You are on page 1of 82

BAB I PEMBAHASAN PENELITIAN DESKRIPTIF A.

Peneitian Deskriptif Penelitian deskriptif termasuk salah satu jenis penelitian kategori peneletian kuatitatif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengangkat fakta, keadaan, variabel, dan fonemena-fonemena yang terjadi saat sekarang (ketika penelitian berlangsung) dan menyajikan apa adanya. Penelitian deskriptif menuturkan dan menafsirkan data yang berkenan dengan situasi yang terjadi dan dialami sekarang, sikap dan pandangan yang menggejala saat sekarang, hubungan antar variabel pertentangan dua kondisi atau lebih, pengaruh terhadap suatu kondisi, perbedaan-perbedaan antar fakta, dan lain-laain. Masalah-masalah yang diamati dan diselidiki diatas memungkinkan penelitian deskriptif memiliki metode yang mengarah pada studi komparatif, yaitu membandingkan persamaan dan perbedaan gejala-gejala tertentu, studi kuantitatif yang mengukur dan menampilkan fakta melalui teknik survei, tes, interview, angket dan lain-lain bisa pula menjadi sebua studi korelasional satu unsur dengan unsur lainnya. Penelitian deskriptif cenderung tidak melakukan tindakan atau pun pengontrolan perlakuan pada subjek penelitian. Seperti dikemukakan diatas, penelitian ini mempunyai misi yang mengungkap fakta dan gejala

apa adanya saat penelitia dilakukan. Oleh karena itu benar adanya jika pada sebuah skripsi tertera pernyataan penelitian deskritif adalah penelitian tentang gejala dan keadaan yang dialami sekarang oleh subjek yang sedang diteliti. 1. Studi kasus Studi kasus memusatkan pada suatu kasus secara intensif dan mendetail. Subjek yang diselidiki terdiri satu unit( kesatuan unit) yang dipandang sebagai kasus. Karena studi kasus sifatnya mendalam dan mendetail, maka studi kasus pada umumnya menghasilkan gambaran yang longitudinal, yaitu hasil pengumpulan dan analisis data dalam satu jangka waktu. Nana Sudjana dan Ibrahim (1989) merekomendasikan beberapa petunjuk dalam melaksanakan studi kasus dalam bidang pendidikan, khususnya disekolah sebagai berikut. a. Meemukan dan mengenal siswa sebagai kasus, artinya menetapkan siapa-siapa diantara siswa yang mempunyai masalah khusus untuk dijadikan kasus. b. Menetapkan jenis masalah yang dihadapi siswa, dalam langkah ini guru sebaiknya mewawancarai siswa untuk menentukan jenis masalah yang dihadapi siswa tersebut. c. Mencari bukti-bukti lain untuk lebih meyakinkan kebenaran masalah melalui analisis hasil beajar, mengamati perilakunya, bertanya pada teman dekatnya, jika perlu minta penjelasan dar orang tuanya.

d. Mencari sebab-sebab yimbulnya masalah dari berbagai aspek, yang berkenaan dengan kehidupan siswa itu sendiri. e. Menganalisis sebab-sebab tersebut dan menghubungkan dengan tingkah laku siswa agar diperoleh informasi yang lebih lengkap mengenai latar belakang siswa. 2. Studi Survei Pada umumnya merupakan cara pengumpulan data sejumlah unit atau individu dalam jangka waktu yang bersamaan dalam jmlah besar dan luas. Survei berusaha mengungkap jawaban melalui pertanyaan apa, bagaimana, berapa, bukan pertanyaan mengapa,. Tujuan utamanya adlah mengumpulkan informasi tentang variabel, bukan iformasi tentang individu-individu. 3. Studi pengembangan Pengelompokan studi pengembangan sebagian dari bagian dari penelittian deskriptif karena studi ini bermaksud melikiskan hubungan antara gejala-gejala sebagaimana adanya dengan fakta-fakta lain berdasarkan funsi waktu yang bersifat kontinyu. Untuk itu, peneliti dapat menggambarkan perkembangan berbagai variabel dari aspek yang diselidikinya. Ada dua teknik yang saling melengkapi dalam melakukan penelitian pengmbangan ini, yaitu (a) metode longitudinal (b) metode croos sectional.

a. Metode longitudinal Metode longitudinal sering didebut juga metode jangka panjang. Dalam metode ini penelitian dilakukan terhadap satu objek dengan mengurutkan gejala pertumbuhan atau perkembangannya dari tahun ketahun dalam kurun waktu tertentu. Teknik ini memiliki keterbatasa terutama karena memerluka waktu yang lama dan terdapat kesalahan dalam prosedur, maka tidak dapat diulang pada objek yang sama, sehingga sulit utuk melakukan perbaikan. Kecuali itu dalam melaksanakan penelitian ini banyak memerlukn waktu, biaya, dan tenaga. b. Metode croos sectional Metode ini dapat digunakan untuk mengatasi kelemahan metode longitudinal. Karena itu waktu yang panjang dapt dipotong menjadi lebih pendek.metode ini mempelajari semua individu yang berbeda taraf umurnya dalam titik waktu yang sama. 4. Studi tndakan lanjut ( follow up) Studi ini hampir sama dengan studi longitudinal, yaitu mempelajari perkembangan dan perubahan subjek setelah subjek diberi perlakuan khusus atau kondisi tertentu dalam kurun waktu tertentu sampai selesai secara umum penelitian ini digunakan untuk menilai kesuksesan programprogram tertentu. Dalam bidang pendidikan banyak variabel yang diberikan perlakuan baik kepada guru maupun siswa. Perlakuan yang dapat diberikan kepada guru antara lain penataran sistem intruksional

kurikulum baru pada pendidikan guru, sistem guru kelas atau guru bidang studi, dan lain-lain. Perlakuan tersebut setelah selesai diberikan, kemudian diukur efeknya terhadap tujuan yang yang diinginkan dari penggunaan perlakuan tersebut. 5. Studi kecendrungan Studi kecendrungan pada dasarnya mermalkan eadaan masa depan dengan berdasarkan keadaan, gejala, data yang ada pada masa sekarang. Keadaan masa sekarang diperoleh daari studi lain misalnya studi kasus, survei agar data dan informasi yang akurat mengenai gambaran kndisi saat ini. Atas dasar data dan informasi tersebut, peneliti mencoa meramalkan kecendrungan masa yang akan datang. 6. Studi korelasi Studi korelasi tiddak terlalu menuntut sampel yang besar, asalkan variabelnya dapat diukyr dan adanya alat ukur yang handal sebab vaktor yang paling berpengaruh terhadap besar kecilnya tingkat hubungan adalah keterandalan yang digunakan untuk mengukur variabel-

mvaribelnya. Makna suatu korelasi yang dinotasikan dalam huru r (kecil) bisa mengandung tiga hal, yaitu: a. Kekuatan hubungan antar varibel, hal ini dapat dilihat besear kecilnya indeks korelasi b. Signifikasi statistik hubungan kedua variabel tersebut

c. Arah korelasi sebagaimana telah disebutkan diatas jika koefesian yang diperoleh positif maka menunjukan arah yang sama, namun jika koefesien yang diperoleh negatif berarti arah hubungan yang berlawanan. 7. Analisis Dokumen Metode ini dipakai jika peneliti bermaksud untuk menganalisis data yang dipeoleh dari dokumen. Analisis dokumen kerap kali disebut juga analisis kegiatan ( actifity analysis) atau analisis informasi (information analysis) dan bahkan kadang-kadang disebut juga dengan analisis isi (content analysis) 8. Keuntungan dan kerugian dalam penelitian deskriptif a. Keuntungan Metode deskriptif lebih banyak disukai apda berbagai bidang penyaidikan. Hasil-hasil penelitian yang diperoleh melalui percobaan dilaboratorium tetap menggunakan metode ini untuk mengecek dan membuktikan tingkat relibitasnya. b. Kerugian Peneliti yang bias bisa terjadi karena dua aspek, yaitu 1. Kesalahan memiliki metode 2. Kesalahan metode yang timbul karena salah menggunakannya

Salah satu kesalahan yang sering kita laukan dalam menggunakan mtode deskriptif adalah adanya kecendrungan untuk menyalhgunakan dalam pemakainya. Ketika kita ketahui lebih banyak tentang berbagai metode penelitian seakan-akan metode peneitian yang paling sedrhana adalah metode deskriptif karena adanya kecendrungan bahwa dalam memilih metode ini dapat menghindari oenggunaan statistik. Bila hal ini erjadi maka

penelitian kita dapat diklasifikasikan sebagai suatu penelitian, aka tetapi hanya merupakan kegiatan pengumpulan informasi saja. Kerugian lain dari metode deskriptif adalah bahwa penelitian tersebut memberikan informasi yang terbatas tetang variabel-variabel yang diteliti. Karena kita idak dapatmengisolasi atau menekan variabelvariabel lain yang konstan, maka kita tiddak dapat mengarapkan bukti nyata tentang sebab akibat

PERTANYAAN

1. Jelaskan Metode longitudinal dan Metode croos sectional ? 2. Berikan salah satu contoh dalam penelitian deskriptip 3. Sebutkan dan jelaskan jenis-jenis penelitian deskriptip ?

DAFTAR PUSTAKA Subana,Sudrajat.2009.DasarDasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:CV.Sinar Baru.

BAB II PENELITIAN XPOST FACTO E

A. Definisi Penelitian Ex Post Facto Istilah penelitian ini adalah penelitian sesudah kegiatan (PSK) atau disebut dengan penelitian kausal komparatif. Salah satu contoh penelitian ini sudah pernah penulis paparkan pada bagian depan. Penelitian ini bertujuan membandingkan dua atau tiga peristiwa yang sudah terjadi melalui hubungan sebab-akibat dengan cara mencari sebab-sebab terjadinya peristiwa berdasarkan pengamatan akibat-akibat yang mungkin tampak dan teramati. Berdasarkan pengertian di atas, sebagian ahli menyebut ex-post facto sebagai studi eksperimen. Alasannya, karena adanya hubungan sebab-akibat tadi. Tetapi, ada pula yang mengategorikannya ke dalam studi deskripsi. Hal ini disebabka oleh penekanannya pada pengamatan terhadap variabel-variabel terikat yang sudah tampak. B. Ex Post Facto dan Eksperimen Dalam uraian di atas telah disinggung ada beberapa kesamaan dan perbedaan antara expost facto dengan eksperimen. Kedua penelitian ini sama-sama menentukan penelitian. berusaha hubungan menemukan antara dan mengungkapkan dalam data atau hasil

variabel-variabel

Kedua penelitian juga dapat menguji hipotesis mengenai hubungan variabel bebas dengan variabel terikat. Pengukuran variabel dalam kedua penelitian bisa sama, yakni dapat menghasilkan skala pengukuran yang luas seperti skala nominal, ordinal, interval maupun rasio, bahkan dalam hal tertentu expost facto bisa lebih komprehensif mengingat sifatnya yang lebih alami, analisis data hasil penelitian kedua penelitian tidak bisa sama, yakni menggunakan analisis kuantitatif dengan bantuan statistika, sedikit sekali kemungkinan analisis kualitatif. Beberapa perbedaan dari kedua penelitian tersebut nampak dalam hal teknik perolehan data atau informasi dan kesahihan temuan penelitian. Dengan eksperimen, peneliti dapat memperoleh informasi yang lebih meyakinkan dan akurat untuk hubungan kausal atau fungsional antara variabel-variabel daripada penelitian expost facto. Pengaruh untuk meyakinkan atau menentukan pengaruhnya pada variabel terikat, jika variabel terikat Y bervariasi bersama dengan variasi dalam variabel bebas X dalam situasi yang terkontrol, maka peneliti memperoleh data mengenai kesahihan hubungan antara sebab akibat yang diduga / dihipotesiskan antara variabel bebas X dengan variabel terikat Y. Dalam situasi expost facto sebaliknya, peneliti tidak dapat mengontrol variabel bebas melalui manipulasi/perlakuan atau randomisasi sebab perlakuan telah ada dan telah terjadi sebelumnya oleh orang lain dan bukan oleh peneliti. Dengan demikian peneliti tidak dapat mengetahui

atau mengontrol dan mengendalikan variabel bebas. Dalam contoh ini akan dilihat perbedaan antara ex post facto dengan eksperimen. PENGARUH MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP PRESTASI YANG DICAPAINYA EX POST FACTO Peneliti pengukuran. mengadakan Pertama, EKSPERIMEN dua Peneliti terlebih dahulu memilih mengukur dua kelas siswa dan kesamaan melalui berupaya subjek

motivasi belajar siswa dengan alat randomisasi ukur tertentu agar diperoleh skor- membuat

skor motivasi dan membedakannya dalam segi atau aspek lain pada menjadi dua kategori, yakni motivasi kedua tinggi dan motivasi rendah. Kriteria pertama kelas tersebut. Kelas

diberikan

perlakuan

tinggi-rendahnya motivasi ditentukan motivasi belajar oleh peneliti, peneliti berdasarkan ukuran skor misalnya tertentu. Pengukuran kedua, adalah pujian, dengan nilai-nilai memberikan tinggi pada

prestasi belajar yang dicapai siswa. tugas yang baik pada waktu Analisis dilakukan pengaruh atau untuk melihat mengajar, kompetensi yang

setidak-tidaknya sehat atau memberi penjelasan

hubungan antara motivasi dengan kepada siswa agar lebih intensif prestasi belajar yang dicapai siswa. belajarnya. Pada kelas kedua Peneliti tidak perlu mengadakan dibiarkan sebagaimana adanya, atau memberikan perlakuan motivasi yakni tanpa perlakuan motivasi. kepada siswa, sebab motivasi Pengukuran hasil belajar

belajar siswa telah ada dalam diri dilakukan peneliti kepada kedua siswa itu sendiri. Perbedaan prestasi belajar dilihat dari skor yang dicapai antara siswa kelas tersebut dengan alat ukur yang sama dan waktu yang bersamaan. Analisis hasil belajar untuk dari kedua melihat kelas

yang memiliki motivasi tinggi dengan dilakukan siswa yang memiliki motivasi rendah. perbedaan

tersebut agar dapat menentukan efek perlakuan motivasi oleh

peneliti pada waktu ia mengajar

Kelemahan

temuan

ex

post

facto,

peneliti

tidak

dapat

menyimpulkan secara sahih, penyebab perbedaan prestasi belajar dari siswa dengan motivasi tinggi dan siswa motivasi rendah, sebab kedua kelompok tersebut mungkin telah dipengaruhi oleh faktor ketiga, misalnya intelegensi, prestasi sebelumnya, dan lain-lain. C. Prosedur Ex Post Facto Untuk menjelaskan bagaimana prosedur penelitian ex post facto dilaksanakan, berikut ini akan dikemukakan sebuah contoh. Peneliti ingin melihat pengaruh atau hubunan motiasi belajar terhadap atau dengan prestasi belajar berdasarkan jenis kelamin siswa. Peneliti ini hampir mirip dengan contoh sebelumnya. Motivasi belajar dapat ditempatkan sebagai variabel bebas utama, jenis kelamin ditempat fungsinya sebagai variabel kontrol, dan prestasi

belajar sebagai variabel terikat. Jika dilukiskan disainnya adalah sebagai berikut. Variabel Bebas (X) Variabel kontrol (Jenis kelamin) Variabel terikat (Y) Prestasi Belajar Motivasi Belajar (X) Pria (X1) Wanita (X2)

Y1

Y2

Analisis hubungan dapat dilakukan antara skor rata-rata hasil pengukuran motivasi belajar X dengan rata-rata skor hasil pengukuran prestasi belajar Y. Lebih dari itu dapat pula dilakukan analisis hubungan antara skor rata-rata hasil pengukuran motivasi belajar siswa pria(X1) dengan skor rata-rata hasil pengukuran prestasi belajar siswa pria (Y1). Penelitian di atas dapat dikembangkan menjadi disain faktorial sederhana 2 x 2 dengan membagi ariabel bebas motivasi belajar menjadu dua kategori. Misalnya, motivasi belajar kelompok dan motivasi belajar individual. Motiasi belajar Variabel Bebas (X) Variabel Kontrol (Jenis Kelamin) Variabel Terikat (Y) Prestasi belajar Penelitian di atas dapat dikembangkan lebih luas lagi degan memasukkan variabel atribut lain, misalnya tinggi rendahnya motiasi Y1 Y2 Y3 Y4 Kelompok Pria Wanita Motivasi Belajar Individual Pria Wanita

belajar pada setiap jenis kelamin, sehingga menjadi disain faktorial 2 x 2 x 2. variabel bebas utama motivasi belajar (kelompok-individual) kontrol pertama jenis kelamin, dan ariabel kontrol kedua tinggi rendahnya motivasi dan variabel terikatnya prestasi. Disainnya berikut ini: Variabel Bebas (X) Motivasi belajar kelompok Variabel kontrol pertama (jenis kelamin) Variabel kontrol kedua (derajat motivasi) Variabel terikat (Y) Prestasi belajar T R T R T R T R Pria Wanita Pria Wanita Motivasi belajar individual

Y1

Y2

Y3

Y4

Y5

Y6

Y7

Y8

Dari contoh dan uraian di atas maka penelitian ex post facto dapat mengkaji hubungan dua variabel atau lebih, terutama variabel bebas aktif dengan variabel bebas atribut terhadap variabel terikat. D. Macam-macam Expost Facto 1. Penelitian Korelasi Penelitian korelasi adaah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data guna menentukan, apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua variabel atau lebih. Adanya hubungan dan tingkat variabel ini penting, karena dengan mengetahui tingkat

hubungan yang ada, peneliti akan dapat mengembangkannya sesuai dengan tujuan penelitian. 2. Penelitian Kausal Komparatif Metode penelitian yang erat dengan penelitian koreasi adalah penelitian causal comparative atau hubungan sebab akibat. Di dalam mengelompokkan jenis penelitian ini, ada para ahli yang memasukkan penelitian kausal komparatif sebagai penelitian deskriptif. Alasan yang mendasarinya adalah bahwa penelitian tersebut berusaha

menggambarkan keadaan yang telah terjadi.. Ada tiga karakteristik penting yang perlu diketahui oleh para peneliti dalam kaitannya dengan penelitian korelasional yaitu: 1. Penelitian koreasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin melakukan manipulasi dan mengontrol variabel. 2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam kondisi setting nyata. 3. Memungkinkan peneliti mendapatkan derajat asosiasi yang signifikan

PERTANYAAN

1. Jelaskan perbedaan ex post facto dan eksprimen dalam penelitian ex post facto ? 2. Jelaskan menurut saudara apa Penelitian Kausal Komparatif ? 3. Sebutkan dan jelaskan perbedaan ex post facto dan eksprimen menurut dari prosedur yang ada ?

DAFTAR PUSTAKA Subana,Sudrajat.2009.DasarDasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:CV.Sinar Baru.

BAB III PENELITIAN EKSPERIMEN

A. Pengertian Penelitian Eksperimen Menurut Subana dan Sudrajat (2009 : 39) Penelitian Eksperimen adalah Penelitian yang melihat dan meneliti adanya akibat setelah subjek dikenai perlakuan pada variabel bebasnya. jadi penelitian eksperimen adalah penelitian yang bertujuan melihat hubungan sebab akibat. Penelitian Eksperimen adalah Metode yang mengungkap

hubungan antara dua variabel atau lebih atau mencari pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya.(Moh.Nazir). Menurut Buchari Alma (2004: 50) dalam Sudjarwo dan Basrowi (2009: 298), penelitian dengan pendekatan eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari suatu pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara tepat. Dalam Eksperimen ada dua Variabel yang jadi perhatian utama, yakni variabel bebas dan vaiabel terikat. Variabel bebas sengaja dimanipulasi oleh peneliti, sedangkan variabel yang diamati/diukur sebagai akibat dari manipulasi variabel bebas disebut variabel terikat. B. Karakteristik Penelitian Eksperimen Menurut Moh.Nazir Penelitian eksperimen mengandung tiga karakteristik pokok yaitu : 1. Adanya Variabel bebas yang di manipulasikan

2. Adanya Pengendalian/Pengontrolan variabel bebas.

semua

variabel lain kecuali

3. Adanya Pengamatan/pengukuran terhadap variabel terikat sebagai efek variabel bebas

Ketiga karaktristik tersebut dapat diuraikan secara singkat, sebagai berikut. a. Memanipulasi Karakteristik pertama yang selalu ada dalam penelitian eksperimen adalah tindakan memanipulasi variabel secara terencana diakukan oleh peneliti, yang dimaksud dengan manipulasi yaitu tindakan atau perlakuan yang dilakukan oleh peneliti atas dasar pertimbangan ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan secara terbuka guna memperoleh perbedaan efek dalam variabel terikat. b. Mengontrol variabel Karakteristik kedua yang selalu ada dalam penelitian eksperimen yaitu adanya kontrol yang selalu sengaja dilakukan oleh peneliti terhadap variabel atau perubahan yang ada. Mengontrol merupakan usaha peneliti untuk memindahkan pengaruh variabel lain pada variabel terikat yang mungkin mempengaruhi penampilan variabel tersebut. Kegiatan

mengontrol suatu variabel atau subjek dalam penelitian eksperimen memiliki peranan penting karena tanpa melakukan kontrol secara

sistematis, seorang peneliti tidak munkin dapat melakukan evaluasi dengan melakukan pengukuran secara cermat terhadap variabel terikat. c. Melakukan observasi Karakteristik yang ketiga dalam penelitian eksperimen adalah adanya tindakan observasi yang dilakukan oleh peneliti selama proses penelitian belangsung. Selama proses penelitian berlangsung, peneliti melakukan observasi terhadap kedua kelompok tersebut. Tujuan

melakukan observasi adalah untuk melihat dan mencatat fenomena apa yang memungkinkan terjadinya perbedaan diantara kedua kelompok. C. Desain Penelitian Eksperimen Desain eksperimen menunjuk kepada kerangka konseptual,

bagaimana eksperimen itu dilaksanakan. Ada dua fungsi desain eksperimen (1) Memberikan kesempatan untuk membandingkan kondisi yang di tuntut oleh hipotesis penelitian, (2) memungkinkan peneliti membuat interpretasi dari hasil studi melalui analisis data secara statistic. Kriteria yang terpenting adalah bahwa desain harus tepat untuk menguji hipotesis yang diajukan. Suatu eksperimen dikatakan terandalkan apabila menggunakan desain yang tepat bukan desain yang rumit dan canggih. 1. Pre-Experiment Design Desain ini belum merupakan eksperimen yang sebenarnya, karena masih terdapat variabel luar yang ikut berpengaruh terhadap terbentuknya variabel terikat. Jadi hasil dari penelitian eksperimen yang merupakan

variabel terikat itu bukan semata-mata dipengaruhi oleh variabel bebas. Hal ini terjadi karena tidak adanya variabel kontrol dan sampel tidak dipilih secara random. a. Disain prates-pascates satu kelompok Desain ini menempuh tiga langkah, yakni (1) memberikan pretes untuk mengukur variabel terikat sebelum perlakuan dilakukan (prates). (2) memberikan perlakuan eksperimen kepada para subjek dan (3) memberikan tes lagi untuk mengukur variabel terikat setelah perlakuan (pascates) b. Disain statis dua kelompok Desain ini menggunakan dua kelompok, satu diantaranya diberikan perlakuan eksperimen. Dua kelompok dianggap sama dalam semua aspek yang relevan dan perbedaan hanya terdapat dalam perlakuan. Hasil pengukuran variabel terikat dari kedua kelompok dibandingkan untuk melihat evek dari perlakuan X. 2. True-Experiment Design Desain ini sudah merupakan penelitian eksperimen yang

sebenarnya, karena dalam desain ini peneliti dapat mengontrol semua variabel luar yang mempengaruhi jalannya eksperimen. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini diambil secara random. a. Disain pascates subjek acak dua kelompok Disain ini menggunakan dua kelompok subjek yang dipilih secara acak,masing-masing ditempatkan dalam kondisi yang berbeda.

b. Disain pascates subjek acak sepadan dua kelompok. Disain ini hamper sama dengan disain diatas namun menggunakan pemadanan (matching) dalam menetapkan kelompok-kelompok yang sama,bukan dengan penempatan acak. c. Disain prates pascates kelompok acak Dalam disain ini para subjek ditempatkan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melalui metode acak dan diberi prates pada variabel terikat sebelum perlakuan diberikan. 3. Factorial Design Desain ini merupakan modifikasi dari true-experimental design, yaitu dengan memperhatikan kemungkinan adanya variabel moderator yang mempengaruhi perlakuan (variabel terikat) terhadap hasil (variabel terikat). Pada desain ini semua kelompok dipilih secara random. 4. Quasi Experiment Design Ada beberapa keadaan yang membuat keterbatasan pada penelitian eksperimen. Misalnya, pada beberapa skripsi dalam bidang pendidikan khususnya dalam pembelajaran, peneliti memerlukan kelas ekperimen dan kelas kontrol, tetapi tidak memungkinkan diadakannya pengambilan subjek penelitan secara acak dari populasi yang ada karena subjek (siswa) secara alami telah terbentuk dalam satu kelompok (satu kelas). Karena itu, desain penelitian eksperimen seperti diatas, tidak akan mengambil subjek secara acak dari populasi tetapi menggunakan seluruh

subjek dalam kelompok yang utuh (intact group) untuk diberi perlakuan (treatment). Desain Jenis ini disebut Quasi ekperimen (eksperimen semu). Salah satu bentuk dari quasi eksperimen adalah Time series design. Cirinya : a. tidak ada kelompok kontrol. b. diberikan pretest sampai empat kali.untuk melihat kelompok telah stabil dan konsisten sebelum dapat diberi perlakuan.

PERTANYAAN

1. Jelaskan dari mengontrol variabel ? 2. Apakah memanipulasi dalam penelitian eksperimen dibutuhkan ? 3. Berikan contoh dari Quasi Eksperimen ?

DAFTAR PUSTAKA Subana,Sudrajat.2009.DasarDasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:CV.Sinar Baru.

BAB IV RUMUSAN MASALAH DAN PENELAAH KEPUSTAKAAN

A. Rumusan Masalah 1. Pengertian dan Fungsi Perumusan Masalah Penelitian adalah serangkaian proses, langkah-langkah yang dilakukan secara terencana dan sistematis guna mendapatkan

pemecahan masalah atau mendapatkan jawaban. Perumusan masalah merupakan salah satu tahap di antara sejumlah tahap penelitian yang memiliki kedudukan yang sangat penting dalam kegiatan penelitian. Tanpa perumusan masalah, suatu kegiatan penelitian akan menjadi siasia dan bahkan tidak akan membuahkan hasil apa-apa. Perumusan masalah memiliki fungsi sebagai berikut yaitu : 1. Sebagai pendorong suatu kegiatan penelitian menjadi diadakan atau dengan kata lain berfungsi sebagai penyebab kegiatan penelitian itu menjadi ada dan dapat dilakukan. 2. Sebagai pedoman, penentu arah atau fokus dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini tidak berharga mati, akan tetapi dapat berkembang dan berubah setelah peneliti sampai di lapangan. 3. Sebagai penentu jenis data macam apa yang perlu dan harus dikumpulkan oleh peneliti, serta jenis data apa yang tidak perlu dan harus disisihkan oleh peneliti.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyusunan rumusan masalah penelitian adalah : 1. Masalah dirumuskan dalam bentuk-bentuk pertanyaan. 2. Masalah dirumuskan dalam susunan kalimat yang sederhana dan mengurangi penggunaan isitilah yang belum baku. 3. Masalah dirumuskan secara sngkat, jelas, padat serta tidak menimbulkan kerancuan pengertian. 4. Rumusan masalah haruslah mencerminkan keinginan yang hendak dicari. 5. Rumusan masalah tidak mempersulit pencarian data lapangan terutama terhadap data langka. 6. Rumusan masalah dapat dipakai sebagai dasar dalam

merumuskan hipotesis. 7. Rumusan masalah haruslah direfleksikan ke dalam judul penelitian. 2. Kriteria-kriteria Perumusan Masalah Tiga kriteria yang diharapkan dapat dipenuhi dalam perumusan masalah penelitian yaitu : a. Pertama dari suatu perumusan masalah adalah berwujud kalimat tanya atau yang bersifat kalimat interogatif, baik pertanyaan yang

memerlukan jawaban deskriptif, maupun pertanyaan yang memerlukan jawaban eksplanatoris, yaitu yang menghubungkan dua atau lebih fenomena atau gejala di dalam kehidupan manusia.

b. Kedua dari suatu masalah penelitian adalah bermanfaat atau berhubungan dengan upaya pembentukan dan perkembangan teori, dalam arti pemecahannya secara jelas, diharapkan akan dapat memberikan sumbangan teoritik yang berarti, baik sebagai pencipta teori-teori baru maupun sebagai pengembangan teori-teori yang sudah ada. c. Ketiga, adalah bahwa suatu perumusan masalah yang baik, juga hendaknya dirumuskan di dalam konteks kebijakan pragmatis yang sedang aktual, sehingga pemecahannya menawarkan implikasi

kebijakan yang relevan pula, dan dapat diterapkan secara nyata bagi proses pemecahan masalah bagi kehidupan manusia. Sebagai ilustrasi dibawah ini disajikan beberapa contoh: 1. Apakah mengajar dengan metode diskusi lebih berhasil dari pada mengajar dengan metode ceramah? 2. Apakah mahasiswa yang tinggi nilai ujian masuknya juga tinggi indeks prestasi belajarnya? B. Penelaah Kepustakaan 1. Pengertian penelaah Kepustakaan Penelaah kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku

tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain. Kriteria untuk memilih sumber bacaan yaitu: 1. Prinsip kemutakhiran (recency) 2. Prinsip relevansi (relevance) 2. Tujuan penelaah Kepustakaan Peneliti akan melakukan studi kepustakaan, baik sebelum maupun selama dia melakukan penelitian. Studi kepustakaan memuat uraian sitematis tentang kajian literatur dan hasil penelitian sebelumnya yang ada hubungannya dengan penelitian yang akan dilakukan dan diusahakan menunjukkan kondisi mutakhir dari bidang ilmu tersebut (the state of the art). Studi kepustakaan yang dilakukan sebelum melakukan penelitian bertujuan untuk: a. Menemukan suatu masalah untuk diteliti. b. Mencari informasi yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. c. Mengkaji beberapa teori dasar yang relevan dengan masalah yang akan diteliti. d. Mencari landasan teori yang merupakan pedoman bagi pendekatan pemecahan masalah dan pemikiran untuk perumusan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian. e. Agar peneliti dapat pandai-pandai memanfaatkan informasi dari suatu makalah yang diperlukan bagi penelitiannya, terutama yang terkait dengan

objek dan atau sasaran penelitiannya. f. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang ada kaitannya dengan penelitian yang akan dilakukan. g. Menelaah basil penelitian sebelumnya diarahkan pada sebagian atau seluruh dari unsur-unsur penelitian yaitu: tujuan penelitian, metode, analisis, hasil utama dan kesimpulan. h. Mendapat informasi tentang aspek-aspek mana dari suatu masalah yang sudah pernah diteliti untuk menghindari agar tidak meneliti hal yang sama. (Kasihani Kasbalah, 1992 , juga Bintarto, 1992).

3. Sumber Kepustakaan Beberapa sumber kepustakaan yang biasanya ada di perpustakaan perguruan tinggi adalah: 1. Ensiklopedi, yang merupakan sumber referensi yang lengkap. Bila akan mencari informasi tentang suatu topik tertentu, peneliti dapat membaca ensiklopedi umum (general encyclopedia); sedang untuk yang lebih khusus dapat dicari dalam subject encyclopedia. 2. Buku-buku teks dan referensi, yang berisikan pengetahuan tentang berbagai bidang studi. 3. Direktori dan buku pegangan, yang memuat alamat dan data lainnya serta pedoman untuk mengerjakan sesuatu.laporan hasil-hasil

penelitian. Tesis, skripsi dan disertasi, yang merupakan karya tulis yang

biasanya berkaitan dengan suatu penelitian atau penemuan baru. 4. Abstrak, yang memuat ringkasan karangan, tesis, dan disertasi. 5. Majalah, jurnal dan surat kabar, yang memuat artikel-artikel yang relevan dengan masalah. 6. Biografi, yang memuat data perorangan antara lain nama, tempat dan tanggal lahir, pendidikan, dsb. 7. Indeks, yang memuat daftar karya tulis yang disusun secara alfabetis.

4. Strategi Studi Kepustakaan Peneliti sebaiknya sudah menentukan lebih dahulu sumber informasi apa yang akan diperiksa. Urutan kegiatan secara efektif dapat dimulai dengan mencari informasi referensi yang bersifat umum sebelum menuju ke pencarian yang lebih khusus. Untuk melakukan pencarian informasi diperlukan langkah-langkah berikut ini: a. Mendaftar semua variable yang perlu diteliti. b. Mencari setiap variable pada "subject encyclopedia. c. Memilih deskripsi bahan-bahan yang diperlukan dari sumber-sumber yang tersedia. d. Memeriksa indeks yang memuat variable-variabel dan topik masalah yang diteliti. e. Selanjutnya yang menjadi lebih khusus adalah mencari artikel-artikel, buku-buku, dan biografi yang sangat membantu untuk mendapatkan bahan-bahan yang relevan dengan masalah yang diteliti.

PERTANYAAN

1. Bagaiamana menurut saudara definisi Perumusan Masalah dan penelaah Kepustakaan ? 2. Jelaskan Kriteria-kriteria Perumusan Masalah ? 3. Sebutkan dan jelaskan langkah-langkah Untuk melakukan

pencarian informasi dalam Strategi Studi Kepustakaan ?

DAFTAR PUSTAKA Subana,Sudrajat.2009.DasarDasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:CV.Sinar Baru.

BAB V VARIABEL PENELITIAN

A. Definisi dan Pengertian Variabel Sebagian besar para ahli mendefinisikan variabel penelitian sebagai kondisi-kondisi yang oleh peneliti dimanipulasikan, dikontrol, atau diobservasikan dalam suatu penelitian. Selain itu, beberapa ahli lainnya menyatakan bahwa variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan menjadi obyek pengamatan penelitian. Dari dua pengertian tersebut, dapat dijelaskan bahwa variabel penelitian meliputi faktor-faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang diteliti. Variabel penelitian ditentukan oleh landasan teoritisnya dan kejelasannya ditegaskan oleh hipotesis penelitian. Oleh karena itu, apabila landasan teoritis suatu penelitian berbeda, akan berbeda pula variabelnya. Variabel-variabel yang ingin digunakan perlu ditetapkan,

diidentifikasi, dan diklasifikasikan. Jumlah variabel yang digunakan bergantung pada luas serta sempitnya panelitian yang akan digunakan Dalam ilmu-ilmu eksakta, variabel-variabel yang digunakan umumnya mudah diketahui karena dapat dilihat dan divisualisasikan. Tetapi, variabel-variabe dalam ilmu sosial, sifanya lebih abstrak sehingga sukar dijamah secara realita. Variabel-variabel ilmu sosial berasal dari suatu konsep yang perlu diperjelas dan diubah bentuknya sehingga dapat diukur dan dipergunakan secara operasional. Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2007) Secara Teoritis, para ahli telah mendefinisikan Variable sebagai berikut :

Dr. Ahmad Watik Pratiknya (2007)

Variable adalah Konsep yang

mempunyai variabilitas. Sedangkan Konsep adalah penggambaran atau

abstraksi dari suatu fenomena tertentu. Konsep yang berupa apapun, asal mempunyai ciri yang bervariasi, maka dapat disebut sebagai variable. Dengan demikian, variable dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang bervariasi.

Dr. Soekidjo Notoatmodjo (2002) Variable mengandung pengertian ukuran atau cirri yang dimiliki oleh anggota anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok yang lain. Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang sesuatu konsep pengertian tertentu. B. Definisi Operasional variabel dengan cara memberikan arti, atau menspesifikasikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut. Definisi operasional yang dibuat dapat berbentuk definisi operasional yang diukur, ataupun definisi operasional eksperimental.Definisi operasional adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu Dalam suatu penelitian, variebel perlu diidentifikasi, diklasifikasikan dan diidentifikasi secara operasional dengan jelas dan tegas agar tidak menimbulkan kesalahan dalam pengumpulan dan pengolahan data serta dalam pengujian hipotesis. Dari keterangan-keterangan diatas, maka dapat disimpulkan tiga buah pola dalam memberikan definisi operasional dalam suatu variabel . Ketiga pola tersebut adalah sebagai berikut: a. Definisi yang disusun atas dasar kegiatan lain yang terjadi, yang harus dilakukan atau yang tidak dilakukan untuk memperoleh variabel yang didefinisikan. b. Definisi yang disusun berdasarkan bagaimana sifat serta cara beroperasinya hal-hal yang didefinisikan.

c. Definisi yang disusun atas dasar bagaimana hal yang didefinisikan itu muncul. C. Jenis-Jenis Variabel a. Variabel Dependen atau variabel tidak bebas adalah kondisi atau karakteristik yang berubah atau muncul ketika penelitian

mengintroduksi, pengubah atau pengganti variabel bebas. Menurut fungsinya variabel ini dipengaruhi oleh variabel lain.

b. Variabel Independen atau variabel bebas, adalah kondisi-kondisi atau karakteristik yang oleh peneliti dimanipulasikan dalam rangka untuk menerangkan hubungan-hubungan dengan fenomena yang diobservasi. Menurut fungsinya variabel ini mempengaruhi variabel lain, jadi secara bebas berpengaruh dalam variabel lain.

Prestasi Belajar (Variabel Dependen)

Motivasi Belajar (Variabel Independen)

c. Variabel

intervening,

Yaitu

variabel

yang

berfungsi

menghubungkan variabel satu dengan variabel lain. Hubungan itu dapat menyangkut sebab akibat ataupun pengaruh atau

terpengaruh. Variabelini merupakan variabel penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langsung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen.

Contoh hubungan variabel independen-moderator-intervening-dependen Lingkungan Tempat Tinggal

(Variabel Moderator) Penghasilan

(Variabel Independen) Gaya hidup

(Variabel Intervening) Harapan Hidup

(Variabel Dependen)

d.

Variabel Moderator, adalah variabel yang mempengaruhi, memperkuat dan memperlemah hubungan antara variabel

independen dengan dependen. Variabel tersebut juga sebagai variabel independen ke dua. Contoh hubungan variabel independen-moderator-dependen.

Perilaku Suami (Variabel Independen)

Jumlah Anak Variabel Moderator)

Perilaku Isteri (Variabel Dependen)

e.

Variabel kontrol adalah variabel yang membatasi atau mewarnai variabel moderator. Variabel ini berfungsi sebagai kontrol terhadap variabel lain terutama yang berkaitan dengan variabel moderator dan bebas, ia juga berpengaruh terhadap variabel tergantung.

f. Variabel acak atau random, yaitu variabel yang fungsinya dapat diabaikan dan pengaruhnya dapat tidak diperhatikan terhadap bebas maupun tergantung.

D. Pengukuran Variabel Pengukuran Variabel Penelitian dapat dikelompokkan menjadi 4 Skala Pengukuran, yaitu 1. Skala Nominal Adalah Suatu himpunan yang terdiri dari anggota anggota yang mempunyai kesamaan tiap anggotanya, dan memiliki perbedaan dari anggota himpunan yang lain, misalnya : a. Jenis Kelamin : dibedakan antara laki laki dan perempuan b. Pekerjaan : dapat dibedakan petani, pegawai, pedagang c. Golongan Darah : dibedakan atas Gol. 0, A, B, AB d. Ras : dapat dibedakan atas Mongoloid, Kaukasoid, Negroid. e. Suku Bangsa : dpt dibedakan dalam suku Jawa, Sunda, Batak dsb. Skala Nominal, Variasinya tidak menunjukkan Perurutan atau Kesinambungan, tiap variasi berdiri sendiri secara terpisah. Dalam Skala Nominal tidak dapat dipastikan apakah kategori satu mempunyai derajat yang lebih tinggi atau lebih rendah dari kategori yang lain ataukah kategori itu lebih baik atau lebih buruk dari kategori yang lain. 2. Skala Ordinal Skala ordinal adalah skala variabel yang menunjukkan tingkatan tingkatan dan pengertian yang lain skala ordinal adalah himpunan yang beranggotakan menurut rangking, urutan, pangkat atau jabatan.

Contoh : a. Tingkat Pendidikan : dikategorikan SD, SMP, SMA, PT b. Pendapatan : Tinggi, Sedang, Rendah c. Tingkat Keganasan Kanker : dikategorikan dalam Stadium I, II, dan III. Hal ini dapat dikatakan bahwa : Stadium II lebih berat daripada Stadium I dan Stadium III lebih berat daripada Stadium II. Tetapi kita tidak bisa menentukan secara pasti besarnya perbedaan keparahan itu. d. Sikap (yang diukur dengan Skala Linkert) : Setuju, Ragu ragu, Tidak Setuju. 3. Skala Interval Skala interval adalah skala data kontinum yang batas variasi nilai satu dengan yang lain jelas, sehingga jarak atau intervalnya dapat dibandingkan. Nilai variasi pada skala interval juga dapat dibandingkan seperti halnya pada skala ordinal (lebih besar, sama, lebih kecil, dsb), tetapi nilai mutlaknya tidak dapat dibandingkan secara matematis, oleh karena itu batasbatas 4. Skala Rasio = Skala Perbandingan Skala ratio adalah skala yang disamping batas intervalnya jelas, juga variasi nilainya memunyai batas yang tegas dan mutlak ( mempunyai nilai NOL ABSOLUT ). Misalnya : a. Tinggi badan : sebagai skala ratio, tinggi badan 180 Cm dapat dikatakan mempunyai selisih 60 Cm terhadap tinggi badan 120 Cm, hal ini juga dapat dikatakan bahwa : tinggi badan 180 adalah 1 kali dari tinggi badan 120 Cm. b. Denyut nadi : nilai 0 dalam denyut nadi dapat dikatakan tidak ada sama sekali denyut nadinya. c. Berat badan d. Dosis obat, dsb

Dari uraian di atas jelas bahwa skala ratio, interval, ordinal dan Nominal berturut turut memiliki nilai kuantitatif dari yang paling rinci ke yang kurang rinci. Skala ratio mempunyai sifat sifat yang dimiliki skala interval, ordinal dan nominal. Skala interval memiliki ciri ciri yang dimiliki skala ordinal dan nominal, sedangkan skala ordinal memiliki sifat yang dimiliki skala nominal. Adanya perbedaan tingkat pengukuran memungkinkan terjadinya transformasi skala ratio dan interval menjadi ordinal atau nominal. Transformasi ini dikenal sebagai Data Reduction atau Data Collapsing. Hal ini dimaksudkan agar dapat menerapkan metode statistic tertentu, terutama yang menghendaki skala data dalam bentuk ordinal atau nominal. Sebaliknya, skala ordinal dan nominal tidak dapat diubah menjadi interval atau ratio. Skala nominal yang diberi label 0,1 atau 2 dikenal sebagai Dummy Variable (Variabel Rekayasa). Misalnya : Pemberian label 1 untuk laki laki dan 2 untuk perempuan tidak mempunyai arti kuantitatif (tidak mempunyai nilai / hanya kode). Dengan demikian, perempuan tidak dapat dikatakan 1 lebih banyak dari laki laki. Pemberian label tersebut dimaksudkan untuk mengubah kategori huruf (Alfabet) menjadi kategori Angka (Numerik), sehingga memudahkan analisis data. (Cara ini dijumpai dalam Uji Q Cochran pada Pengujian Hipotesis).

E. Korelasi antar Variabel Korelasi antar Variabel, ada 3 yaitu : 1. Korelasi Simetris Korelasi Simetris terjadi bila antar dua variable terdapat hubungan, tetapi tidak ada mekanisme pengaruh mempengaruhi ; masing masing bersifat mandiri, korelasi simetris terjadi karena : a. Kebetulan. Misalnya : Kenaikan gaji dosen dengan turunnya hujan deras.

b. Sama sama merupakan akibat dari faktor yang sama (Sebagai akibat dari Variabel Bebas) Contoh : Hubungan antara berat badan dan tinggi badan. Keduanya merupakan variable terikat dari variable bebas yaitu Pertumbuhan. c. Sama sama sebagai Indikator dari suatu konsep yang sama. Misalnya : Hubungan antara kekuatan kontraksi otot dengan ketahanan kontraksi otot ; Kemampuan Kontraksi Otot. 2. Korelasi Asimatris Korelasi Asimatris ialah Korelasi antara dua variable dimana variable yang satu bersifat mempengaruhi variable yang lain ( Variable Bebas dan Variable Terikat ) Contoh : Tingginya kadar lipoprotein dalam darah akan mengakibatkan arterosklerosis. 3. Korelasi Timbal Balik Korelasi timbal balik adalah Korelasi antar dua variable yang antar keduanya saling pengaruhmempengaruhi. Contoh : Korelasi antara Malnutrisi dan Malabsorbsi. Malabsorbsi akan mengakibatkan malnutrisi, sedangkan malnutrisi Keduanya merupakan indikator

mengakibatkan atrofi selaput lendir usus yang akhirnya menyebabkan malabsorbsi. F. Paradigma Paradigma penelitian merupakan kerangka berpikir yang

menjelaskan bagaimana cara pandang peneliti terhadap fakta kehidupan sosial dan perlakuan peneliti terhadap ilmu atau teori. Paradigma penelitian juga menjelaskan bagaimana peneliti memahami suatu masalah, serta kriteria pengujian sebagai landasan untuk menjawab masalah penelitian.

Secara umum, paradigma penelitian diklasifikasikan dalam 2 kelompok yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif (Indiantoro & Supomo, 1999: 12-13). Masing-masing paradigma atau pendekatan ini mempunyai kelebihan dan juga kelemahan, sehingga untuk menentukan pendekatan atau paradigma yang akan digunakan dalam melakukan penelitian tergantung pada beberapa hal di antaranya: 1. Jika ingin melakukan suatu penelitian yang lebih rinci yang menekankan pada aspek detail yang kritis dan menggunakan cara studi kasus, maka pendekatan yang sebaiknya dipakai adalah paradigma kualitatif. Jika penelitian yang dilakukan untuk mendapat kesimpulan umum dan hasil penelitian didasarkan pada pengujian secara empiris, maka sebaiknya digunakan paradigma kuantitatif, dan 2. Jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang penerapannya luas dengan obyek penelitian yang banyak, maka paradigma kuantitaif yang lebih tepat, dan jika penelitian ingin menjawab pertanyaan yang mendalam dan detail khusus untuk satu obyek penelitian saja, maka pendekatan naturalis lebih baik digunakan. Hasil penelitian akan memberi kontribusi yang lebih besar jika peneliti dapat

menggabungkan kedua paradigma atau pendekatan tersebut. Penggabungan paradigma tersebut dikenal istilah triangulation. Penggabungan kedua pendekatan ini diharapkan dapat memberi nilai tambah atau sinergi tersendiri karena pada hakikatnya kedua paradigma mempunyai keunggulan-keunggulan.

PERTANYAAN

1. Apa yang mendasari adanya jenis-jenis variabel ? 2. Bagaimanakan cara mengukur sebuah variebel ? 3. Sebutkan dan jelaskan korelasi antar variabel ?

DAFTAR PUSTAKA Subana,Sudrajat.2009.DasarDasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:CV.Sinar Baru.

BAB VI POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

A. Populasi Istilah populasi biasa digunakan jika penelitian yang dilakukan mengambil sample sebagai subjek penelitian. Akan tetapi jika sasaran penelitiannya adalah semua anggota populasi, maka istilah yang cocok digunakan adalah subjek penelitian. Dalam penelitian survai, sumber data umumnya diistilahkan responden, sedangkan dalam penelitian kualitatif biasanya disebut informan atau subjek. Populasi merupakan seluruh subjek atau objek dengan ciri-ciri tertentu yang akan diteliti. Dalam sebuah penelitian, populasi yang dipilih erat hubungannya dengan masalah yang ingin dicari jawabannya. Dalam penelitian motivasi bersekolah misalnya, suatu sampel bisa diambil dari populasi anak usia sekolah. Dalam penelitian tenaga kerja dipilih populasi penduduk usia kerja; dalam penelitian manfaat tanaman air yang diplilih sebagai populasi bisa tanaman enceng gondok. Berdasarkan sifatnya ada dua macam populasi, yaitu : 1. Populasi Homogen, adalah objek atau sumber data penelitian yang unsur-unsurnya memiliki sifat yang sama. 2. Populasi Heterogen, adalah sumber data atau objek penelitian yang unsur-unsurnya memiliki sifat atau keadaan yang berbeda.

Dalam penelitian, langkah pertama dalam mendesain penelitian adalah menentukan populasi yang mempunyai karakteristik yang sesuai dengan kajian penelitian. Peneliti harus menetapkan grup tertentu yang akan diteliti sebelum kemudian menentukan sampel penelitian atau melakukan penelitian sensus. Sebagai peneliti, untuk dapat menentukan populasi dari penelitian yang akan dilakukan, dia harus terlebih dahulu mengetahui segala sesuatu . Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi. Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan sensus antara lain adalah,(a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian; (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan

mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan. (Uma Sekaran, 1992); (d) demikian pula jika elemen populasi homogen, penelitian terhadap seluruh elemen dalam populasi menjadi tidak masuk akal, misalnya untuk meneliti kualitas jeruk dari satu pohon jeruk. Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek penelitian. Jika yang ingin diteliti adalah sikap konsumen terhadap satu produk tertentu, maka populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan X, maka populasinya adalah keseluruhan laporan keuangan perusahaan X tersebut, Jika yang diteliti adalah motivasi pegawai di departemen A maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen A. Jika yang diteliti adalah efektivitas gugus kendali mutu (GKM) organisasi Y, maka populasinya adalah seluruh GKM organisasi Y B. Sampel Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan diteliti. Dalam sebuah penelitian tidaklah selalu perlu untuk meneliti semua individu/unit dalam sebuah populasi, karena disamping memakan biaya yang sangat besar juga membutuhkan waktu yang lama. Sering timbul pertanyaan, berapa besarnya sampel yang harus diambil untuk mendapatkan data yang benar-benar representatif (dapat mewakili karakteristik populasi)? Tidak ada jawaban yang pasti, namun setiap peneliti dapat mempertimbangkan empat Supaya dalam

pelaksanaan penelitian tidak terlalu banyak perhitungan, maka Issac dan Michael (1981:192) menuangkan rumus tersebut ke dalam bentuk tabel, Tabel1:Menentukan Jumlah sampel dengan Taraf Signifikansi 5%

N 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85

S 10 14 19 24 28 32 36 40 44 48 52 56 59 63 66 70

N S N S 90 73 300 169 95 76 400 196 100 80 500 217 120 92 600 234 130 97 700 248 140 103 800 260 150 108 900 269 160 113 1000 278 170 118 1100 285 180 123 1200 291 190 127 1300 297 200 132 1400 302 220 140 1500 306 240 148 1600 310 260 155 1700 313 280 162 1800 317 Sumber:Sugiono(1997:67)

N 1900 2000 2200 2400 2600 2800 3000 3500 4000 4500 5000 10000 15000 20000 50000 100000

S 320 322 327 331 335 338 341 346 351 354 357 370 375 377 381 384

Sebagai contoh, untuk populasi yang berjumlah 100, dengan taraf signifikasi 5% ukuran sampelnya 80, sedangkan untuk populasi yang berjumlah 3500 taraf signifikansi 5% sebanyak346. Teknik-teknik pengambilan sampel Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling. Yang

dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol). Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator, atau undian.

Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep acak atau random itu sendiri. 1. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan

bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak

sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Prosedurnya : 1. Susun (sampling frame) 2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil 3. Tentukan alat pemilihan sampel 4. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi 2. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan

heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer

atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak. Prosedurnya : 1. Siapkan sampling frame 2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki 3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum 4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak. Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer. Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.

3. Cluster Sampling atau Sampel Gugus Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja. Prosedur : 1. Susun sampling frame berdasarkan gugus Dalam kasus di atas, elemennya ada 100 departemen. 2. Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel 3. Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak 4. Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sample 4. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan

sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang keberapa. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal keberapa -nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada ukuran

populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. Prosedurnya : 1. Susun sampling frame 2. Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil 3. Tentukan K (kelas interval) 4. Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau random biasanya melalui cara undian saja. 5. Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih. 6. Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya 5. Area Sampling atau Sampel Wilayah Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat

penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Prosedurnya :

a. Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa Barat) Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa. b. Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?) c. Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya. d. Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random. e. Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah. 6. Snowball Sampling Sampel Bola Salju Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti

menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu

narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup) Menentukan Ukuran Sampel Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Jumlah sampel yang diharapkan 100% mewakili populasi adalah sama dengan jumlah anggota populasi itu sendiri. Makin besar jumlah sampel mendekati populasi, maka peluang kesalahan generalisasi makin kecil dan sebaliknya. Ukuran sampel bisa ditentukan melalui dua dasar pemikiran, yaitu ditentukan atas dasar pemikiran statistis, dan atau

ditentukan atas dasar pemikiran non statistis. Ditinjau dari aspek statistis, ukuran sampel ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya: 1. bentuk parameter yang menjadi tolak ukur analisis, dalam arti apakah tujuan. Penelitian ini untuk menaksir rata-rata, persentase, atau menguji kebermaknaan hipotesis. 2. tipe sampling, apakah simple random sampling, stratified random sampling atau yang lainnya. Tipe sampling ini berkaitan dengan penentuan rumus-rumus yang harus dipakai untuk memperoleh ukuran sampel, dan 3. variabilitas variabel yang diteliti (keseragaman variabel yang diteliti), makin tidak seragam atau heterogen variabel yang diteliti, makin besar ukuran sampel minimal. Sedangkan dipandang dari sudut nonstatistis, ukuran sampel ditentukan oleh beberapa faktor, diantaranya:

a. kendala waktu atau time constraint. b. biaya. Menurut Sugiyanto (2010) rumus untuk menghitung ukuran sampel dari populasi yang diketahui jumlahnya adalah: 2 dengan dk = 1, taraf kesalahan bisa 1%. 5%, 10%. P = Q = 0,5. d = 0,05. s = jumlah sampel

TABEL PENENTUAN JUMLAH SAMPEL DARI POPULASI TERTENTU DENGAN TARAF KESALAHAN 1%, 5%, DAN 10%

N 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 65 70 75 80 85 90 95 100 110 120 130 140 150 160 170 180 190 200 210 220 230 240 250 260 270

1% 10 15 19 24 29 33 38 42 47 51 55 59 63 67 71 75 79 83 87 94 102 109 116 122 129 135 142 148 154 160 165 171 176 182 187 192

s 5% 10 14 19 23 28 32 36 40 44 48 51 55 58 62 65 68 72 75 78 84 89 95 100 105 110 114 119 123 127 131 135 139 142 146 149 152

10% 10 14 19 23 27 31 35 39 42 46 49 53 56 59 62 65 68 71 73 78 83 88 92 97 101 105 108 112 115 118 122 125 127 130 133 135

N 280 290 300 320 340 360 380 400 420 440 460 480 500 550 600 650 700 750 800 850 900 950 1000 1100 1200 1300 1400 1500 1600 1700 1800 1900 2000 2200 2400 2600

1% 197 202 207 216 225 234 242 250 257 265 272 279 285 301 315 329 341 352 363 373 382 391 399 414 427 440 450 460 469 477 485 492 498 510 520 529

s 5% 155 158 161 167 172 177 182 186 191 195 198 202 205 213 221 227 233 238 243 247 251 255 258 165 270 275 279 283 286 289 292 294 297 301 304 307

N 10% 138 2800 140 3000 143 3500 147 4000 151 4500 155 5000 158 6000 162 7000 165 8000 168 9000 171 10000 173 15000 176 20000 182 30000 187 40000 191 50000 195 75000 199 100000 202 150000 205 200000 208 250000 211 300000 213 350000 217 400000 221 450000 224 500000 227 550000 229 600000 232 650000 234 700000 235 750000 237 800000 238 850000 241 900000 243 950000 245 1000000

1% 537 543 558 569 578 586 598 606 613 618 622 635 642 649 563 655 658 659 661 661 662 662 662 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 663 664

s 5% 310 312 317 320 323 326 329 332 334 335 336 340 342 344 345 346 346 347 347 347 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 348 349

10% 247 248 251 254 255 257 259 261 263 263 263 266 267 268 269 269 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 270 271 271 271 271 271 272

Contoh Menentukan Ukuran Sampel Akan dilakukan penelitian dengan jumlah populasi 1000 orang (berstrata), yang terdiri dari berbagai jenjang pendidikan, yaitu lulusan S1 = 50 orang, Sarjana Muda = 300 orang, SMK = 500 orang, SMP = 100 orang, SD = 50 orang. Dengan tingkat kepercayaan 90%, berarti tingkat kesalahan = 10%. Dalam tabel, jika populasi 1000, kesalahan 10%, maka jumlah sampelnya = 213. Karena populasi berstrata, maka sampel juga harus berstrata. S1 SM SMK SMP SD 10,65 = 11 63,90 = 64 106,50 = 107 21,30 = 22 10,65 = 11 213,00 = 215 Populasi 1000 Sampel 215 Roscoe dalam Sugiyono (2010) memberi saran tentang ukuran sampel untuk penelitian: 1. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah 30 s.d 500. 2. Bila sampel dibagi dalam kategori, maka jumlah anggota sampel tiap kategori minimal 30. = = = = = 50/1000 300/1000 500/1000 100/1000 50/1000 X X X X X 213 213 213 213 213 = = = = =

3. Bila dalam penelitian akan melakukan analisis dengan multivariate (korelasi atau regresi ganda misalnya), maka jumlah anggota

sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti. 4. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 s.d 20.

PERTANYAAN

1. Sebutkan Teknik-teknik pengambilan sampel dalam penelitian yang kamu ambil ? 2. Jelaskan perbedaan populasi dan sampel penelitian menurut saudara ? 3. Jelaskan dua macam populasi dalam penelitian ?

DAFTAR PUSTAKA Subana,Sudrajat.2009.DasarDasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:CV.Sinar Baru.

BAB VII INSTRUMEN PENELITIAN

A. Pengertian instrumen penelitian Instrumen penelitian adalah setiap penelitian membutuhkan data Alat untuk mengumpulkan data tersebut instrumen penelitian. Instrumen yang baik adalah sesuai dengan jenis data yang dibutuhkan, maka instrumen harus valid dan reliabel. B. Jenis-Jenis Intrumen Penelitian Jenis-jenis instrumen penelitian adalah : 1. Test Tes adalah alat ukur yang diberikan kepada individu untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan baik secara tertulis, lisan dan perbuatan. Hasil pengukuran berupa data kuantitatif dan kualitatif, Ada dua jenis tes, yakni berupa : a. Test prestasi belajar b. Test kecerdasan 2. Wawancara Kelebihan : a. Peneliti bisa kontak langsung dengan responden. b. Wawancara bisa direkam sehingga data dan formasi bisa lebih lengkap. c. Data yang diperoleh bisa komprehensif.

Ada dua jenis wawancara yaitu : 1. Wawancara berstrukrur adalah Dimana jawaban pertanyaan telah disiapkan peneliti, dan keuntunganya mudah diolah dan dianalisis untuk dibuat kesimpulan 2. Wawancara bebas (tidak berstruktur) adalah Tidak perlu menyiapkan jawaban tapi responden bebas mengemukakan pendapatnya.

Keuntungannya informasi lebih padat dan lengkap, sekalipun peneliti harus bekerja keras menganalisisnya sebab bisa terjadi jawaban yang beraneka ragam. 3. Kuisioner dan Daftar inventory Kelebihan kuisioner : a. Sifatnya praktis b. Hemat waktu, tenaga dan biaya Kelemahan : Jawaban sering tidak objektif lebih-lebih bila pertanyaan kurang tajam, yang memungkinkan responden berpura-pura. Ada dua jenis kuesioner : a. Kuesioner berstruktur b. Kuesioner bebas Sedangkan Daftar inventory adalah berisi pernyataan/pertanyaan beserta jawaban responden tinggal memilih jewaban. Contoh : lab fisika. 4. Skala Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat, perhatian, dan motivasi yang disusun dalam bentuk pertanyaan untuk dinilai responden

dan hasilnya dalam bentuk rentangan niali angka sesuai dengan kreteria yang dibuat peneliti. a. Skala penilaian adalah Skala penilaian mengukur penampilan atau perilaku orang/ individu lain oleh seseorang, melalui pernyataan perilaku nindividu pada suatu titik kontinue atau suatu kategori yang bermakna nilai. b. Skala sikap adalah Skala sikap digunakan untuk mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu. Hasilnya berupa kategori sikap, yakni mendukung / positip atau menolak ( negatip). Sikap pada hakikatnya adalah kecenderungan berperilaku pada seseorang. Ada tiga komponen sikap, yakni: 1. Kognisi berkenaan dengan wawasan atau pemahaman terhadap objek. 2. Afeksi berkenaan dengan perasaan dalam menanggapi objek. 3. Konasi berkenaan dengan kecenderungan berbuat 5. Observasi/Pengamatan Obsevasi/Pengamatan adalah sebagai alat pengumpul data banyak digunak untuk mengukur tingkah laku individu ataupun proses terjadinya sesuatu kegiatan yang dapat diamati baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi buatan.

Jenis Observasi yaitu : 1. Observasi Lansung adalah pengamatan yang dilakukan langsung oleh si pengamat. 2. Obsevasi Tak Langsung adalah pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat/perantara. 3. Obsevasi Partisipasi adalah pengamat harus melihatkan diri ikut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh individu atau kelompok dalam kata lain pengamat ikut terlibat didalamnya. a. Keuntungan observasi partisipasi adalah pengamat dapat lebih menghayati, merasakan dan mengalami sendiri, seperti individu yang sedang diamati. b. Kelemahanya, terjadi dalam observasi pada pengamat itu

sendiri.misalnya kurang konsentrasi, kurang cermat dan cepat bosan. c. Cara mengatasinya dengan melakukan observasi lebih dari dua orang secara terpisah mengamati individu satu individu yang diamati. 6. Sastomentri Sastomentri adalah sebgai alat pengumpul yang digunakan untuk mempelajari peoses sosial terutama hubungan sosial individu dan kelompok. Dengan sosiometri dapat diketahui siapa yang mempunyai hubungan sosial yang lebih kuat, sedang mempunyai hubungan sosial. lemah atau yang tidak

a. Kelemahan sosiometri adalah adanya kompromi antarsiswa untuk saling memilih, adanya pengaruh untuk memilih tertentu, ketakutan kalau tidak memilih seseorang karena alasan tertentu b. Kelemahan tersebut dapat diatasi apabila waktu yang diberikan untuk memilih kawan yang paling dekat dibatasi, jangan terlalu lama, sehingga tidak ada peluang untuk kompromi.

PERTANYAAN

1. Jelaskan perbedaan antara wawancara dengan observasi serta contohnya ? 2. Jelaskan kuesioner berstruktur dan kuesioner bebas pada jenis kuesioner ? 3. Sebutkan jenis-jenis penelitian yang biasa digunakan dalam instrumen penelitian ?

DAFTAR PUSTAKA Subana,Sudrajat.2009.DasarDasar Penelitian Ilmiah.Bandung:

CV.Pustaka Setia.

Sujana Nana dan Ibrahim.1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:CV.Sinar Baru.

BAB VIII VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN

A. Validitas Validitas adalah berkenaan dengan ketepatan alat ukur terhadap konsep yang di ukur, sehingga betul-betul mengukur apa yang seharusnya di ukur. Menurut Sukardi (2008: 31) validitas instrument suatu evaluasi, tidak lain adalah derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Validitas suatu instrument evaluasi mempunyai beberapa makna penting diantaranya seperti berikut:

1) Validitas berhubungan dengan ketepatan interpretasi hasil tes atau instrument evaluasi untuk group individual dan bukan instrument itu sendiri. 2) Validitas diartikan sebagai derajat yang menunjukkan kategori yang bisa mencakup kategori rendah, menengah dan tinggi. 3) Prinsip suatu tes valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti adalah bahwa Ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja.

Contoh : peneliti ingin mengukur kemampuan siswa dalam matematika, kemudian di berikan soal dengan kalimat yang panjang dan berbelit-belit sehingga sukar di tangkap maknanya,ahirnya siswa tidak dapat menjawab ,akibat tidak memahami pertanyaannya.

Ada 3 jenis Validitas yang sering di gunakan dalam penyusunan Instrumen Yaitu : 1. Validitas Isi 2. Validitas bangun pengertian 3. Validitas Ramalan Validitas Isi yaitu bekenaan dengan kesanggupan instrumen mengukur isi yang harus di ukur. Artinya,alat ukur tersebut mampu mengungkap isi suatu konsep atau variabel yang hendak di ukur. Misal tes hasil belajar bidang studi IPS,harus bisa mengungkap isi bidang studi tersebut.Hal ini bisa di lakukan dengan cara menyusun tes yang bersumber dari kurikulum bidang studi yang hendak di ukur. Validitas Bangun Pengertian (Construt Validity) Yaitu bekenaan dengan kesanggupan alat ukur mengukur pengrtian-pengertian yang terkandung dalam materi yang di ukur nya. Pengertian pengertian yang terkandung dalam konsep kemampuan,minat sebagai variabel penelitian dalam berbagai bidang kajian harus jelas apa yang hendak di ukurnya. Menetapkan Indikator suatu konsep dapat di lakukan dalam dua cara,yakni : 1) Menggunakan pemahaman atau Logika berfikir atas dasar teori pengetahuan ilmiah. 2) Menggunakan pengalaman empiris,yakni apa yang terjadi dalam kehidupan nyata.

Contoh :Konsep mengenai Hubungan Sosial, dilihat dari pengalaman indikatorna empiris adalah keterkaitan dari,

1. Bisa Bergaul dengan orang lain 2. Di senangi atau benyak teman-teman nya 3. Menerima pendapat orang lain 4. Tidak memaksakan pendapatnya 5. Bisa bekerja sama dengan siapa pun Validitas Ramalan (Predictive Validity). Validaitas ramalan artinya di kaitkan dengan kreterian tertentu. dalam validitas ini yang di utamakan bukan isi tes tapi kreteriannya, apakah alat ukur tersebut dapat di gunakan untuk meramalkan suatu ciri atau perilaku tertentu atau kreteria tertentu yang di inginkan. Misalkan Alat ukur motivasi belajar ,apakah dapat digunakan untuk meramal prestasi belajar yang di capai.Artinya terdapat Hubungan yang positif antara motivasi dan prestasi . Dengan kata lain dalam validitas ini mengandung ciri adanya relevansi dan

ketetapan(reliability).

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Validitas

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu faktor internal dari tes, faktor eksternal tes, dan faktor yang berasal dari siswa yang bersangkutan.

1) Faktor yang berasal dari dalam tes

a. Arahan tes yang disusun dengan makna tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes b. Kata-kata yang digunakan dalam struktur instrument evaluasi, tidak terlalu sulit c. Item tes dikonstruksi dengan jelas. d. Tingkat kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa. e. Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu longgar. f. Jumlah item terlalu sedikit sehingga tidak mewakili sampel

2) Faktor yang berasal dari administrasi dan skor tes.

a. Waktu pengerjaan tidak cukup sehingga siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi tergesa-gesa. b. Adanya kecrangan dalam tes sehingga tidak membedakan antara siswa yang belajar dengan melakukan kecurangan. c. Pemberian petunjuk dari dari pengawas yang tidak dapat dilakukan pada semua siswa. d. Teknik pemberian skor yang tidak konsisten. e. Siswa tidak dapat memngikuti arahan yang diberikan dalam tes baku.

3) Faktor yang berasal dari jawaban siswa

Seringkali terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid, karena dipengaruhi oleh jawaban siswa dari pada interpretasi item-item pada tes evaluasi (Sukardi, 2008).

2. Cara Mengetahui Validitas Alat Ukur

Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti memilki kesejajaran antara hasil tes tersebut dengan kriterium. Teknik yang digunakan untuk mengetahui kesejajaran adalah dengan teknik korelasi product moment yang dikemukakan oleh pearson (Arikunto, 1997)

B. Reliabilitas Reabilitas Alat ukur adalah ketetapan atau keajegan alat tersebut dalam mengukur apa yang di ukur nya. Artinya,kapan pun alat ukur tersebut di gunakan akan memberikan hasil ukur yang sama. Contoh paling nyata adalah timbangan atau meteran. Hal yang sama terjadi untuk alat ukur suatu gejala, tingkah laku, ciri atau sifat individu dan lainnya. Misalnya alat ukur prestasi belajar seperti tes hasil belajar,alat ukur sikap,kuesioner dll, hendaknya meneliti sifat keajegan tersebut. Komponen skor sejati dan skor yang mengandung kesalahan pengukuran di nyatakan dalam suatu persamaan sistemais sebagai berikut :

X=b+s dengan X = skor yang diamati b = Skor Sejati s = Kesalahan Pengukuran Dalam suatu penelitian skor yang diamati adalah skor sejati di tambah skor kesalahan pengukuean sehingga variansi skor yang diamati X2 adalah variansi skor sejati Tb2 di tambah variansi skor kesalahan Ts2 atau Tx2 = Tb2 + Ts2 .

1. Reabilitas Tes Ulang Tes Ulang (test-retest)adalah penggunaan alat ukur terhadap subjek yang di ukur, dilakukan dua kali dalam waktu yang berlainan.

Misalnya tes Hasil Belajar matematika untuk siswa SD kelas V, di berikan hari ini lalu di periksa hasilnya, seminggu kemudian tes tersebut di berikan lagi pada siswa yang sama dan hasilnya di periksa. 2. Reabilitas Pecahan Setara Reabilitas bentuk pecahan setara tidak di lakukan pengulangan pengukuran kepada subjek yang sama tapi menggunakan hasil dari bentuk tes yang sebanding atau setara yang di berikan kepada subjek yang sama pada waktu yang sama pula

3. Reabilitas Belah Dua Reabilitas belah dua mirip dengan reabilitas pecahan setara terutama dari pelaksanaannya. Dalam prosedur ini alat ukur diberikan kepada kelompok subjek cukup satu kali atau satu saat. Mengingat korelasi tersebut hanya berlaku separuh tidak untuk seluruh

pertanyaan,maka koefisien korelasi yang di dapatkan nya tidak untuk seluruh soal,tapi hanya separuhnya. Cara melakukan reliabilitas belah dua pada dasarnya dapat dilakukan dengan urutan sebagai berikut:

1. Lakukan pengetesan item-item yang telah dibuat kepada subjek sasaran. 2. Bagi tes yang ada menjadi dua atas dasar dua item, yang paling umum dengan membagi item dengan nomor ganjil dengan item dengan nomor genap pada kelompok tersebut. 3. Hitung skor subjek pada kedua belah kelompok penerima item genap dan item ganjil. 4. Korelasikan kedua skor tersebut, menggunakan formula korelasi yang relevan dengan teknik pengukuran (Sukardi, 2008).

Oleh sebab itu koefisien korelasi belah dua perlu di ubah ke dalam koefisien korelasi untuk seluruh soal dengan menggunakan rumus ramalan Spearmen Brown :

4. Kesamaan Rasional Di samping cara-cara yang di jelaskan di atas ada prosedur menghitung reabilitas tanpa melakukan korelasi dari dua pengukuran atau pecahan setara dan belah dua. Cara tersebut adalah kesamaan rasional. Prosedur ini di lakukan dengan menghubungkan setiap butir dalam satu tes dengan butir-butir lainnya dan dengan tes itu sendiri secara keseluruhan. Salah satu cara yang sering di gunakan adalah

menggunakan rumus Kuder Rechardson atau KR 21. Rumusn

5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas Instrumen

Menurut dipengaruhi

Sukardi oleh

(2008:51-52)

koefisien

reliabilitas tes-retes.

dapat Interval

waktu

penyelenggaraan

penyelenggaraan yang terlalu dekat atau terlalu jauh, akan mempengaruhi koefisien reliabilitas. Faktor-faktor lain yang juga mempengaruhi reliabilitas instrument evaluasi di antaranya sebagai berikut::

1) Panjang tes, semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item materi pembelajaran diukur. 2) Penyebaran skor, koefisien reliabelitas secara langsung dipengaruhi oleh bentuk sebaran skor dalam kelompok siswa yang di ukur. Semakin tinggi sebaran, semakin tinggi estimasi koefisien reliable. 3) Kesulitan tes, tes normative yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung menghasilkan skor reliabilitas rendah. 4) Objektifitas, yang dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa dengan kompetensi sama, mencapai hasil yang sama.

PERTANYAAN

1. Apa yang mendasari adanya suatu perbedaan dalam validitas dan bagaimana cara mengetahui validitas alat ukur itu ada?. 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi validitas dan reabilitas?. 3. Sebutkan macam-macam reabilitas dan berikan contoh dalam masingmasing reabiltas tersebut?.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1997). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Sukardi. (2008). Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, yang telah melimpahkan petunjuk dan bimbingan kepada kami sebagai mahasiswa Universitas Baturaja atas limpahan rahmat serta hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas diktat kelompok Penelitian Kuantitatif dosen pembimbing Ibu Elfiana. Tugas ini semoga dapat berguna membantu memberikan motivasi pembelajaran tentang Penelitian kuantitatif dan bermanfaat bagi para pembacanya. Kami telah berupaya semaksimal mungkin utuk membuat tugas ini, untuk kritik dan saran dari berbagai pihak baik pratisi maupun nara sumber sangat kami harapkan. Kepada pihak yang telah berupaya membantu, kami menyampaikan banyak terima kasih. Semoga dapat limpahan dari Tuhan yang maha esa.

Baturaja,

Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................

i ii

PEMBAHASAN BAB I Penelitian deskriptif ............................................................ BAB II Penelitian Ekspos Facto ................................................... BAB III Penelitian Eksperimen .................................................... BAB IV Perumusan Masalah dan Penelaahan Keperpustakaan BAB V Variabel Penelitian ......................................................... BAB VI Populasi dan Sampel Penelitian ...................................... BAB VII Intrumen Penelitian ........................................................ BAB VIII Validitas dan Reliabilitas/Intrumen Penelitian ................ 1 10 19 27 35 46 62 69

DAFTAR PUSTAKA .....................................................................

79

DIKTAT PENELITIAN KUANTITATIF

DISUSUN OLEH : WINDA MARIA SARI SUNARIA ANGGRAINI ARIYANSYAH SEPRIANSYAH HENI MEITA APIPAH RIRIN DESTRIANI SUMARMAN BAMABANG MARSONO NETI YUNISARI ARI ANPANDI 10 22 074 10 22 251 09 22 345 10 22 057 19 22 108 10 22 082 10 22 109 10 22 085 10 22 049 10 22 165 10 22 048

DOSEN PEMBIMBING : ELFIANA, M.Pd

KONSENTRASI TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN UNIVERSITAS BATURAJA 2012

You might also like