You are on page 1of 6

Petak umpet Petak umpet menurut Wikipedia Indonesia adalah sejenis permainan mencari teman yang bersembunyi, bisa

dimainkan oleh minimal 2 orang, namun jika semakin banyak akan semakin seru. Dimulai dengan hompimpah untuk menentukan siapa yang menjadi "kucing" (berperan sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi) . Si kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung sampai 25, biasanya dia menghadap tembok, pohon atau apasaja supaya dia tidak melihat teman-temannya bergerak untuk bersembunyi. Setelah hitungan sepuluh, mulailah ia beraksi mencari teman-temannya tersebut. Jika ia menemukan temannya, ia akan menyebut nama temannya yang dia temukan tersebut. Yang seru adalah, ketika ia mencari ia biasanya harus meninggalkan tempatnya (base?). Tempat tersebut jika disentuh oleh teman lainnya yang bersembunyi maka batallah semua teman-teman yang ditemukan, artinya ia harus mengulang lagi, di mana-teman-teman yang sudah ketemu dibebaskan dan akan bersembunyi lagi. Lalu si kucing akan menghitung dan mencari lagi. Permainan selesai setelah semua teman ditemukan. Dan yang pertama ditemukanlah yang menjadi kucing berikutnya. Ada satu istilah lagi dalam permainan ini, yaitu 'kebakaran' yang dimaksud di sini adalah bila teman kucing yang bersembunyi ketahuan oleh si kucing disebabkan diberitahu oleh teman kucing yang telah ditemukan lebih dulu dari persembunyiannya. Ada banyak versi permainan petak umpet, mulai dari menggunakan pilar yang menjadi tempat / base, ada juga yang menggunakan pecahan genting yang ditumpuk dan ditaruh di tengah dan harus dijaga. Jika menggunakan pecahan genting yang ditumpuk si kucing akan berusaha untuk menjaga agar genting-genting itu selalu menumpuk. Teman kucing yang akan menjatuhkannya dengan bola kasti. Dan aturan lainnya sama dengan permainan petak umpet yang kita kenal.

Egrang Tubuhnya yang kekar itu memang menjadi modal untuk aksi laganya dalam sinetron atau film layar lebar. Akan tetapi untuk bermain egrang, yang menjadi mainan favoritnya pada masa kecil, nanti dulu. Dia terjatuh ketika mencoba melangkah dengan egrang yang sebenarnya tidak begitu tinggi. "Badanku berat banget. Waktu mau mengangkat kaki, ya ampun, ini sih keberatan badan. Akhirnya jatuh deh," kata Dede Yusuf (37), ketika ditantang main egrang di Museum Nasional, Jakarta, Minggu (5/10). "Waktu kecil, egrang itu mainan favorit gue. Bahkan egrang yang tinggi banget itu, yang harus pakai tangga buat naiknya pun, gue bisa. Eh sekarang, egrang pendek saja tidak bisa," ujar Dede sambil geleng-geleng kepala. Selain egrang, Dede juga gemar bermain permainan anak tradisional, seperti loncat tali dan galasin. "Wah, kalau loncat tali, gue juga jago tuh," kata Dede yang mengaku sampai SMA masih suka main galasin bersama teman-teman di sekitar rumahnya. Dede bersyukur karena dirinya sempat menikmati masa-masa indah memainkan permainan tradisional itu. Anak-anak sekarang, sama sekali tidak mengenal permainan seperti itu. Mereka lebih pandai bermain sepak bola pada play station daripada di lapangan bola. "Sebenarnya, banyak permainan tradisional yang bisa dikenalkan kepada anak sekarang. Caranya, dengan membuatnya menjadi modern. Contohnya Beyblade, asalnya dari gasing biasa, idenya diambil dari gasing Thailand. Hanya saja, lalu dibuat lebih modern dengan besi dan plastik," kata aktor laga kelahiran Jakarta, 14 September 1966 ini. (ARN)

Galah Asin Galah Asin atau di daerah lain disebut Galasin atau Gobak Sodor menurut Wikipedia Indonesia adalah sejenis permainan daerah yang berasal dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3 - 5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garisgaris yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segiempat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertical (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan. Pada era tahun 1980an, hampir di setiap sudut perkampungan- perkampungan di Jakarta masih terdapat banyak lapangan bulu tangkis. Demam piala Thomas dan Uber menjadi salah satu hal yang membuat lapangan ini bermunculan. Ketika lapangan tersebut tidak digunakan, fungsinya berubah menjadi arena bermain anak-anak, Galasin menjadi salah satu permainan yang sering dimainkan di lapangan ini.

Lompat Tali Permainan lompat tali secara fisik akan menjadikan anak lebih kuat dan tangkas. Belum lagi manfaat emosional, intelektual, dan sosialnya yang akan berkembang dalam diri anak tersebut. Lompat tali atau "main karet" pernah populer di kalangan anak angkatan 70-an hingga 80-an. Permainan lompat tali ini menjadi favorit saat "keluar main" di sekolah dan setelah mandi sore di rumah. Sekarang, "main karet" mulai dilirik kembali antara lain karena ada sekolah dasar menugaskan murid-muridnya membuat roncean tali dari karet gelang untuk dijadikan sarana bermain dan berolahraga. Cara bermainnya masih tetap sama, bisa dilakukan perorangan ataupun berkelompok. Jika hanya bermain seorang diri biasanya anak akan mengikatkan tali pada tiang, batang pohon atau pada apa pun yang memungkinkan, lalu melompatinya. Permainan secara soliter bisa juga dengan cara skipping, yaitu memegang kedua ujung tali kemudian mengayunkannya melewati kepala dan kaki sambil melompatinya. Jika bermain secara berkelompok biasanya melibatkan minimal 3 anak. Diawali dengan gambreng atau hompipah untuk menentukan dua anak yang kalah sebagai pemegang kedua ujung tali. Dua anak yang kalah akan memegang ujung tali; satu di bagian kiri, satu anak lagi di bagian kanan untuk meregangkan atau mengayunkan tali. Lalu anak lainnya akan melompati tali tersebut. Aturan permainannya simpel; bagi anak yang sedang mendapat giliran melompat, lalu gagal melompati tali, maka anak tersebut akan berganti dari posisi pelompat menjadi pemegang tali. Alat yang dibutuhkan cukup sederhana. Bisa berupa tali yang terbuat dari untaian karet gelang atau tali yang banyak dijual di pasaran yang dikenal dengan tali skipping. Sebenarnya, menurut DR. Anggani Sudono, MA, lompat tali sudah biasa dimainkan semenjak anak usia TK. Jadi sekitar 4-5 tahun karena motorik kasar mereka telah siap. Apalagi bermain lompat tali dapat menutupi keingintahuan mereka akan bagaimana rasanya melompat. Tapi umumnya permainan ini memang baru popular di usia sekolah atau sekitar usia 6 tahunan. Entah kenapa. Grafik kegemaran mereka akan lompat tali ini akan menurun seiring bertambahnya usia. "Biasanya anak kelas 5-6 sudah malu untuk main lompat tali karena orang dewasa di sekitarnya sering mencemooh, 'Kok sudah besar masih main lompat tali!' Padahal justru dengan semakin sering anak-anak bermain lompat tali mereka akan semakin sigap dan terampil," ujar Anggani. Terlepas dari itu, menurut dosen Universitas Negeri Jakarta ini, jenis permainan lompat tali dapat dibagi menjadi dua; lompat tali yang bersifat santai dan yang berbau sport. Lompat tali yang santai kebanyakan dimainkan anak perempuan. Sedangkan yang untuk olahraga, seperti skipping umumnya digemari anak laki-

laki. Meski demikian, menurut Anggani, segala permainan lompat tali sebetulnya bisa dimainkan anak laki-laki maupun perempuan tanpa memandang jender. Satu hal yang disarankan anggota Badan Pengembangan Akademik Perguruan Islam Al Izhar Pondok Labu Jakarta ini, yaitu menyuburkan kembali kegiatan lompat tali terutama di sekolah-sekolah. Bukan apa-apa, selain menyenangkan, permainan ini tak banyak memakan waktu, murah, dan menyehatkan. Jadi cocok untuk mengisi waktu senggang para murid ketimbang mereka main lari-larian tanpa tujuan. Salah satu cara yang diimbau Anggani dengan memberi kesempatan anak untuk main lompat tali di waktu istirahat. Atau saat ada pertemuan siswa, lakukan perlombaan lompat tali sehingga para murid makin bergairah memainkannya. Anggani menjabarkan beberapa perkembangan anak yang dapat distimulasi dengan permainan lompat tali ini:

Keladi Alat permainannya cukup sederhana hanya dua buah batang kayu berukuran 30 sm dan 15 cm juga sebuah batu sebagai penyangga. Dapat dimainkan oleh dua orang maupun lebih. Semakin banyak semakin menyenangkan. Seperti permainan lainnya permainan ini cukup sederhana dan mudah dilakukan, permainan diawali dengan mencari siapa yang akan bermain terlebih dahulu. Bisa dengan hompimpah atau suit. Setelah ditemukan siapa yang bermain terlebih dahulu, pertama-tama batang kayu yang berukuran 15 cm ditaruh miring pada sebuah batu. Untuk pemain yang bermain terlebih dahulu, dia harus melempar keatas kayu yang ditaruh miring dan memukulnya kedepan dan jaraknya harus melebihi tiga kali ukuran kayu yang panjang. Jika dia tak berhasil memukul atau jarak pukulannya tidak jauh pemain digantikan dengan pemain lainnya. Apabila berhasil memukul dengan jarak lebih dari tiga kali panjang batang kayu yang panjang, pemain kemudian harus memukul batang kayu kecil itu seperti bermain golf. Batang kayu berada diantara kedua kaki dan kemudian dipukul kebelakang menjauh hingga si pemain tak berhasil memukul batang kayu tersebut. Jika sudah tak berhasil memukul maka si pemain kemudian di gendong oleh pemain yang sejak tadi tak ikutan memukul. Di gendong ke arah batu tempat permainan dimulai.

You might also like