You are on page 1of 5

SPEKTROSKOPI*

Judhistira Aria Utama, M.Si.


Jurusan Pendidikan Fisika, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam
Universitas Pendidikan Indonesia (UPI)
Jl. Dr. Setiabudhi No.229, Bandung, 40154

I. Teori Dasar Spektroskopi


Spektroskopi adalah studi tentang analisis cahaya sebagai fungsi dari
panjang gelombang. Sementara spektrum adalah warna-warna yang
timbul ketika sebuah cahaya polikromatik dilalukan pada sebuah media
pendispersi, misalnya prisma atau kisi difraksi.
Spektrum yang dihasilkan ketika sebuah cahaya putih (polikromatik)
diuraikan ke dalam komponen warnanya sangat bergantung kepada jenis
sumber cahaya; maksudnya adalah apakah sumber cahaya tersebut benda
padat ataukah gas, bila gas apakah gasnya tebal ataukah tipis dan panas
ataukah dingin? Berkenaan dengan hal di atas, terdapat dua macam tipe
dasar spektrum, yaitu spektrum kontinu (meliputi energi pada seluruh
panjang gelombang) dan spektrum diskret (meliputi energi hanya pada
panjang gelombang tertentu). Para astronom biasa mengelompokkan
spektrum diskret sebagai garis-garis emisi atau pancaran dan garis-garis
absorpsi atau serapan.

I.1 Spektrum kontinu


Spektrum kontinu atau spektrum termal dihasilkan oleh sebarang
benda padat, cair, ataupun gas (mampat; kerapatan tinggi) yang berada
pada tenperatur di atas nol mutlak (0 K = -2730 C). Spektrum jenis ini
adalah yang paling sederhana karena “bentuknya” hanya bergantung
pada temperatur benda sumber. Contoh spektrum kontinu adalah pelangi.
Spektrum kontinu sering disebut juga spektrum benda hitam (black
body). Sebuah benda hitam adalah objek yang menyerap seluruh cahaya
yang datang padanya sehingga benda ini terlihat hitam. Ketika sebuah
benda hitam dipanaskan, benda akan mengemisikan cahaya secara
efisien. Meskipun tidak ada objek yang berkelakuan sebagai benda hitam
sempurna, bintang-bintang dan planet memiliki karakteristik yang cukup
dekat dengan benda hitam, hal mana terlihat dari spektrum yang
dihasilkan yang sangat mirip dengan spektrum benda hitam sempurna.
Spektrum benda dengan temperatur yang berbeda ditunjukkan dalam
gambar di bawah ini. Dari gambar dapat dilihat bahwa untuk benda
dengan temperatur yang lebih tinggi, luas daerah di bawah kurva pun
bernilai lebih besar yang berarti bahwa terdapat lebih banyak energi yang
dipancarkan pada seluruh panjang gelombang. Terlihat pula bahwa untuk
temperatur yang lebih tinggi, puncak spektrum bergeser ke arah panjang
gelombang yang lebih pendek mengikuti Hukum Wien yang ekspresi
matematikanya dituliskan berikut ini.

……….(1.1)

_____________
*Disampaikan dalam rangka pelatihan olimpiade astronomi Provinsi DKI Jakarta, 4 Juni 2009
di Planetarium
Jakarta

Sumber: Nick Strobel’s


AstronomyNotes

Beberapa fitur khas yang dimiliki spektrum kontinu adalah:


1. Dihasilkan pada semua panjang gelombang oleh objek (padat, cair,
maupun gas mampat) yang memiliki temperatur di atas nol mutlak.
2. Bentuk spektrumnya hanya bergantung pada temperatur benda
sumber, bukan pada komposisi kimiawinya.
3. Benda dengan temperatur yang lebih tinggi (panas) akan menghasilkan
cahaya yang lebih banyak pada seluruh panjang gelombang daripada
benda yang lebih dingin.
4. Untuk temperatur yang lebih tinggi, puncak spektrum bergeser ke arah
panjang gelombang yang lebih pendek atau ke arah frekuensi tinggi.
5. Perubahan kecil dalam temperatur akan menghasilkan perubahan besar
dalam jumlah energi yang dipancarkan tiap satuan luas permukaan
benda sumber.

Fitur khas yang ke-5 di atas dikenal sebagai Hukum Stefan-Boltzmann


dan memiliki ekspresi matematis sebagai berikut:

……….(1.2)

Dalam persamaan (1.2), F menyatakan fluks energi benda hitam


sedangkan σ adalah konstanta alamiah universal lainnya yang disebut
konstanta Stefan-Boltzmann dan bernilai 5,67×10-8 J/(m2 K4 s). Jika dihitung
energi yang dipancarkan oleh seluruh permukaan benda sumber ke segala
arah per detiknya, akan diperoleh luminositas, yang memenuhi hubungan
berikut ini:

……….(1.3)
I.2 Spektrum diskret
Bila kita amati spektrum bintang ataupun planet dengan seksama,
akan kita dapati spektrum kontinu diselang-seling dengan garis-garis gelap
pada panjang gelombang tertentu, yang disebut sebagai garis-garis
absorpsi. Di bintang, garis-garis gelap tersebut dibentuk oleh gas dingin
renggang (yang terdapat di lapisan atas. Gas dingin renggang (kerapatan
rendah) menyerap energi pada panjang gelombang tertentu dari cahaya
yang dihasilkan gas panas mampat di bawahnya. Sementara itu, di planet
garis-garis absorpsi terbentuk karena pantulan sinar Matahari diserap pada
panjang gelombang tertentu oleh molekul-molekul gas yang ada di
atmosfer planet. Berbeda dengan spektrum absorpsi, spektrum emisi
dihasilkan oleh gas panas yang renggang. Contoh dari kedua spektrum
diskret ini ditunjukkan dalam gambar di bawah yang dihasilkan oleh gas
hidrogen. Perhatikan, karena gasnya sama yaitu hidrogen, garis-garis
absorpsi maupun emisi terletak di panjang gelombang yang sama.

Sumber: Nick Strobel’s


AstronomyNotes

Skema pembentukan kedua jenis spektrum diskret di atas dijelaskan


melalui gambar berikut ini. Terlihat bahwa spektrum dengan garis absorpsi
terbentuk manakala temperatur gas renggang lebih rendah daripada
temperatur sumber cahaya di latar belakang (gambar bawah-pertama).
Berbeda dengan hal ini, spektrum dengan garis emisi terbentuk ketika gas
renggang berpijar (gambar bawah-ke dua). Pada kasus ini tidak diperlukan
adanya sumber cahaya di latar belakang.

Sumber: Nick Strobel’s


AstronomyNotes
Pada spektrum diskret, pola garis yang terbentuk bergantung pada
komposisi kimiawi gas renggang. Masing-masing unsur kimia atau molekul
memiliki pola garis yang khas, sehingga pola tersebut tak ubahnya
sebagai “sidik jari” yang akan membantu astronom mengidentifikasi
kandungan gas yang terdapat di benda sumber.

II. Kelas Spektrum


Garis-garis pada spektrum diskret benda langit dapat diidentifikasi
atom atau molekul yang membentuknya dengan cara membandingkan
spektrum tersebut terhadap spektrum yang diperoleh di laboratorium.
Pada awalnya, kelas spektrum bintang-bintang diurutkan menurut
kekuatan garis absorpsi atom hidrogennya. Semakin gelap/hitam, semakin
kuat garis tersebut. Urutan tersebut adalah sebagai berikut:

Kelas Catatan
Bintang
A, B Garis hidrogen kuat
F, G Garis logam kuat
K, M Garis-garis dihasilkan oleh
molekul
Garis helium terlihat. Garis
O
hidrogen lemah

Harap dicatat, astronom menggunakan istilah “logam” untuk unsur-unsur


yang lebih berat daripada helium. Secara fisis, arti penting kelas spektrum
datang dari plot antara “kelas spektrum” terhadap “warna”.
Pada awalnya, perbedaan pola spektrum bintang-bintang diduga
karena perbedaan komposisi kimiawi atmosfer bintang. Baru pada dekade
1920-an disadari bahwa penyebab utamanya adalah perbedaan
temperatur permukaan bintang. Logika yang mendasari pemikiran ini
sederhana saja. Bila unsur yang paling banyak terkandung di dalam
kebanyakan bintang adalah hidrogen, mengapa ada bintang yang garis
hidrogennya lemah dan kuat?
Pada bintang-bintang panas, hampir semua hidrogennya terionisasi.
Garis-garis hidrogen berasal dari atom hidrogen netral. Karena hanya
sedikit saja atom hidrogen netral di dalam bintang-bintang panas, garis
hidrogen yang teramati sangat lemah. Demikian pula pada bintang-bintang
dingin. Pada bintang-bintang bertemperatur rendah sebagian besar atom
hidrogennya berada di tingkat energi dasar. Energi yang diserap elektron-
elektron hanya mengeksitasikan elektron tersebut dari tingkat dasar. Garis
absorpsi yang terjadi berada di deret Lymann di daerah ultra violet yang
tidak kasat mata. Dapat disimpulkan, pada bintang-bintang yang teramat
panas ataupun dingin garis hidrogennya lemah. Pada bintang-bintang
dengan temperatur berkisar antara 7500 K – 25.000 K, jumlah elektron
atom hidrogen yang tereksitasi ke tingkat energi dua relatif banyak.
Penyerapan foton yang menimbulkan garis-garis absorpsi ini terjadi di
deret Balmer yang dapat diamati secara optik (kasat mata). Itulah
mengapa pada bintang-bintang kelas A dan B garis-garis hidrogennya
tampak paling jelas (kuat).
Berdasarkan penjelasan di atas, urutan kelas spektrum bintang
menurut temperatur permukaan menjadi (kiri paling panas, kanan paling
dingin): O, B, A, F, G, K, M.

III. Untuk Apa Mempelajari Spektrum?


Kelas spektrum bintang menginformasikan kepada kita perihal
temperatur permukaan. Demikian pula halnya dengan warna bintang
(fotometri) yang relatif lebih mudah pengukurannya dibandingkan
spektroskopi. Jadi, mengapa masih perlu mempelajari spektrum?
Setidaknya ada dua alasan untuk menjawab pertanyaan di atas. Alasan
pertama kita mempelajari spektrum adalah untuk mengetahui pengaruh
debu antarbintang terhadap pemerahan (reddening). Gas-gas di ruang
antarbintang mengandung bulir-bulir debu halus yang menyerap sebagian
energi dari cahaya bintang-bintang di latar belakang (terutama warna
biru). Akibat penyerapan tersebut, warna bintang yang teramati menjadi
lebih merah daripada yang seharusnya.
Alasan ke dua adalah untuk memperoleh informasi fisis lainnya, seperti
komposisi kimia dari kekuatan garis yang terbentuk (sejauh dapat
memperoleh temperatur bintang dengan cermat), kecepatan radial, yaitu
komponen kecepatan gerak bintang dalam arah garis pandang, dari
pergeseran Doppler garis spektrum yang terjadi, dan kerapatan gas/ukuran
bintang dari lebar garis-garis spektrumnya.
Selain mengelompokkan bintang menurut kelas spektrumnya, bintang
juga dikelompokkan menurut lebar garis spektrumnya ke dalam kelas
luminositas, yaitu (dari yang paling terang hingga paling redup) kelas
luminositas I (maharaksasa), II (raksasa terang), III (raksasa), IV
(subraksasa), dan kelas luminositas V (deret utama). Pengelompokan ini
disebut sebagai penggolongan Morgan-Keenan (MK). Dengan
membandingkan garis spektrum tertentu untuk bintang-bintang yang kelas
spektrumnya sama, kelas luminositas bintang-bintang tersebut akan dapat
dibedakan. Bila kelas spektrum dan kelas luminostas bintang telah berhasil
diketahui, kedudukan bintang dalam diagram H-R sudah tertentu.
Magnitudo mutlaknya pun akan dapat ditentukan. Memanfaatkan informasi
magnitudo semu bintang yang diperoleh dari pengukuran, dengan
menggunakan modulus jarak jarak bintang pun dapat diperoleh. Penentuan
jarak bintang dengan cara ini disebut sebagai paralaks spektroskopi.

You might also like