You are on page 1of 3

LINGKUNGAN HIDUP DALAM SEKTOR PERTAMBANGAN Dampak utama kegiatan pertambangan terhadap lingkungan dapat dikelompokan dalam : - Kerusakan

bentuk permukaan bumi - Ampas buangan (tailing) - Menurunnya permukaan bumi (land subsidence) - Kebisingan - Polusi udara - Dan kerusakan karena transportasi dan pengangkutan Untuk menghindari dampak negatif dari kegiatan pertambangan dan berupaya juga untuk mengoptimalkan dampak positif dilakukanlah pengelolaan lingkungan hidup yang mencakup pemanfaatan, pengaturan, penataan, pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan. Dalam sektor pertambangan sesungguhnya telah disinggung kewajiban penambang untuk memelihara lingkungan hidup Pada umumnya pengelolaan lingkungan hidup di sektor pertambangan mencakup : - Dasar peraturan - Perkiraan Dampak Lingkungan - Persetujuan Pengelolaan Lingkungan - Program Pengelolaan Lingkungan - Program Pemonitoran Lingkungan - Rencana Rehabilitasi Tambang - Pengendalian Polusi - Rencana Daur Ulang dan Buangan - Rencana Penutupan Tambang Substansi yang dibahas berkisar pada komponen-komponen pokok yaitu, topografi dan tubuh tanah, hidrologi yang menyangkut daerah tadah air hujan, pemrosesan pertambangan, para pemakai air dihilir, polusi udara, kebisingan, konservasi, warisan nasional, cagar budaya, sosial dll. Penelitian dan pengembangan merupakan bagian penting, sebab dampak lingkungan mungkin berkembang dari waktu ke waktu. Akhirnya, semuanya ini perlu didukung dengan perkembangan di lapangan melalui pemantauan atau monitoring. AMDAL Berkenaan dengan pengelolaan lingkungan, sebelum memulai suatu kegiatan harus dibuat suatu studi atau telaah mengenai lingkungan, dikenal dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Analisis ini mencakup kegiatan Penyajian Informasi Lingkungan (PIL), Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL), Kerangka Acuan (KA) untuk penyusunan Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), dan Kerangka Acuan untuk Studi Evaluasi Lingkungan. Hal-hal yang menyangkut dalam dokumen AMDAL adalah jumlah manusia yang mungkin terkena dampak, luas yang terpengaruh, lamanya dampak, intensitas dampak, jumlah komponen yang terkena dampak (seperti air, tetumbuhan, dan tubuh tanah), efek kumulatif dari dampak dan kemampuan alam untuk memulihkan dirinya. Efek kumulatif sangat besar dampaknya jika setiap komponen saling berpengaruh. Selain itu, perlu diperhitungkan besaran (magnitude) dan tingkat pentingnya suatu dampak. Dampak terhadap keselamatan manusia dianggap yang paling penting,

tanpa pandang bulu. Dampak terhadap flora dan fauna langka atau hampir punah akan sangat tinggi tingkat kepentingannya dibandingkan dengan yang masih banyak populasinya.

Dampak Pertambangan Nikel Pokok permasalahan lingkungan di daerah penambangan nikel adalah tubuh tanah yang harus dikembalikan lagi dan ditanami. Karena pengusahaan mineral nikel diusahakan dengan cara mengeduk pelapukan batuan ultrabasa, praktis seluruh tubuh tanah diambil. Tanah yang ditinggalkan gundul dan lepas, pengendalian erosi menjadi penting sebelum sungai terkotori. Penanganan yang utama adalah membuat kolam pengendap (settling pond). Dampak lingkungan lainnya adalah pengotoran oleh debu pabrik. Dampak ini bisa diatasi dengan memasang alat pengumpul debu. Dampak Pertambangan Batubara Pengusahaan sumberdaya minerba secara besar-besaran dengan metode pertambangan terbuka adalah pengusahaan batubara. Pengupasan tanah/batuan penutup (overburden) dilakukan besarbesaran dan batubaranya diangkut sebagai komoditas. Nisbah material yang dikupas (stripping ratio), baik tanah penutup maupun batuan yang terdapat dalam formasi yang mengapit batubara, dapat berkisar 3 sampai 5. Dengan demikian, setiap ton batubara yang ditambang meninggalkan tanah buangan sebanyak 3 sampai 5 meter kubik. Tanah/batuan buangan ini menjadi masalah lingkungan yang cukup penting karena bila pengelolaannya tidak diperhatikan dengan baik akan menghasilkan air asam tambang yang sangat mematikan bagi organisme diperairan dan mencemari tanah dan lahan. Lubang-lubang yang ditinggalkan tidak dapat ditata kembali dengan baik. Biasanya lubang ini berisi air atau lumpur. Sementara itu pencucian batubara dapat pula merusak kualitas air. Material lepas yang menumpuk sebagai tanah galian sangat mudah tererosi. Karena itu sungai dapat tercemari oleh muatan tanah dan lumpur. Upaya untuk menangani dampak ini dengan membuat kolam pengendapan. Dampak Pertambangan Emas dan Tembaga Dampak utama yang ditimbulkan adalah ampas buangan (tailing). Emas yang diambil dari setiap ton batuan berkisar antara 3 sampai 6 gram. Karena itu banyak sekali material yang menjadi ampas. Untuk mengambil emas, batuan dihancur samapi ukuran halus. Kemudian dicampur dengan berbagai larutan kimia untuk dapat menangkap logamnya. Dalam ampas ini masih terkandung berbagai zat kimia dan yang paling berbahaya adalah sianida. Zat kimia ini termasuk golongan racun dan mematikan. Selain itu, terdapat pula logam berat seperti air raksa. Logam berat ini sulit melarut dan tinggal lama di lingkungan alam.

IMPLEMENTASI UU MINERBA Berdasarkan UU Minerba, penyesuaian ketentuan yang tercantum di dalam pasal Kontrak Karya dan PKP2B diamanatkan selambat-lambatnya satu tahun sejak UU Minerba diundangkan. Isu strategis yang menjadi perhatian pemerintah terkait renegosiasi kontrak pertambangan terdiri dari enam (6) isu : luas wilayah kerja, perpanjangan kontrak, royalti, kewajiban pengolahan dan pemurnian di dalam negeri, kewajiban divestasi, dan kewajiban penggunaan barang/jasa pertambangan dalam negeri. Berdasarkan jumlah kontrak, rincian dari status renegosiasi KK adalah sebagai berikut : Setuju seluruhnya : 24% Setuju sebagian : 49% Tidak setuju seluruhnya : 27%

PT inco dalam renegosiasi KK termasuk dalam kelompok yang setuju sebagian. Klausul yang belum disetujui PT Inco adalah : luas wilayah kerja, penerimaan negara dan jangka waktu perpanjangan kontrak (berdasarkan release IMA)

You might also like