You are on page 1of 8

Pendahuluan

Berpikir kritis umumnya berbeda dengan berpikir biasa atau berpikir secara rutin. Berpikir kritis merupakan proses pemikiran secara intelektual dimana pemikir dengan sengaja menilai kualitas pemikiran yang reflektif, independen dan rasional. Berpikir kritis mencakup ketrampilan menafsirkan dan menilai pengamatan, informasi, dan argumentasi. Hal ini meliputi pemikiran dan alasan-alasan yang logis, mencakup penentuan tentang makna dan kepentingan dari apa yang dilihat atau dinyatakan, penilaian argumen, pertimbangan apakah kesimpulan ditarik berdasarkan bukti-bukti pendukung yang memadai. Berpikir kritis tidak sama dengan berdebat, atau mengkritik orang lain. Berpikir kritis merupakan ketrampilan berpikir universal yang dimana berguna untuk semua profesi dan jenis pekerjaan.1 Demikian juga berpikir kritis berguna dalam melakukan segala jenis kegiatan, dan mengekspresikan ide-ide untuk mendapatkan hasil yang terbaik. Didalam bidang kedokteran dimana kita harus menggunakan pengetahuan kita untuk menyelesaikan suatu masalah. Kita harus bepikir secara luas, secara rasional, obyektif, dan berpikir tidak secara sepihak saja karena hal itulah kita harus berpikir secara kritis. Jadi kita dapat lebih mengetahui dan memahami apa itu berpikir kritis,argumen, premis, menganalisi kesimpulan agar kita mengetahui dan dapat membuat keputusan apakah argumen itu valid atau tidak, apa itu kalimat ambigu dan pemecahan masalah. Dari makalah ini diharapkan agar dapat lebih mempelajari lagi bagaimana cara berpikir kritis secara logis dan analitis. Pada makalah ini juga akan dibahas tentang isi dari berpikir kritis itu sendiri yang didalamnya terdapat berbagai macam penjelasan serta penguraiannya.

Berpikir Kritis
Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas, yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis pernyataan, dan melakukan penelitian ilmiah. Berpikir kritis merupakan kemampuan untuk mengevaluasi secara sistematis bobot pendapat pribadi dan pendapat orang lain. Seringkali ketika kita menggunakan kata-kata kritis, yang kita maksud adalah negative dan menemukan kesalahan. Sayangnya didalam masyarakat sekarang, orang berpikir bahwa berpikir kritis hanya ada di mata kuliah filsafat dan retorika di perguruan tinggi dan bukan sebuah kebiasaan berpikir yang seharusnya ditanamkan sejak usia dini. Namun pemikiran kritis bukanlah sesuatu yang sulit dan esoteris yang hanya bisa dilakukan oleh mereka yang memiliki IQ berkategori genius. Sebaliknya, berpikir kritis merupakan sesuatu yang dapat dilakukan oleh semua orang.4 Berpikir kritits juga berarti melibatkan penilaian yang terampil dan observasi. Dalam pengertian ini berpikir kritis berarti berpikir jernih dan cerdas. Lebih tepatnya berpikir kritis adalah istilah umum yang diberikan kepada berbagai keterampilan kognitif dan disposisi intelektual yang dibutuhkan untuk secara efektif dalam mengidentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi argumen dan klaim kebenaran, untuk menemukan dan mengatasi prasangka buruk dalam setiap pribadi, untuk merumuskan, dan menyajikan alasan yang meyakinkan untuk mendukung kesimpulan, dan membuat keputusan yang cerdas dan wajar tentang apa yang harus dilakukan. Berpikir kritis adalah cara berpikir yang disiplin yang diatur oleh standar intelektual berpikir kritis yang jelas. Jadi dengan adanya berpikir kritis kita dapat melihat apakah sebuah premis benar atau salah, agar kita dapat sampai pada kesimpulan yang benar.

Standar-standar intelektual berpikir kritis :

Klarifitas/Kejelasan Sebelum kita mengevaluasi argumen dari orang lain, kita harus mengerti dengan jelas apa yang ia ucapkan. Agar kita mendapat kejelasan dari suatu pengertian, ungkapan, konsep, gagasan sehingga kita dapat menilai atau memahami segala sesuatu secara objektif. Hubungan antara dokter dengan pasien sangat penting adanya klarifitas, misalnya saat dokter akan melakukan tindakan medis kepada pasien, tetapi dokter tidak mempunyai informasi yang memiliki klarifitas tentang pasien. Hal ini juga mungkin adanya faktor

dari pasien, seperti pasien tidak bisa menjelaskan tentang apa yang mereka alami atau tidak terbukanya pasien dalam menyampaikan keluhannya

Presisi Salah satu sikap yang penting diambil oleh seorang dokter dalam berbagai hal terutama berkenaan dengan teknologi tinggi, seperti saat melakukan bedah. Tetapi sebelum melakukan hal ini kita harus mendapatkan kejelasan informasi sehingga proses penarikan kesimpulan atas tindakan yang akan kita lakukan menjadi solusi yang baik. Orang yang berpikir kritis juga menyadari tentang berpikir teliti dalam kegiatan yang sehari hari mereka lakukan. Mereka menyadari bahwa untuk melewati sebuah kekacauan dan ketidakpastian yang ada dalam setiap masalah sangat sering membutuhkan jawaban atau solusi yang seksama.

Akurasi Ketepatan berpikir akan berdampak dengan hasil keputusan yang ada. Maka dari itu akurasi dalam mengambil suatu tindakan harus diikuti dengan perencanaan yang baik.

Relevansi Lebih menekankan ke masalah informasi. Informasi yang bersifat relevan akan lebih memperjelas masalah dan membantu dalam pemecahannya. Sebagai seorang dokter sebuah kejelasan informasi sangatlah penting dalam memutuskan suatu tindakan medis, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang ada. Kualitas informasi yang berkaitan itulah yang disebut relevansi.

Konsistensi Sangatlah berperan dalam berpikir kritis, karena dalam berpikir kritis diajarkan mementingkan kebenaran dan memperbaiki kesalahan. Konsistensi adalah kata yang penting dalam membangun integritas moral pribadi.

Kebenaran logis Berpikir secara logis adalah penalaran yang didasarkan realitas yang ada atau kebenaran yang ada dan menyimpulkan dengan tepat dari keyakinan yang kita miliki. Kebenaran logis didukung adanya objek formal yaitu manusia, objek material dan konsep dasar yaitu suatu kebenaran logis yang kita percaya pasti memiliki alasan yang mendukung kebenaran itu sendiri, seperti argumen.

Kelengkapan Dibutuhkan dalam menyimpulkan dan menilai dari suatu informasi yang diberikan. Dalam profesi dokter, seorang dokter harus memiliki ketersediaan informasi yang jelas, sehingga dalam melakukan diagnosa penyakit atau melakukan tindakan medis pada pasien tidak terjadi kesalahan. Kita tidak bisa melakukan hukum penalaran dengan baik jika kelengkapan informasi tidak tertata dengan baik.

Fairness Seorang yang berpikir kritis pasti memiliki pikiran yang adil dan terbuka dalam menilai suatu masalah yang dihadapinya, walaupun banyak tantangan yang menghambat seperti egosentrisme yang sering melanda orang yang berpikir kritis.

Sebuah Proses Berpikir Kritis Secara Sistematis Sebagian besar pakar berpikir kritis setuju bahwa meneliti proses berpikir harus dilakukan dengan sistematis. Kita membutuhkan pendekatan sistematis dan terorganisasi untuk berpikir kritis karena pada dasarnya berpikir sulit untuk dipahami. Kita semua tahu persis apa yang dimaksud dengan berpikir, dan kita tentu bermaksud melakukannya dengan baik, tapi sering kali apa yang kita pikirkan tentang berpikir ternyata keliru. Dan itu terjadi dengan sangat mudahnya. Misalnya mencampur adukkan keyakinan dengan pengetahuan. Di satu sisi kita melihat apa yang kita percaya sedangkan disisi lain kepercayaan itu menjerat kita maka dari itu pemikir kritis harus bertanya, memeriksa dengan teliti asumsi-asumsi dan memandang segala sesuatu dari sudut pandang yang berbeda.4

Argumen
Ketika kita mendengar kata-kata argumen pertama yang terlintas dipikiran kita adalah biasanya sebuah pertengkaran, perselisihan, ataupun perdebatan. Argumen adalah dimana sebuah alasan yang tepat digunakan untuk memperkuat suatu pendapat, gagasan, pendirian. Pada berpikir kritis argumen adalah sebuah klaim yang diajukan dan membela dengan alasan yang tepat. Argumen terdiri dari satu atau lebih premis dan kesimpulan.2.

Argumen terdapat banyak macamnya, seperti : Argumen Deduktif, Jika premis-premis dianggap benar jadi kesimpulannya juga harus benar. Argumen jenis ini juga dapat disebut valid karena argumen yang valid membuktikan kesimpulannya. Argumen Induktif, Argumen ini hanyalah mendukung suatu kesimpulan bukan membuktikan atau menentukan kebenarannya. Apabila premis-premisnya benar dan kesimpulannya kemungkinan juga benar dan mungkin juga salah.5 Argumen Kuasa, sebuah argumen yang menegaskan bahwa sebuah klaim yang bersifat benar, dan kemudian mendukung klaim itu dengan mengutip kata kata orang lain yang dianggap berkuasa atau kesaksian orang yang mengatakan bahwa klaim tersebut benar. Argumen Kausal, sebuah argumen yang menegaskan atau menyangkal bahwa sesuatu sebab telah disebabkan, atau akan menyebabkan yang lainnya. Argumen Statistik, argumen yang berdasarkan pada data statistik, seperti persentase suatu kelompok yang dimiliki karakterisrik partikular. Argumen Analogi, argumen yang berdasarkan perbandingan antara hal hal yang didasarkan pada kesamaan kesamaan dua hal atau lebih

Didalam argumen terdapat tiga unsur yaitu : a) Proposisi Sebuah pernyataan yang berbentuk kalimat yang dapat dinilai benar dan salahnya. Isiisinya adalah faktual yang diekpresikan melalui pernyataan deklaratif pada kesempatan tertentu. b) Premis Premis adalah sebuah pernyataan yang di kemukakan atau diutarakan untuk mendukung suatu kesimpulan atau menunjukkan bahwa kesimpulan pengargumen benar dan juga untuk mendukung pernyataan lain.

Didalam skenario tersebut terdapat beberapa premis-premis tentang bukti-bukti yang dibuat oleh Indofood.

Premis 1 : Indomie telah memenuhi peraturan standar oleh Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan di Taiwan. Premis 2 : Supermarket Indonesia di Taiwan menyatakan bahwa Indomie aman untuk dikomsumsi. Premis 3 : Indomie memenuhi panduan dan peraturan secara global oleh Codex Alimentarius Comission (badan internasional yang mengatur standar makanan), WHO, dan Hong Kong

Undang-undang keamanan global

Indomie telah lulus standar pemeriksaan makanan yang telah dikeluarkan oleh WHO ( World Health Organization). WHO adalah sebuah organisasi yang paling terkenal dan beranggotakan negara-negara yang ada di seluruh dunia. Salah satu peranan WHO adalah menetapkan standar global untuk kesehatan di seluruh dunia. Jadi jika produk Indomie telah lulus standar pemeriksaan makanan dari WHO berarti produk ini pastinya tidak mempunyai kandungan yang berbahaya dan aman untuk dikonsumsi di Taiwan.3 Jadi, premis 1 dan 3 benar karena indomie telah memenuhi standar kesehatan keamanan makanan.

c) Kesimpulan Kesimpulan adalah pernyataan didapatkan dari premis dan diklaim untuk membuktikan atau mendukung kesimpulan itu sendiri. Kesimpulan dari skenario kasus tersebut adalah bahwa Indomie memenuhi standard peraturan secara global sehingga aman untuk dikonsumsi.

Ambigu

Kalimat yang bermakna ganda atau mempunyai dua arti atau dengan kata lain kalimat tersebut rancu dan maknanya menggantung, dan mungkin membingungkan pembaca dan audiens karena ketidakjelasan kalimat tersebut. Hal ini disebut ambiguitas argumen dan dibagi lagi menjadi dua macam yaitu :

i.

Ambiguitas Leksikal Suatu pernyataan yang memiliki arti atau makna yang terkandung dalam sebuah kata atau frase dan memiliki lebih dari satu arti atau makna.

ii.

Ambiguitas Sintaksis Sebuah penafsiran kalimat tata urutan kalimat yang terbentuk yang lebih dari satu cara.

Kesimpulan
Adanya pemahaman lebih terhadap makna pokok bahasan tentang berpikir kritis yang dipelajari beserta isi-isinya sebagai kompetensi seorang dokter.

Daftar Pustaka
1. Bhisma M. Pembelajaran kemampuan berpikir kritis. 26 Agustus 2008. Diunduh dari http://www.fk.undip.ac.id/Pengembangan-Pendidikan/pembelajaran-kemampuanberpikir-kritis.html, 13 november 2010. 2. Bassham G. Introduction to critical thinking. In: Critical thinking, a students introduction. MaGraw-Hill;2004. p 608- 12. 3. Mundiri DS. Proposisi. In: Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2005. p 53-70. 4. Johnson BE. Contextual teaching and learning. Dalam: Setiawan I, penerjemah, Sitompul I, penyunting. Menjadikan kegiatan belajar mengajar mengasyikan dan bermakna. Bandung: Mizan Learning Center(MLC); 2007.h. 187-90. 5. Hardjodisastro D. Logika deduktif an logika induktif. In : Menuju seni ilmu kedokteran, bagaimana dokter berpikir dan bekerja. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama; 2006. p 125-8.

You might also like