You are on page 1of 30

CONTOH PROPOSAL PTK MATEMATIKA SD KELAS IV

A. JUDUL PENELITIAN Penggunaan Media Lidi Untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Pada Penjumlahan Bilangan Bulat Di Kelas IV SD Negeri 1 Jungutan

B. BIDANG KAJIAN Mata pelajaran Bidang kajian : Matematika : Pembelajaran inovatif

C. LATAR BELAKANG MASALAH Salah satu permasalahan yang menyangkut pengelolaan proses belajar mengajar mata pelajaran matematika di SD adalah kurangnya pengetahuan bagi guru SD, serta terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara membuat dan menggunakan media/alat peraga dalam pembelajaran matematika. Di sisi lain pentingnya media/alat peraga dalam pembelajaran matematika telah diakui oleh semua jajaran pengelola pendidikan dan para ahli pendidikan. Kompetensi guru dalam pelaksanaan interaksi belajar mengajar mempunyai indikator, mampu membuka pelajaran, mampu menyajikan materi, mampu

menggunakan metode/strategi, mampu menggunakan media/ alat peraga, mampu menggunakan bahasa yang komutatif, mampu memotivasi siswa, mampu

mengorganisasi kegiatan, mampu menyimpulkan pelajaran, mampu memberikan umpan balik, mampu melaksanakan penilaian, dan mampu menggunakan waktu. (Departemen Pendidikan Nasional, 2004 ; 13 14).

Agar pembelajaran yang akan diberikan oleh guru kepada siswa berhasil sesuai dengan kompetensi dasar, maka guru diharapkan dapat menyusun langkahlangkah pengembangan silabus pembelajaran, diantaranya merumuskan pengalaman belajar siswa meliputi; 1). Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik dan mental yang perlu dilakukan siswa dalam berinteraksi dengan sumber belajar dalam rangka mencapai kompetensi dasar dan standar kompetensi. 2). Pengalaman belajar dapat dilaksanakan di dalam dan di luar kelas. Kegiatan yang diberikan sebagai pengalaman belajar siswa harus berorientasi agar siswa aktif dalam belajar, iklim belajar menyenangkan, fungsi guru lebih ditekankan sebagai fasilitator dari pada sebagai pemberi informasi, siswa terbiasa mencari sendiri informasi (dengan

bimbingan guru) dari berbagai sumber, siswa dibekali dengan kecakapan hidup dan dibiasakan memecahkan permasalahan yang kontektual yaitu terkait dengan

lingkungan (nyata maupun maya) dari siswa. 3). Pada hakekatnya pengalaman belajar memberikan pengalaman kepada siswa untuk menguasai kompetensi dasar secara ilmiah dan ditinjau dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai pengalaman belajar meliputi pengalaman untuk mencapei kompetensi pada ranah kognitif, psikomotorik, dan afektif. Selanjutnya pengalaman belajar dirumuskan dengan kata kerja yang opersional.(Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran

Matematika, Dit. PMU, Ditjen Dikdsmen, Depdiknas, 2003 ; 3) Berdasarkan teori perkembangan kognitif Piaget, anak usia Sekolah Dasar berada pada tahap konkret operasional, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1)Pola berpikir dalam memahami konsep yang abstrak masih terikat pada benda konkret (2)Jika diberikan permasalahan belum mampu memikirkan segala alternatif

pemecahannya (3)Pemahaman terhadap konsep yang berurutan melalui tahap demi tahap, misal pada konsep panjang, luas, volum, berat, dan sebagainya.(4)Belum urutan operasi pada

mapu menyelesaikan masalah yang melibatkan kombinasi

masalah yang kompleks. (5)Mampu mengelompokkan objek berdasarkan kesamaan sifat-sifat tertentu, dapat mengadakan korespondensi satu-satu dan dapat berpikir membalik.(6) Dapat mengurutkan unsur-unsur atau kejadian (7) Dapat memahami ruang dan waktu. (8) Dapat menunjukkan pemikiran yang abstrak. Selain itu, menurut Pujiati (2004 ; 1) yang menyarikan pada Bruner bahwa untuk memahami pengetahuan yang baru, maka diperlukan tahapan-tahapan yang runtut, yaitu: enactive, ikonik, dan simbolik. Tahap enactive, yaitu tahap belajar dengan memanipulasi benda atau objek yang kongkret, tahap ikonik, yaitu tahap belajar dengan menggunakan gambar, dan tahap simbolik, yaitu tahap belajar melalui manipulasi lambang atau simbul. (Penggunaan Alat Peraga dalam

Pembelajaran Berhitung di SD, Pujiati, 2004) Berdasarkan pada uraian diatas, siswa pada usia sekolah dasar dalam memahami konsep-konsep matematika masih sangat memerlukan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan benda nyata (pengalaman-pengalaman konkret) yang dapat diterima akal mereka. Dalam penelitian tindakan kelas ini, peneliti mencoba mengetengahkan salah satu bentuk pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Dalam penyampaian pembelajaran ini peneliti menggunakan media/alat peraga lidi dalam penjumlahan bilangan bulat di kelas IV SDN 1 Jungutan, dengan urutan

pembelajaranya sebagai berikut: Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (berpasangan dalam satu bangku), kemudian lidi kita bagikan kepada masingmasing kelompok sebanyak 20 biji. Guru memperagakan lidi itu untuk

menjumlah dua bilangan bulat. Siswa diberi lembar tugas untuk dikerjakan dengan cara memperagakan lidi itu sebagai alat untuk menjawab lembar tugas tersebut, sedangkan guru mengamati proses penggunaan lidi itu untuk menjawab tugas yang telah diberikan. Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa disuruh

memperagakan hasil kerjanya di depan kelas, begitu seterusnya sampai siswa trampil menggunakan lidi itu untuk menjumlah dua bilangan bulat. Pada akhir pengajaran, guru mengadakan tanya jawab agar siswa terampil menggunakan lidi itu sebagai alat bantu untuk menjumlah dua bilangan bulat sekaligus sebagai alat evaluasi .

D. PERUMUSAN MASALAH Bertolak dari permasalahan diatas, maka perumusan masalah pada

penelitian ini adalah : Bagaimana penggunaan dan penerapan media lidi dapat meningkatkan keterampilan siswa dalam menjumlah dua bilangan bulat di kelas IV SD ?

E. TUJUAN PENELITIAN Penulisan keterampilan penelitian ini bertujuan media lidi agar siswa mampu meningkatkan soal-soal yang

penggunaan

dalam

menyelesaikan

berhubungan dengan penjumlahan bilangan bulat.

F. MANFAAT PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi bagi semua pihak, antara lain: 1. Memberikan pembelajaran secara langsung bagi guru tentang pembelajaran yang menggunakan media lidi guna meningkatkan pemahaman siswa terhadap operasi penjumlahan bilangan bulat, sehingga menambah wawasan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. 2. Meningkatkan keterampilan bagi siswa tentang penggunaan media lidi dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat berperan aktif dan kreatif terutama pada penjumlahan bilangan bulat. 3. Memberikan pengalaman langsung bagi peneliti dalam menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media lidi dalam penjumlahan bilangan bulat serta

memberikan dorongan untuk melaksanakan penelitian lagi dengan pembelajaranpembelajaran matematika yang lain. 4. Hasil penelitian ini dapat digunakan bagi sekolah untuk meningkatkan pemahaman tentang fungsi penelitian tindakan kelas.

G. KAJIAN PUSTAKA G.1. Pembelajaran Matematika Mengajarkan matematika tidaklah mudah, oleh karena itu tidak dibedakan antara matematika dan matematika sekolah. Maka dari itu perlu adanya desain khusus untuk mningkatkan kualitas belajar mengajar khususnya pada mata pelajaran matematika. Matematika adalah (1) studi pola dan hubungan (study of patterns and relationships) dengan demikian masing-masing topik itu akan saling berjalinan satu dengan yang lain yang membentuknya, (2). Cara berpikir (way of thinking) yaitu memberikan strategi untuk mengatur, menganalisis dan mensintesa data atau semua yang ditemui dalam masalah sehari-hari, (3). Suatu seni (an art) yaitu ditandai dengan adanya urutan dan konsistensi internal, dan (4) sebagai bahasa (a language) dipergunakan secara hati-hati dan didefinisikan dalam term dan symbol yang akan meningkatkan kemampuan untuk berkomunikasi akan sains, keadaan kehidupan riil, dan matematika itu sendiri, serta (5) sebagai alat (a tool) yang dipergunakan oleh setiap orang dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Sedangkan mengenai pengertian matematika sekolah. (Reyt.,et al, 1998 :4 )

Matematika sekolah adalah bagian atau unsur dari matematika yang dipilih antara lain dengan pertimbangan atau berorentasi pada pendidikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa matematika sekolah adalah matematika yang telah dipilah-pilah dan disesuaikan dengan tahap perkembangan intelektual siswa, serta digunakan sebagai salah satu sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir bagi para siswa. (Soedjadi 199 : 1).

Berdasarkan paparan tersebut di atas jelas terlihat bahwa konsep pembelajaran matematika harus diberikan sesuai dengan tingkat itelektual siswa. Hal ini didasarkan pada pemberian konsep harus tahap demi tahap guna untuk menyesuaikan taraf kemampuan intelektual siswa. Maka dari itu guru dituntut untuk menciptakan suasana pembelajaran yang sesuai dengan acuan yang berlaku sehingga proses pembelajaran khususnya pemblajaram matematika dijadikan suatu mata pelajaran yang tidak dianggap sulit oleh siswa. Dengan kata lain guru harus membangun konsep yang dapat menggugah siswa agar bisa menguatkan metode penerapan pembelajaran guna untuk menciptakan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang menyenangkan dan tidak sulit untuk dipelajari.

Dalam belajar aktif siswa harus melakukan sesuatu yang lebih dari sekedar mendengarkan, untuk bisa terlibat aktif para siswa itu harus terlibat dalam tugas yang perlu pemikiran tingkat tinggi seperti tugas analisis, sintesis, dan evaluasi. Oleh karena itu dalam rangka mewujudkan CBSA guru harus berusaha mencari metode mengajar yang dapat menyebabkan siswa aktif belajar. Pembelajaran matematika hendaknya menganut kebenaran konsistensi yang didasarkan kepada kebenaran-kebnaran terdahulu yang telah diterima, atau setiap struktur dalam matematika tidak boleh terdapat kontradiksi. (Bonwell dan Eison, 1991:1).

Dengan melihat paparan tersebut di atas maka penulis dapat memberikan penjelasan yaitu untuk menciftakan suasana pembelajaran yang aktif, maka siswa dalam proses

pembelajaran tidak hanya mendengarkan, tetapi harus terjun dalam aktivitas pembelajaran yang disampaikan. Maka dari itu proses pembelajaran harus didesain sedemikian rupa agar supaya proses pembelajaran dapat diterima dengan cepat oleh siswa. Adapun tujuan pembelajaran matematika disebutkan bahwa tujuan yang hendak dicapai dari pembelajaran matematika sekolah adalah:

Menumbuhkan dan mengembangkan keterampilan berhitung (menggunakan bilangan) sebagai alat dalam kehidupan sehari-hari, menumbuhkan kemampuan siswa yang dapat dialihgunakan melalui kegiatan matematika, dan memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat dalam pemecahan masalah.

G.2 Strategi Belajar Mengajar Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-garis besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru dan anak didik dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan. Menurut Newman dan Logan, dalam bukunya yang berjudul Strategy Policy and Central Management(1971 : 8), strategi dasar dari setiap usaha akan mencakup keempat hal sbb : a. Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil seperti apa yang harus dicapai dan menjadi sasaran usaha itu yang sesuai dengan aspirasi dan selera masyarakat.

b.

Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama manakah yang dipandang paling efektif guna mencapai sasaran tersebut.

c.

Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh untuk mencapai sasaran tersebut.

d.

Mempertimbangkan dan menetapkan kriteria dan patokan ukuran yang harus dipergunakan untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan usaha tersebut. Melihat paparan tersebut di atas, maka strategi belajar mengajar dapat disimpulkan sebagi suatu proses upaya untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik. Dengan demikian tidak lepas dari peran serta guru dan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru harus mampu memberikan suatu metode yang cepat dan tepat sehingga dengan cepat siswa akan menangkap hasil pembelajaran yang disampaikan.

G.3 Media Untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan secara optimal

dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman tentang media. Pengetahuan itu meliputi: 1. Media sebagai alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar, 2. Fungsi media dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, 3. Tentang proses-proses mengajar, 4. Hubungan antara metode mengajar dan media

pendidikan, 5. Nilai atau manfaat media pendidikan dalam pengajaran, 6. Memilih dan menggunakan pendidikan, 7. Berbagai jenis alat dan teknik media

pendidikan, 8. Media pendidikan dalam setiap mata pelajaran dan 9. Usaha inovasi dalam media pendidikan dan lain-lain. Dititik dari beberapa pokok yang telah di

kemukakan diatas, jelaslah bahwa media pendidikan merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi

berhasilnya proses pendidikan dan usaha pengajaran di sekolah. (Hamalik, 1980 : 15-16).

G.4

Penelitian Tindakan Kelas Penelitian Tindakan Kelas [PTK] dibentuk dari 3 kata, yang memiliki pengertian

sebagai berikut : 1. Penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal yang menarik minat dan penting bagi peneliti. 2. Tindakan, menunjuk pada sesuatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus kegiatan untuk siswa. 3. Kelas, adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama pula. Dari ketiga kata di atas dapat disimpulkan bahwa PTK merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.

Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain sebagai berikut : 1. Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, serta hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah 2. Membantu guru dan tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas 3. Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan 4. Menumbuhkembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan. Agar peneliti memperoleh informasi atau kejelasan yang lebih baik tentang penelitian tindakan, perlu kiranya dipahami bersama prinsip-prinsip yang harus dipenuhi. Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah : 1. Kegiatan nyata dalam situasi rutin Penelitian tindakan dilakukan oleh peneliti tanpa mengubah situasi rutin, karena jika penelitian dilakukan dalam kondisi lain, hasilnya tidak dijamin dapat dilaksanakan lagi dalam situasi aslinya, atau dengan kata lain penelitiannya tidak dalam situasi wajar. Oleh karena itu, penelitian tindakan tidak perlu mengadakan waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada. 2. Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja Didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka dengan hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai tujuan tercapai, tetapi sifatnya hanya sementara, karena dilanjutkan lagi dengan keinginan untuk lebih baik yang datang susul

menyusul. Penelitian tindakan sifatnya bukan menyangkut hal-hal statis, tetapi dinamis, yaitu adanya perubahan. Penelitian tindakan bukan menyangkut materi atau topik bahasan itu sendiri, tetapi menyangkut penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan, metode, atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau eksperimen. 3. SWOT sebagai dasar pijakan PTK harus dimulai dengan analisis SWOT, sehingga dalam memilih sebuah tindakan peneliti harus mempertimbangkan apakah ada sesuatu di luar diri dan subyek tindakan yang kiranya dapat dimanfaatkan, juga sebaliknya berpikir tentang bahaya di luar diri dan subyeknya sehingga dapat mendatangkan resiko. Hal ini terkait dengan prinsip pertama, bahwa penelitian tindakan tidak boleh mengubah situasi asli, yang biasanya tidak mengudang resiko. 4. Upaya empiris dan sistemik Merupakan penerapan prinsip ketiga. Dengan telah dilaksanakannya analisis SWOT, berarti sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan sistemik, berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem yang terkait dengan objek yang sedang digarap. Pembelajaran adalah sebuah sistem, yang keterlaksanaannya didukung oleh unsur-unsur yang kait-mengait.

5. Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan SMART merupakan akronim dari Spesific (khusus, tidak terlalu umum), Managable (dapat dikelola, dilaksanakan), Acceptable/Achievable (dapat diterima lingkungan, dapat

dicapai, dijangkau), Realistic (operasional, tidak di luar jangkauan), dan Time bound (diikat oleh waktu, terencana). Diantara unsur dalam SMART, unsur ketiga acceptable adalah yang paling terkait dengan subyek yang akan dikenai tindakan. Oleh karena itu, sebelum guru menentukan lebih lanjut tindakan yang akan diberikan, mereka harus diajak bicara. Tindakan yang akan diberikan oleh guru dan akan mereka lakukan harus disepakati dengan suka rela. Dengan demikian, guru dapat mengharapkan tindakan yang dilakukan oleh siswa dilandasi atas kesadaran dan kemauan penuh. Dampaknya adalah akan menghasilkan semangat atau kegairahan yang tinggi. Secara garis besar terdapat 4 tahapan yang lazim dilalui : 1. Menyusun rancangan tindakan (planning/perencanaan), dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan akan dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakn dan pihak yang mengamati proses yang dijalankan. 2. Pelaksanaan Tindakan (acting), tahap ini merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas. 3. Pengamatan (observing), yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Dalam tahap ini, guru pelaksana mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus berikutnya. 4. Refleksi (reflecting), merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Dalam tahap ini, guru berusaha untuk menemukan hal-hal yang sudah dirasakan memuaskan hati karena sudah sesuai dengan rancangan dan secar cermat mengenali hal-hal yang masih perlu diperbaiki.

Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir, peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan Adapun persyaratan PTK itu sendiri adalah sebagai berikut : 1. Harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam pembelajaran dan diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran. 2. Menuntut dilakukannya pencermatan secara terus menerus, ohjektif, dan sistematis. Hasil pencermatan ini digunakan sebagai bahan untuk menentukan tindak lanjut yang harus diambil segera oleh peneliti 3. Dilakukan sekurang-kurangnya dalam dua siklus tindakan yang berurutan. 4. Terjadi secara wajar, tidak mengubah aturan yang sudah ditentukan, dalam arti tidak mengubah jadwal yang berlaku. 5. Harus betul-betul disadari oleh pemberi maupun pelakunya, sehingga pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengemukakan kembali apa yang dilakukan dibandingkan dengan rencana yang sudah dibuat sebelumnya. 6. Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yaitu siswa yang sedang belajar. Objek PTK harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas, bukan objek yang sedang diam dan tanpa gerak. Unsur-unsur yang dapat dijadikan sasaran/objek PTK tersebut adalah : (1) siswa, (2) guru, (3) materi pelajaran, (4) peralatan atau sarana pendidikan, meliputi peralatan, baik yang dimiliki oleh siswa secara perseorangan, peralatan yang disediakan oleh sekolah, ataupun peralatan yang disediakan lain.

dan digunakan di kelas dan di laboratorium, (5) hasil pembelajaran, (6) lingkungan, dan (7) pengelolaan, hal yang termasuk dalam kegiatan pengelolaan misalnya cara dan waktu mengelompokkan siswa ketika guru memberikan tugas, pengaturan jadwal, pengaturan tempat duduk siswa, penempatan papan tulis, penataan peralatan milik siswa, dan lainlain. Bagaikan mata uang yang memiliki dua sisi, begitu juga dengan penelitian tindakan kelas. Ada dua keuntungan nyata yang menjadi efek apabila seorang guru melaksanakan penelitian tindakan kelas. Pertama adalah dapat meningkatkan kualitas hasil belajar siswa dan yang kedua, adalah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalitas guru. Dengan catatan, bila penelitian tindakan kelas dilakukan secara baik dan benar. PTK akan berhasil baik dan signifikan apabila sebelum melaksanakannya seorang guru harus sudah mengetahui konsep dasar tentang bagaimana melaksanakan PTK. Mulai dari pengertian PTK, tujuan, prinsip, model, persayaratan, dan sasaran/objek yang bisa dikenai tindakan.

H. METODE PENELITIAN

H.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN 1 Jungutan I kecamatan Bebandem Kabupaten Karangasem

H.2 Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan selama dua bulan dari tanggal 15 September s.d 24 Oktober 2011

H.3 Materi Pembelajaran Untuk menentukan mata pelajaran dan materi pokok yang akan digunakan dalam

penelitian ini dipilih mata pelajaran matematika dengan materi pokok penjumlahan bilangan bulat di kelas IV semester I. Berdasarkan kurikulum 2004, materi ini dipilih sebagai berikut : 1. Materi ini selalu mengalami kesulitan di kelas kelas V dan VI. 2. Sekolah mempunyai buku paket yang relevan Materi pembelajaran ini dilaksanakan dalam waktu 3 pertemuan dengan setiap pertemuan 2 x 40 menit, tertulis. dan masing-masing pertemuan ditutup dengan tes dengan pertimbangan

H.4 Pelaksanaan Penelitian 1. Siklus I a. Rancangan Pembelajaran Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan/

menyusun perangkat pembelajaran antara lain: 1). Silabus, yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, indicator, pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber/ alat/ bahan belajar dan penilaian. 2). Rencana pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/

semester, materi pokok, alokasi waktu, kompetensi dasar, langkah- langkah pembelajaran, sarana, sumber, bahan belajar dan penilaian. 3). Lembar penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal tes. 4). Lidi sejumlah 220 buah.

b. Pelaksanaan Pembelajaran 1). Kegiatan awal meliputi : a). Guru mengucapkan salam di depan kelas. b). Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (berpasangan) c). Guru membagi lidi kepada tiap-tiap kelompok sebanyak 20 buah. d). Guru mengadakan tanya jawab tentang penjumlahan tujuan untuk merangsang siswa agar termotivasi. bilangan cacah dengan

2).

Kegiatan inti meliputi :

a). Guru menginfomasikan kepada siswa bahwa masing-masing harus memengang 10 lidi. b). Guru dan siswa mengadakan kesepakatan, lidi yang dipegang oleh siswa yang duduk di sebelah kanan adalah positif dan di sebelah kiri adalah negatif. c). Guru memberi contoh cara menjumlah bilangan bulat dengan menggunakan lidi.

Misalnya : 4 + ( -7 ) = . . . . Langkah-langkah penggunaan : (a). Siswa yang duduk disebelah kanan, meletakkan 4 lidi di atas mejanya. (b). Siswa yang duduk disebelah kiri, meletakkan 7 lidi (c) Kemudian kedua lidi itu digabung menjadi satu, sehingga posisinya menjadi : di atas mejanya.

I I I I

I I I I

Lidi yang diambil dari siswa yang duduk di sebelah kanan ( lidi yang menunjuk bilangan positif )

III

Lidi yang diambil dari siswa yang duduk di sebelah kiri ( lidi yang menunjuk bilangan

negatif )

(d). Lidi yang tidak punya pasangan (yang berada diluar kotak) sebanyak 3 lidi dari siswa disebelah kiri. (e). Jadi 4 + (-7) = -3

3). Kegiatan Akhir : a). Pengecekan keterampilan siswa, tentang penggunaan lidi dalam menjumlah bilangan bulat dengan cara tanya jawab. b). Pemberian tugas ( PR terdiri dari 5 soal )

c. Observasi Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran, Observer melakukan observasi untuk melihat seberapa jauh keefektifan perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ketika diterapkan.

d. Evaluasi 1). Evaluasi proses, pada saat siswa menggunakan lidi dalam penjumlahan bilangan bulat. 2). Evaluasi tertulis, pada saat siswa mengerjakan lembar tes.

e. Refleksi

Data-data dari observasi dan evaluasi dikumpulkan, kemudian berdasarkan hasil ini peneliti melakukan refleksi diri tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil refleksi ini , peneliti akan tahu kelebihan dan kekurangan dari skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan. Setelah mengetahui kekurangan dari skenario pembelajaran pada siklus ini, peneliti merencanakan perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya, sampai peneliti menemukan hasil yang terbaik sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.

2. Siklus II a. Rancangan Pembelajaran Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan/ menyusun perangkat pembelajaran antara lain: 1). Silabus, yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar,

hasil belajar, indikator, pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber/ alat bahan belajar dan penilaian. 2). Rencana pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/

semester,

materi

pokok,

alokasi

waktu,

kompetensi

dasar,

langkah-langkah

pembelajaran, sarana, sumber, bahan belajar dan penilaian. 3). Lembar penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal tes.

4). Lidi sejumlah 220 buah, yang berwarna merah 110 buah dan yang tidak berwarna 110 buah.

b. Pelaksanaan Pembelajaran 1). Kegiatan awal meliputi : a). Guru mengucapkan salam di depan kelas. b). Mengerjakan tugas PR. c). Guru membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil (berpasangan) buah berwarna merah

d). Guru membagi lidi kepada tiap-tiap kelompok sebanyak 10 dan 10 buah tidak berwarna.

e). Guru mengadakan tanya jawab tentang penjumlahan bilangan bulat dengan tujuan untuk merangsang siswa agar termotivasi. 2. Kegiatan inti meliputi : a. Guru menginfomasikan kepada siswa bahwa masing-masing kelompok harus memengang 10 lidi berwarna merah dan 10 lidi tidak berwarna. merah adalah

b).Guru dan siswa mengadakan kesepakatan, lidi yang berwarna positif dan lidi yang tidak berwarna adalah negatif.

c). Guru memberi contoh cara menjumlah bilangan bulat dengan menggunakan lidi. Misalnya : 4 + ( -7 ) = . . . .

Langkah-langkah penggunaan : (a). Siswa yang memegang lidi berwarna merah, meletakkan 4 lidi di atas meja. (b).Siswa yang memegang lidi yang tidak berwarna, mejanya. (c). Kemudian kedua lidi itu digabung menjadi satu, posisinya menjadi : sehingga meletakkan 7 lidi di atas

I I I I (lidi merah)

I I I I Lidi yang berwarna merah sebanyak 4 buah. ( lidi yang menunjuk bilangan positif )

III

Lidi yang tidak berwarna sebanyak 7 buah. ( lidi yang menunjuk bilangan negatif )

(d). Lidi yang tidak punya pasangan (yang berada diluar kotak) sebanyak 3 lidi yang tidak berwarna (negatif). (e). Jadi 4 + (-7) = -3

b. Kegiatan Akhir : 1). Pengecekan keterampilan siswa, tentang penggunaan lidi dalam menjumlah bilangan bulat dengan cara tanya jawab. 2).Pemberian tugas ( PR terdiri dari 5 soal )

c. Observasi Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran pada siklus I, Observer melakukan observasi untuk melihat seberapa jauh keefektifan

perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ketika diterapkan pada siklus II.

d. Evaluasi 1). Evaluasi proses, pada saat siswa menggunakan lidi dalam penjumlahan bilangan bulat. 2). Evaluasi tertulis, pada saat siswa mengerjakan lembar tes.

e. Refleksi Data-data dari observasi dan evaluasi pada siklus II dikumpulkan, kemudian berdasarkan hasil ini peneliti melakukan refleksi diri tentang pembelajaran yang telah dilakukan. Berdasarkan hasil

refleksi ini, peneliti akan tahu kelebihan dan kekurangan dari skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan pada silkus II. Setelah mengetahui kekurangan dari skenario pembelajaran pada siklus ini, peneliti merencanakan perbaikan untuk dilaksanakan pada siklus III, sampai peneliti menemukan hasil yang terbaik sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.

3. Siklus III a. Rancangan Pembelajaran Sebelum pelaksanaan pembelajaran peneliti telah menyiapkan / menyusun perangkat pembelajaran antara lain: 1).Silabus, yang memuat standar kompetensi, kompetensi dasar, hasil belajar, indikator, pengalaman belajar, alokasi waktu, sumber/ alat/ bahan belajar dan penilaian. 2).Rencana pembelajaran, yang memuat mata pelajaran, kelas/ semester, materi pokok, alokasi waktu, kompetensi dasar, langkah-langkah

pembelajaran, sarana, sumber, bahan belajar dan penilaian. 3).Lembar penilaian proses, lembar pengamatan dan lembar soal tes.

4)..Lidi sejumlah 420 buah, 210 lidi berwarna merah dan 210 lidi tidak berwarna . b. Pelaksanaan Pembelajaran 1). Kegiatan awal meliputi : a). Guru mengucapkan salam di depan kelas. b). Mengerjakan tugas PR. c). Guru membagi lidi kepada tiap-tiap anak sebanyak 10 lidi berwarna merah dan 10 lidi tidak berwarna. d).Guru mengadakan tanya jawab tentang penjumlahan bilangan bulat dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan siswa sebelum mendapat pembelajaran.

b. Kegiatan inti meliputi : 1). Guru menginfomasikan kepada siswa bahwa, lidi yang

berwarna merah adalah positif dan lidi yang tidak berwarna adalah negatif. 2). Guru memberi contoh cara menjumlah bilangan bulat Misalnya : 4 + ( -7 ) = . . . . Langkah-langkah penggunaan : a). Siswa meletakkan 4 lidi berwarna merah diatas mejanya dengan menggunakan lidi.

b). Siswa meletakkan 7 lidi yang tidak berwarna, di atas mejanya. c). Kemudian kedua lidi itu digabung menjadi satu, sehingga posisinya menjadi :

I I I I (lidi merah)

I I I I Lidi yang berwarna merah sebanyak 4 buah. ( lidi yang menunjuk bilangan positif )

III

Lidi yang tidak berwarna sebanyak 7 buah. ( lidi yang menunjuk bilangan negatif )

d). Lidi yang tidak punya pasangan adalah hasilnya (yang berada diluar kotak) sebanyak 3 lidi yang tidak berwarna (negatif). e). Jadi 4 + (-7) = -3

c. Kegiatan Akhir : 1). Pengecekan keterampilan siswa, tentang penggunaan lidi bilangan bulat dengan cara tanya jawab. 2). Pemberian tugas ( PR terdiri dari 5 soal ) dalam penjumlahan

c. Observasi Aktivitas observasi dilakukan ketika peneliti melakukan pembelajaran, Observer melakukan observasi untuk melihat seberapa jauh keefektifan perencanaan,

pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran ketika diterapkan pada siklus III. d. Evaluasi 1. Evaluasi proses, pada saat siswa menggunakan lidi dalam penjumlahan bilangan bulat. 2. Evaluasi tertulis, pada saat siswa mengerjakan lembar tes. e. Refleksi Data-data dari observasi dan evaluasi pada siklus II dikumpulkan, kemudian berdasarkan hasil ini peneliti melakukan refleksi diri tentang pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus III. Berdasarkan hasil refleksi pada siklus ini peneliti akan tahu kelebihan dan kekurangan dari skenario pembelajaran yang telah direncanakan dan dilaksanakan pada siklus III. Setelah mengetahui kekurangan dari skenario pembelajaran pada siklus ini, peneliti merencanakan perbaikan untuk

dilaksanakan pada siklus III, sampai peneliti menemukan hasil yang terbaik sesuai dengan skenario pembelajaran yang telah direncanakan.

I. JADWAL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan selama dua bulan dari tanggal 15 September s.d 25 Oktober 2011 bertempat di SD N 1 Jungutan.

J. BIAYA PENELITIAN

K. PERSONALIA PENELITIAN
1.Judul Penelitian Penggunaan Media Lidi Untuk Meningkatkan Keterampilan Siswa Pada Penjumlahan Bilangan Bulat di Kelas IV SDN 1 Jungutan 2. Identitas Peneliti a. Nama Lengkap b. Jenis Kelamin c. Pangkat/gol/NIP d. Asal Sekolah e. Alamat Kantor dan No.Telp. f. Alamat Rumah dan No. Telp. Dsn Jungutan, Desa Jungutan Ida Ayu Putu Dipeningrat,S.Pd. Perempuan Pembina / IV.A / 197503081997032003 SDN 1 Jungutan Jl. Telaga Tista, Jungutan

g. Lama Penelitian

2 bulan ( September s.d Oktober 2011 )

h. Biaya yang

diperlukan

L. DAFTAR PUSTAKA

Djoko Moesono & Sujono, 1998. Matematika 4, Jakarta: Depdibud.

Depdiknas, 2004. Pedoman Pengembangan Silabus, Jakarta.

Depdiknas, 2003. Pengembangan Silabus dan Penilaian Mata Pelajaran Matematika, Jakarta.

Pujiati, 2004. Penggunaan Alat Peraga dalam Pembelajaran Berhitung di SD, Jogjakarta: PPPG JOGJAKARTA.

Depdiknas, 2006. Manajemen Berbasis Sekolah, Jakarta.

Oemar Hamalik, 1980. Media Pendidikan, Jakarta

Elly E,

1996.

Metoda

Pengajaran

Matematika

di

Sekolah

Dasar, Jogjakarta: PPPG

JOGJAKARTA.

Karim Muchtar A, 1999. Metodologi Pembelajaran, Jakarta.

M. LAMPIRAN LAMPIRAN

You might also like