You are on page 1of 20

PBL 2 - PREMANISME

HOME GROUP 4 Anggia Dian Mayana, 1106079135 Annur Laura Syamsir, 1106078763 Budi Prakarsa Rukhiyana, 1106079293 Ernas Azis, 1106079066 Lia Estika, 1106078611 Nadya Sarastyani, 1106079015 Nofella Nanda Auliya, 1106079923 Nadira

Makalah Kelompok untuk Mata Kuliah MPK Agama Islam FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA UNIVERSITAS INDONESIA MEI 2012

Kata Pengantar
Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena kami masih diberikan kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan makalah MPK Agama Islam ini. Makalah ini dibuat dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas PBL 2, yang bertemakan Premanisme. Tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan dari makalah ini, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang berhubungan dengan tema makalah ini. Penulis banyak berharap makalah ini dapat bermanfaat, khususnya dalam mata kuliah MPK Agama Islam.. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kritik dan saran sangat kami butuhkan untuk dapat memperbaiki pembuatan makalah selanjutnya. Penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada dosen kami tercinta, yaitu Bapak Mujilan yang telah membimbing kami dalam pembuatan makalah ini, hingga makalah ini bisa kami selesaikan tepat waktu. Premanisme telah merajalela di Indonesia. Bahkan kini sudah semakin berkembang di berbagai bidang. Hal ini semakin meresahkan masyarakat. Bagaimana pandangan Islam mengenai premanisme? Solusi apakah yang paling tepat digunakan untuk membasmi tindak premanisme? Hal tersebut akan kami ulas pada makalah kali ini. Semoga bermanfaat bagi kita semua sehingga kita bisa tetap pada jalan yg diridhoi Allah swt. Amin.

Penulis

Daftar Isi
Kata Pengantar.. 2

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 4 B. Rumusan Masalah... 5 C. Tujuan. 5

BAB II ISI
A. Pengertian Hedonisme. 5 B. Pandangan Islam terhadap Hedonisme 7 C. Pengaruh Hedonisme terhadap Iman seseorang.. 11 D. Akibat yang Ditimbulkan oleh Hedonisme. 13 E. Pengaruh Hedonisme pada Kalangan Remaja. 16 F. Cara Menyikapi Pola Hedonisme 18

BAB III PENUTUP


Simpulan 22 Daftar Pustaka 23

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan hedonisme? 2. Apa pandangan Islam mengenai hedonisme? 3. Apakah hedonisme dapat mempengaruhi iman seseorang? 4. Apa saja akibat yang ditimbulkan oleh hedonisme? 5. Apa pengaruh hedonisme dalam kalangan remaja? 6. Bagaimana cara mengubah pola hidup remaja yang sudah terjerumus hedonisme?

C. Tujuan 1. Menjelaskan pengertian dari premanisme 2. Menjelaskan pandangan Islam terhadap premanisme 3. Menjelaskan pengaruh hedonisme terhadap iman seseorang 4. Menjelaskan akibat-akibat yang ditimbulkan oleh hedonisme 5. Menjelaskan pengaruh hedonisme dan kaitannya dengan berubahnya pola pikir dan kepribadian remaja 6. Menjelaskan cara mencegah dan mengatasi pola hidup hedonisme khususnya pada kalangan remaja

BAB II

ISI
A. Pengertian Premanisme
Apa kiranya yang tersisa dari ingar-bingar perkembangan politik kita sejak awal lampau ? Salah satu jawabannya adalah premanisme. Terhitung sejak gelombang mahasiswa Januari-Februari 1998 hingga ke saat-saat menjelang pemilu saat ini, politik kita mengalami sirkulasi pelaku utama secara dramatis: Dari daulat negara ke daulat massa dan belakangan menggejala ke daulat para preman. Boleh jadi penggambaran sirkulasi pelaku utama politik itu terkesan terlampau didramatisasi. Namun sebetulnya, tidak juga. Setidaknya, kemunculan preman sebagai faktor dan aktor politik baru itu ? Adakah ini benar-benar sebuah gejala baru ataukah kelanjutan atau penegasan ulang dari gejala masa lampau ? Arti penting dan genting dari politik preman dapat dilihat dari dua level berbeda: preman sebagai aktor atau preman sebgai sebuah cara. Jika level pertama menunjuk pada komunitas para preman, maka level kedua menunjuk pada premanisme. Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ke-2 yang diterbitkan Balai Pustaka (1993) memberi arti preman dalam level pertama. Kamus ini menaruh preman dalam dua entri: (1) preman dalam arti partikelir, bukan tentara atau sipil, kepunyaan sendiri; dan (2) preman sebgai sebutan kepada orang jahat (penodong, perampok, dan lain-lain) Dalam level kedua, yakni sebagai cara kerja, preman sebetulnya bisa menjadi identitas siapapun. Seseorang atau sekelompok massa bisa diberi label preman ketika ia melakukan kejahatan (politik,ekonomi, dan sosial) tanpa beban. Disini, preman merupakan sebuah tendensi tindakan amoral yang dijalani tanpa beban moral. Maka premanisme disini merupakan tendensi untuk merebut hak orang lain bahkan hak publik sambil mempertontonkan kegagahan yang menakutkan Pertama, premanisme bersumber dari naluri hewaniah manusia, mengutip dari perkataan Thomas Hobes, seorang filsuf politik, setiap manusia hakikatnya memiliki naluri memangsa manusia lain dengan rasa 5

gagah, tanpa perasaan berdosa.. Kedua,

Berdasarkan sebuah studi

antropologi yang dilakukan Lola Romanucci-Ross menggambarkan gejala itu. Ia menggambarkan dalam Conflict, Violence, and Morality in A Mexican Village (1973), Lola menggambarkan vahwa dalam komunitas yanb pengap sosial, moralitas yang terkendali seolah olah absah. Ketiga, dalam sumber yang sama, Lola mengingatkan, premanisme makin tumbuh subur dalam iklim permisivitas moral. Ketika moralitas dianggap tidak relevan secara sosial; dan orang seolah dibolehkan untuk melakukan apapun atas nama apapun; maka premanisme akan menjadi candu dalam masyarakat, Keempat ketika institusi yang bisa menjamin kepastian telah kehilangan kredibilitasnya, maka premanisme akan menjamur. Seperti kasus kasus di sejuml;ah negara amerika latin dan afrika, premanissme menjadi gejala di tengah ketidakkepastian yang terlampau panjang dan tak berujung. Dalam rangkuman diatas, saya mencoba menyimpulkan bahwa premanisme adalah sebuah paham dimana ketika manusia dalam

ketidakpastiannya yang terlampau panjang mencoba meraih keuntungan dengan merebut hak orang lain dengan tindakan amoral sehingga menimbulkan ketakutan

B. Pandangan Islam terhadap Premanisme

C. Pranata Sosial dalam Islam


1. Pengertian. Pranata Sosial adalah sebagaimana yang telah diuraikan diatas yaitu norma-norma yang mengaturan kehidupan sosial masyarakat. Jadi, pranata sosial dalam ajaran Islam adalah nilai-nilai yang mengaturan kehidupan sosial Masyarakat Muslim berdasarkan syari'at Islam. Sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW pada masa dahulu untuk

diimplementasikan masa sekarang.

2. Faktor-faktor Pranata Sosial dalam Islam

Berikut ini, ada beberapa faktor pranata sosial dalam Ajaran Islam dilihat dari berbagai aspek diantaranya: a. Pranata Agama Dalam Islam al-Quran dan hadits adalah sumber hukum yang harus dipatuhi dan serta harus adil dalam menetapkan suatu hukum berdasarkan wahyu Allah. Islam sangat menekakan aspek spritual keagamaan dimana Wahyu Tuhan sebagai pedoman hidup Umat Islam, agar Islam yang kita pahami sekarang tidaklah sama seperti zaman dahulu, karena adanya perubahan zaman dan waktu. Oleh sebab itu, pintu ijtihad tetap selalu terbuka dengan berdasarkan moralitas dan fitrah kemanusiaan sehingga eksistensi Ajaran Islam berkembang dengan baik, maka Islam dapat bertahan hingga kini. Terbentuklah lembaga ke-Islaman seperti Majlis Ulama' Indonesia (MUI) sebagai wahana bagi Umat Islam untuk meminta kejelasan hukum terhadap suatu permasalahan. Pengadilan Agama Islam sebagai wahana untuk menyelesai berbagai macam perkara hukum bagi Umat Islam baik menyangkut masalah perkawinan, perceraian, wakaf dan lain sebagainya. Jadi, nilai-nilai luhur dari dakwah Islam adalah mengajak orang berbuat baik bahkan menjalankan menjalankan syariat Islam secara hikmah dan bijaksana tetapi tidak dengan kekerasan salah satu cara dengan cara hikmah tersebut adalah membangun lembaga-lembaga ke-Islaman dan toleransi terhadap sesama agama yang lainnya sebagimana yan telah diuraikan diatas.

b. Aspek Pranata Ekonomi Islam. Dalam Islam faktor ekonomi merupakan hal sangat penting dalam membangun kesejahteraan Umat Islam. Salah satu buktinya adalah eksistensi Bank Syari`ah dan mu`amalat di Indonesia. Keberadaan sudah teruji dan terbukti ketika ketika Indonesia mengalami krisis ekonomi maka bank ini tetap bertahan, sebab prinsip yang ditanamkan adalah bagi hasil dan tidak ada yang dirugikan malah sebaliknya sama-sama untung. Ide yang dibangun dari bank syariah adalah bebas dari riba. Hal ini, merupakan hasil percerminan konsep syari'ah yang telah dicontohkan dan dibuktikan sendiri oleh Muhammad SAW melalui konsep kerjasama 7

mukhabarah dan muzara`ah, walaupun pada masa itu belum ada bank sebagaimana yang kita pahami sekarang. Dalam perdangangan Islam mengharamkan riba, rentenir dan lain sebaginya. Hal ini tentunya tidak terlepas dari peran wahyu dan pengalaman Rasul itu sendiri tentang ekonomi; Pertama, proses awal sebelum resmi menjadi Rasul dan khalifah, dahulu mental dan pengalaman ekonomi dibina. Beliau menjadi seorang pedagang yang sukses dibantu oleh Maisarah dengan berkerjasama dengan Siti Khatijah. Kedua, Rasulullah SAW menjadikan Ka'bah di Makkah selain tempat beribadah menjadikan disekeliling Masjid Haram tersebut sebagai pusat perdagangan perekonomian Umat Islam pada masa itu, Maka dengan sendirinya daerah dikitarnya menjadi kota sebagai pusat perdagangan dan jasa sehingga masyarakat Islam hidupnya makmur seperti Abubakar Ash Shiddiq, Umar bin Khattab, Siti Khatijah dan para sahabat lainnya. Wajar saja terdapat pernyataan Nabi Muhammad SAW mengecam orang yang miskin itu dekat pada kekafiran. Maksudnya, terkadang kemiskinan dapat menyebabkan orang berbuat nekad mencuri, berdusta, berbuat jahat bahkan murtad.

c. Aspek Pranata Keluarga dalam Islam. Faktor keimanan seseorang sebagai hal yang paling utama dalam membina rumah tangga sebab keimanan dapat mengjaga keharmonisasian rumah tangga, jika rumah tangga tersebut harmonis maka akan membentuk kehidupan sosial suatu masyarakat juga menjadi harmonis. Akan tetapi sebaliknya, keadaan sosial yang terjadi pada masa sekarang pada masyarakat modern dirasakan kurang ikatan kekeluargaan mulai dari lingkungan keluarga sampai masyarakat mulai melemah sebab dominasi sikap individu dan kesibukan kerja untuk mengejar karir dan harta. Inilah yang terjadi pada mayoritas Masyarakat Indonesia sekarang. Padahal sebaliknya, Islam mengajarkan pada kita untuk mempererat ikatan kekerabatan sebagai prioritas utama, mulai dari rumah tangga sampai tetangga. Rasulullah SAW menyatakan bahwa Rumahku adalah Surgaku dan saling menghormati tetangganya artinya adalah kaum muslim wajib menjaga keutuhan rumah tangga dan berbuat baik pada tetangganya. Dalam Ajaran Islam sebelum orang mendirika rumah tangga terlebih dahulu ia harus 8

mentaati syarat, rukun dan berbagai aturan ketika hendak menikah seperti, harus ada wali nikah, calon mempelai, bukti berupa akta nikah dari Kantor Urusan Agama Islam dan ketika hendak nikah calon mempelai harus dilakukan dengan rasa kasih sayang dalam mencapai rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah. Adapun tujuan dari ikatan nikah diatas merupakan kesempurnaan ajaran dalam menjaga keutuhan dan pranata rumah tangga, menjaga keserasian dengan tetangga. Untuk membentuk keluarga yang bahagia berdasarkan syariat Islam, maka pemerintah membentuk lembaga hukum yang mengatur urusan kekeluargaan dalam Islam yang dikenal dengan Ahwalus Syakhsiah ( ) melalui pengadilan agama. Diantaranya memuat tentang: Hukum Perkawinan yang terdapat dalam Undang-Undang 1974 No. 1 tentang Perkawinan dan kemudian disempurnakan dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam). Membahas tentang pernkahan, perceraian, talak, ruju, mutah dan lain sebagainya. Hukum tentang pelaksanaan wakaf dan pembuatan taacara pembuatan akta wakaf diatur dalam KHI (Kompilasi Hukum Islam). Hukum tentang waris Pengaturan tentang zakat, dan lain sebaginya.

d. Pranata Pendidikan dalam Islam. Islam sangat menjunjung tinggi orang yang berilmu pengetahuan yang diikuti keimanan yang mantap, tentu saja untuk memperoleh pengetahuan tersebut perlu belajar. Maka dengan sendirinya belajar itu menjadi wajib hukumnya. Begitu juga dengan kehidupan sekarang bahwa posisi orang yang berilmu dan berbuat baik mempunyai kesempatan medduki posisi yang mulya. Bagi kehidupan masyarakat modern memandang penting masalah pendidikan untuk masa depannya. Asumsi yang muncul adalah semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar peluang ia mendapatkan pekerjaan dan mencapai karir. Islam mengajarakan hal yang sama pada kita. Rasulullah SAW berpesan Tuntutlah ilmu dari buaian sampai tiang lahat atau dalam Teori Ilmu Pendidikan terdapat istilah long live education maksudnya adalah pendidikan sepanjang masa. Oleh sebab itu, adanya 9

dilembaga-lembaga Pendidikan Islam berupa Pondok Pasantren, sekolah Islam, dan yayasan Islam lainnya merupakan wujud pranata sosial umat Islam dalam bidang pendidikan. Semakin maju tingkat pendidikan disuatu daerah, maka sangat mempengaruhi terjadinya perubahan sosial, diantara beberapa sebabnya adalah: Timbulnya kebudayaan dan penemuan baru yang terdiri dari; a) Meningkatnya kualitas para ahli dalam suatu kebudayaan. b) Meningkatnya kreatifitas daya cipta sebagai perangsang kemajuan dalam masyarakat. c) Munculnya kesadaran masyarakat akan kekurangannya dalam kebudayaan.

e. Pranata Politik dalam Islam. Konsep politik yang dibangun dalam Islam tidak sepenuhnya demokrasi dan tidak juga sepenuhnya absolute murni tetapi mengutamakan musyawarah sebagai upaya membangkitkan semangat kebersamaan untuk mencapai kesepakatan, sehingga tidak yang merasa dirugikan dan terabaikan. Bagi masyarakat modern pranata sosial politik ditandai dengan semakin berkembangnya kesadaran berpolitik, partisipasi aktif rakyat dalam mensukseskan pemilu eksekutif dan legislatif sehingga politik mampu menciptakan situasi ketertiban dan keamanan. Akan tetapi, jika terjadi sebaliknya, tercipta situasi yang rusuh dan konflik karena kepentingan politik atau sentimen politik sebagimana yang telah terjadi pada beberapa Wilayah Indonesia, rusuh sebab pemilihan kepala daerah di Maluku, Manado dan lainlain. Maka ini menunjukkan Masyarakat Indonesia belum siap sepenuhnya menghadapi perkembangan politik Indonesia yang salah sebabnya lemahnya sistem keamanan dan kesadaran masyarakat. Sikap emosinal dan tidak siap berbeda pendapat dari para tokoh politik juga menjadi salah satu faktor penyebab kelemahan politik Indonesia sehingga dengan ini dapat kita katakan bahwa Masyarakat Indonesia belum modern dibidang sosial politik. Untuk ini perlu kiranya kita bercermin kepada Rasulullah SAW empat belas abad yang lalu, beliau membangun Masyarakat Muslim di Makkah dan Madinah berdasarkan prinsip musyawarah mufakat dan kebebasan

berpendapat yang bertanggung jawab, maka tipelogi yang dilakukannya dalam memimpim Umat Islam terpusat pada keteladanan sikap pribadi beliau. 10

Kemudian, dari pranata tersebut terbentuk struktur sosial yaitu memperhatikan berbagai aspek kehidupan manusia, mulai tingkat sosial dan dinamika masyarakat diantara keseluruhan jalinan unsur sosial, kaidah sosial, lembaga sosila dan kelompok sosial. Dinamika masyarakat sebagai proses perubahan sosial itu sendiri. Proses sosial sebagai timbal balik antara pelbagai segi kehidupan bersama terutama dalam hal interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan orang perorangan maupun antar kelompok manusia. Selain itu, manusia secara psikologis juga sebagai mahluk

berketuhanan, sadar atau tidak percaya bahwa manusia selalu mencari kebenaran dibsebalik kebenaran yang ia terima dan akhir dari pencarian kebenaran tersebut itulah ia membutuhkan kebenaran yang mutak yaitu kebenaran yang bersumber dari Tuhan. Setiap manusia membentuk kelompok sosial, reaksi tersebut menyebabkan terjadinya berbagai tindakan disebabkan keinginan dan kepentingan menjadi satu kesatuan dengan manusia lain disekelilingnya. Kelompok sosial tersebut terdiri dari dua yaitu kelompok sosial formal dan non formal, formal adalah kelompok sosial yang diikat oleh aturan-aturan yang telah ada sebelumnya yang kemudian menjadi landasan hukum dalam menentukan kebijakan. Sedangkan kelompok sosial non formal adalah kelompok sosial yang tidak terikat oleh aturan-aturan yang telah ada tetapi hanya berbentuk kesepakatan bersama yang kemudian menjadi landasan hukum dalam menentukan kebijakan. Kemudian, terjadinya perubahan sosial disebabkan beberapa fakrot yaitu: terjadi konflik, perpindahan penduduk dan majunya ilmu penetahuan, dari ketiga faktor ini maka majunya ilmu pengetahuan memiliki pengaruh sangat besar perubahan yang positip suatu daerah sebagimana yang diungkapkan Randall Colins dalam sebuah kesimpulan dari tulisannya tentang peran ilmu pengetahuan sebagai sosial kontrol perubahan, bahwa sosial kontrol dalam ilmu pengetahuan merupakan suatu perubahan sistem dimana informasi memberikan manfaat yang sangat besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan sehingga mengajak setiap individu berpikir kreatif sebagaimana tujuan mulya dari nilai-nilai ilmu pengetahuan itu sendiri. Adapun oreantasi dari para ilmuan disini adaah mengaharapkan 11

penemuan dan pemikirannya dapat diterima dan diakui orang lain sebagai kaidah-kaidah ilmu pengetahuan tetapi bukanlah fanatik ilmu pengetahuan yang dapat menyebebkan orang tidak fleksibel dalam berpikir.

Untuk mengatasi premanisme dilakukan melalui pengendalian sosial: formal (oleh pihak yang mempunyai kekuasaan dan wewenang) informal, diselenggarakan berdasarkan norma atau hukum tak tertulis

(misalnya, dengan upaya pendidikan, dharma wacana, pengucilan pelaku dan seterusnya). Cara yang akan diterapkan harus memperhatikan situasi dan kondisi masyarakat yang dihadapi. Sebaiknya terlebih dahulu diterapkan cara yang paling lunak, misalnya nasihat-nasihat. Selanjutnya dengan cara yang lebih ketat, misalnya teguran atau paksaan. Untuk langkah terakhir, jika

diperlukan yaitu dengan cara keras, di mana norma hukum harus diterapkan dan ditegakkan. Langkah ini harus diambil, jika premanisme tidak bisa dihentikan melalui sarana sebelumnya.

D. Faktor-faktor yang Menyebabkan Timbulnya Premanisme


Premanisme berasal dari kata bahasa belanda yaitu Vrijman = Orang Bebas, Merdeka dan Isme = Aliran dalam arti luas nya sebutan pejoratif yang sering di gunakan untuk merujuk kepada kegiatan sekelompok orang yang mendapatkan penghasilannya, terutama dari pemerasan kelompok

masyarakat lain. Adapun beberapa faktor munculnya tindakan anarkis ataupun premanisme di negara ini antara lain, faktor mendasar yaitu penerapan ideologi sekularisme kapitalisme, faktor ekonomi, penegakan hukum yang lemah, dan semua itu akan semakin diperparah oleh sistem hukum indonesia di negeri ini yang tidak bisa memberikan efek jera bagi pelaku tindakan premanisme ataupun kejahatan. Oleh sebab itu, merajalelanya premanisme bukan lagi bersifat Individu melainkan Sistemik. Karena menjadi faktor utama itu sudah wajar jika pemberantasan Premanisme dalam sistem yang seperti itu akan terus menjadi 12

mimpi. Di tengah minimnya lapangan pekerjaan, gaya hidup materialisme, dan hedonisme. Di sisi lai hal tersebut banyak dipertontonkan oleh pegawai negri, pejabat, MPR/DPR, dan politis yang mendapatkan harta banyak dan bergaya hidup mewah. Bahkan mereka yang korupsi, bisa mudah dengan lolos dari jeratan hukum. Kalau pun di hukum, sangat ringan, karena semua itu lah yang mendorong sebagian orang memilih menjadi preman sebagai jalan mudah mendapatkan harta sebanyak-banyaknya. Sebagai umat yang beragama dan berbudi tentu kita sangat prihatin dengan kondisi semacam itu. Kita memang tidak bisa menyalahkan pihak tertentu/siapapun karena proses terjadinya sikap Premanisme melibatkan beberapa pihak. Beberapa Faktor tersebut ialah :

1. Mental Spiritual Kurangnya pengetahuan dan pemahaman terhadap ajaran agama, akan selalu menjadi salah satu penyebab seseorang sangat mudah terpengaruh oleh berbagai keadaan yang di anggapnya menarik bahkan menantang. Namun, kalau tingkat pemahaman agama seseorang itu cukup sangat mungkin ia tidak akan mudah terpengaruh oleh berbagai hal berlawanan, dengan keyakinan terhadap ajaran agama yang di percayainya.

2. Faktor Ekonomi Sulitnya mencari penghidupan akibat tiadanya lapangan kerja sementara tuntutan biaya hidup sedemikian tinggi akhirnya mendorong sebagai orang terjun dalam dunia premanisme. Akibat sistem ekonomi kapitalisme, kekayaan tidak terdistribusi secara merata dan adil. Kekayaan terkonsentrasi kepada segelintir orang. Bahkan kekayaan negeri ini banyak lari demi kesejahteraan asing. Pemerintah pun akhirnya tidak berdaya menciptakan lapangan kerja yang memadai bagi rakyat karena tidak punya biaya. Faktor ini sangat signifikan dalam persoalan Premanisme.

3. Kesempatan Kerja Faktor ini sangat erat hubungannya dengan ekonomi, seharusnya pemerintah lebih cenderung kepada masyarakat kecil dan tidak terus memperhatikan para pemilik perusahaan. Setidaknya akan mengurangi Premanisme 13

4. Persoalan Sosial Faktor ini sangatlah penting dalam penciptaan Premanisme. Masyarakat tentu mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk watak warganya. Pendeknya kondisi sosial masyarakat kita sangat berpengaruh terhadap perilaku Premanisme tersebut

5. Penegakan Hukum yang Lemah Aparat tidak bertindak tegas. Aneh jika pergerakan dan eksistensi kelompok preman yang begitu terasa dan kasat mata tidak diketahui oleh aparat. Ada anggapan, keberadaan preman justru dipelihara oleh (oknum) aparat. Kesan melindungi dan melakukan pembiaran itu terlihat ketika polisi baru bisa bertindak setelah terjadi aksi kekerasan yang meresahkan banyak orang.

Solusinya

dalam

menghilangkan

Premanisme

adalah

Islam

mewajibkan negara untuk menyediakan lapangan kerja bagi seluruh rakyat, Islam mewajibkan penguasa untuk membina ketakwaan masyarakat, dan sistem hukum/sanksi yang memberikan efek jera. Dalam hal ini Islam dengan tegas mengharamkan seseorang meneror, mengintimidasi atau mengancam orang lain. Nabi saw bersabda:


Seorang Muslim tidak halal meneror Muslim yang lain. (HR Ahmad, Abu Dawud dan al-Baihaqi)

E. Fungsi Keluarga Islami unuk Mencegah Premanisme

Lingkungan memiliki peran penting dalam mewujudkan kepribadian anak. Khususnya lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga adalah sebuah basis awal kehidupan bagi setiap manusia. Pengaruh keluarga dalam pendidikan anak sangat besar pada berbagai macam sisi, seperti aqidah, budaya, norma, emosional dan sebagainya. Keluarga menyiapkan sarana 14

pertumbuhan dan pembentukan kepribadian anak sejak dini. Dengan kata lain, kepribadian anak tergantung pada pemikiran dan perlakuan kedua orang tua serta lingkungannya. Selain itu, tidak lepas pula etika dan penyampaian sesuatu dari kedua orang tua tersebut. Unsur-unsur yang ada dalam sebuah keluarga baik budaya, mazhab, ekonomi bahkan jumlah anggota keluarga sangat mempengaruhi perlakuan dan pemikiran anak. Kemudian, perilakuperilaku anak tersebut akan menjadikan penyempurna mata rantai interaksi anggota keluarga dan pada saat yang sama interaksi ini akan membentuk kepribadiannya secara bertahap dan memberikan arah serta menguatkan perilaku anak pada kondisi-kondisi yang sama dalam kehidupannya. Untuk mewujudkan kepribadian pada anak tersebut, konsekuensinya kedua orang tua harus memiliki keyakinan terhadap nilai-nilai kemanusiaan dalam Al-Quran, begitu juga kedua orang tua harus memiliki pengetahuan berkaitan dengan masalah psikologi dan tahapan perubahan dan pertumbuhan manusia. Dengan demikian, kedua orang tua dalam menghadapi anaknya baik dalam berpikir atau menghukum mereka akan bersikap sesuai dengan tolok ukur yang sudah ditentukan dalam Al-Quran. Perkembangan anak itu sendiri pada umumnya meliputi keadaan fisik, emosional sosial dan intelektual. Bila kesemuanya berjalan secara harmonis maka dapat dikatakan bahwa anak tersebut dalam keadaan sehat jiwanya. Dalam perkembangan jiwa terdapat periode-periode kritis yang berarti bahwa bila periode-periode ini tidak dapat dilalui dengan harmonis, maka akan timbul gejala-gejala yang menunjukkan kepribadian yang terganggu seperti keterlambatan, ketegangan, dan kesulitan penyesuaian diri, bahkan menjadi gagal sama sekali dalam tugas sebagai makhluk sosial untuk mengadakan hubungan antar manusia yang memuaskan baik untuk diri sendiri maupun untuk orang di lingkungannya. Keluarga merupakan kesatuan yang terkecil di dalam masyarakat, tetapi menepati kedudukan yang primer dan fundamental. Oleh karena itu, keluarga mempunyai peranan yang besar dan vital dalam mempengaruhi kehidupan seorang anak, terutama pada tahap awal maupun tahap-tahap kritisnya. Keluarga yang gagal memberi cinta kasih dan perhatian akan memupuk kebencian, rasa tidak aman, dan tindak kekerasan kepada anakanaknya. Demikian pula jika keluarga tidak dapat menciptakan suasana 15

pendidikan, maka hal ini akan menyebabkan anak-anak terperosok atau tersesat jalannya. Oleh karena itu, dapat dikatakan keluarga yang gagal membentuk kepribadian anak adalah keluaraga yang penuh konflik, tidak bahagia, tidak solid antara nilai dan praktek, serta tidak kuat terhadap nilainilai yang rusak. Hal tersebut dapat dibuktikan oleh fakta bahwa sekarang ini ternyata banyak anak yang lebih mengedepankan kekerasan dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya, fenomena ini disebut sebagai premanisme. Premanisme berasal dari kata preman, yaitu orang yang berprofesi sebagai penguasa ilegal terhadap wilayah tertentu yang kegiatannya berupa minta upah atau jasa pengamanan secara paksa. Preman selalu bersikap keras dalam menyelesaikan permasalahan, yaitu dengan cara intimidasi, ancaman, dan kekerasan fisik. Jadi, premanisme artinya sikap yang dalam menyelesaikan setiap permasalahan seperti cara preman. Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada premanisme adalah sebagai berikut: 1. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi. 2. Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena anak tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka, sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing. 3. Anak-anak yang sering mengeluh, dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dirinya sendiri tidak sanggup mencari penyelesaiannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada kegoncangan emosi. 4. Anak-anak yang mengalami fobia dan gelisah namun melewati batas yang dimiliki anak-anak normal lainnya. 5. Anak-anak yang suka berbohong. 6. Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah. 7. Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru atau orangtua mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka. 16

8. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian. Dalam upaya mencegah dan menanggulangi timbulnya premanisme tersebut, orangtua hendaknya mengambil dua sikap/cara, yaitu sebagai berikut: 1. Sikap/cara yang bersifat preventif Yaitu perbuatan/tindakan orangtua terhadap anak yang bertujuan untuk menjauhkan si anak daripada perbuatan buruk atau dari lingkungan pergaulan yang buruk. Orangtua dapat melakukan tindakan sebagai berikut: 1) Menanamkan rasa disiplin dari ayah terhadap anak. 2) Memberikan pengawasan dan perlindungan dari ibu terhadap anak. 3) Mencurahkan kasih sayang dari kedua orang tua terhadap anak. 4) Menjaga agar tetap terdapat suatu hubungan yang bersifat intim dalam satu ikatan keluarga. Disamping keempat hal yang disebut diatas, hendaknya dilakukan pula: 1) Pendidikan agama untuk meletakkan dasar moral yang baik dan berguna. 2) Penyaluran bakat anak ke arah pekerjaan yang berguna dan produktif. 3) Rekreasi yang sehat sesuai dengan kebutuhan jiwa anak. 4) Pengawasan atas lingkungan pergaulan anak sebaik-baiknya. 2. Sikap/cara yang bersifat represif Yaitu pihak orang tua hendaknya ikut serta secara aktif dalam kegiatan yang bertujuan untuk menanggulangi masalah premanisme. Pihak orangtua terhadap anak yang tersangkut dalam perkara premanisme hendaknya mengambil sikap sebagai berikut: 1) Mengadakan introspeksi sepenuhnya akan kealpaan yang telah diperbuatnya sehingga menyebabkan anak terjerumus dalam premanisme. 2) Memahami sepenuhnya akan latar belakang daripada masalah premanisme yang menimpa anaknya. 3) Meminta bantuan para ahli (psikolog atau petugas sosial) di dalam mengawasi perkembangan kehidupan anak, apabila dipandang perlu. 4) Membuat catatan perkembangan pribadi anak sehari-hari. Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, diharapkan keluarga, terutama orangtua dapat menjadi sarana untuk membentuk anak menjadi pribadi anggota masyarakat yang baik, sehingga dapat mencegah atau meminimalisir fenomena premanisme yang terjadi sekarang ini. 17

F. Premanisme di Berbagai Bidang


Kini premanisme menjadi lebih komplek. Perkembangannya hampir meliputi berbagai bidang. Dari birokrasi, agama, hukum, hingga dalam dunia maya banyak sekali tindakan-tindakan premanisme.

a. Di bidang birokrasi Kita sering sekali diperas oleh oknum-oknum birokrat yang tidak bertanggung jawab. Dari mulai tingkat desa hingga tingkat pusat selalu ada saja tindakan premanisme. Para pembaca mungkin pernah mengalaminya sendiri, ketika membuat surat keterangan tidak mampu di kantor desa atau ketika membuat kartu kuning (buat ngelamar kerja) di Disnaker selalu saja masyarakat dipaksa untuk menyerahkan sejumlah uang. Padahal itu sudah menjadi kewajiban mereka para birokrat untuk melayani masyarakat, tapi malah sebaliknya.

b. Dalam lingkungan agama Sering kita lihat di televisi tindakan dari organisasi yang mengatasnamakan Islam seperti FPI melakukan tindakan anarkisme yang sangat identik dengan premanisme.

c. Dalam dunia hukum Banyak sekali pemerasan oleh oknum-oknum polisi, jaksa, maupun hakim dalam menghadapi suatu kasus tertentu. Di jalur pantura, banyak sekali para oknum polisi yang memeras para supir truk di jalan-jalan.

d. Di dunia maya Dan yang sekarang marak sekali adalah premanisme dalam dunia maya. Ketika Amrozi Cs akan di eksekusi banyak sekali ancaman-ancaman bom dalam dunia maya bersebaran. Bukankan itu termasuk tidakan premanisme? Ya, benar sekali. 18

BAB III

PENUTUP
Simpulan

Daftar Pustaka
Buku
Rosen, Frederick. Classical Utilitarianism from Hume to Mill. Routledge, 2003. Mangunhardjana, A. Isme-isme dalam Etika dari A sampai Z. Jogjakarta: Kanisius, 1997. Syukur, M. Amin. Teologi Islam Terapan: Upaya Antisipatif terhadap Hedonisme Kehidupan Modern. Tiga Serangkai, 2003. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka, 2008. Magnis, Suseno Frenz. Etika Dasar: Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta: Kanisius, 1987. Lorens, Bagus. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia, 2000. Avey, Albert E. Handbook in The History of Philosophy. New York: Meridian Books, 1954 Ramli, Omar. Islam dan Falsafah Barat dalam Pemikir. Kuala Lumpur: Harian Sdn, 1999. Zulkifli, Haji Ismail. Ancaman Bahaya Sekularisme. Selangor: Angkatan Edaran Ent. Sdn. Bhd, 2002.

Internet
http://www.banjar-jabar.go.id/redesign/cetak.php?id=1087 19

http://hizbut-tahrir.or.id/2009/02/22/surabaya-kecam-hedonisme-remaja-ratusanmuslimah-hti-turun-ke-jalan/ http://lbipikaltim.org/index.php?option=com_content&view=article&id=55:edisi-10tahun-ke-21430h&catid=34:buletin&Itemid=53 http://www.hayatulislam.net/8216-jalan-kematian-8217-peradaban-barat.html

20

You might also like