You are on page 1of 3

Bermain Bagi Anak; Upaya Tumbuh Kembang Optimal Ayo belajar! Jangan main melulu.

Apa kamu mau jadi orang bodoh nanti? Cepat kerjakan tugas menulis ini! Ujar seorang Ibu yang memarahi putranya yang masih berusia empat tahun. Sebagian orangtua berpendapat, bermain dengan teman hanya membuang waktu. Menurut mereka, lebih baik waktu yang berharga itu dipergunakan untuk belajar. Betulkah demikian? Apakah bermain bagi anak memang membuang waktu belaka? Ada tiga kebutuhan dasar yang harus dipenuhi agar anak mengalami proses tumbuh kembang optimal , yaitu kebutuhan fisik atau biomedis, kebutuhan emosi atau kasih sayang dan kebutuhan stimulasi atau pendidikan. Kebutuhan fisik dapat dipenuhi apabila anak mengkonsumsi makanan yang sesuai dengan kebutuhan umurnya, pemantauan tumbuh kembang, pemeriksaan kesehatan, pengobatan, rehabilitasi, imunisasi, pakaian, pemukiman yang sehat dan lain-lain. Kebutuhan emosi meliputi segala bentuk hubungan yang erat, hangat dan menimbulkan rasa aman serta percaya diri sebagai dasar bagi perkembangan selanjutnya. Sedangkan kebutuhan stimulasi atau pendidikan meliputi segala aktivitas yang dilakukan yang mempengaruhi proses berpikir, berbahasa, sosialisasi, dan kemandirian seorang anak. Bermain bagi anak merupakan upaya memenuhi tiga kebutuhan sekaligus yaitu kebutuhan fisik, emosi dan stimulasi/pendidikan. Bahkan bermain bagi anak usia balita merupakan salah satu intervensi penting untuk mengurangi dampak menurunnya IQ pada balita yang mengalami gangguan gizi ketika bayi, khususnya apabila intervensi pemberian makanan bergizi terlambat dilakukan. Apa Pengertian bermain? Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan hasil akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang lain. Yang harus diperhatikan oleh orang tua, bermain haruslah suatu aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Tidak boleh ada paksaan pada anak untuk melakukan kegiatan bermain, walaupun kegiatan tersebut dapat menunjang perkembangan aspek tertentu. Kegiatan bermain yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif anak. Seorang anak harus diberi kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya sendiri dan menentukan bagaimana melakukannya. Beberapa ciri bermain yang perlu diperhatikan oleh orang tua:

1 2

Menyenangkan Tidak memiliki tujuan. Tidak boleh ada intervensi tujuan dari luar si anak yang memotivasi dilakukannya kegiatan bermain 3 Bersifat spontan dan volunter 4 Bermain berarti anak aktif melakukan kegiatan. 5 Memiliki hubungan yang sistematis dengan sesuatu yang bukan bermain, seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan peran sosial, perkembangan kognitif, dan sebagainya (Garvey, 1990). Jenis Bermain Jenis bermain berdasarkan aktivitas fisik dan sumber kesenangan adalah sebagai berikut: 1. Bermain aktif. Seorang anak aktif melakukan sendiri dan sumber rasa senang yang diperoleh anak berasal dari apa yang dilakukan oleh anak itu sendiri. Jenis bermain aktif meliputi bermain bebas spontan, bermain khayal (bermain peran-peran tertentu, sesuai khayalan atau imajinasi anak), bermain konstruktif (menyusun balok-balok, puzzle, dsb), musik dan permainan. 2. Bermain pasif, yaitu anak melakukan kegiatan dengan sedikit menggunakan aktifitas fisik dan sumber rasa senangnya diperoleh dari aktivitas yang dilakukan oleh orang lain, contohnya menonton film, pertunjukan, dan lain-lain. Manfaat Bermain 1. Perkembangan fisik-motorik Perkembangan fisik motorik seorang anak berkembang pesat pada tahun pertama dan kedua dan terus berlanjut sampai perkembangan fisik motorik yang lebih rumit. Permainan yang sesuai dengan usia anak dapat mendukung perkembangan fisik dan motorik berlangsung secara optimal. Misalnya kalau

pada usia 2-3 tahun seorang anak sudah dapat berlari, maka pada usia 3-4 tahun anak dapat diarahkan untuk bermain dengan berlari menghindari rintangan. Pada usia berikutnya sudah dapat naik dan turun tangga. Begitu pula dalam kemampuan motorik halus. Jika pada usia 2-3 tahun seorang anak sudah dapat memegang alat tulis, tahun berikutnya sudah dapat menyusun balok secara baik. Pada usia 5 tahun anak dapat menggunting kertas. Sambil bermain dengan peran serta orang tua anak dapat mengoptimalisasikan perkembangan fisikmotorik meliputi belajar mengontrol dan mengenal tubuh, serta menolong diri sendiri. 2. Perkembangan kognitif dan bahasa Saat bermain, seorang anak akan mengandalkan kemampuan bereksplorasi terhadap lingkungan melalui panca inderanya. Anak belajar dan mengenal konsep dasar warna, bentuk, ukuran dan sebagainya. Dalam hal ini permainan yang dilakukan akan meningkatkan daya nalar, daya ingat, kreativitas dan kemampuan berbahasa. 3. Perkembangan sosio-emosional Dengan bermain anak dapat mengembangkan kemampuan berinteraksi dengan orang lain, peka, mau memantau dan dapat bekerja sama. Bermain juga merupakan sarana untuk menyalurkan emosi anak. Membentuk kelompok bermain sangat penting untuk perkembangan sosio emosional anak. Seorang anak yang biasa berinteraksi dengan teman-teman sebayanya di play group, TK atau sejenisnya mempunyai tingkat kemantangan dan kesiapan yang baik dalam menerima pendidikan yang lebih rumit. Berikut ini tips bagi orang tua agar kegiatan bermain menyenangkan dan bermanfaat bagi anak:

; Sediakan alat permainan yang sesuai dengan taraf kematangan anak. Perhatikan faktor ; ; ; ; ; ;
keamanan, derajat kesulitan permainan, kegunaan, daya tahan alat, disain alat permainan, dll. Tempat bermain harus aman, cukup luas/lapang dan bersih. Waktu bermain sesuai dengan anak. Seorang anak sering menghabiskan waktunya untuk bermain sampai melupakan kegiatan lain seperti makan dan istirahat. Teman bermain. Anak membutuhkan teman bermain agar perkembangan sosio emosionalnya optimal. Memperkenalkan anak dengan alat permainan yang dapat merangsang perkembangan anak. Hindari terlalu membatasi kegiatan bermain karena pertimbangan jenis kelamin. Pendekatan terhadap anak memerlukan kesabaran, dan tidak lupa memberikan pujian. Berikan petunjuk sesuai dengan kebutuhan anak, tidak terlalu banyak atau sedikit.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam memupuk dan mengembangkan potensi anak balita, yaitu:

; ; ; ; ;

Memberikan rangsangan pada seluruh indera. Memberi kebebasan pada anak untuk bergerak dengan aman Memberi kesempatan untuk berbicara, bertanya, dan bercerita. Memberi contoh model untuk ditiru memberikan kesempatan bermain dengan memperhatikan unsur benda, alat, teman, dan ruangan untuk bermain ; Memberi keleluasaan bagi anak untuk mengenali obyek nyata misalnya pada usia tertentu orang tua dapat mengajarkan anak membedakan hewan yang bertelur dan beranak dengan mengajak mereka menyaksikan secara langsung. ; Memberi kesempatan untuk mengamati, mengerti, menerapkan disiplin, nilai-nilai agama dan moral. *)Penulis adalah mahasiswi pasca sarjana FKM-UI Referensi: Garvey C. Play. Massachusetts: Harvard University Press, 1990 - Hurlock, EB. Child Development (6 th ed) Tokyo: Mc Graw-Hill Kogakusha, Ltd, 1978. - Savitri Hanny Wreksoo, Bermain Bagi Anak Balita, Pelatihan Pengelola Tempat Penitipan Anak

PUSKA UI-IWAPI

You might also like