2) Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sebagai berikut: 1. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan format evaluasi serta observasi dilaksanakan tanggal 09 Oktober 2011. 2. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan hari Selasa tanggal 11 Oktober 2011 a) Guru terlebih dahulu meneliti tingkat kesiapan siswa, mengecek absensi siswa serta mengkondisikan kelas agar dapat mengikuti proses pembelajaran secara kondusif; b) Menyampaikan apersepsi dan motivasi mempelajari materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari; c) Guru menyampaikan secara singkat tentang cara pengumpulan data;

d) Guru memberikan permasalahan kepada siswa untuk dikumpulkan data dari teman sekelasnya. Data yang harus dikumpulkan oleh siswa yaitu; ukuran sepatu, ukuran sepatu, bulan lahir, hari lahir, mata pelajaran yang disukai, warna kesukaan; e) f) Peserta didik mendiskusikan dan mengumpulkan data dari teman sekelasnya; Peserta didik menyelesaikan masalah yang dicatat dengan tally/turus;

g) h) i)

Guru memberikan bimbingan dan memberi pengarahan kerja peserta didik; Guru membahas hasil kerja peserta didik dan memberikan penguatan-penguatan; Peserta didik disarankan membuat rangkuman dibawah bimbingan guru;

j) Refleksi: Perwakilan peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan proses pembelajaran dan metode yang dipakai; k) Guru menutup pembelajaran dan memberikan penugasan terstruktur yang telah disiapkan untuk lebih memahami cara pengumpulan data dan pencatatan dengan turus waktu penyelesaian tugas terstruktur pertemuan yang akan datang; 1. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan kedua dilaksanakan hari Kamis tanggal 13 Oktober 2011; a) Guru terlebih dahulu meneliti tingkat kesiapan siswa, mengecek absensi siswa serta mengkondisikan kelas agar dapat mengikuti proses pembelajaran secara kondusif; b) Menyampaikan apersepsi dan motivasi mempelajari materi yang akan diajarkan dalam kehidupan sehari-hari; c) Guru menyampaikan secara singkat dengan contoh tentang cara mengurutkan data, data terendah, data tertinggi dan jangkauan; d) Guru memberikan petunjuk agar siswa mengerjakan tugas terstruktur untuk diselesaikan secara berkelompok. Tugas terstruktur berisi soal uraian tentang mengurutkan data, data terendah, data teringgi dan jangkauan; e) Siswa mengerjakan tugas terstruktur guru mengawasi dan memberikan bimbingan kepada siswa yang belum mengerti; f) Perwakilan siswa untuk menyampaikan hasil kerja guru memberikan penguatanpenguatan; g) Peserta didik disarankan membuat rangkuman dibawah bimbingan guru; h) Refleksi: Perwakilan peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan proses pembelajaran dan metode yang dipakai; i) Guru menutup pembelajaran dan memberikan penugasan terstruktur yang telah disiapkan untuk lebih memahami cara mengurutkan data, menentukan data tertinggi, data terendah dan jangkauan, waktu penyelesaian tugas terstruktur pertemuan yang akan datang. 3) Observasi

Dari hasil observasi siklus I, didapatkan bahwa dalam melaksanakan pembelajaran Matematika dengan metode pemberian tugas terstruktur pada Siklus I, guru telah merapkannya sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disiapkan. Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan oleh observer, guru kurang dalam memotivasi

siswa sehingga ada beberapa siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. Hal ini terbukti dari masih banyak siswa yang kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran. Masalah lain yang didapat dari pengamatan observer adalah pada saat pengumpulan data pertemuan pertama waktunya kurang mencukupi. Data mengenai keaktifan siswa dapat diperoleh dengan menggunakan lembar observasi seperti pada lampiran. Keaktifan siswa tersebut dapat dilihat dalam hal mengikuti proses pembelajaran berlangsung. Data mengenai keaktifan siswa pada siklus I dapat dilihat pada tabel 4.1. Tabel 4.1 Data mengenai Keaktifan Siswa Pada Siklus I Partisipasi Siswa Sangat Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Jumlah Jumlah siswa 2 30 10 42 Prosentase 5% 71% 24% 100 Data keaktifan siswa dalam siklus I digambarkan dalam grafik seperti pada grafik 4.1 Grafik 4.1

Keaktifan siswa pada siklus I Data mengenai aktifitas siswa pada siklus I menunjukkan bahwa motivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran termasuk kategori cukup aktif. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, maka pada akhir siklus I dilakukan tes akhir siklus dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut: Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Siswa Pada Siklus I NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 NAMA Ai Nurjamilah Andini Diniatul Zaman Aria Rahmat Hidayat Aris Munandar Asri Afrilianti Budi Deby Susi Yanti Dedi Setiadi Dian Ratna Sintiawati Dodi Kurnia Elia Damayanti Erick Budiman Pamungkas Erniawati Gina Yuliani Idan Ilma Huzaemah Irwan Purwandi Iyet Nurhayati NILAI KETERANGAN KKM PEROLEHAN TUNTAS TIDAK TUNTAS 78 78 78 78 78 78 78 79 78 78 78 50 78 78 78 50 78 50 78 55 78 79 78 50 78 79 78 78 78 60 78 78 78 50 78 79

19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42

Lusiana Apriliani M. Naufal Amar Siddik Mita Reskyyanti Moch. Ikmal Muhamad Jaelani Muhammad Wishal Albaqy Nengsih Nurmalasari Pandu Pangestu Peri Apriandi Puput Ibadihati Solehah Resdiana Depi Restiyana Faujiah Robi Awaludin Rosita Sandi Kurnia Sandi Supiandi Siti Fatimah Ahmad Siti Nuralifah Siti Wasilah Susi Yanti Taofik Hidayat Yayang Yuliyandi Yuniarti Jumlah Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah % Lulus % Tidak Lulus

78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78 78

60 65 78 50 78 60 60 78 80 40 79 78 78 79 40 84 25 78 78 78 78 40 50 78 2819 67,1 84,0 25,0

25 17

60 40

Data hasil belajar siswa pada silkus I dapat disajikan dalam grafik 4.2 Grafik 4.2 Hasil Belajar Siklus I Berdasarkan tabel 4.2 dan grafik 4.2 tentang hasil belajar siswa siklus, grafik siklus I maka dapat terlihat bahwa 25 siswa yang tuntas nilainya diatas KKM atau 60% dan 17 siswa atau 40% tidak tuntas dari KKM 78 yang telah ditetapkan. Rata-rata nilai pada akhir siklus I 67,1 dengan nilai tertinggi 84 dan nilai terendah 25. Dari data tersebut memberi gambaran bahwa keaktifan siswa cukup maka hasil belajar tergolong cukup. Hal ini menjadi tolak ukur pelaksanaan siklus II. 4) Refleksi

Berdasarkan analisis data di atas, masih terdapat kekurangan-kekurangan pada Siklus I. Kekurangan-kekurangan tersebut antara lain guru kurang memotivasi siswa dan mengkondisikan siswa pada waktu mengerjakan lembar kerja dan tugas terstruktur, akibatnya masih banyak siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran. Selain itu guru juga kurang bisa

mengelola waktu terutama ketika mengerjakan lembar kerja dan tugas terstuktur tentang pengumpulan data dari berbagai masalah kepada teman sekelas. Akibatnya waktu yang dibutuhkan cukup lama. Dengan adanya kekurangan-kekurangan tersebut, maka perlu adanya perbaikan-perbaikan pada pelaksanaan KBM siklus II. Selain itu guru juga tidak memberi motivasi dan mengarahkan siswa yang tidak aktif dalam belajar agar pada pertemuan berikutnya kegiatan pembelajaran lebih baik. Dengan banyaknya siswa yang aktif dalam kegiatan pembelajaran, maka kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih baik. Selain memotivasi siswa, guru juga memperbaiki tugas terstruktur dari segi soal-soalnya harus bisa dipahami oleh siswa dan disesuaikan dengan tujuan pembelajaran materi Statistika. 3. Hasil Tindakan siklus II 1) Perencanaan 1. Menyusun dan mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pelaksanaan Siklus II. 2. Menyusun lembar kerja dan tugas terstruktur yang disesuaikan dengan tujuan dalam Siklus II. 3. Menyusun dan mengembangkan alat evaluasi dan observasi pelaksanaan Siklus II. 2) Pelaksanaan

Pelaksanaan tindakan pada siklus II dilaksanakan dalam dua kali pertemuan sebagai berikut: 1. Menyusun dan mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, alat evaluasi dan observasi yang dilaksananakan tanggal 15 Oktober 2011. 2. Pelaksanaan pembelajaran pada pertemuan pertama dilaksanakan hari Selasa tanggal 18 Oktober 2011. a) Mengajak siswa untuk berdoa bersama-sama, mengecek kehadiran siswa dan mengkondisikan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik dari mulai kedisiplinan, kebersihan; b) Apersepsi: Mengingat kembali pengertian data, dan cara pengumpulan data, data besar, data kecil serta jangkauan data dan membahas tugas terstruktur pertemuan yang lalu; c) Motivasi: Menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat ukuran pemusatan dalam data tunggal serta penafsiran; d) Guru menginformasikan agar peserta didik berhitung dari 1 s.d 3 antara laki-laki dan perempuan supaya rata jumlahnya; e) Guru memberikan permasalah yang harus dicari tahu tiap-tiap nomor. Untuk yang bernomor 1 mempelajari tentang mean, no 2 mempelajari tentang modus, dan no 3 mempelajari tentang median; f) Peserta didik mendiskusikan masing-masing permasalahan dengan rasa jujur batasan waktu 10 menit, guru mengamati dan memberi bimbingan;

g) Perwakilan masing-masing nomor untuk menyampaikan secara ringkas hasil diskusinya; h) Bersama-sama peserta didik dan guru membahas pengertian mean, modus, dan median serta cara menentukan mean, modus dan median; i) Guru memberikan penjelasan kepada peserta didik untuk menyelesaikan lembar kerja yang berisi soal menentukan mean, modus dan median data tunggal; j) Peserta didik mendiskusikan lembar kerja tersebut guru mengamati dan memberi bimbingan; k) l) Guru membahas hasil kerja peserta didik dan memberikan penguatan-penguatan; Siswa disarankan membuat rangkuman dibawah bimbingan guru;

m) Refleksi : Perwakilan peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan proses pembelajaran dan metode yang dipakai; n) Guru memberikan penugasan terstruktur yang telah disiapkan untuk lebih memahami cara menetukan mean, modus dan median data tunggal, waktu penyelesaian tugas terstruktur pada pertemuan yang akan datang. 1. Pelaksanaan pembelajaran pertemuan kedua dilaksanakan tanggal 20 Oktober 2011 a) Mengajak siswa untuk berdoa bersama-sama, mengecek kehadiran siswa dan mengkondisikan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik mulai dari kedisiplinan berpakaian, kebersihan kelas; b) c) Membahas tugas terstruktur pertemuan sebelumnya; Apersepsi : Mengingat kembali mean, Modus dan Median data tunggal;

d) Motivasi : Menyampaikan tujuan pembelajaran dan manfaat ukuran penyebaran data tunggal; e) Guru menginformasikan agar siswa belajar berkelompok dengan permasalahan ukuran penyebaran data tunggal; f) Siswa mendiskusikan masing-masing permasalahan dengan batasan waktu 10 menit, guru mengamati dan memberi bimbingan; g) Perwakilan siswa untuk menyampaikan secara ringkas hasil diskusi;

h) Bersama-sama peserta didik dan guru membahas cara menentukan ukuran penyebaran dan jangkauan interquartil data tunggal; i) Guru memberikan penjelasan kepada siswa untuk menyelesaikan lembar kerja yang berisi soal menentukan ukuran penyebaran dan jangkauan interquartil data tunggal;

j) k) l)

Siswa mendiskusikan lembar kerja tersebut guru mengamati dan memberi bimbingan; Guru membahas hasil kerja siswa dan memberikan penguatan; Peserta didik disarankan membuat rangkuman dibawah bimbingan guru;

m) Refleksi : Perwakilan peserta didik diberi kesempatan untuk mengemukakan proses pembelajaran dan metode yang dipakai; n) Guru memberikan penugasan terstruktur yang telah disiapkan untuk lebih memahami cara menetukan ukuran penyebaran data tunggal, waktu penyelesaian tugas terstruktur pada pertemuan yang akan datang. 3) Observasi

Pada pelaksanaan Siklus II ini guru melakukan perbaikan-perbaikan dari kekurangan pada siklus I. Perbaikan dalam proses pembelajaran yang dilakukan adalah lebih memotivasi siswa dalam mengikuti pembelajaran kepada siswa yang tidak aktif. Karena banyaknya siswa yang aktif dalam proses pembelajaran, maka proses pembelajaran dapat berjalan lebih baik. Selain memberikan motivasi, guru juga memberikan penjelasan tentang pentingnya lembar kerja dan tugas terstruktur untuk memahami materi yang diajarkan dengan mandiri. Data mengenai keaktifan siswa dapat diperoleh dengan menggunakan lembar observasi, pada siklus II dapat disajikan pada tabel 4.3 Tabel 4.3 Data Keaktifan Siswa Siklus II Partisipasi Siswa Sangat Aktif Cukup Aktif Kurang Aktif Jumlah Jumlah siswa 6 33 3 42 Prosentase 14% 79% 7% 100

Data keaktifan siswa dalam siklus II digambarkan dalam grafik seperti pada grafik 4.3 Grafik 4.3 Data Keaktifan Siswa Siklus II Data mengenai aktifitas siswa pada siklus II menunjukkan bahwa motivasi siswa dari Siklus I ke Siklus II ada peningkatan. Banyaknya siswa yang kurang aktif pada Siklus I ada 10 siswa sedangkan pada siklus II ada 3 siswa yang kurang aktif dalam mengikuti pembelajaran. Hal ini dikarenakan latar belakang siswa yang berasal dari keluarga tidak mampu dan rumah yang jauh dari sekolah. Untuk mengetahui keberhasilan kegiatan belajar mengajar Siklus II maka dilakukan tes akhir Siklus II, hasil belajar Siklus II dapat disajikan dalam tabel 4.4 Tabel 4.4

Data Hasil Belajar Siswa Siklus II NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 NAMA Ai Nurjamilah Andini Diniatul Zaman Aria Rahmat Hidayat Aris Munandar Asri Afrilianti Budi Deby Susi Yanti Dedi Setiadi Dian Ratna Sintiawati Dodi Kurnia Elia Damayanti Erick Budiman Pamungkas Erniawati Gina Yuliani Idan Ilma Huzaemah Irwan Purwandi Iyet Nurhayati Lusiana Apriliani M. Naufal Amar Siddik Mita Reskyyanti Moch. Ikmal Muhamad Jaelani Muhammad Wishal Albaqy Nengsih Nurmalasari Pandu Pangestu Peri Apriandi Puput Ibadihati Solehah Resdiana Depi Restiyana Faujiah Robi Awaludin Rosita Sandi Kurnia Sandi Supiandi Siti Fatimah Ahmad Siti Nuralifah Siti Wasilah Susi Yanti Taofik Hidayat Yayang Yuliyandi Yuniarti Jumlah Rata-rata Nilai tertinggi Nilai terendah NILAI KETERANGAN KKM PEROLEHAN TUNTAS TIDAK TUNTAS 78 79 78 79 78 79 78 79 78 79 78 78 78 78 78 50 78 78 78 79 78 78 78 78 78 79 78 78 78 60 78 78 78 50 78 79 78 79 78 79 78 78 78 50 78 78 78 78 78 79 78 79 78 82 78 40 78 79 78 78 78 78 78 80 78 78 78 86 78 35 78 78 78 78 78 78 78 78 78 79 78 50 78 78 3088 36 6 73,5 86,0 25,0

% Lulus % Tidak Lulus

86 14

Data hasil belajar siswa pada silkus I dapat disajikan dalam grafik 4.4 berikut;

Grafik 4.4 Hasil Belajar Siklus Melihat tabel 4.4 dan grafik 4.4 tentang hasil belajar siswa siklus II, grafik hasil belajar Siklus II maka didapat 36 siswa yang tuntas, nilainya diatas KKM atau 86% dan 6 siswa atau 14% tidak tuntas dari KKM 78 yang telah ditetapkan. Rata-rata nilai pada akhir siklus II 73,5 dengan nilai tertinggi 86 dan nilai terendah 35. Dari data tersebut maka keaktifan siswa ada kenaikan demikian juga hasil belajar diakhir Siklus II juga mengalami kenaikan yang signifikan dari Siklus I dan Siklus II. 4) Refleksi Dari data observasi Siklus II didapat sebagian besar siswa mengikuti pembelajara dengan baik. Hal ini dikarenakan siswa merasa tertarik dan termotivasi dalam KBM yang menggunakan metode pemberian tugas terstruktur. Siswa sudah mulai tertarik belajar Matematika dengan pemberian tugas terstruktur karena dengan mengerjakan tugas terstruktur melatih siswa untuk bertanggung jawab dalam tugas serta melatih kemandirian siswa. 1. B. Pembahasan

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi yang dilakukan pada Siklus I dan Siklus II, maka dapat diketahui keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat disajikan dalam tabel 4.5 berikut; Tabel 4.5 Data Keaktifan Siswa Siklus I, Siklus II NO KUALIFIKASI SIKLUS I 2 30 10 42 Grafik 4.5 Keaktifan siswa pra siklus, siklus I, siklus II SIKLUS II 6 33 3 42 Data keaktifan siswa pada siklus I, dan siklus II dapat digambarkan dalam gragik 4.5 berikut:

1SANGAT AKTIF 2CUKUP AKTIF 3KURANG AKTIF JUMLAH

Dari tabel dan grafik keaktifan siswa di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ada kenaikan jumlah siswa yang aktif hal ini terlihat dari jumlah siswa yang kurang aktif pada pra siklus, Siklus I, Siklus II semakin menurun jumlah siswa yang kurang aktif. Jumlah siswa yang kurang aktif pada Siklus I ada 10 siswa dan Siklus II ada 3 siswa, dengan adanya penurunan jumlah siswa yang kurang aktif maka dapat disimpulkan pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas terstruktur dapat meningkatkan keaktifan siswa dan melatih untuk bertanggung jawab serta kemandirian siswa dalam mengerjakan tugas. Berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan pada Siklus I, Siklus II menunjukkan peningkatan prosentase ketuntasan belajar materi statistika di kelas IX-F seperti terlihat dalam table 4.6 berikut Tabel 4.6 Data prosentase hasil evaluasi Siklus I, Siklus II NO 1 2 KEGIATAN Siklus I Siklus II TUNTAS 60 86 TIDAK TUNTAS 40 14

Hasil ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II dapat disajikan dalam grafik 4.6 berikut: Grafik 4.6 Ketuntasan hasil belajar siklus I, dan siklus II Dari tabel dan grafik ketuntasan hasil belajar siklus I, siklus II menunjukkan adanya peningkatan ketuntasan, pada siklus I prosentase yang tuntas 60% tidak tuntas 40% sedangkan pada siklus II terdapat 86% tuntas 14% tidak tuntas, hal ini menunjukkan peningkatan yang siqnifikan. Selain tabel dan grafik keaktifan belajar siswa dan ketuntasan hasil belajar juga peneliti sajikan tabel 4.7 dan grafik 4.7 adalah tabel dan grafik rata-rata hasil belajar siswa siklus I, dan siklus II. Tabel 4.7 Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I, siklus II NO 1 2 KEGIATAN Siklus I Siklus II RATA-RATA 67,1 73,5 Rata-rata hasil belajar siklus I, siklus II Rata-rata hasil belajar siswa dari siklus I sampai dengan akhir siklus II dapat disajikan dalam grafik 4.7 berikut: Grafik 4.7

Berdasarkan hasil penelitian dua siklus tersebut menunjukkan peningkatkan keaktifan dan prosentase kenaikan serta rata-rata hasil belajar siswa terbukti dari tabel dan grafik keaktifan, prosentase ketuntasan, rata-rata hasil belajar siswa pada pembelajaran Matematika dengan metode pemberian tugas terstruktur. Hal ini dapat peneliti simpulkan bahwa pembelajaran dengan metode pemberian tugas terstruktur selain meningkatkan keaktifan siswa juga meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan demikian hipotesis tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, yang menyatakan bahwa dengan menggunakan Metode Pemberian Tugas Tersturuktur dalam materi Statistika, maka hasil belajar siswa kelas IX-F SMP Negeri 1 Sukaresmi Tahun Pelajaran 2011/2012 dapat menunjukan peningkatan yang signifikan, dapat diterima. BAB V PENUTUP 1. A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SMP Negeri 1 Sukaresmi pada kelas IXF Tahun pelajaran 2011/2012 bahwa hasil belajar dan kemampuan siswa dalam mengolah data pada mata pelajaran Matematika materi Satistika sesudah menggunakan metode pembelajaran pemberian tugas terstruktur menujukkan hasil yang memuaskan. Dari uraian pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil belajar dan kemampuan siswa dalam mengolah data pada materi statistika di kelas IX-F SMP Negeri 1 Sukaresmi sebelum menggunakan metode pemberian tugas terstruktur mempunyai nilai rata-rata kelas 55,8 dengan prosentase ketuntasan 31%. Pada saat pembelajaran diubah menggunakan metode pemberian tugas terstruktur maka nilai rata-rata meningkat menjadi 67,1 dengan prosentase ketuntasan 60% pada siklus I dan 73,5 dengan prosentase ketuntasan 86% pada siklus II; 2. Penerapan metode pemberian tugas terstruktur mempunyai manfaat yang baik, karena menumbuhkan rasa tanggung jawab siswa serta kemampuan mengolah data serta siswa tidak bosan sehingga minat belajar meningkat. Hal ini terbukti pada keaktifan siswa pada saat pra siswa siklus masih terdapat 12 siswa yang tidak aktif, pada siklus I terdapat 10 yang tidak aktif serta pada siklus II terdapat 3 siswa yang tidak aktif. 1. B. Saran

Setelah melaksanakan Penelitian Tindakan kelas ini, saran yang dapat peneliti ajukan sebagai berikut; 1. Seorang guru harus bervariasi menggunakan metode pembelajaran untuk menghindari kejenuhan siswa. Selain metode pembelajaran yang bervariatif guru juga diharuskan untuk menyusun tugas terstruktur yang disesuaikan dengan materi yang diajarkan; 2. Seorang guru harus selalu aktif melibatkan siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung; 3. Hendaknya seorang guru selalu memotivasi siswa untuk selalu belajar di rumah yaitu dengan cara memberikan tugas terstruktur bertujuan untuk memahani materi lebih matang.

4. Metode pembelajaran pemberian tugas terstruktur dapat menumbuhkan tanggung jawab siswa serta kemandirian dalam memahami materi pembelajaran. 5. Metode pembelajaran pemberian tugas terstruktur dapat dikembangkan dan diterapkan pada pokok bahasan yang lain. Sehingga perlu adanya penelitian lebih lanjut sebagai pengembangan penelitian ini; 6. Sekolah hendaknya memfasilitasi untuk kegiatan Penelitian Tindakan Kelas yang dituangkan dalam RKS dan RAKS. 7. Sekolah harus menganjurkan kepada guru untuk menyusun tugas terstruktur yang sesuai dengan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar. DAFTAR PUSTAKA

Arikunto Suharsimi, 1997, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta Arikunto Suharsimi, 2008, Dasar-Dasar Evaluasi, Edisi Revisi, Jakarta,: Bumi Aksara Dimyati dan Mudjiona, 2002 Belajar Dan Pembelajaran, Jakarta : Rineka Cipta Djamarah, S.B dan A.Zain, 2002, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rhineka Cipta Hamalik Omar, 2001, Proses Belajar Mengajar, Jakarta: PT Bumi Aksara Kusumah Wijaya dan Dwitagama Dedi, 2009, Mengenal Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: PT. Indek Muslihuddin, 2008, Kiat Sukses Melakukan Penelitian Tindakan Kelas dan Sekolah, LPMP Jawa Barat Nunik Avianti Agus,2007,Mudah Belajar Matematika Untuk Kelas IX SMP/MTs, BSE Pusat Perbukuan Depniknas Permendiknas No 22 Tahun 2007 tentang Standar Isi Sudjana, 1995, Statistika, Transito Bandung Sukadi, 2006, Guru Powerful Guru Masa Depan, Bandung: Penerbit Kolbu

Tim Penyusun Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Jakarta:Balai Pustaka, Uzer Usman Moh, 1996, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Dibawah ini terdapat Link Download Leangkap PTK Untuk Jurusan PGSD :

PENGGUNAAN STRATEGI JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BERBICARA (BI) DAN PENGAMATAN TERHADAP GEJALA ALAM (IPA) SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 7 AIKMEL UTARA

[ DOWNLOAD ]

MENINGKATKAN PRESTASI PENGUSAAN MATERI BAHASA INDONESIA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM OLEH SISWA KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI 03 PENGADANGAN DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI JIGSAW DAN EKSPRIMEN

[ DOWNLOAD ]

PENGGUNAAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI MENULIS (BI) DAN PERUBAHAN WUJUD BENDA (IPA) MURID KELAS II SEMESTER I SEKOLAH DASAR NEGERI 5 PENGADANGAN

[ DOWNLOAD ]

PENINGKATAN KOMPETENSI PENGUSAAN MATERI BAHASA INDONESIA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM OLEH SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI PENGADANGAN DENGAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES

[ DOWNLOAD ]

PENERAPAN METODE DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA MATERI BAHASA INDONESIA DAN MEMAHAMI BAGIAN TUBUH MANUSIA DALAM MATA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM MURID KELAS V SEMESTER I SDN 11 PRINGGASELA 2010

[ DOWNLOAD ]

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS BAHASA INDONESIA KELAS V SDN .. TAHUN PELAJARAN 2011

[ DOWNLOAD ]

PENGGUNAAN METODE PEMBERIAN TUGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PELAJARAN BAHASA NDONESIA DAN MURID KELAS V SDN 3 PENGADANGAN

[ DOWNLOAD ]

PENALARAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN (B I) DAN OPERASI HITUNG (MAMA) MURID KELAS VI SDN 04 JURIT TAHUN PEMBELAJARAN 2010

[ DOWNLOAD ]

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SAINS DAN BAHASA INDONESIA MURID KELAS III SDN 2 PENGADANGAN TAHUN PEMBELAJARAN 2010

[ DOWNLOAD ]

PENINGKATAN PENGUASAAN MATERI MEMBACA (BI) DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM SISWA KELAS I SEKOLAH DASAR NEGERI 1 SELAT DENGAN MENGGUNAKAN METODE JIGSAW TAHUN 2010

[ DOWNLOAD ]

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN KONSEP BILANGAN (MAMA) DAN MENULIS (BI) MURID KELAS IV MI. NW. REMPUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2010

[ DOWNLOAD ]

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS BERITA (B I) DAN KONSEP BILANGAN BULAT (MAMA) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO SISWA KELAS III SDN 1 SAJANG TAHUN PELAJARAN 2010-2011

[ DOWNLOAD ]

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF UNTUK MENINGKATAN PRESTASI SISWA KELAS VI SDN 6 PRINGGASELA PADA MATERI MENGARANG (B I) DAN OPERASI HITUNG (MAMA) TAHUN PEMBELAJARAN 2010

[ DOWNLOAD ]

IMPLEMENTASI PENDEKATAN INTEGRATIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMAHAMI WACANA DAN KONSEP BILANGAN MURID KELAS V SD NEGERI 5 JURIT TAHUN PELAJARAN 2010

[ DOWNLOAD ]

PENGGUNAAN METODE KONSTRUKTIVISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS (BI) DAN PENGGOLONGAN HEWAN (IPA) SISWA KELAS III MI. NW. TANAK MAIK TAHUN PELAJARAN 2010-2011

[ DOWNLOAD ]

PENERAPAN MEDIA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA (BI) DAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP BILANGAN (MAMA) MURID KELAS V SDN 6 JURIT TAHUN PEMBELAJARAN 2010

[ DOWNLOAD ]

IMPLEMENTASI STRATEGI JIGSAW MODEL DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA (BI) DAN MEMAHAMI BERBAGAI BENTUK ENERGI (IPA) MURID KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 01 JURIT TAHUN 2010

[ DOWNLOAD ]

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS (BI) DAN CARA PENULISAN NILAI UANG (MAMA) DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL SISWA KELAS II SDN 10 PRINGGASELA TAHUN PEMBELAJARAN 2010

[ DOWNLOAD ]

PENERAPAN MODEL EXAMPLES NON EXAMPLES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS DAN MEMAHAMI BESARAN PENGUKURAN (IPA) MURID KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SUELA TAHUN PELAJARAN 2010

[ DOWNLOAD ]

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN DEMONSTRASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA (BI) DAN KEMAMPUAN MEMAHAMI BERBAGAI BENTUK ENERGI (IPA) MURID KELAS IV SDN 08 PENGADANGAN TAHUN PEMBELAJARAN 2010-2011

[ DOWNLOAD ]

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DAN BAHASA

INDONESIA MURID KELAS IV SDN 02 REMPUNG TAHUN PEMBELAJARAN 2010 [ DOWNLOAD ]

PENERAPAN METODE MODELING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA (BI) DAN KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP KOORDINAT (MAMA) MURID KELAS IV SDN 4 PRINGGASELA TAHUN PEMBELAJARAN 2010

[ DOWNLOAD ]

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS SLOGAN (BI) DAN PENGGOLONGAN HEWAN (IPA) SISWA KELAS VSDN 05 PERIGI TAHUN PELAJARAN 2010

[ DOWNLOAD ]

PENERAPAN PENDEKATAN INTEGRATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGARANG DAN MEMAHAMI BENTUK BILANGAN MURID KELAS VI SD NEGERI 01 REMPUNG TAHUN PELAJARAN 2010

[ DOWNLOAD ]

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA MENULIS SLOGAN (BI) DAN PENGGOLONGAN MAKHLUK (IPA) MENGGUNAKAN METODE KONSTRUKTIVISME SISWA KELAS IVSDN 03 PRINGGASELA TAHUN PELAJARAN 2010

[ DOWNLOAD ]

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DENGAN MEDIA PERMAINAN ULAR TANGGA DAN MEMAHAMI BERBAGAI BENTUK ENERGI (IPA) DENGAN METODE EKSPRIMEN MURID KELAS V SDN 3 JURIT TAHUN PEMBELAJARAN 2010 [ DOWNLOAD ]

EFEKTIFITAS METODE PEMBERIAN TUGAS DALAM PENGAJARAN IPA BAGI SISWA KELAS VI SD SARIYOSO WONOSOBO Di susun oleh:

1. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan secara umum adalah suatu proses dimana suatu bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien. Pendidikan dalam hal ini bukan hanya sebuah pengajaran yang berorientasi pada kecakapan individu teoritis (teoritis individual), akan tetapi pendidikan lebih ditekankan kepada individual practice. Mampu membawa diri beradaptasi dengan lingkungan, serta dapat memberikan kreatifitas yang bermakna terhadap diri, keluarga, masyarakat dan lingkungan sekitar. Rumusan mengenai sasaran yang ingin dicapai dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pengajaran di Indonesia mengacu pada tujuan pendidikan nasional yang telah dirumuskan dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional serta GarisGaris Besar Haluan Negara Republik Indonesia dengan ketetapan MPR Nomor II/ MPR/1993, bidang pendidikan bahwa: Pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Pendidikan nasional juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cita tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial serta kesadaran pada sejarah bangsa dan sikap menghargai jasa para pahlawan, serta berorientasi masa depan. Untuk merealisasikan tujuan pendidikan seperti yang telah dipaparkan di atas, tentunya diperlukan upaya maksimal dari berbagai pihak, dalam melihat tugas dan tanggung jawab pendidikan itu, tanpa harus terikat dengan kondisi formal pendidikan semata. Perlu dipahami bahwa indikator keberhasilan suatu proses pendidikan dan pengajaran tentunya tidak hanya terbatas pada sederetan angka-angka prestasi belajar, akan tetapi harus terkait dengan kemampuan seseorang anak didik merefleksikan program belajarnya dalam bentuk aplikasi sikap positif melalui serangkaian aktivitas yang selektif dan efektif. Dalam prestasi yang demikian itu, maka kita dapat memahami bahwa aspek nilai yang ditransfer dalam dunia pendidikan dan pengajaran harus selalu terkait dengan unsur pengetahuan, sikap dan keterampilan yang diproyeksikan melalui kurikulum dan silabus pengajaran, untuk selanjutnya dioperasionalisasikan melalui kegiatan pengajaran. Kenyataan empiris proses pendidikan dan pengajaran yang dikembangkan di berbagai lembaga pendidikan menunjukkan bahwa penerapan pola pendidikan dan pengajaran yang tepat, tampaknya masih kurang mendapat perhatian yang memadai dari tenaga pengajar. Sehingga proses pengajaran cenderung tidak relevan dengan pola pendekatan atau metode pengajaran yang digunakan. Hal ini menyebabkan sisi kualitas pengajaran yang diharapkan kurang terpenuhi. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk melihat efektivitas suatu pendekatan dan metode pengajaran proses belajar mengajar yang dilakukan dapat berhasil guna dan memudahkan bagi siswa dalam memahami suatu disiplin ilmu atau mata pelajaran diterimanya.

Berdasarkan dari pemikiran di atas, penulis dengan segenap kemampuan untuk mencoba melakukan suatu penelitian sekitar penggunaan metode pemberian tugas dalam pengajaran IPA yang oleh penulis diduga meningkatkan hasil belajar siswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasrkan pada latar belakang di atas, maka pokok masalah dalam penelitian adalah : 1. Bagaimana efektifitas metode pemberian tugas dalam pengajaran IPA bagi siswa Kelas VI SD Sariyoso Wonosobo. 2. Bagaimana pengaruh pemberian tugas setiap akhir pertemuan terhadap hasil belajar IPA siswa Kelas VI SD Sariyoso Wonosobo 3. Faktor-faktor apa yang dapat menghambat pemahaman siswa Kelas VI SD Sariyoso Wonosobo terhadap mata pelajaran IPA.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian difokuskan pada pembahasan untuk mengetahui : 1. Efektifitas dari pelaksanaan metode pemberian tugas dalam pengajaran IPA bagi siswa Kelas VI SD Sariyoso Wonosobo. 2. Pengaruh dari pelaksanaan metode pemberian tugas terhadap hasil belajar IPA siswa Kelas VI SD Sariyoso Wonosobo 3. Faktor-faktor yang dapat menghambat pemahaman siswa Kelas VI SD Sariyoso Wonosobo terhadap mata pelajaran IPA.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan terhadap hasil penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi bagi para tenaga pengajar IPA khususnya dan tenaga pengajar umumnya tentang bagaimana efektifitas metode penggunaan metode pemberian tugas. 2. Diharapkan dijadikan dasar pemikiran dalam pengambilan keputusan guru dalam memilih metode yang tepat dalam kegiatan pengajaran. 3. Sebagai bahan informasi yang nyata bagi guru terhadap kondisi pengajaran dengan metode pemberian tugas bagi siswa Kelas VI SD Sariyoso Wonosobo. 4. E. Hipotesis Berdasar dari uraian latar belakang dan penelusuran literatur yang dilakukan penulis sebelumnya, maka dapat ditarik suatu hipotesis bahwa diduga metode pemberian tugas setiap akhir pertemuan terhadap hasil belajar IPA siswa Kelas VI SD Sariyoso Wonosobo dapat meningkatkan prestasi belajar IPA siswa (efektif). 1. F. Variabel dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu metode pemberian tugas sebagai variabel bebas dan prestasi belajar IPA siswa sebagai variabel tergantung. 1. Definisi Operasional Untuk mengarahkan peneliti pengambilan data maka perlu adanya batasan operasional dalam penelitian, yakni : a) Metode pemberian tugas; yang dimaksudkan di sini adalah memberikan tugas-tugas kepada siswa pada saat dan setelah selesai pengajaran untuk dikerjakan di rumah secara berkelompok dan atau mandiri. b) Prestasi belajar siswa adalah nilai yang diperoleh siswa dilakukan test terhadap materi tertentu. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimental, dimana dalam pelaksanaannya terdapat kelompok perlakuan (pengajaran dengan pemberian tugas) dan kelompok kontrol atau perbandingan (pengajaran tanpa tugas).

2. Desain Penelitian
Untuk mengetahui pengaruh variabel penelitian, penelitian ini didesain seperti berikut: X0 R X1 K1 K0

Dimana R adalah sampel penelitian, X0 adalah kelompok kontrol, XI adalah kelompok perlakuan, K0 adalah hasil pada kelompok kontrol, dan KI adalah hasil pada kelompok perlakuan.

3. Populasi dan sampel Penelitian


a. Populasi Penelitian Populasi penelitian adalah keseluruhan siswa kelas VI SD Sariyoso Wonosobo Tahun pelajaran 2009/2010 dan para guru. b. Sampel Penelitian Sampel penelitian adalah seluruh siswa kelas VI yakni 30 siswa dan guru yang mengajar pada kelas V, yakni wali kelas, guru agama, guru penjaskes dan guru Bahasa Inggris.

4. Teknik Pengumpulan Data


Data yang terkumpul dalam penelitian ini berupa data prestasi belajar IPA siswa yang terambil dengan tahapan kerja sebagai berikut: 1. Persiapan. Pada tahap ini mempersiapkan tugas yang akan dikerjakan siswa (menulis tugas-tugas). 2. Pelaksanaan. Pada tahap ini, dilakukan /diberikan tugas, selanjutnya mereka kumpul setelah dikerjakan. 3. Skoring (data). Yang dilakukan adalah memeriksa tugas-tugas yang dikerjakan siswa dan memberikan skor.

5. Teknik Analisis Data


Data yang terkumpul sebelum dianalisis terlebih dahulu dilakukan pengolahan data dengan menggunakan deskripsi yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana gambaran hasil penelitian. Setelah itu dilakukan analisis dengan teknik statistik infrensial untuk mengatasi pengaruh metode pemberian tugas (efektif atau tidak), statistik yang dimaksud adalah uji-t. H. Rencana dan Prosedur Penelitian 1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SD Sariyoso Wonosobo 1. Subjek Penelitian Penelitian ini dilakukan pada kelas VI dengan jumlah murid secara keseluruhan 30 orang. Sedangkan alat dan bahan yang digunakan adalah seperangkat daftar kehadiran siswa aktif, daftar nilai, dan dokumentasi wali kelas VI lainnya. 1. Prosedur Penelitian 1. Menentukan variable penelitian Variabel yang menjadi pokok utama dalam PTK adalah peningkatan keterampilan atau keaktifan siswa dalam mengaplikasikan hasil pembelajaran IPA 1. Pelaksanaan Setelah diadakan persiapan selanjutnya diadakan penelitian yaitu melaksanakan penilaian dalam kegiatan pembelajaran. Adapun acuan pelaksanaannya dengan menggunakan scenario yang sudah direncanakan terlebih dahulu.

About Sitemap Privacy Policy Disclaimers Contact Cara Download

Sarjanaku.com Blog Pendidikan Indonesia

Banking Management Psychology Parenting Healt Sport Teknologi


o o o o o

Religion
o o o o o o

Film
o o o o

Education
o o o o o o

o o

Home Metode Pembelajaran Metode Pemberian Tugas > Resitasi, Penerapan

Metode Pemberian Tugas > Resitasi, Penerapan


Metode Pemberian Tugas - Dalam interaksi belajar mengajar, metode-metode memegang peranan yang sangat penting. Metode dalam kegiatan pengajaran sangat bervariasi, pemilihannya disesuaikan tujuan pengajaran yang hendak dicapai. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila tidak dapat menguasai satu atau beberapa metode mengajar. Olehnya itu guna pencapaian tujuan pengajaran, maka pemilihan metode dalam mengajar harus tepat. Dengan demikian diharapkan kegiatan pengajaran dan berlangsung secara berdaya guna dan bernilai guna. Dalam proses mengajar, seorang pendidik tidak harus terpaku dengan menggunakan satu metode mengajar, akan tetapi harus menggunakan beberapa metode mengajar yang digunakan secara bervariasi agar pengajaran tidak membosankan. Sebaliknya dapat menarik perhatian siswa. Meski penggunaan metode bervariasi tidak akan menguntungkan proses interaksi belajar mengajar bila penggunaan metode tidak tepat dengan situasi pengajaran yang mendukungnya. Disinilah dituntut kompetensi guru dalam pemilihan metode pengajaran yang tepat. Oleh karena itu pemilihan dan penggunaan metode yang bervariasi tidak selamanya menguntungkan, bila guru mengabaikan faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaannya. Dalam kajian pustaka ini, penulis akan membahas salah satu metode mengajar yang sering digunakan oleh guru dalam proses interaksi belajar mengajar, yaitu metode pemberian tugas. Metode pemberian tugas adalah metode yang dimaksudkan memberikan tugas-tugas kepada siswa baik untuk di rumah atau yang dikarenakan di sekolah dengan mempertanggung jawabkan kepada guru (Abdul Kadir Munsyi Dip. Ad. Ed, tanpa tahun). Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa, guru memberikan pekerjaan kepada siswa berupa soal-soal yang cukup banyak untuk dijawab atau dikerjakan yang selanjutnya diperiksa oleh guru. Dalam literatur yang dijelaskan bahwa pemberian tugas dapat diartikan pekerjaan rumah, tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pemberian tugas dan pekerjaan rumah, untuk pekerjaan rumah guru menyuruh siswa membaca buku kemudian memberi pertanyaanpertanyaan di kelas, tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh siswa membaca dan menambahkan tugas (Roestiyah N.K, 1989).

Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa pemberian tugas adalah metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk guru secara langsung. Dengan metode ini siswa dapat mengenali fungsinya secara nyata. Tugas dapat diberikan kepada kelompok atau perorangan. Penggunaan suatu metode dalam proses belajar mengajar, seorang guru sebaiknya tetap memonitoring keadaan siswa selama penerapan metode itu berlangsung. Apakah yang diberikan mendapat reaksi yang positif dari siswa atau sebaliknya justru tidak mendapatkan reaksi. Bila hal tersebut terjadi maka guru sedapat mungkin mencari alternatif pemecahan masalah dengan menggunakan metode yang lain, yang sesuai dengan kondisi psikologi anak didik. Semua guru harus menyadari bahwa semua metode mengajar yang ada, saling menyempurnakan antara yang satu dengan yang lainnya. Karena tidak ada satupun metode yang sempurna tetapi ada titik kelemahannya. Oleh karena itu penggunaan metode yang bervariasi dalam kegiatan mengajar akan lebih baik dari pada penggunaan satu metode mengajar. Namun penggunaan satu metode tidaklah salah selama apa yang dilakukan itu untuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Metode pemberian tugas sebagai salah satu metode yang dikaji penulis dalam pembahasan ini tentunya juga memiliki kelemahan dan kelebihan seperti halnya dengan metode yang lain. Mengenai kelemahan dan kelebihan metode pemberian tugas adalah sebagai berikut : Kelebihan metode pemberian tugas : 1. Baik sekali untuk mengisi waktu luang dengan hal-hal yang konstruktif. 2. Memupuk rasa tanggung jawab dalam segala tugas pekerjaan, sebab dalam metode ini anak harus mempertanggungjawabkan segala sesuatu (tugas) yang telah dikerjakan. 3. Memberi kebiasaan anak untuk belajar. 4. Memberi tugas anak yang bersifat praktis (H. Zuhairini, 1977).

Dari berbagai kelebihan-kelebihan yang telah dipaparkan di atas tentunya metode pemberian tugas juga tidak terlepas dari kelemahan-kelemahan sebagai berikut : 1. Seringkali tugas di rumah itu dikerjakan oleh orang lain, sehingga anak tidak tahu menahu tentang pekerjaan itu, berarti tujuan pengajaran tidak tercapai. 2. Sulit untuk memberikan tugas karena perbedaan individual anak dalam kemampuan dan minat belajar. 3. Seringkali anak-anak tidak mengerjakan tugas dengan baik, cukup hanya menyalin pekerjaan temannya. 4. Apabila tugas itu terlalu banyak, akan mengganggu keseimbangan mental anak (H. Zuhairini, 1977). Dengan memahami kelebihan dan kelemahan metode pemikiran tugas di atas, tentunya akan menunjang pelaksanaan proses belajar mengajar yang dilakukan. Sebaliknya manakala guru tidak mengetahui kelebihan dan kekurangan satu metode mengajar. Maka akan menemui kesulitan dalam memberikan bahan pelajaran kepada siswa. Ini berarti guru tersebut gagal melaksanakan tugasnya mengajarnya di depan kelas.

Salah satu dampak yang sering kita lihat dari penggunaan metode yang tidak tepat yaitu ; anak atau siswa setelah diberi ulangan, sebagian besar tidak mampu untuk menjawab setiap item soal dengan baik dan benar. Akibatnya sudah dapat dipastikan bahwa prestasi belajar anak didik rendah. Di sisi lain, anak didik sering merasakan kebosanan. Situasi demikian menjadikan proses belajar mengajar menjadi kurang efektif dan kurang efisien. B. Penerapan Metode Pemberian Tugas dalam Pengajaran IPA

Dalam proses pengajaran IPA, semua upaya yang dilakukan oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pengajarannya merupakan rangkaian proses yang menentukan pencapaian hasil pengajaran, termasuk pemilihan metode yang tepat untuk setiap pertemuan. IPA sebagai bagian dari ilmu yang ada, merupakan ilmu yang sarat dengan dengan fakta sehingga pengajarannya menuntut kemampuan pengetahuan dari guru, disamping keterampilan pengajaran lainnya. Penerapan metode pemberian tugas dalam proses pengajaran IPA, umumnya dimaksudkan untuk melatih siswa agar mereka dapat aktif mengikuti sajian pokok bahasan yang telah diberikan, baik di dalam kelas maupun di tempat lain yang representatif untuk kegiatan belajarnya. Tugas yang diberikan kepada siswa dapat dilakukan dengan berbagai bentuk seperti daftar pertanyaan mengenai suatu pokok bahasan tertentu, suatu perintah yang harus dibahas melalui diskusi atau perlu dicari uraiannya dalam buku pelajaran yang lain. Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan yang lain, mengumpulkan sesuatu, membuat sesuatu, mengadakan observasi, eksperimen dan berbagai bentuk tugas lainnya. Kesemuanya itu bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Perlu dipahami bagi seorang guru bahwa waktu belajar siswa di sekolah sangat terbatas untuk menyajikan sejumlah materi pelajaran yang telah ditetapkan dalam kurikulum. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut guru perlu memberikan tugas-tugas kepada siswa diluar jam pelajaran, baik secara perorangan maupun kelompok. Dalam hubungan ini, guru sangat diharapkan agar setelah memberikan tugas kepada siswa supaya dicek atau diperiksa pada pertemuan berikutnya apakah sudah dikerjakan oleh siswa atau tidak. Kesan model pengajaran seperti ini memberikan manfaat yang banyak bagi siswa, terutama dalam meningkatkan aktivitas dan motivasi belajarnya. Teknik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama mengerjakan tugas. Dari proses seperti itu, siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi akibat pendalaman dan pengalaman siswa yang berbeda-beda pada saat menghadapi masalah atau situasi yang baru. Disamping itu, siswa juga dididik untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan, aktivitas dan rasa tanggung jawab serta kemampuan siswa untuk memanfaatkan waktu belajar secara efektif dengan mengisi kegiatan yang berguna dan konstruktif. Bagi seorang guru dalam menerapkan metode pemberian tugas tersebut diharapkan memperjelas sasaran atau tujuan yang ingin dicapai kepada siswa. Demikian halnya dengan tugas sendiri, jangan sampai tidak dipahami tidak dengan jelas oleh siswa tentang tugas yang harus dikerjakan.

Dalam penggunaan teknik pemberian tugas atau resitasi, siswa memiliki kesempatan yang besar untuk membandingkan antara hasil pekerjaannya dengan hasil pekerjaan orang lain. Ia juga dapat mempelajari dan mendalami hasil uraian orang lain. Kesemuanya itu dapat memperluas cakrawala berfikir siswa, meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman berharga bagi siswa. Sebagai petunjuk dalam penerapan metode pemberian tugas Roestiyah N.K (1989) mengemukakan perlunya memperhatikan langkah-langkah berikut: 1. Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan. 2. Pertimbangkan betul-betul apakah pemilihan teknik pemberian tugas itu telah tepat untuk mencapai tujuan yang anda rumuskan. 3. Anda perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti.

Dalam menerapkan metode pemberian tugas seperti dikemukakan di atas, guru hendaknya memahami bahwa suatu tugas yang diberikan kepada siswa minimal harus selalu disesuaikan dengan kondisi obyektif proses belajar mengajar yang dihadapi, sehingga tugas yang diberikan itu betul-betul bermakna dan dapat menunjang efektifitas pengajaran. Berbicara lebih jauh mengenai penerapan metode pemberian tugas, seringkali diterjemahkan oleh sebahagian orang hanya terkait dengan pekerjaan rumah yang diberikan kepada siswa. Akan tetapi sebenarnya metode ini harus dipahami lebih luas dari pekerjaan rumah karena siswa dalam melakukan aktivitas belajarnya tidak mutlak harus dilakukan di rumah, melainkan dapat dilaksanakan di sekolah, di laboratorium atau di tempat-tempat lainnya yang memungkinkan untuk menyelesaikan tugas. Sehubungan dengan ini Nana Sudjana (1989) mengemukakan bahwa; Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan tempat lain. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar diberikan secara individual atau dengan kelompok. Penguasaan itu tidak harus selalu didiktekan oleh guru melainkan dapat berasal dari perencanaan kelompok, sehingga kelompok dapat membagi tugas kepada anggotanya secara baik menurut minat dan kemampuannya. Jelasnya bahwa penguasaan yang diberikan kepada siswa harus selalu dirumuskan dengan seksama agar tugas itu tidak terlalu memberatkan siswa dan juga tidak membosankan. Ini tidak berarti bahwa tugas itu tidak boleh sukar. Bahkan senantiasa diharapkan menciptakan suatu kondisi yang memungkinkan pemberian tugas yang menantang buat siswa. Menurut Sutomo (1993) bahwa metode pemberian tugas dapat digunakan apabila : 1. Suatu pokok bahasan tertentu membutuhkan latihan atau pemecahan yang lebih banyak di luar jam pelajaran yang melibatkan beberapa sumber belajar. 2. Ruang lingkup bahan pengajaran terlalu luas, sedangkan waktunya terbatas. Untuk itu guru perlu memberikan tugas. 3. Suatu pekerjaan yang menyita waktu banyak, sehingga tidak mungkin dapat diselesaikan hanya melalui jam pelajaran di sekolah. 4. Apabila guru berhalangan untuk melaksanakan pengajaran, sedangkan tugas yang harus disampaikan kepada murid sangat banyak. Untuk itu pemberian tugas perlu

diberikan melalui bimbingan guru lain yang menguasai bahan pengajaran yang dipegang oleh guru yang berhalangan tadi.

Beberapa jenis tugas penugasan dianggap sudah ditunaikan apabila siswa telah mengerjakannya. Di sini tidak diperlukan standar minimum. Akan tetapi jika suatu keterampilan tertentu ingin dikembangkan, maka tolok ukur penilaian perlu ditentukan dan disampaikan kepada siswa, sehingga mereka berkesempatan untuk mempraktekkan keterampilan itu dengan memuaskan. Demikian pula jika penugasan itu berupa laporan atau makalah yang harus dipersiapkan, para siswa sedapat mungkin sering diberitahu apa saja target atau sasaran yang diharapkan dari mereka atau dari tugas yang diberikan, sehingga mereka memiliki cukup pedoman dalam bekerja menyelesaikan tugas-tugasnya. Mengingat pentingnya metode pemberian tugas dalam proses belajar, sehingga dalam mencermati hal itu kalangan ahli pendidikan banyak memberikan petunjuk dan penekanan khusus yang berkaitan dengan jenis dan metode pemberian tugas kepada siswa. Kesemuanya berorientasi pada pencapaian hasil belajar yang lebih baik. Sehubungan dengan itu Tim Didaktik Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1993) menegaskan bahwa tugas yang harus dilakukan siswa perlu jelas. Ini berarti bahwa guru, dalam memberikan tugas, harus menjelaskan aspek-aspek yang perlu dipelajari siswa, agar siswa tidak merasa bingung apa yang harus dipentingkan jika aspek-aspek yang diperhatikan sudah jelas, maka perhatian siswa waktu belajar akan lebih dipusatkan pada aspek-aspek yang dipentingkan itu. Khusus dalam pengajaran IPA, metode pemberian tugas memegang peranan yang penting untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan siswa terhadap materi pelajaran. Dengan pemahaman seperti itu diharapkan siswa memiliki motivasi untuk belajar IPA secara maksimal, agar siswa mampu menghubungkan pemahaman IPA-nya dengan perkembangan yang ada.

Metode Pemberian Tugas


Posted on Februari 28, 2012 | 5 Komentar Metode pemberian tugas adalah merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya guru memberikan tugas itu sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang dikemukakan : Roestiyah dalam bukunya Didaktik Metodik yang mengatakan : Untuk pekerjaan rumah, guru menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan dikelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca. Juga juga menambah tugas (1),cari buku lain untuk membedakan(2), pelajari keadaan orangnya(roestiyah, 1996 : 75 ). Dalam buku

lainnya yang berjudul Startegi Belajar Mengajar hal.132, Roestiyah mengatakan teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi. Dengan pengertian lain tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, atau dirumah atau di tempat lain yang kiranya dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam pelajaran tatap muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas tentang hasilnya. Dalam memberikan tugas keadaan siswa, guru harus memperhatikan hal-hal berikut ini : Memberikan penjelasan mengenai 1. Tujuan penugasan 1. Bentuk pelaksanaan tugas 1. Manfaat tugas 1. Bentuk Pekerjaan 1. Tempat dan waktu penyelesaian tugas 1. Memberikan bimbingan dan dorongan 1. Memberikan penilaian Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat membantu berlangsungnya proses belajar mengajar : 1. Tugas membuat rangkuman 1. Tugas membuat makalah 1. Menyelesaikan soal 1. Tugas mengadakan observasi 1. Tugas mempraktekkan sesuatu 1. Tugas mendemonstrasikan observasi Kelebihan dan Kelemahan Metode Pemberian Tugas Metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kelebihan disamping juga mempunyai beberapa kelemahan. Adapun kelebihan metode pemberian tugas

diantaranya adalah Metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari, sehingga : 1. Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri 1. Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri. 1. Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan 1. Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa 1. Dapat mengembangkan kreativitas siswa 1. Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak. Adapun kelemahan metode pemberian tugas 1. Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa. 1. Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas 1. Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa, 1. Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit 1. Pemberian tugas yangmonoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering. 1. Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif. Demikianlah sedikit ulasan tentang metode pemberian tugas. Semoga bermanfaat. Ada berbagai metode pembelajaran yang akan saya tuliskan setelah metode pemberian tugas. Selamat menjadi guru yang baik dan profesional. Salam Blogger Kompasiana Omjay http://wijayalabs.com
About these ads

PTK SD 027 : Upaya Meningkatkan Motivasi Siswa Mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) dengan Metode Pemberian Tugas Mata Pelajaran IPA Materi Mengidentifikasi Fungsi Pernafasan Hewan pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Nglebak Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010

ABSTRAK

Kata kunci : Petode penugasan, Motivasi Mengerjakan PR Tujuan Penelitian ini adalah: Untuk meningkatkan motivasi mengerjakan Pekerjaan Rumah (PR) melalui metode pemberian Tugas secara tepat pada siswa Kelas V SD Negeri 01 Nglebak Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010 Penelitian ini mengambil lokasi di SD Negeri 01 Nglebak Tawangmangu. Penelitian ini dilakukan dari tanggal 1 Agustus 2009 s. d. tanggal 6 September 2009. Subyek dalam Penelitian Tindakan Kelas ini adalah siswa SD Negeri 01 Nglebak Tawangmangu kelas V Tahun Pelajaran 2009/2010. Teknik pengumpulan data dengan observasi, dokumentasi dan wawancara Analisis Data dengan menggunakan analisis diskripsi kualitatif. Prosedur penelitian dengan menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) terdiri tiga siklus yaitu siklus I, Siklus II, dan Siklus III. Hasil penelitian: Siklus I siswa yang mengerjakan PR lengkap sebanyak 5 siswa atau 23%, mengerjakan PR tidak lengkap 11 siswa atau 50% dan tidak mengerjakan PR sebesar 6 anak atau 27%. Pada siklus II siswa yang mengerjakan PR lengkap sebanyak 13 siswa atau 23%, mengerjakan PR tidak lengkap 6 siswa atau 27% dan tidak mengerjakan PR sebesar 3 anak atau 14%. Siklus III sebanyak 22 siswa atau 100% telah mengerjakan PR. Siklus I terdapat 17 siswa atau 77% tidak tuntas dan hanya 5 siswa atau 23% yang berhasil tuntas. Pada siklus II terdapat 5 siswa atau 23% tidak tuntas dan 17 siswa atau 77% tuntas. Pada siklus III siswa yang tuntas sebanyak 20 siswa atau 91% sedangkan 2 siswa atau 9% tidak tuntas. Berdasarkan hasil temuan tersebut maka hipotesis tindakan yang mengatakan: Melalui metode pemberian tugas secara tepat dapat neningkatkan motivasi membuat PR mata pelajaran IPA materi Mengidentifikasi fungsi organ pernafasan hewan pada siswa Kelas V SD Negeri 01 Nglebak Kecamatan Tawangmangu Kabupaten Karanganyar Semester 1 Tahun Pelajaran 2009/2010, terbukti kebenarannya .

MELALUI TEHNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH DALAM UPAYA PENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKN BAGI SISWA KELAS XI- TMO-A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2008/2009

Disusun oleh : Drs. SLAMET NIP.131927534 No.Peserta 08036131011164

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS I. JUDUL MELALUI TEKNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH DALAM UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKN BAGI SISWA KELAS XI TMO-A SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN NEGERI 2 SURAKARTA TP.2008/2009 II. BIDANG KAJIAN Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dan Pemberian Pekerjaan Rumah. III. PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu tujuan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas tentu saja dengan jalan pendidikan. Salah satu usaha pembangunan dalam bidang pembangunan adalah dengan meningkatkan mutu (kualitas) pendidikan mulai dari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Pendidikan di Indonesia diharapkan dapa mempersiapkan pesert didik mejadi warga Negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaran merupakan mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajiban untuk menjdi warganegara yang baik, yang cerdas , terampil, dan berkarakter yang diamanatkan dalam Pancasila dan UUD 1945 Pendidikan merupakan modal jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus yang perlu dipersiapkan . Perlu diakui bahwa pendidikan adalah modal besar jangka panjang yang harus disusun, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih banyak kendala pada problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan. Persoalan ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus dimulaidalam pemecahannya. Sehubungan dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Kejuruan sampai saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan. Betapa kita masih perlu terus meningkatkan prestasi hasil belajar, dimana Standart Kelulusan yang ditargetkan oleh pemerintah tiap tahunnya selalu bertambah sehingga dikeluhkan oleh semua para pendidik bahkan oleh orang orang tua siswa sendiri, karena anak atau siswanya tidak dapat lulus. Dalam hal ini yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Dengan permasalahan kondisi rendahnya

prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah pemberian tugas kepada siswa. Dengan pemberian pekerjaan rumah kepada siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan dan termotivasi aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu pula meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa akan bertambah minimal mencapai standar yang diharapkan.

IV. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah : Apakah melalui tehnik pemberian tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi belajar PKn bagi siswa kelas XI-TMO-A Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta ? Pemecahan Masalah Berdasrkan hasil pengamatan dan pengalaman selama ini, siswa kurang aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Anak cenderung tidak begitu tertarik dengan peljaran PKn karena selama ini pelajaran PKn dianggap sebagai pelajaran yang hanya mementingkan hapalan semata, sehingga menyebabkan rendahnya minat dan hasi belajar PKn siswa disekolah Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa baik dari internal maupun ekternal dari siswa. Dari masalah masalah disinalah guru dituntut untuk merancang untuk mengatasi problem rendahnya hasil belajar siswa Siswa perlu mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus tentunya akan menghasilkan atau menguasai yang berbeda pula dalam sebuah kelas atau kelompok bahkan perlakuan individual sekaligus dengan diberikanya perlakuan dan perhatian yang lebih baik dalam belajar di sekolah maupun di rumah, tentunya akan lebih baik pula penguasaan kertrampilan atau konsep terhadap mata pelajaran mata pelajaran yang dipelajarinya. Dengan pemberian pekerjaan rumah ( PR ) secara rutin dan terorganisir dengan baik paling tidak akan mampu mengkondisikan dalam bentuk motifasi ekstinsik bagi siswa itu sendiri. Menurut Moh. Uzer ( 1996:29) menjelaskan Motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar, misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh orang tua untuk mendapatkan peringkat pertama. Demikian halnya dengan guru memberikan PR dengan harapan baik itu dirasa memaksa bagi siswa atau itu karena disuruh sebagai tugas dengan perasaan terpaksa, yang jelas mengkondisikan siswa harus belajar. Dengan pola demikian tentunya anak yang lebih banyak belajar dirumah akan lebih baik misalnya dalam mata pelajaran yang dikerjakan.. a. Hipotensis Hipotensisi yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah : Melalui tehnik pemberian tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan hasil belajar PKn bagi siswa kelas XI-TMO-A Sekolah Menengah Kejuruan Negeri 2 Surakarta V. TUJUAN PENELITIAN 1. Tujuan Umum Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah yang diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru dan siswa untuk meningkatkan belajar di rumah. 2. Tujuan Khusus Adapaun tujuan khusus dari penelitian ini : Untuk mengetahui apakah melalui pemberian pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi

belajar PKn bagi siswa kelas XI-TMO-A Sekolah Menengah Negeri 2 Surakarta VI. MANFAAT HASIL PENELITIAN Secara teoritis dan praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk : a. SMK Negeri 2 Surakarta : Dengan hasi PTK ini diharapkan SMK Ngeri 2 Surakarta dapat meningkatkan pemberdayaan pemberian pekerjaan rumah agar perstasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain b. Bagi Guru : Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan Bagi Siswa Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk memanfaatkan pekerjaan rumah dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya VII. KAJIAN PUSTAKA Landasan Teori 1.1.Pendidikan Kewarganegaraan Secara akademis Pendidikan Kewarganegaraan dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi psikologi dan sosial budaya kewarganegaraan individu dengan menggunakan ilmu politik dan pendidikan sebagai landasan kajiannya [2]. PKn sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan How to Develop Better Civics Behaviours membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial. PKn merupakan salah satu dari lima tradisi pendidikan IPS yakni citizenship transmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek PKn (Citizenship Education), yakni aspek akademis, aspek kurikuler dan aspek sosial budaya. 1.2.Pengertian Belajar Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi pada diri seseorang melalui penguatan ( reinforcement), sehingga terjadi perubahan yang bersifat permanen dan persisten pada dirinya sebagai hasil pengalaman (Learning is a change of behaviour as a result of experience), demikian pendapat John Dewey, salah seorang ahli pendidikan Amerika Serikat dari aliran Behavioural Approach Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi limgkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru ( Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha ( berlatih dsb )supaya mendapat suatu kepandaian ( Purwadarminta : 109 ) Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan olh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran PKn. 1.3.Prestasi Belajar. Prestasi belajar berasal dari kata prestasi dan belajar prestasi berarti hasil yang telah dicapai (Depdikbud, 1995 : 787 ). Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau lmu (Depdikbud, 1995 : 14 ). Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penilitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya 1.4.Teknik

Dalam umum bahasa Indonesia teknik diartikakan cara (kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berkenaan dengan kesenian (purwadarminta,: 1035). Sedangkan teknik yang dimaksud disini adalah cara tertentu yang dilakukan oleh guru yang akan dikenakan kepada siswanya dalam rangka mendapatkan informasi atau laporan yang diinginkan. 1.5.Pekerjaan rumah Pekerjaan rumah atau yang lazim disebut PR dalam bahasa Inggris Homework yang artinya mengerjakan pekerjaan rumah. Dalam penilitian ini yang dimaksudkan dengan PR adalah sebuah tugas atau pekerjaan tertentu baik tertulis atau lisan yang harus dikerjakan diluar jam sekolah (terutama dirumah) berkaitan dengan pelajaran yang telah disampaikan guru untuk meningkatkan penguasaan konsep atau ketrampilan dan sekaligus memberikan pengembangan. Kerangka Berpikir 2.1. Meningkatkan hasil belajar PKn melalui Pemberian tugas rumah Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri 2.2.Pendekatan dan penerapan Penerapan tugas guru setelah meberikan materi menyiapkan penugasan siswa untuk menggulang mendalami materi yang telah diajarkan dengan cara pekerjaan rumah Dari pembahasan diatas dapat diduga dengan model pemberian tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan hasil hasil belajar siswa VIII. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN Rencana Penelitian 1. Subjek penelitian Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas XI-TMO-A SMK Negeri 2 Surakarta Kota Surakarta jumlah 34 siswa Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitiann tersebut dimana siswa kelas XI-TMO-A telah mampu dan memiliki kemandirian dalam mengerjakan tugas seperti PR, karena siswa kelas ini telah mampu relajar sendiri . Tempat Penelitian Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SMK Negeri 2 Surakarta, Kota Surakarta, penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis. 3. Waktu Penelitian Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan Januari s.d Maret. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester Genap Tahun pelajaran 2008/2009. 4. Lama Tidakan

Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan Januari, mulai dari siklus I, Siklus II dan Siklus III. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain : 1. Perencanaan Meliputi penyampaian materi pelajaran, latian soal, pembahasan latian soal, tugas pekerjaan rumah ( kegiatan penelitian utama ) pembahasan PR, ulangan harian. 2. Tindakan ( Action )/ Kegiatan, mencakup a. Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup. b. Siklus II ( sama dengan I ) c. Siklus III ( sama dengan I dan II ) 3. Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian. IX. JADWAL PENELITIAN No KEGIATAN MINGGU KE.. 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Perencanaan 2 Proses pembelajaran 3 Evaluasi 4 Pengumpulan Data 5 Analisis Data 6 Penyusunan Hasil 7 Pelaporan Hasil

X. BIAYA PENELITIAN Akibat yang timbul dari penelitian ini menjadi tanggung jawab peneliti, adapun biaya tersebut adalah : 1. Fotocopy Naskah : Rp 2. Kerta folio 1 pack : Rp 3. jilid buku : Rp 4. Rental Komputer : Rp 5. lain lain : Rp JUMLAH : Rp

XI. PERSONALIA PENELITI Penelitian ini melibatkan Tim peneliti, identitas dari Tim tersebut adalah : 1. Nama : Drs. Slamet NIP : 131927534 No. Peserta : 08036131011164 Pekerjaan : Guru PKn Alamat Sekolah : SMK Negeri 2 Surakarta Tugas dalam penelitian : Pengumpulan dan Analisis Data PKn sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan How to Develop Better Civics Behaviours membekali siswa untuk mengembangkan penalarannya disamping aspek nilai dan moral, banyak memuat materi sosial. PKn merupakan salah satu dari lima tradisi pendidikan IPS yakni citizenship transmission, saat ini sudah berkembang menjadi tiga aspek PKn (Citizenship Education), yakni aspek akademis, aspek kurikuler dan aspek sosial budaya. Secara akademis PKn dapat didefinisikan sebagai suatu bidang kajian yang memusatkan telaahannya pada seluruh dimensi psikologi dan sosial budaya kewarganegaraan individu dengan menggunakan ilmu politik dan pendidikan sebagai landasan kajiannya [2]. Implementasiya sangat dibutuhkan guru yang profesional, guru yang profesional dituntut menguasai sejumlah kemampuan dan keterampilan, antara lain : 1. Kemampuan menguasai bahan ajar 2. Kemampuan dalam mengelola kelas 3. Kemampuan dalam menggunakan metode, media dan sumber belajar 4. Kemampuan untuk melakukan penilaian baik proses maupun hasil Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based

Learning. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka. . Meningkatkan hasil belajar PKn melalui model Problem Based Learning Hasil belajar adalah segala kemampuan yang dapat dicapai siswa melalui proses belajar yang berupa pemahaman dan penerapan pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi siswa dalam kehidupannya sehari-hari serta sikap dan cara berpikir kritis dan kreatif dalam rangka mewujudkan manusia yang berkualitas, bertanggung jawab bagi diri sendir, masyarakat, bangsa dan negara serta bertanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hasil belajar PKn adalah hasil belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti proses pembelajara PKn berupa seperangkat pengetahuan, sikap, dan keterampilan dasar yang berguna bagi siswa untuk kehidupan sosialnya baik untuk masa kini maupun masa yang akan datang yang meliputi: keragaman suku bangsa dan budaya Indonesia, keragaman keyakinan (agama dan golongan) serta keragaman tingkat kemampuan intelektual dan emosional. Hasil belajar didapat baik dari hasil tes (formatif, subsumatif dan sumatif), unjuk kerja (performance), penugasan (Proyek), hasil kerja (produk), portofolio, sikap serta penilaian diri. Untuk meningkatkan hasil belajar PKn, dalam pembelajarannya harus menarik sehingga siswa termotivasi untuk belajar. Diperlukan model pembelajara interaktif dimana guru lebih banyak memberikan peran kepada siswa sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses daripada hasil. Guru merancang proses belajar mengajar yang melibatkan siswa secara integratif dan komprehensif pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik sehingga tercapai hasil belajar. Agar hasil belajar PKn meningkat diperlukan situasi, cara dan strategi pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara aktif baik pikiran, pendengaran, penglihatan, dan psikomotor dalam proses belajar mengajar. Adapun pembelajaran yang tepat untuk melibatkan siswa secara totalitas adalah pembelajaran dengan Problem Based Learning. Pembelajaran dengan model Problem Based Learning adalah suatu model pembelajaran dimana sebelum proses belajar mengajar didalam kelas dimulai, siswa terlebih dahulu diminta mengobservasi suatu fenomena. Kemudian siswa diminta untuk mencatat permasalahan yang muncul, serta mendiskusikan permasalahan dan mencari pemecahan masalah dari permasalahan tersebut. Setelah itu, tugas guru adalah merangsang untuk berpikir kritis dan kreatif dalam memecahkan masalah yang ada serta mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan perspektif yang berbeda diantara mereka. Diposkan oleh PUTRO JOHO di 22.27

DAFTAR PUSTAKA

Ali. Muhammad. 1987. Kegiatan Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung : Angkasa Bandung. Depdikbud. 1999.Garis-garis Besar Program Pengajaran Yang Disempurnakan .Jakarta : Depdikbud. Djamarah. Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta. Ghufron. M. Nur

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA MELALUI METODE DISKUSI KELOMPOK SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 PITU KECAMATAN PITU KABUPATEN NGAWI TAHUN PELAJARAN 2008/2009

ABSTRAK Hastiana Dewi. 2009. Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Metode Diskusi Kelompok Siswa Kelas VIIA SMP Negeri I Pitu Kecamatan Pitu Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2008/2009. Skripsi Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS, IKIP PGRI Madiun. Pembimbing (1) Drs. Agus Budi Santoso, M.Pd., (II) Elen Inderasari, S.Pd., M.Pd. Kata kunci : Berbicara, Diskusi Kelompok. Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa kelas VII. Salah satu keterampilan berbicara yang harus dikuasai siswa adalah keterampilan berdiskusi. Hal ini perlu karena tidak menutup kemungkinan suatu ketika siswa menghadapi suatu permasalahan yang tidak dapat dipecahkan secara individu, melainkan harus secara berkelompok. Dalam hal ini, pecan diskusi sangat dominan. Salah satu teknik diskusi yang dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa, melalui diskusi kelompok, siswa mempelajari terlebih dahulu bahan diskusi, mengumpulkan sebanyak-banyaknya bahan diskusi, dan siswa dikondisikan aktif mempelajari bahan diskusi, karena setiap siswa memiliki pesan dan tanggungjawab untuk mempelajari bahan diskusi tersebut bersama kelompok. Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan berbicara siswa dari segi kuantitas siswa yang bertanya dan merespon, kualitas pertanyaan dan respon siswa, kelancaran mengajukan pertanyaan dan respon, keberanian bertanya dan merespon, etika bertanya dan merespon, dan bahasa. Desain penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Sumber data berasal dari aktivitas pembelajaran berbicara siswa kelas VIIA SMPN I Pitu dengan penerapan metode diskusi kelompok. Pengumpulan data dalam penelitian tindakan kelas ini adalah observasi, wawancara, dokumen atau arsip. Teknik analisis data dalam penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam tiga siklus, tiap siklus terdiri dari tahap perencanaan (Planning), pelaksanaan (Acting), pengamatan (Observing) dan refleksi (Reflecting). Dari tindakan-tindakan yang dilaksanakan dalam penelitian ini, diperoleh hasil analisis data pada siklus pertama jumlah siswa yang berhasil (tuntas) adalah 17 siswa atau mencapai 55%, pada siklus kedua diperoleh jumlah siswa yang berhasil (tuntas) adalah 21 siswa atau mencapai 74,19% dan pada siklus ketiga jumlah siswa yang berhasil (tuntas) adalah 23 siswa atau mencapai 87,09%. Hasil dari siklus I, II dan III menunjukkan peningkatan dari tiap siklusnya. Berdasarkan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa metode diskusi kelompok sangat efektif untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas VII A SMP Negeri I Pitu, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi Tahun Pelajaran 2008/ 2009. DAFTAR PUSTAKA Abdul Aziz Wahab. 2007. Metode dan Model-Model Mengajar. Bandung : Alfabeta.

Asul Wiyanto. 2000. Diskusi. Jakarta : Gramedia Widia Sarana Indonesia. B. Suryasubroto. 1997. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Burhan Nurgiyantoro. 2001. Penilaian Dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPFE Yogyakarta. H.B. Sutopo. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta : Universitas Sebelas Maret http://apadefmisinya.blogspot.com/2008/OS/kumpulan-metodepembelajaranpendampinga.html http://haveza.Multiply.com/feed.rss http:/find.sps.upi.edul?cat=3&paged=5

MAKALAH PTK : MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE DISKUSI KELOMPOK

Selasa, 25 September 2012

MAKALAH PTK : MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DENGAN MENERAPKAN METODE DISKUSI KELOMPOK Oleh : Marzuki, S.Pd
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia terdiri dari berbagai suku yang tinggal di beberapa pulau. Negara Indonesia memiliki bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan sangat penting kedudukannya dalam kehidupan masyarakat. Oleh sebab itu, Bahasa Indonesia diajarkan sejak kelas 1 SD. Bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi yang dijadikan status sebagai bahasa persatuan sangat penting untuk diajarkan sejak anak-anak.

Bahasa Indonesia erat kaitannya dengan guru bahasa Indonesia, yakni orang-orang yang tugasnya setiap hari membina pelajaran bahasa Indonesia. Dia adalah orang yang merasa bertanggung jawab akan perkembangan bahasa Indonesia. Dia juga yang akan selalu dituding oleh masyarakat bila hasil pengajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak memuaskan. Berhasil atau tidaknya pengajaran bahasa Indonesia memang diantaranya ditentukan oleh faktor guru, disamping faktor-faktor lainya, seperti faktor murid, kurikulum (termasuk silabus), bahan pengajaran dan buku, perpustakaan sekolah dan metode pembelajaran. Metode pembelajaran jenisnya beragam yang masing-masing memiliki kelebihan dan kelemahan, maka pemilihan metode yang sesuai dengan topik atau pokok bahasan yang akan diajarkan harus betul-betul dipikirkan oleh guru yang akan menyampaikan materi pelajaran. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia di tingkat sekolah dasar/madrasah ibtidaiyah sangat mengandalkan penggunaan metode-metode yang aplikatif dan menarik. Pembelajaran yang menarik akan memikat anak-anak untuk terus dan betah mempelajari Bahasa Indonesia. Apabila siswa sudah tertarik dengan pembelajaran maka akan dengan mudah meningkatkan prestasi siswa dalam bidang bahasa. Oleh karena itu, meski dikembangkan suatu model pembelajaran bahasa Indonesia yang sederhana, sistematik, bermakna dan dapat digunakan oleh para guru sebagai dasar untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sehingga dapat membantu meningkatkan motivasi dan hasil belajar. Berkenaan dengan hal itu, maka dengan memperhatikan berbagai konsep dan teori belajar untuk meningkatkan prestasi belajar siswa yaitu dengan menggunakan metode diskusi kelompok.

Diskusi merupakan jantungnya bimbingan kelompok. Dengan diskusi kelompok anak mampu bekerjasama, berinteraksi dan bersosialisasi, bertukar fikiran dan berbagi pengalaman dengan teman sebayanya selama berada di sekolah. Berdasarkan pengalaman dalam proses pembelajaran, penulis ingin memecahkan masalah pembelajaran dengan strategi pembelajaran dengan menggunakan metode diskusi kelompok, karena diskusi tersebut dapat dilaksanakan dan diterapkan dengan baik sesuai prosedur di sekolah dasar.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penulisan ini adalah 1. Apakah pengertian dari metode diskusi kelompok dan pengertian prestasi belajar 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengetahui prestasi belajar? 3. Apakah ciri-ciri dari penggunaan metode diskusi kelompok? 4. Bagaimanakah langkah penggunaan metode diskusi kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

C. Tujuan Penulisan Sesuai dengan permasalahan di atas, penulisan ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Pengertian metode diskusi kelompok dan pengertian prestasi belajar. 2. Faktor-faktor yang mempengetahui prestasi belajar? 3. Ciri-ciri dari penggunaan metode diskusi kelompok? 4. Langkah penggunaan metode diskusi kelompok dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

D. Manfaat Penulisan Penulis mengharapkan dengan hasil penulisan ini dapat: 1. Bagi guru pembimbing khususnya dan guru pada umumnya, hasil penulisan ini menghasilkan gambaran peningkatan prestasi belajar siswa dengan menggunakan metode diskusi kelompok . Bagi siswa dapat meningkatkan motivasi belajar, dapat memiliki keberanian untuk bertanya, memiliki keberanian untuk meningkatkan pendapat dengan penggunaan metode diskusi kelompok.

2.

3. Bagi Sekolah, diharapkan dapat mengembangkan kebijakan untuk menciptakan budaya sekolah yang memfasilitasi dan memperhatikan kebutuhan siswa.

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Diskusi Kelompok dan Prestasi Belajar 1. Pengertian Metode Diskusi Kelompok Metode diskusi adalah salah satu metode pembelajaran agar siswa dapat berbagi pengetahuan, pandangan, dan keterampilan. (Sumiati, 141, 2008). Tujuan dari metode diskusi adalah untuk mengeksplorasi pendapat atau pandangan yang berbeda dan untuk mengidentifikasi berbagai kemungkinan. Pembelajaran diskusi kelompok adalah suatu pembelajaran teman sebaya dimana siswa bekerja dalam kelompok yang mempunyai tanggung jawab individual maupun kelompok terhadap ketuntasan tugas-tugas. Pada pembelajaran diskusi kelompok, siswa ditempatkan pada kelompokkelompok diskusi dan tinggal bersama sebagai satu kelompok untuk beberapa minggu atau bulan. Mereka berlatih ketrampilan-ketrampilan untuk bekerja sama dengan baik, membantu teman dalam kelompoknya masing-masing (Suradi, 2004). 2. Pengertian Prestasi Belajar Dalam setiap kegiatan manusia untuk mencapai tujuan, selalu diikuti dengan pengukuran dan penilaian. Demikian halnya di dalam proses belajar. Sutratinah Tirtonegoro (1988: 43) mengemukakan bahwa Hasil dari pengukuran serta penilaian usaha belajar disebut hasil belajar atau prestasi belajar. Menurut Winkel (1996: 17) mengemukakan, prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau kemampuan seorang siswa dalam melakukan kegiatan belajarnya sesuai bobot yang dicapainya. S. Nasution (1996: 17) mengemukakan, prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar adalah hasil yang dicapai seseorang dalam usaha belajar sebagaimana yang dinyatakan dalam rapor. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2002: 895) menjelaskan prestasi adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan di mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angkat yang diberikan oleh guru. Dari beberapa uraian di atas dapat kita ketahui bahwa prestasi adalah suatu bukti keberhasilan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan guru.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Siswa Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain : 1) Faktor eksternal. Syah (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua, yaitu :

a) Faktor-faktor non sosial Kelompok faktor ini tak terbilang jumlahnya, misalnya : keadaan udara, suhu udara, cuaca, waktu (pagi, atau siang, ataupun malam), tempat (letaknya, pergudangannya), alat-alat yang dipakai untuk belajar (seperti alat tulis menulis, buku-buku, alat-alat peraga, dan sebagainya yang biasa kita sebut alat-alat pelajaran), metode pengajaran. b) Faktor-faktor Lingkungan Sosial (1) Lingkungan sosial sekolah, seperti guru, administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar. (2) Lingkungan sosial masyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan mempengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat mempengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya. (3) Lingkungan sosial keluarga. Lingkungan ini sangat mempengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifatsifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik. 2) Faktor intern yaitu faktor yang berasal dari diri si pelajar Digolongkan menjadi dua golongan yaitu : a) Faktor-faktor Fisiologis Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (1) Keadaan tonus jasmani pada umumnya ini dapat dikatakan melatar belakangi aktivitas belajar; keadaan jasmani yang segar akan lain pengaruhnya dengan keadaan jasmani yang kurang segar; keadaan jasmani yang lelah lain pengaruhnya daripada yang tidak lelah. (2) Keadaan Fungsi-fungsi jasmani tertentu terutama fungsifungsi panca indera. Bahwa panca indera dapat dimisalkan sebagai pintu gerbang masuknya pengaruh ke dalam individu. Orang mengenal dunia sekitarnya dan belajar dengan mempergunakan panca inderanya. Baiknya fungsi panca indera merupakan syarat dapatnya belajar itu berlangsung dengan baik. b) Faktor-faktor Psikologi (1) Kecerdasan siswa / intelegensi siswa Semakin tinggi tingkat intelegensi seorang individu, semakin besar peluag individu tersebut meraih sukses dalam belajar. (2) Motivasi Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Menurut Arden N.

Frandsen (Hayinah, 1992) yang termasuk dalam motivasi intrinsik untuk belajar antara lain : (a) Dorongan ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. (b) Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju. (c) Adanya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting. C. Ciri-Ciri dalam Penggunaan Metode Diskusi Kelompok Adapun ciri-ciri dari penggunaan model pembelajaran diskusi kelompok adalah sebagai berikut: 1. Siswa bekerja dalam kelompok secara diskusi kelompok untuk menuntaskan materi belajarnya. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Bilamana mungkin, anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbedabeda. Penghargaan lebih berorientasi kelompok ketimbang individu. Pembelajaran Diskusi kelompok dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan ketrampilan sosial (Fida Rachmadiati: 2003: 7).

D. Langkah-langkah Penggunaan Metode Diskusi Kelompok dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa

Menurut Sharan dkk (1984), terdapat enam tahapan Diskusi Kelompok yaitu sebagai berikut: 1. Pemilihan topik Siswa memilih subtopik dari topik yang dipelajari, yang biasanya ditetapkan oleh guru. Dalam hal ini siswa memilih lembar kegiatan yang disediakan oleh guru. Selanjutnya siswa diorganisasikan menjadi empat sampai enam anggota tiap kelompok menjadi kelompok-kelompok yang berorientasi tugas. Komposisi kelompok hendaknya heterogen secara akademis maupun etnis. 2. Perencanaan Diskusi kelompok Siswa dan guru merencanakan prosedur pembelajaran, tugas dan tujuan khusus tentang subtopik yang telah dipilih pada tahap pertama. 3. Implementasi Siswa menerapkan rencana yang telah mereka kembangkan didalam tahap kedua. Kegiatan pembelajaran hendaknya melibatkan ragam aktivitas dan ketrampilan yang luas dan hendaknya mengarahkan siswa kepada jenis-jenis sumber belajar yang berbeda baik didalam maupun diluar sekolah. Guru secara ketat mengikuti kemajuan tiap kelompok dan menawarkan bantuan bila diperlukan. 4. Analisis dan sintesis Siswa menganalisis dan mengevaluasi informasi yang diperoleh pada tahap ketiga dan merencanakan bagaimana informasi tersebut diringkas dan disajikan sebagai bahan untuk dipresentasikan kepada seluruh kelas.

5. Presentasi hasil final Beberapa kelompok menyajikan hasil penyelidikannya kepada seluruh kelas, dengan tujuan agar siswa yang lain terlibat satu sama lain dalam pekerjaan mereka dan memperoleh perspektif luas pada topik itu. 6. Evaluasi Siswa dan guru mengevaluasi tiap konstibusi kelompok terhadap kerja kelas sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi yang dilakukan dapat berupa penilaian individual atau kelompok.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Metode diskusi kelompok merupakan satu metode pembelajaran agar siswa dapat berbagi pengetahuan, pandangan, dan keterampilan. Adapun maksud metode diskusi kelompok disini adalah suatu pembelajaran teman sebaya dimana siswa bekerja dalam kelompok yang mempunyai tanggung jawab individual maupun kelompok terhadap ketuntasan tugas-tugas. Sedangkan prestasi belajar suatu bukti keberhasilan yang dicapai seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat yang lazimnya ditunjukkan dengan nilai atau angka yang diberikan guru. 2. Dalam meningkatkan prestasi belajar, faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain faktor eksternal (faktor yang berasal dari luar siswa) seperti lingkungan dan faktor internal yang berasal dari siswa) seperti minat, intelektual, motivasi dan lain-lain. Dari sekian banyak metode pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa lebih baik digunakan metode diskusi kelompok khususnya materi yang membutuhkan pengetahuan konsep, sehingga sesama siswa mampu memecahkan masalah.

3.

B. Saran 1. Dalam menerapkan metode diskusi kelompok hendaknya di lakukan bukan hanya untuk meningkatkan prestasi belajar siswa tetapi juga untuk meningkatkan aktivitas siswa selama pembelajaran. 2. Melalui penerapan metode diskusi kelompok ini hendaknya dimaknai sebagai metode yang efektif dalam pembelajaran. Dalam hal ini guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran untuk membangkitkan pengetahuan siswa.

DAFTAR PUSTAKA

Fida Rachmadiarti. (2001). Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Unesa University. Martiningsih. (2007). Macam-macam metode pembelajaran http://www.martiningsih.blogspot.com [3 Mei 2012] . [Online]. Tersedia:

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Sudjana, N. (2004). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Rosda. Roesiyah dkk. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta Rudi Susilana. (2007). Media Pembelajaran: Hakikat, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima.

You might also like