You are on page 1of 22

Tumbuh Kembang Remaja

Ade Frima Segara Manurung (10.2008.141) Raventailjunior@yahoo.com Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta Barat 2013
PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 1

Pendahuluan Man the un-known (manusia adalah makhluk yang misteri) demikian di ungkapkan oleh Alexis Carel ketika menggambarkan ketidaktuntasan pencarian hakikat manusia oleh para ahli. Banyak ikhtiar akademis yang dilakukan oleh para ahli saat ingin memapar siapa sesungguhnya dirinya. Ilmu-ilmu seperti filsafat, ekonomi, sosiologi, antropologi juga psikologi dan beberapa ilmu lainnya adalah ilmu yang membahas tentang manusia dengan perspektif masing-masing. 1 Erik Erikson adalah salah satu diantara para ahli yang melakukan ikhtiar itu. Dari perspektif psikologi, ia menguraikan manusia dari sudut perkembangannya sejak dari masa 0 tahun hingga usia lanjut. Erikson beraliran psikoanalisa dan pengembang teori Freud. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya seperti yang diungkapkan oleh Lawrence Kohlberg. Tahapan tersebut dibuat saat ia belajar psikologi di University of Chicago berdasarkan teori yang ia buat setelah terinspirasi hasil kerja Jean Piaget dan kekagumannya akan reaksi anak-anak terhadap dilema moral. 1

Pembahasan Tahap perkembangan moral Kohlberg Teori ini berpandangan bahwa penalaran moral, yang merupakan dasar dari perilaku etis, mempunyai enam tahapan perkembangan yang dapat teridentifikasi. Ia mengikuti perkembangan dari keputusan moral seiring penambahan usia yang semula diteliti Piaget, yang menyatakan bahwa logika dan moralitas berkembang melalui tahapan-tahapan konstruktif. Kohlberg memperluas pandangan dasar ini, dengan menentukan bahwa proses perkembangan moral pada prinsipnya berhubungan dengan keadilan dan perkembangannya berlanjut selama kehidupan,2 walaupun ada dialog yang mempertanyakan implikasi filosofis dari penelitiannya.5,6 Kohlberg menggunakan cerita-cerita tentang dilema moral dalam penelitiannya, dan ia tertarik pada bagaimana orang-orang akan menjustifikasi tindakan-tindakan mereka bila mereka berada dalam persoalan moral yang sama. Kohlberg kemudian mengkategorisasi dan
PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 2

mengklasifikasi respon yang dimunculkan ke dalam enam tahap yang berbeda. Keenam tahapan tersebut dibagi ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pascakonvensional. Teorinya didasarkan pada tahapan perkembangan konstruktif; setiap tahapan dan tingkatan memberi tanggapan yang lebih adekuat terhadap dilema-dilema moral dibanding tahap/tingkat sebelumnya.4

Tahapan-tahapan Keenam tahapan perkembangan moral dari Kolhlberg dikelompokkan ke dalam tiga tingkatan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Mengikuti persyaratan yang dikemukakan Piaget untuk suatu Teori perkembangan kognitif, adalah sangat jarang terjadi kemunduran dalam tahapan-tahapan ini. Walaupun demikian, tidak ada suatu fungsi yang berada dalam tahapan tertinggi sepanjang waktu. Juga tidak dimungkinkan untuk melompati suatu tahapan; setiap tahap memiliki perspektif yang baru dan diperlukan, dan lebih komprehensif, beragam, dan terintegrasi dibanding tahap sebelumnya. Tingkat 1 (Pra-Konvensional) 1. Orientasi kepatuhan dan hukuman 2. Orientasi minat pribadi ( Apa untungnya buat saya?) Tingkat 2 (Konvensional) 3. Orientasi keserasian interpersonal dan konformitas ( Sikap anak baik) 4. Orientasi otoritas dan pemeliharaan aturan sosial ( Moralitas hukum dan aturan)

Tingkat 3 (Pasca-Konvensional) 5. Orientasi kontrak sosial 6. Prinsip etika universal ( Principled conscience)

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung

Page 3

Pra-Konvensional Tingkat pra-konvensional dari penalaran moral umumnya ada pada anak-anak, walaupun orang dewasa juga dapat menunjukkan penalaran dalam tahap ini. Seseorang yang berada dalam tingkat pra-konvensional menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris. Dalam tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan, ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya. Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme. Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri, seperti kamu garuk punggungku, dan akan kugaruk juga punggungmu. Dalam tahap dua perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat prakonvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua, perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral. Konvensional Tingkat konvensional umumnya ada pada seorang remaja atau orang dewasa. Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral. Dalam tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya. Mereka mencoba
PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 4

menjadi seorang anak baik untuk memenuhi harapan tersebut, karena telah mengetahui ada gunanya melakukan hal tersebut. Penalaran tahap tiga menilai moralitas dari suatu tindakan dengan mengevaluasi konsekuensinya dalam bentuk hubungan interpersonal, yang mulai menyertakan hal seperti rasa hormat, rasa terimakasih, dan golden rule. Keinginan untuk mematuhi aturan dan otoritas ada hanya untuk membantu peran sosial yang stereotip ini. Maksud dari suatu tindakan memainkan peran yang lebih signifikan dalam penalaran di tahap ini; 'mereka bermaksud baik'.4

Dalam tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi. Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti dalam kasus fundamentalisme. Bila seseorang bisa melanggar hukum, mungkin orang lain juga akan begitu - sehingga ada kewajiban atau tugas untuk mematuhi hukum dan aturan. Bila seseorang melanggar hukum, maka ia salah secara moral, sehingga celaan menjadi faktor yang signifikan dalam tahap ini karena memisahkan yang buruk dari yang baik. Pasca-Konvensional Tingkatan pasca konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap lima dan enam dari perkembangan moral. Kenyataan bahwa individu-individu adalah entitas yang terpisah dari masyarakat kini menjadi semakin jelas. Perspektif seseorang harus dilihat sebelum perspektif masyarakat. Akibat hakekat diri mendahului orang lain ini membuat tingkatan pasca-konvensional sering tertukar dengan perilaku pra-konvensional. Dalam tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan dihargai tanpa memihak. Permasalahan yang tidak dianggap sebagai relatif seperti kehidupan dan pilihan jangan sampai ditahan atau dihambat. Kenyataannya, tidak ada pilihan yang pasti benar atau absolut - 'memang anda siapa membuat keputusan kalau yang lain tidak'? Sejalan dengan itu, hukum dilihat sebagai kontrak sosial dan bukannya keputusan kaku. Aturan-aturan yang tidak mengakibatkan kesejahteraan sosial harus diubah bila perlu demi terpenuhinya kebaikan terbanyak untuk sebanyak-banyaknya orang. Hal tersebut diperoleh melalui keputusan

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung

Page 5

mayoritas,

dan kompromi.

Dalam

hal

ini,

pemerintahan

yang demokratis tampak

berlandaskan pada penalaran tahap lima. Dalam tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting untuk tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara kategoris dalam cara yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara kondisional (lihat imperatif kategoris dari Immanuel Kant). Hal ini bisa dilakukan dengan membayangkan apa yang akan dilakukan seseorang saat menjadi orang lain, yang juga memikirkan apa yang dilakukan bila berpikiran sama (lihat veil of ignorance dari John Rawls). Tindakan yang diambil adalah hasil konsensus. Dengan cara ini, tindakan tidak pernah menjadi cara tapi selalu menjadi hasil; seseorang bertindak karena hal itu benar, dan bukan karena ada maksud pribadi, sesuai harapan, legal, atau sudah disetujui sebelumnya. Walau Kohlberg yakin bahwa tahapan ini ada, ia merasa kesulitan untuk menemukan seseorang yang menggunakannya secara konsisten. Tampaknya orang sukar, kalaupun ada, yang bisa mencapai tahap enam dari model Kohlberg ini.

PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN ERIK H. ERIKSON Teori perkembangan kepribadian yang dikemukakan Erik Erikson merupakan salah satu teori yang memiliki pengaruh kuat dalam psikologi. Bersama dengan Sigmund Freud, Erikson mendapat posisi penting dalam psikologi. Hal ini dikarenakan ia menjelaskan tahap perkembangan manusia mulai dari lahir hingga lanjut usia; satu hal yang tidak dilakukan oleh Freud. Selain itu karena Freud lebih banyak berbicara dalam wilayah ketidaksadaran manusia, teori Erikson yang membawa aspek kehidupan sosial dan fungsi budaya dianggap lebih realistis. Teori Erikson dikatakan sebagai salah satu teori yang sangat selektif karena didasarkan pada tiga alasan. Alasan yang pertama, karena teorinya sangat representatif dikarenakan memiliki kaitan atau hubungan dengan ego yang merupakan salah satu aspek yang mendekati kepribadian manusia. Kedua, menekankan pada pentingnya perubahan yang terjadi pada setiap tahap perkembangan dalam lingkaran kehidupan, dan yang ketiga/terakhir adalah menggambarkan secara eksplisit mengenai usahanya dalam mengabungkan pengertian
PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 6

klinik dengan sosial dan latar belakang yang dapat memberikan kekuatan/kemajuan dalam perkembangan kepribadian didalam sebuah lingkungan. Melalui teorinya Erikson memberikan sesuatu yang baru dalam mempelajari mengenai perilaku manusia dan merupakan suatu pemikiran yang sangat maju guna memahami persoalan/masalah psikologi yang dihadapi oleh manusia pada jaman modern seperti ini. Oleh karena itu, teori Erikson banyak digunakan untuk menjelaskan kasus atau hasil penelitian yang terkait dengan tahap perkembangan, baik anak, dewasa, maupun lansia. Erikson dalam membentuk teorinya secara baik, sangat berkaitan erat dengan kehidupan pribadinya dalam hal ini mengenai pertumbuhan egonya. Erikson berpendapat bahwa pandangan-pandangannya sesuai dengan ajaran dasar psikoanalisis yang diletakkan oleh Freud. Jadi dapat dikatakan bahwa Erikson adalah seorang post-freudian atau neofreudian. Akan tetapi, teori Erikson lebih tertuju pada masyarakat dan kebudayaan. Hal ini terjadi karena dia adalah seorang ilmuwan yang punya ketertarikan terhadap antropologis yang sangat besar, bahkan dia sering meminggirkan masalah insting dan alam bawah sadar. Oleh sebab itu, maka di satu pihak ia menerima konsep struktur mental Freud, dan di lain pihak menambahkan dimensi sosial-psikologis pada konsep dinamika dan perkembangan kepribadian yang diajukan oleh Freud. Bagi Erikson, dinamika kepribadian selalu diwujudkan sebagai hasil interaksi antara kebutuhan dasar biologis dan pengungkapannya sebagai tindakan-tindakan sosial. Tampak dengan jelas bahwa yang dimaksudkan dengan psikososial apabila istilah ini dipakai dalam kaitannya dengan perkembangan. Secara khusus hal ini berarti bahwa tahap-tahap kehidupan seseorang dari lahir sampai dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang berinteraksi dengan suatu organisme yang menjadi matang secara fisik dan psikologis. Sedangkan konsep perkembangan yang diajukan dalam teori psikoseksual yang menyangkut tiga tahap yaitu oral, anal, dan genital, diperluasnya menjadi delapan tahap sedemikian rupa sehingga dimasukkannya cara-cara dalam mana hubungan sosial individu terbentuk dan sekaligus dibentuk oleh perjuangan-perjuangan insting pada setiap tahapnya. Pusat dari teori Erikson mengenai perkembangan ego ialah sebuah asumpsi mengenai perkembangan setiap manusia yang merupakan suatu tahap yang telah ditetapkan secara universal dalam kehidupan setiap manusia. Proses yang terjadi dalam setiap tahap yang telah disusun sangat berpengaruh terhadap Epigenetic Principle yang sudah dewasa/matang. Dengan kata lain, Erikson mengemukakan persepsinya pada saat itu bahwa pertumbuhan
PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 7

berjalan berdasarkan prinsip epigenetic. Di mana Erikson dalam teorinya mengatakan melalui sebuah rangkaian kata yaitu : (1) Pada dasarnya setiap perkembangan dalam kepribadian manusia mengalami keserasian dari tahap-tahap yang telah ditetapkan sehingga pertumbuhan pada tiap individu dapat dilihat/dibaca untuk mendorong, mengetahui, dan untuk saling mempengaruhi, dalam radius soial yang lebih luas. (2) Masyarakat, pada prinsipnya, juga merupakan salah satu unsur untuk memelihara saat setiap individu yang baru memasuki lingkungan tersebut guna berinteraksi dan berusaha menjaga serta untuk mendorong secara tepat berdasarkan dari perpindahan didalam tahaptahap yang ada. Tahap Perkembangan Hidup Manusia Apakah perkembangan psikososial itu? Teori Erik Erikson tentang perkembangan manusia dikenal dengan teori perkembangan psiko-sosial. Teori perkembangan psikososial ini adalah salah satu teori kepribadian terbaik dalam psikologi. Seperti Sigmund Freud, Erikson percaya bahwa kepribadian berkembang dalam beberapa tingkatan. Salah satu elemen penting dari teori tingkatan psikososial Erikson adalah perkembangan persamaan ego. Persamaan ego adalah perasaan sadar yang kita kembangkan melalui interaksi sosial. Menurut Erikson, perkembangan ego selalu berubah berdasarkan pengalaman dan informasi baru yang kita dapatkan dalam berinteraksi dengan orang lain. Erikson juga percaya bahwa kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan dapat membantu perkembangan menjadi positif, inilah alasan mengapa teori Erikson disebut sebagai teori perkembangan psikososial. Ericson memaparkan teorinya melalui konsep polaritas yang bertingkat/bertahapan. Ada 8 (delapan) tingkatan perkembangan yang akan dilalui oleh manusia. Menariknya bahwa tingkatan ini bukanlah sebuah gradualitas. Manusia dapat naik ketingkat berikutnya walau ia tidak tuntas pada tingkat sebelumnya. Setiap tingkatan dalam teori Erikson berhubungan dengan kemampuan dalam bidang kehidupan. Jika tingkatannya tertangani dengan baik, orang itu akan merasa pandai. Jika tingkatan itu tidak tertangani dengan baik, orang itu akan tampil dengan perasaan tidak selaras.

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung

Page 8

Dalam setiap tingkat, Erikson percaya setiap orang akan mengalami konflik/krisis yang merupakan titik balik dalam perkembangan. Erikson berpendapat, konflik-konflik ini berpusat pada perkembangan kualitas psikologi atau kegagalan untuk mengembangkan kualitas itu. Selama masa ini, potensi pertumbuhan pribadi meningkat. Begitu juga dengan potensi kegagalan. Tahap 1. Trust vs Mistrust (percaya vs tidak percaya) Terjadi pada usia 0 s/d 18 bulan Tingkat pertama teori perkembangan psikososial Erikson terjadi antara kelahiran sampai usia satu tahun dan merupakan tingkatan paling dasar dalam hidup. Oleh karena bayi sangat bergantung, perkembangan kepercayaan didasarkan pada ketergantungan dan kualitas dari pengasuh kepada anak. Jika anak berhasil membangun kepercayaan, dia akan merasa selamat dan aman dalam dunia. Pengasuh yang tidak konsisten, tidak tersedia secara emosional, atau menolak, dapat mendorong perasaan tidak percaya diri pada anak yang di asuh. Kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan akan menghasilkan ketakutan dan kepercayaan bahwa dunia tidak konsisten dan tidak dapat di tebak. Tahap 2. Otonomi (Autonomy) VS malu dan ragu-ragu (shame and doubt) Terjadi pada usia 18 bulan s/d 3 tahun Tingkat ke dua dari teori perkembangan psikososial Erikson ini terjadi selama masa awal kanak-kanak dan berfokus pada perkembangan besar dari pengendalian diri. Seperti Freud, Erikson percaya bahwa latihan penggunaan toilet adalah bagian yang penting sekali dalam proses ini. Tetapi, alasan Erikson cukup berbeda dari Freud. Erikson percaya bahwa belajar untuk mengontrol fungsi tubuh seseorang akan membawa kepada perasaan mengendalikan dan kemandirian. Kejadian-kejadian penting lain meliputi pemerolehan pengendalian lebih yakni atas pemilihan makanan, mainan yang disukai, dan juga pemilihan pakaian. Anak yang berhasil melewati tingkat ini akan merasa aman dan percaya diri, sementara yang tidak berhasil akan merasa tidak cukup dan ragu-ragu terhadap diri sendiri.
PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 9

Tahap 3. Inisiatif (Initiative) vs rasa bersalah (Guilt) Terjadi pada usia 3 s/d 5 tahun. Selama masa usia prasekolah mulai menunjukkan kekuatan dan kontrolnya akan dunia melalui permainan langsung dan interaksi sosial lainnya. Mereka lebih tertantang karena menghadapi dunia sosial yang lebih luas, maka dituntut perilaku aktif dan bertujuan. Anak yang berhasil dalam tahap ini merasa mampu dan kompeten dalam memimpin orang lain. Adanya peningkatan rasa tanggung jawab dan prakarsa. Mereka yang gagal mencapai tahap ini akan merasakan perasaan bersalah, perasaan ragu-ragu, dan kurang inisiatif. Perasaan bersalah yang tidak menyenangkan dapat muncul apabila anak tidak diberi kepercayaan dan dibuat merasa sangat cemas. Erikson yakin bahwa kebanyakan rasa bersalah dapat digantikan dengan cepat oleh rasa berhasil. Tahap 4. Industry vs inferiority (tekun vs rasa rendah diri) Terjadi pada usia 6 s/d pubertas. Melalui interaksi sosial, anak mulai mengembangkan perasaan bangga terhadap keberhasilan dan kemampuan mereka. Anak yang didukung dan diarahkan oleh orang tua dan guru membangun peasaan kompeten dan percaya dengan ketrampilan yang dimilikinya. Anak yang menerima sedikit atau tidak sama sekali dukungan dari orang tua, guru, atau teman sebaya akan merasa ragu akan kemampuannya untuk berhasil. Prakarsa yang dicapai sebelumnya memotivasi mereka untuk terlibat

dengan pengalaman-pengalaman baru.

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung

Page 10

Ketika beralih ke masa pertengahan dan akhir kanak-kanak, mereka mengarahkan energi mereka menuju penguasaan pengetahuan dan keterampilan intelektual.

Permasalahan produktif.

yang

dapat

timbul pada

tahun

sekolah

dasar

adalah berkembangnya rasa rendah diri,perasaan tidak berkompeten dan tidak

Erikson yakin bahwa guru memiliki tanggung jawab khusus bagi perkembangan ketekunan anak-anak

Tahap 5. Identity vs identify confusion (identitas vs kebingungan identitas) Terjadi pada masa remaja, yakni usia 10 s/d 20 tahun Selama remaja ia mengekplorasi kemandirian dan membangun kepakaan dirinya. Anak dihadapkan dengan penemuan siapa mereka, bagaimana mereka nantinya, dan kemana mereka menuju dalam kehidupannya (menuju tahap kedewasaan). Anak dihadapkan memiliki banyak peran baru dan status sebagai orang dewasa pekerjaan dan romantisme, misalnya, orangtua harus mengizinkan remaja menjelajahi banyak peran dan jalan yang berbeda dalam suatu peran khusus. Jika remaja menjajaki peran-peran semacam itu dengan cara yang sehat dan positif untuk diikuti dalam kehidupan, identitas positif akan dicapai. Jika suatu identitas remaja ditolak oleh orangtua, jika remaja tidak secara memadai menjajaki banyak peran, jika jalan masa depan positif tidak dijelaskan, maka kebingungan identitas merajalela. Namun bagi mereka yang menerima dukungan memadai maka eksplorasi personal, kepekaan diri, perasaan mandiri dan control dirinya akan muncul dalam tahap ini. Bagi mereka yang tidak yakin terhadap kepercayaan diri dan hasratnya, akan muncul rasa tidak aman dan bingung terhadap diri dan masa depannya. Tahap 6. Intimacy vs isolation (keintiman vs keterkucilan) Terjadi selama masa dewasa awal (20an s/d 30an tahun)
PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 11

Erikson percaya tahap ini penting, yaitu tahap seseorang membangun hubungan yang dekat dan siap berkomitmen dengan orang lain. Mereka yang berhasil di tahap ini, akan mengembangkan hubungan yang komit dan aman.

Erikson percaya bahwa identitas personal yang kuat penting untuk mengembangkan hubungan yang intim. Penelitian telah menunjukkan bahwa mereka yang memiliki sedikit kepakaan diri cenderung memiliki kekurangan komitemen dalam menjalin suatu hubungan dan lebih sering terisolasi secara emosional, kesendirian dan depresi.

Jika mengalami kegagalan, maka akan muncul rasa keterasingan dan jarak dalam interaksi dengan orang.

Tahap 7. Generativity vs Stagnation (Bangkit vs Stagnan) Terjadi selama masa pertengahan dewasa (40an s/d 50an tahun). Selama masa ini, mereka melanjutkan membangun hidupnya berfokus terhadap karir dan keluarga. Mereka yang berhasil dalam tahap ini, maka akan merasa bahwa mereka berkontribusi terhadap dunia dengan partisipasinya di dalam rumah serta komunitas. Mereka yang gagal melalui tahap ini, akan merasa tidak produktif dan tidak terlibat di dunia ini. Tahap 8. Integrity vs depair (integritas vs putus asa) Terjadi selama masa akhir dewasa (60an tahun) Selama fase ini cenderung melakukan cerminan diri terhadap masa lalu. Mereka yang tidak berhasil pada fase ini, akan merasa bahwa hidupnya percuma dan mengalami banyak penyesalan. Individu akan merasa kepahitan hidup dan putus asa Mereka yang berhasil melewati tahap ini, berarti ia dapat mencerminkan keberhasilan dan kegagalan yang pernah dialami.
PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 12

Individu ini akan mencapai kebijaksaan, meskipun saat menghadapi kematian.

Faktor-faktor yang mempengaruhi Tumbuh Kembang4 Proses pertumbuhan dan perkembangan anak tidak selamanya berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya baik faktor yang dapat dirubah /dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat dirubah atau dimodifikasi yaitu faktor lingkungan. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak hingga remaja adalah sebagai berikut :

1.

Faktor Genetik

a. Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu hendaknya dapat berinteraksi dengan lingkungan secara positif sehingga diperoleh hasil akhir yang optimal. Gangguan pertumbuhan di Negara maju yang sedang berkembang, gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik, juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai balita

2. Faktor Lingkungan a. Faktor prenatal Gizi ibu pada waktu hamil Toksin/ zat kimia Endokrin

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung

Page 13

Radiasi Infeksi Imunitas

b. Faktor postnatal Lingkungan biologis Ras/suku bangsa Jenis kelamin Umur Gizi Perawatan kesehatan Kepekaan terhadap penyakit Penyakit kronis Fungsi metabolisme Hormon : hormon somatropin (growth hormon), hormon tiroid,hormon glukotiroid, hormon-hormon seks.

Faktor fisik Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah Sanitasi Keadaan rumah
Page 14

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung

Radiasi

Faktor psikososial Stimulasi Motivasi belajar Ganjaran atau hukum yang wajar Kelompok sebaya Stress Sekolah Cinta dan kasih sayang Kualitas interaksi anak-orang tua

Faktor keluarga dan adat istiadat Pekerjaan/pendapatan keluarga Pendidikan ayah/ibu Jumlah saudara Jenis kelamin dalam keluarga Kepribadian ayah/ibu Adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu Agama Urbanisasi

3. Perkembangan Psikoseksual Menurut Freud

A. Perkembangan Psikoseksual Menurut Freud


PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 15

Teori Kepribadian Sigmund Freud Sigmund freud disebut juga sebagai Bapak Psikoanalisa yang lahir di Moravia , 6 Mei 1856 dan meninggal di London pada tanggal 23 September 1939. Freud menganggap bahwa kesadaran hanya merupakan sebahagian kecil saja dari seluruh kehidupan psikis. Ia beranggapan untuk memahami kepribadian manusia , psikologi kesadaran tidaklah mencukupi, orang harus menjelajah secara mendalam ke daerah ketidaksadaran. Pokokpokok teori Freud mengenai kepribadian, yaitu Struktur Kepribadian Ada 3 struktur kepribadian menurut Freud ,yaitu : Das Es (Id) Das Es atau disebut juga dengan Id adalah aspek biologis dan merupakan sistem original di dalam kepribadian, dari aspek inilah kedua aspek yang lain akan tumbuh. Das Es berisikan hal-hal yang dibawah sejak lahir( unsur-unsur biologis), termasuk instink .Id lebih berorientasi pada kesenangan ( pleasure principle ). Id merupakan sumber energi psikis , maksudnya bahwa id itu merupakan sumber dari instink kehidupan atau dorongan-dorongan biologis ( makan,minum, tidur,dll )dan instink kematian/instink agresif(tanatos) yang menggerakkan tingkah laku. Dalam mereduksi ketegangan atau menghilangkan kondisi yang tidak menyenangkan dan untuk memperoleh kesenangan, id menempuh 2 proses, yaitu : refleks dan proses primer ( the primary process ). Refleks merupakan reaksi mekanis/otomatis yang bersifat bawaan ,cth : bersin dan berkedip . Sedangkan proses primer merupakan reaksi psikologis yang lebih rumit . Proses primer berusaha mengurangi tegangan dengan melakukan fantasi atau khayalan .Misalnya pada saat lapar menghayalkan makan, pada saat dendam menghayalkan balas dendam, dsb. Namun rasa lapar tidak akan segera hilang hanya dengan kita menghayalkan makanan. Oleh karena dengan proses primer tidak dapat mereduksi ketegangan atau memenuhi keinginan atau dorongan maka cara atau proses baru perlu di kembangkan. Atas dasar inilah komponen kepribadian kedua terbentuk ,yaitu Ego ( Das Ich ). Das Ich ( Ego )
Page 16

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung

Ego merupakan eksekutif atau manajer dari kepribadian yang membuat keputusan ( decision maker ) tentang instink-instink mana yang akan dipuaskan dan bagaimana caranya atau sebagai sistem kepribadian yang terorganisasi, rasional, dan berorientasi kepada prinsip realitas ( reality principle ) . Peran utama ego adalah sebagai moderator ( perantara) atau yang menjembatani antara id ( keinginan yang kuat untuk mencapai kepuasan) dengan kondisi lingkungan atau dunia luar ( eksternal social world ) yang diharapkan. Ego dibimbing oleh prinsip realitas yang bertugas untuk mencegah terjadinya tegangan sampai ditemukan suatu objek yang cocok untuk pemuasan kebutuhan atau dorongan id. Das Uber Ich ( Super ego ) Super ego merupakan komponen moral kepribadian yang berkaitan dengan standar atau norma masyarakat mengenai baik dan buruk , benar dan salah. Super ego berkembang pada usia sekitar 3 atau 5 tahun. Pada usia ini anak belajar untuk memperoleh hadiah( rewards) dan menghindari hukuman ( punishment ) dengan cara mengarahkan tingkah lakunya yang sesuai dengan ketentuan atau keinginan orang tuanya. Apabila tingkah lakunya ternyata salah atau tidak sesuai dengan ketentuan orang tuanya kemudian mendapat hukuman, maka peristiwa itu membentuk kata hati (conscience) anak, sedangkan apabila tingkah lakunya baik maka peristiwa itu membentuk ego-ideal anak.

Perkembangan Kepribadian Sigmund Freud Perkembangan kepribadian berlangsung melalui tahapan-tahapan perkembangan psikoseksual yaitu tahapan periode perkembangan seksual yang sangat mempengaruhi kepribadian masa dewasa. Freud berpendapat bahwa perkembangan kepribadian manusia sebagian besar ditentukan oleh perkembangan seksualitasnya. Tahapan perkembangan menurut Freud :

Tahapan Oral (0-1tahun) Anak memperoleh kepuasan dan kenikmatan yang bersumber pada mulutnya.

Hubungan sosial lebih bersifat fisik, seperti makan atau minum susu. Objek sosial terdekat
PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 17

adalah ibu, terutama saat menyusui.Tahapan oral berorientasi di mulut, mulut sebagai sumber kenikmatan erotis maka anak akan menikmati peristiwa menyusui dari sang ibu . Ketidakpuasan pada masa oral akan menimbulkan gejala regresi ( kemunduran ), gejala perasaan iri hati. Reaksi dari kedua gejala itu dapat dinyatakan dalam beberapa tingkah laku seperti : mengisap jempol, mengompol, membandel, dll . Selain itu juga berdampak kepada perkembangan kepribadian anak seperti : merasa kurang aman, selalu bergantung kepada orang lain, egosentris , selalu meminta perhatian dari orang lain. Bagi anak yang mengalami kepuasan yang lebih padahal ini , iya juga memiliki dampak yang negatif, seperti : anak akan menampilkan pribadi yang kurang mandiri, bersikap rakus, haus perhatian dari orang lain . Tahapan Anal (1-3tahun) : Pada fase ini pusat kenikmatannya terletak di anus, terutama saat buang air besar. Inilah saat yang paling tepat untuk mengajarkan disiplin pada anak termasuk toilet training. Pada tahap ini anak akan mengalami ketegangan ketika duburnya penuh dengan ampas makanan dan peristiwa buang air besar yang di alami anak merupakan proses pelepasan ketegangan dan pencapaian ketegangan, rasa senang dan nikmat. Pada tahap ini anak juga di tuntut hidup bersih, tidak ngompol, tidak buang air kecil sembarangan . Pada tahap ini orang tua mengembangkan latihan kebersihan yang disebut dengan Toilet Training . Ada beberapa cara orang tua untuk memberikan latihan ini , cara itu juga memiliki dampak tersendiri bagi perkembangan anak, yaitu : cara pelatihan yang keras akan berdampak : bersikap berlebihan dalam ketertiban atau kebersihan , bersikap kikir, stereotif atau kurang kreatif , penakut , dsb. Cara pelatihan yang selalu memuji berdampak : selalu ingin dipuji, kurang mandiri ( manja). Cara pelatihan dengan sikap pengertian berdampak : anak mampu beradaptasi atau menyesuaikan diri, egonya berkembang dengan wajar. Tahapan Falik(3-5tahun) : Anak memindahkan pust kenikmatannya pada daerah kelamin. Anak mulai tertarik dengan perbedaan anatomis antara laki-laki dan perempuan. Pada anak laki-laki kedekatan dengan ibunya menimbulkan gairah sexual perasaan cinta yang disebut Oedipus Complex. Sedangkan pada anak perempuan disebut Electra Complex. Pada masa ini terjadi perkembangan berbagai aspek psikologis, terutama terkait dengan iklim kehidupan sosiopsikologi keluarga atau perlakuan orang tua kepada anak. Pada tahap ini anak masih

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung

Page 18

bersifat selfish, sifat lebih mementingkan diri sendiri, belum berorientasi ke luar atau memperhatikan orang lain.

Tahapan Latensi (5-12tahun) : Ini adalah masa tenang, walau anak mengalami perkembangan pesat pada aspek motorik dan kognitif.. Anak mencari figure ideal diantara orang dewasa berjenis kelamin sama dengannya. Tahapan ini merupakan masa tentang seksual, karena segala sesuatu yang terkait dengan seks dihambat atau di repres. Dengan kata lain masa ini adalah periode tertahannya dorongan sex dan agresif. Selama masa ini anak mengembangkan kemampuan bersublimasi ( seperti mengerjakan tugas-tugas sekolah , bermain, olahraga , mulai menaruh perhatian untuk berteman namun mereka belum naruh perhatian yang khusus kepada lawan jenis.

Fase Genital(12tahun keatas) : Alat-alat reproduksi sudah mulai matang, pusat kepuasannya berada pada daerah kelamin. Energi psikis (libido) diarahkan untuk hubungan-hubungan heteroseksual. Rasa cintanya pada anggota keluarga dialihkan pada orang lain yang berlawan jenis. Pada masa ini anak sudah masuk usia remaja. Masa ini di tandai dengan matangnya organ reproduksi anak. Pada periode ini, instink seksual dan agresif menjadi aktif. Anak mulai mengembangkan motif untuk mencintai orang lain, atau mulai berkembang motif altruis. Masa ini di tandai dengan proses pengalihan perhatian dari mencari kepuasaan atau kenikmatan sendiri. PENATALAKSANAAN 6 NON MEDIKA MENTOSA Sikap Dokter Dalam Menghadapi Pasien Remaja Dokter tampil jujur, sederhana, tidak perlu tampil profesional berlebihan Remaja kurang PD dokter hati-hati Sensitif terhadap tingkat perkembangan
Page 19

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung

Pemberian pelayanan kesehatan Membangun hubungan saling percaya merupakan dasar dalam pemenuhan kebutuhan pelayanan kesehatan pasien remaja pasien tidak bohong / memberikan informasi yang penting untuk diagnosis dan terapi yang tepat Kerahasiaan Beritahu remaja dan orang tuanya tentang kerahasiaan yang akan dijaga Waktu adekuat Yakinkan bahwa dokter tidak akan mencampuri kehidupan pribadi remaja, tetapi merupakan hal penting untuk kesehatannya Aspek penting dalam fase kedewasaan HEADSSS untuk melacak informasi psikososial yang penting dari pasien remaja. H : Home/health E : Education/Employment/Eating A : Activities?Aspiration/Affiliation D : Drugs S : Sex S : Sleep/Suicide S : Shoplifting

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung

Page 20

Kesimpulan Istilah tumbuh kembang sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda, tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan, yaitu pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan ( growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Disini menyangkut adanya proses diferensiasi dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organorgan dan sistem organ yang berkembang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memenuhi fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan tingkah laku sebagai hasil interaksi dengan lingkungan. Perkembangan moral (moral development) berkaitan dengan aturan dan konvensi tentang apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Perspektif kognitif yang pertama dalam perkembangan moral dikemukakan oleh Jean Piaget. Pandangan Piaget mengenai perkembangan moral pada anak-anak kecil ditandai dengan heteronomous morality, tetapi pada usia 10 tahun mereka beralih ke tahap yang lebih tinggi, yang disebut autonomous morality. Menurut Piaget, anak-anak yang lebih tua memperhitungkan maksud-maksud individu, mereka percaya bahwa aturan-aturan dapat berubah, dan mereka sadar bahwa hukuman tidak selalu menyertai suatu perbuatan yang salah.
PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung Page 21

Perspektif kognitif yang kedua dalam perkembangan moral dikemukakan oleh Lawrence Kohlberg. Kohlberg menekankan bahwa perkembangan moral didasarkan pada penalaran moral dan berkembang secara bertahap. Konsep kunci untuk memahami perkembangan moral, khususnya teori Kohlberg ialah internalisasi ( internalization); yakni perubahan perkembangan dari perilaku yang dikendalikan secara eksternal menjadi perilaku yang dikendalikan secara internal.

Daftar Pustaka

1. Abdoerrachman MH, Affandi M.B, Alatas H, etc. Ilmu kesehatan anak 3. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 2009. h.1149 2. Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Nelson Ilmu Kesehatan Anak, ed 15 vol 1. Jakarta: EGC, 1999.
3. Sulaiman Sastrawinata, Wanita dalam Berbagai Masa kehidupan, Edisi kedua, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 1997.

4. Tanuwijaya, Suganda. Konsep Umum Tumbuh Kembang. Dalam: Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Penyunting : Narendra M, Sularyo T, Suyitno H, Gde Ranuh. Sagung Seto. Jakarta, 2002:2-11 5. Kurnia Y, Santoso M, Rumawas JSP, Winaktu GJMT, Sularyo TS, Adam H. Buku Panduan Keterampilan Medik (Skills Lab). Jakarta: FK UKRIDA, 2010. 6. Soetjiningsih. Perkembangan Anak dan Permasalahannya, Dalam : Tumbuh kembang Anak dan Remaja. Penyunting : Narendra M, Sularyo T, Suyitno H, Gde Ranuh. Sagung Seto. Jakarta, 2002: 86-93

PBL 13_Tumbuh Kembang_Ade Frima Segara Manurung

Page 22

You might also like