Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
PERMASALAHAN
Ada beberapa kasus problematika yang sering kita lihat baik secara langsung
maupun tak langsung. Artinya kita bisa menemukan suatu kasus yang terdapat di
sekeliling lingkungan kita, bahkan dalam diri kita sendiripun banyak sekali problematika.
Oleh karena itu dalam tulisan ini kami akan mencoba memberikan beberapa kasus yang
sangat umum dialami oleh orang-orang yang menginjak usia dewasa. Masalah-masalah
itu diantaranya adalah sebagai berikut
Contoh kasus ini diambil dari catatan seseorang yang telah diposting di blognya pada 18
februari 2008. Dalam catatan tersebut orang ini membicarakan tentang peralihan manusia
muda menjadi dewasa. Inti kasus ini adalah orang tersebut sebenarnya sudah mapan.
Dalam artian orang tersebut telah memiliki pekerjaan dan telah melanjutkan studinya ke
jenjang S2. Suatu ketika orang ini bertemu dengan teman lamanya di sebuah gedung
bioskop ternama di Jakarta. Karena sudah lama tidak bertemu maka saat bertemu, sang
teman mengajaknya untuk saling bertukar cerita tentang diri mereka masing-masing.
Ditengah perbincangan tersebut, sang teman memberikan sebuah undangan pernikahan.
Kontan saja orang tersebut kaget, sebab baru saja bertemu langsung diberi undangan
pernikahan, orang tersebut berfikir kalau datang di undangan tersebut, pasti banyak
bertemu dengan teman-teman lama dan pasti akan memberikan beberapa pertanyaan
seputar tentang kehidupannya yang belum mendapatkan pendamping hidup. Sebenarnya
orang tersebut sudah memiliki kekasih yang akan dinikahi, akan tetapi cinta mereka
putus. Sang gadis pujaan hati meninggalkannya, sebab lelaki tersebut tidak perhatian dan
lebih mementingkan pekerjaan. Apalagi orang tersebut belum menuntaskan studi S2nya.
BAB II
LANDASAN TEORI
C. PERKEMBANGAN MORAL
Moral sering dianggap sebagai prinsip dan patokan berhubungan dengan masalah
benar dan salah oleh masyarakat tertentu, dapat pula diartikan sebagai perilaku yang
sesuai dengan norma benar salah tersebut. Tahapan perkembangan moral adalah ukuran
dari tinggi rendahnya moral seseorang berdasarkan perkembangan penalaran moralnya.
Tahap-tahap perkembangan moral:
1. Tingkat pra-konvensional yaitu menilai moralitas dari suatu tindakan berdasarkan
konsekuensinya langsung. Tingkat pra-konvensional terdiri dari dua tahapan awal
dalam perkembangan moral, dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris.
Tahap pertama, individu-individu memfokuskan diri pada konsekuensi langsung
dari tindakan mereka yang dirasakan sendiri. Sebagai contoh, suatu tindakan
dianggap salah secara moral bila orang yang melakukannya dihukum. Semakin
keras hukuman diberikan dianggap semakin salah tindakan itu. Sebagai tambahan,
ia tidak tahu bahwa sudut pandang orang lain berbeda dari sudut pandang dirinya.
Tahapan ini bisa dilihat sebagai sejenis otoriterisme.
Tahap dua menempati posisi apa untungnya buat saya, perilaku yang benar
didefinisikan dengan apa yang paling diminatinya. Penalaran tahap dua kurang
menunjukkan perhatian pada kebutuhan orang lain, hanya sampai tahap bila
kebutuhan itu juga berpengaruh terhadap kebutuhannya sendiri. Dalam tahap dua
perhatian kepada oranglain tidak didasari oleh loyalitas atau faktor yang berifat
intrinsik. Kekurangan perspektif tentang masyarakat dalam tingkat pra-
konvensional, berbeda dengan kontrak sosial (tahap lima), sebab semua tindakan
dilakukan untuk melayani kebutuhan diri sendiri saja. Bagi mereka dari tahap dua,
perpektif dunia dilihat sebagai sesuatu yang bersifat relatif secara moral.
2. Tingkat Konvensional, Orang di tahapan ini menilai moralitas dari suatu tindakan
dengan membandingkannya dengan pandangan dan harapan masyarakat. Tingkat
konvensional terdiri dari tahap ketiga dan keempat dalam perkembangan moral.
Tahap tiga, seseorang memasuki masyarakat dan memiliki peran sosial. Individu
mau menerima persetujuan atau ketidaksetujuan dari orang-orang lain karena hal
tersebut merefleksikan persetujuan masyarakat terhadap peran yang dimilikinya.
Tahap empat, adalah penting untuk mematuhi hukum, keputusan, dan konvensi
sosial karena berguna dalam memelihara fungsi dari masyarakat. Penalaran moral
dalam tahap empat lebih dari sekedar kebutuhan akan penerimaan individual
seperti dalam tahap tiga; kebutuhan masyarakat harus melebihi kebutuhan pribadi.
Idealisme utama sering menentukan apa yang benar dan apa yang salah, seperti
dalam kasus fundamentalisme.
3. Pasca Konvensional, juga dikenal sebagai tingkat berprinsip, terdiri dari tahap
lima dan enam dari perkembangan moral
Tahap lima, individu-individu dipandang sebagai memiliki pendapat-pendapat
dan nilai-nilai yang berbeda, dan adalah penting bahwa mereka dihormati dan
dihargai tanpa memihak.
Tahap enam, penalaran moral berdasar pada penalaran abstrak menggunakan
prinsip etika universal. Hukum hanya valid bila berdasar pada keadilan, dan
komitmen terhadap keadilan juga menyertakan keharusan untuk tidak mematuhi
hukum yang tidak adil. Hak tidak perlu sebagai kontrak sosial dan tidak penting
untuk tindakan moral deontis. Keputusan dihasilkan secara kategoris dalam cara
yang absolut dan bukannya secara hipotetis secara kondisional.
D. PERKEMBANGAN KEMANDIRIAN
Dua kriteria yang menunjukkan permulaan dari masa dewasa awal adalah
kemandirian ekonomi dan kemandirian dalam membuat keputusan. Mungkin yang paling
luas diakui sebagai tanda memasuki masa dewasa adalah ketika seorang mendapatkan
pekerjaan penuh waktu yang kurang lebih tetap. Kemampuan untuk membuat keputusan
adalah ciri lain yang tidak sepenuhnya terbangun pada kaum muda. Yang dimaksud ini
adalah pembuatan keputusan secara luas tentang karir, nilai-nilai, keluarga dan hubungan,
serta tentang gaya hidup. Pada waktu muda, seseorang mungkin mencoba banyak peran
yang berbeda, mencari karir alternative, berpikir tentang berbagai gaya hidup dan
mempertimbangkan berbagai hubungan yang ada.
Perkembangan dalam masa dewasa awal sering melibatkan keseimbangan antara
keintiman dan komitmen pada satu sisi, dan kemandirian dengan kebebasan disisi yang
lain. Keintiman adalah aspek perkembangan yang mengikuti identitas. Aspek yang terkait
dengan perkembangan suatu identitas pada masa remaja dan masa dewasa awal adalah
kemandirian. Pada saat yang bersamaan dengan upaya individual mencoba memantapkan
suatu identitas, mereka menghadapi kesulitan mengatasi peningkatan kemandirian dari
orang tua, membangun hubungan dekat dengan individu lain dan meningkatkan
komitmen persahabatan mereka, pada saat bersamaan juga mereka harus dapat berpikir
untuk dirinya sendiri dan melakukan sesuatu tanpa selalu harus mengikuti apa yang
dikatakan oleh orang lain.
Keseimbangan antara kintiman dan komitmen, disatu sisi kemandirian dan
kebebasan, disisi lain bersifat sangat sensitif. Dimensi-dimensi penting dari
perkembangan orang dewasa tidak perlu berada diposisi yang berlawanan dalam satu
kontinum sebagian individu dapat mengalami kemandirian dan kebebasan yang sehat
sejalan dengan hubungan yang intim. Dimensi ini mungkin juga berubah-ubah sesuai
dengan perubahan sosial dan sejarah.
BAB III
PEMBAHASAN
Solusi : mencari pasangan hidup adalah salah satu cara untuk menekan pertanyaan-
pertanyaan yang muncul dari lingkungan.
Solusinya :
Seharusnya orang tersebut bisa memadukan antara kemandirian dalam ekonomi dan
kemandirian dalam mengambil keputusan. Sebab jika orang tersebut tidak bisa
menyeimbangkan keduanya maka yang terjadi adalah sifat yang terlalu egois dan pasti
ada salah satu yang dikorbankan.
Solusi : keluarlah dari pikiran tersebut karena sesungguhnya yang menjalani hidup adalah
dirinya, bukan orang lain.
DAFTAR PUSTAKA