You are on page 1of 7

-=

Komunikasi dan Empati Vita Paramitha Teken Email : vita.teken@civitas.ukrida.ac.id Fakultas Kedokteran UKRIDA 2012 jln. Arjuna Utara No.6 Jakarta 11510 Email : www.ukrida.ac.id

Pendahuluan a. Latar belakang Komunikasi dan Empati merupakan suatu yang di butuhkan dalam interaksi sosial seharian. Terutama dalam profesi kedokteran yang bukan sahaja melibatkan penyembuhan fisik,malah penyembuhan dari sisi emosi dan psikologi. Hal ini tidak mudah karena manusia itu berbagai ragam dan perilaku, semuanya mempunyai variasi disebabkan personaliti,karakteristik,lingukungan dan berbagai faktor yang membedakan antara satu dengan yang lain. Komunikasi berarti penyampaian atau pertukaran pesan atau informasi melalui pembicaraan,tulisan,ataupun perilaku antara dua orang atau lebih. Empati pula berarti suatu kemampuan menempatkan diri dalam sepatu orang lain atau mengalami pandangan,harapan,atau emosi orang lain dalam dirinya.Kemampuan untuk berempati berkait rapat dengan kemampuan kita untuk merasa.

Skenario : Seorang remaja puteri, berusia 18 tahun memeriksa diri ke dokter keluarganya , dengan mengatakan bahwa dari hasil pemeriksa urinnya positif ia hamil. Ia minta dokter tidak memberitahukan kondisi kehamilannya kepada ibunya. Karena kuatir diusir dari rumahnya. Tak lama kemudian , ibu remaja itu menelpon dokter menanyakan hasil pemeriksaan puterinya dan jugaingin dapat kepastian bahwa anaknya hamil

b. Pembahasan 1. Kode etik kedokteran Kode etik sangat penting dalam dunia kedokteran, karena sebagai seorang dokter ketika dia menjadi dokter dia telah melakukan sumpah dokter untuk itu dia harus bekerja berdasarkan apa yang sudah diterapkan .karena sejak terwujudnya praktek kedokteran masyarakat sudah mengetahui dan mengakui adanya beberapa sifat mendasar yang melekat secara mutlak pada diri seorang dokter yang

baik dan bijaksana , yaitu kemurnian niat, kesungguhan kerja , kerendahan hati serta integritas ilmiah dan moral yang tidak diragukan. Sehingga kode etik kedokteran yang berhubungan dengan skenario yaitu pada pasal 12 : Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketauinya tentang sorang pasien , bahkan juga setelah pasien itu meninggal dunia

2. Komunikasi : Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan tersebut dapat dipahami Komunikasi adalah : Proses interaksi penuh makna antara sesama manusia dan proses dimana makna dipertukarkan sehingga terjadi pemahaman. Komunikasi juga merupakan proses dimana pesan diberikan atau diterima melalui pembicaraan , tulisan dan melalui isyarat.

Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan. Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dibagi atau disharingkan tersebut. Pelaksanaan kegiatan komunikasi berlangsung dengan bantuan elemen elemen pembentuk komunikasi. Elemen-elemen yang terdapat dalam komunikasi adalah: 1. Komunikator 2. Pesan 3. Media 4. Komunikan 5. Umpan Balik : orang yang menyampaikan pesan : ide atau informasi yang disampaikan : sarana komunikasi : audience, pihak yang menerima pesan : respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya

Dalam kehidupan nyata mungkin ada yang menyampaikan pesan atau ide; ada yang menerima atau mendengarkan pesan; ada pesan itu sendiri; ada media dan tentu ada respon berupa tanggapan terhadap pesan. Secara ideal, tujuan komunikasi bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan. Sebagai suatu kegiatan pertukaran informasi antara individu atau kelompok, komunikasi mempunyai fungsi fungsi yang berguna bagi pemberi pesan maupun penerima pesan itu sendiri. Hal tersebut masuk kedalam fungsi fungsi komunikasi, yang dibagi kedalam lima bagian, yaitu : 1. Membangun Konsep Diri (Establishing Self-Concept) 2. Eksistensi Diri (Self Existence) 3. Kelangsungan Hidup (Live Continuity)

4. Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness) 5. Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan (Free from Pressure and Stress)

Dalam perkembangannya, sering terjadi penyimpangan penyimpangan yang disebabkan karena ketidak efektifan pemberi pesan dalam menyampaikan pesan, atau ketidakmampuan penerima pesan dalam menerjemahkan maksud dari pemberi pesan tersebut. Hal ini dikatakan sebagai kondisi komunikasi yang tidak efektif.
Komunikasi yang efektif itu adalah komunikasi yang dua arah yaitu antara dokter dan pasien, menerima apa adanya dan menjadi pendengar yang aktif. Tujuan komunikasi adalah mendapatkan informasidan data dan menyampaikan informasi dan terapi.

Komunikasi efektif adalah suatu bentuk komunikasi antar personal dimana keduanya terlibat aktif dalam bertukar informasi atau pikiran, dan dapat saling mengerti dan sepakat mengenai maksud dari informasi yang diberikan antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya. Proses mencapai kesepakatan (Sharing of meaning), lazimnya berlangsung secara bertahap. Ada 5 (lima) sasaran pokok dalam proses komunikasi, yaitu: 1. Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa yang kita tunjukkan kepada mereka) 2. Membuat pendengar memahami apa yang mereka dengar atau lihat 3. Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar) 4. Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan maksud kita bisa mereka terima 5. Memperoleh umpan balik dari pendengar Jika kelima tahapan ini sudah dilakukan dan dilalui dengan baik, maka akan tercipta suatu komunikasi yang efektif antara pemberi informasi dan penerima informasi (dokterpasien dan sebaliknya).

Jenis jenis komunikasi : . a.Komuni

kasi dokter pasien

Komunikasi antara dokter pasien diharapkan dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh kedua pihak, pasien dan dokter. Opini yang menyatakan bahwa mengembangkan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan

pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya.

Pasien merasa tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan dalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya. Kurtz (1998) menyatakan bahwa komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan pasien.

Namun disadari bahwa dokter dan dokter gigi di Indonesia belum disiapkan untuk melakukannya. Dalam kurikulum kedokteran dan kedokteran gigi, membangun komunikasi efektif dokter-pasien belum menjadi prioritas. Untuk itu dirasakan perlunya memberikan pedoman (guidance) untuk dokter guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau keluarganya. Melalui pemahaman tentang hal-hal penting dalam pengembangan komunikasi dokter-pasien diharapkan terjadi perubahan sikap dalam hubungan dokter-pasien.

Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan: - Disease centered communication style atau doctor centered communication style. Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala. - Illness centered communication style atau patient centered communication style. Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien, kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang dipikirkannya. Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta kebutuhan pasien, patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan waktu lebih lama dari pada doctor centered communication style. Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki ketrampilan mendengar dan berbicara yang keduanya dapat dipelajari dan dilatih.

Tujuan dan manfaat dari komunikasi dokter pasien adalah: Tujuan : Menanyakan riwayat penyakit pasien Menanyakan riwayat penyakit keluarga Menjelaskan kepada pasien tentang status kesehatanya Menjelaskan kepada keluarga tentang status kesehatan pasien ( bila perlu dan ada ijin ) Memberikan masukan , perencanaan , pengobatan kepada pasien dan keluargannya

Manfaat : Meningkatkan kesehatan , fungsi dan status emosional pasien improve health, funcional and emotional status. Menguranggi distres emosional pasien Hasil perbaikan fisik dan mental yang lebih baik Perbaikan gejala yang lebih baik Mengurangi ketidaknyamanan dan kekuatiran pasien Meningkatkan status kesehatan jiwa pasien.

b. Komunikasi Dokter orang tua c. Komunikasi pasien orang tua 3. Empati : Empati dari Bahasa Yunani yang berarti( "ketertarikan fisik") didefinisikan sebagai respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distres emosional orang lain. Empati adalalah upaya dan kemampuan untuk mengerti, menhayati, dan menempatkan diri seseorang di tempat orang lain sesuai dengan ; Identitas : Nama , usia , jenis kelamin, kondisi fisik ( warna kulit, tinggi, berat badan, raut muka, taraf kesehatan dsb ), status perkawinan, orientasi seksual (heteroseksual, biseksual, homoseksual ), ras, suku bangsa , etnik , latar belakang pendidikan , pengetahuan, taraf perkembang jiwa / mental, tradisi, budaya , agama, serta Pikiran , perasaan , keinginan, perilaku, dari orang itu. Kondisi mental Kondisi fisik

Empati juga dasar kasih sayang (agape) , manusiawi sehingga Empati adalah kunci komunikasi yang baik.

Perlu adanya upaya dan kemampuan dalam berempati yaitu : 1. Kemampuan kognitif : Mengerti kebutuhan pasien 2. Kemampuan afektif : Peka akan perasaan pasien 3. Kemampuan perilaku : memperlihatkan atau menyampaikan empati kepada pasien.

Ketrampilan empati bukan hanya sekedar berbasa basi atau bermanis mulut kepada pasien melainkan : Mendengarkan aktif Responsif pada kepentingan pasien Responsif pada kebutuhan pasien Usaha meberikan pertolongan kepada pasien Empati harus mulai dari diri sendiri Empati sama dengan selera pribadi.

Dengan empati kita membangun dan menolong Membangun : menyokong / meningkatkan pertumbuhan dalam kesucian , kebajikan, kasih dan hikmat spiritual. Menolong pasien untuk menjadi kuat Menolong pasien untuk mandiri Menolong pasien untuk melihat realitas Menolong pasien untuk mendapatkan kepastian bahwa : Masalahnya adalah masalah umum Masalahnya sudah diketahui penyebabnya Gejala- gejalannya tidak berbahaya bila cepat diterapi Metode perawatan tertentu tersedia Masalahnya bisa dipecahkan Ia tidak akan menjadi gila bila mau berubah Masalahnya bukan akibat / tergantung perbuatan orang lain melainkan harus mulai dari diri sendiri Hal hal yang tidak enak bisa kembali terjadi, bila tidak patu dalam terapi.

c.Penutup kesimpulan

Dokter dalam berkomunikasi haruslah disertai dengan adanya Empati, karena empati dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat,efektif dan efisien. Hasil dan manfaat dari komunikasi dan empati dapat dinikmati secara bersama baik oleh pihak dokter maupun pasien.

Daftar pustaka

1. Guntar N, Salmon JS, Desriaman S, Willem S, William G, Judin PT. Who am I, Komunikasi Empati, Kom. Dokter-Pasien. Bahan Kuliah. Jakarta : FK UKRIDA ; 2007

2.

Hodges, S.D., & Klein, K.J. Regulating the costs of empathy: the price of being human.

Journal of Socio-Economics. 2001

3. Andri, Dan H, Elly I, Evalina A, Hubertus KH. Komunikasi dan Empati. Bahan kuliah. Jakarta : FK UKRIDA ; 2011
4. Joseph A. Devito; komunikasi antar manusia (edisi kelima), Professional

Books,Jakarta,1997.

You might also like