You are on page 1of 26

Gejala asam uratcara mengobati asam uratpantangan asam urat penyebab asam urat penyakit asam urat - Gejala

penyakit asam urat terjadi karena menumpuknya zat purin di dalam tubuh secara berlebihan dan zat purin ini selanjutnya diolah oleh tubuh sehingga menghasilkan asam urat, namun karena produksi asam urat dalam tubuh terlalu berlebihan maka berakibat gangguan pada ginjal yaitu ginjal tidak dapat mengeluarkan asam urat secara baik sehingga asam urat yang berbentuk kristal akan menumpuk di bagian persendian, dan berakibat terjadinya rasa nyeri di bagian sendi, bengkak dan juga meradang. Zat purin itu sendiri berasal dari bahan makanan yang kita konsumsi seperti makanan yang berasal dari tubuh mahluk hidup, buah-buahan dan sayuran, kesimpulannya asam urat yaitu penyakit yang ditimbulkan karena sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang setiap hari kita konsumsi, dan secara umum penyakit asam urat ini terjadi pada usia lanjut karena menumpuknya zat purin berlebihan di dalam tubuh, serta biasanya orang yang menderita penyakit asam urat juga mengalami penyakit lainnya seperti, diabetes, penyakit ginjal atau hipertensi, jika penyakit asam urat dibiarkan berlarut-larut akan mengakibatkan terjadinya penyakit batu ginjal dan berlajut menjadi gagal ginjal. Kadar asam urat normal pada wanita adalah berkisar antara 2,6 sampai 6 mg/dl sedangkan untuk pria kadar asam urat normal berkisar antara 3,5 sampai 7 mg/dl, untuk mengetahui berapa kadar asam urat anda bisa periksakan di klinik atau laboratorium. Beberapa gejala asam urat yang biasa dialami oleh penderita penyakit asam urat: 1. Pada waktu pagi yaitu pada saat bangun tidur dan pada waktu malam hari biasanya persendian terasa nyeri. 2. Rasa nyeri pada sendi biasanya terjadi berulang kali. 3. Tanda yang ditimbulkan seperti rasa nyeri di persendian, linu, ngilu, kesemutan, membengkak dan meradang berwarna kemerahan. 4. Nyeri di persendian biasanya terjadi di bagian seperti jari tangan, jari kaki, pergelangan tangan, siku, tumit dan dengkul. 5. Untuk kasus yang lebih parah persendian akan mengalami sakit saat mengalami pergerakan. 6. Untuk penderita seperti gejala diatas sebaiknya memeriksakan di laboratorium untuk hasil yang lebih akurat. Makanan penyebab asam urat dan pantangan bagi penderita asam urat:

Makanan jeroan: hati, otak, babat, ginjal, limpa, usus,dan paru. Daging: daging sapi, daging kuda dan daging kambing. Ekstrak daging: dendeng dan abon. Seafood: kepiting, cumi-cumi, kerang, sotong, remis, ikan sarden, ikan teri, tiram, udang. Bebek: kalkun dan angsa. Makanan kaleng: sarden, kornet sapi dll. Buah-buahan: nanas dan durian.

Sayuran: bayam, buncis, kembang kol, jamur kuping, daun pepaya, daun singkong, kangkung dan asparagus. Kacang-kacangan: kacang tanah, tauge, kacang hijau, melinjo, emping, kacang kedelai termasuk kedelai olahan seperti tempe,susu kedelai, oncom dan tauco. Makanan gorengan, makanan yang dimasak dengan mentega atau margarin, makanan bersantan. Makanan yang mengandung lemak dan protein tinggi. Keju, kaldu, kuah daging yang kental, es krim, air kelapa dan telur.

Beberapa cara mengobati asam urat yaitu:


Hindarilah makanan yang dapat memicu terbentuknya asam urat seperti makanan jeroan, makanan laut, makanan kaleng, telur, kuah daging kental dan kaldu. Hindari buah-buahan seperti: nanas, alpukat, durian dan air kelapa. Hindari makanan seperti melinjo, emping, bayam, kangkung, asparagus, buncis, daun singkong, daun jambu mete dan kembang kol. Hindari kacang-kacangan seperti kacang hijau, kacang tanah, kacang kedelai beserta kedelai olahan seperti tempe susu kedelai, tauco, oncom dan tauge. Makanlah buah-buahan dan sayuran seperti belimbing wuluh, buah naga, jahe, sawi putih, sawi hijau, tomat dan serai yang bermanfaat untuk mengobati asam urat. Untuk orang yang gemuk dianjurkan untuk menurunkan berat badan karena biasanya asam urat cepat naik sedangkan pengeluarannya kurang. Banyak minum air putih karena dapat membantu mengeluarkan zat purin di dalam tubuh. Hindari minuman yang mengandung alkohol.

Tips bagi penderita asam urat:


Banyak mengkonsumsi buah-buahan yang mengandung vitamin C seperti jeruk, strawberry, pepaya. Buah-buahan dan sayuran yang dapat membantu mengobati asam urat seperti buah naga, belimbing wuluh, sawi putih, sawi hijau, tomat, jahe dll. Makanlah makanan yang banyak mengandung potasium seperti pisang, yughurt dan kentang. Banyaklah mengkonsumsi karbohidrat kompleks seperti roti, singkong, ubi dan nasi. Mengurangi mengkonsumsi permen, gula, sirup, arum manis, gulali. Untuk orang gemuk sebaiknya menurunkan berat badan

Hindari minum obat aspirin Hindari bekerja terlalu keras Olahraga secara cukup. Minum air putih 8 gelas sehari

Definisi dan Tipe Diabetes Semua sel dalam tubuh manusia membutuhkan gula agar dapat bekerja dengan normal. Gula dapat masuk ke dalam sel-sel tubuh dengan bantuan hormon insulin. Jika jumlah insulin dalam tubuh tidak cukup, atau jika sel-sel tubuh tidak memberikan respon terhadap insulin (resisten terhadap insulin), maka akan terjadi penumpukan gula di dalam darah. Hal inilah yang terjadi pada pasien diabetes melitus. Diabetes mellitus, atau yang juga dikenal sebagai penyakit kencing manis, adalah penyakit kronik yang disebabkan oleh: ketidakmampuan organ pankreas untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup, atautubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau gabungan dari kedua hal tersebut. Pada penderita diabetes melitus yang tidak terkontrol, akan terjadi peningkatan kadar glukosa (gula) darah yang disebut hiperglikemia. Hiperglikemia yang berlangsung dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan serius pada sistem tubuh kita, terutama pada saraf dan pembuluh darah. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk mengontrol kadar glukosa dalam darah pasien diabetes mellitus. Diabetes mellitus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya produksi insulin oleh pankreas. Diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif. Diabetes gestasional, adalah hiperglikemia yang pertama kali ditemukan saat kehamilan. Selain tipe-tipe diabetes melitus, terdapat pula keadaan yang disebut prediabetes. Kadar glukosa darah seorang pasien prediabetes akan lebih tinggi

dari nilai normal, namun belum cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes melitus. Yang termasuk dalam keadaan prediabetes adalah Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT). Keadaan prediabetes ini akan meningkatkan risiko seseorang untuk menderita diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung atau stroke. Diabetes Tipe 1 dipercaya sebagai penyakit autoimun, di mana sistem imun tubuh sendiri secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin yang terdapat pada pankreas. Belum diketahui hal apa yang memicu terjadinya kejadian autoimun ini, namun bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan seperti infeksi virus tertentu berperan dalam prosesnya. Walaupun diabetes tipe 1 berhubungan dengan faktor genetik, namun faktor genetik lebih banyak berperan pada kejadian diabetes tipe 2. Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan. Banyak pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga menderita diabetes tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan diabetes, misalnya kolesterol darah yang tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras Hispanik, Afrika dan Asia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2. Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko menderita diabetes tipe 2 adalah makanan dan aktivitas fisik kita sehari-hari. Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk menderita diabetes tipe 2. Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau adik) Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg) Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi (>150mg/dl) atau kadar kolesterol HDL <40mg/dl Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT) Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan berat lahir lebih dari 4.500 gram Makanan tinggi lemak, tinggi kalori Gaya hidup tidak aktif (sedentary) Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan ideal) Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga resistensi insulin Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Peningkatan kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta

membuat sel-sel tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin). Karena plasenta terus berkembang selama kehamilan, produksi hormonnya juga semakin banyak dan memperberat resistensi insulin yang telah terjadi. Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang lebih banyak (sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang terjadi. Namun, jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah akan meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional. Kebanyakan wanita yang menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula darah normal setelah melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita diabetes gestasional pada saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari. Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes melitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai adanya DM jika seseorang mengalami keluhan klasik DM berupa: poliuria (banyak berkemih) polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum) polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus) penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat diperiksa keluhan tambahan DM berupa: lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal penglihatan kabur penyembuhan luka yang buruk disfungsi ereksi pada pasien pria gatal pada kelamin pasien wanita Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin saja. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah vena. Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan memeriksa kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer. Seseorang didiagnosis menderita DM jika ia mengalami satu atau lebih kriteria di bawah ini: Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu 200 mg/dL Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa 126 mg/dL Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) 200 mg/dL

Pemeriksaan HbA1C 6.5% Keterangan: Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir pasien. Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam. TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam setelah meminum larutan tersebut. Pemeriksaan ini sudah jarang dipraktekkan. Jika kadar glukosa darah seseorang lebih tinggi dari nilai normal tetapi tidak masuk ke dalam kriteria DM, maka dia termasuk dalam kategori prediabetes. Yang termasuk ke dalamnya adalah Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT), yang ditegakkan bila hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa didapatkan antara 100 125 mg/dL dan kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO < 140 mg/dL Toleransi Glukosa Terganggu (TGT), yang ditegakkan bila kadar glukosa plasma 2 jam setelah meminum larutan glukosa TTGO antara 140 199 mg/dL Tabel kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM: Bukan DM Belum Pasti DM DM 200

Kadar glukosa darah sewaktu (mg/dL) Plasma vena <100 100-199 Darah kapiler <90 90-199 200 Plasma vena <100 100-125

Kadar glukosa darah puasa (mg/dL) Darah kapiler <90 90-99 100

126

Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di Indonesia PERKENI tahun 2011 Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus akan menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang kronik. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi para pasien untuk memantau kadar glukosa darahnya secara rutin. Komplikasi akut Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis diabetik (KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua keadaan ini kadar glukosa darah sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL, pada SHH 600-1200 mg/dL), dan pasien biasanya tidak sadarkan diri. Karena angka kematiannya

tinggi, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan yang memadai. Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di mana terjadi penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat menyebabkan terjadinya hipoglikemia misalnya pasien meminum obat terlalu banyak (paling sering golongan sulfonilurea) atau menyuntik insulin terlalu banyak, atau pasien tidak makan setelah minum obat atau menyuntik insulin. Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar, gemetar, rasa lapar, pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran sampai koma. Jika pasien sadar, dapat segera diberikan minuman manis yang mengandung glukosa. Jika keadaan pasien tidak membaik atau pasien tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan dan pemantauan selanjutnya. Komplikasi kronik Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah yang dapat mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil. Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain: Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit jantung koroner dan serangan jantung mendadak Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan menyebabkan luka iskemik pada kaki Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai pembuluh darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan nefropati diabetikum. Untuk lebih jelasnya baca pada artikel gagal ginjal. Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang menyebabkan perasaan kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas, terutama pada kakinya, maka pasien DM sering kali tidak menyadari adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan perlunya melakukan tindakan amputasi. Selain kebas, pasien mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam hari serta kelemahan pada tangan dan kaki. Pada pasien yang mengalami kerusakan saraf perifer, maka harus diajarkan mengenai perawatan kaki yang memadai sehingga mengurangi risiko luka dan amputasi.

Pencegahan Diabetes Melitus

Pencegahan penyakit diabetes melitus tipe 2 terutama ditujukan kepada orangorang yang memiliki risiko untuk menderita DM tipe 2. Tujuannya adalah untuk memperlambat timbulnya DM tipe 2, menjaga fungsi sel penghasil insulin di pankreas, dan mencegah atau memperlambat munculnya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Faktor risiko DM tipe 2 dibedakan menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Usaha pencegahan dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi.

Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi contohnya ras dan etnik, riwayat anggota keluarga menderita DM, usia >45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi>4000 gram atau riwayat pernah menderita DM gestasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi contohnya berat badan berlebih, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi (> 140/90 mmHg), gangguan profil lipid dalam darah (HDL < 35 mg/dL dan atau trigliserida > 250 mg/dL, dan diet tak sehat tinggi gula dan rendah serat. Pencegahan DM juga harus dilakukan oleh pasien-pasien prediabetes yakni mereka yang mengalami intoleransi glukosa (GDPP dan TGT) dan berisiko tinggi mederita DM tipe 2.

Pencegahan DM tipe 2 pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya adalah dengan mengubah gaya hidup yang meliputi olah raga, penurunan berat badan, dan pengaturan pola makan. Berdasarkan analisis terhadap sekelompok orang dengan perubahan gaya hidup intensif, pencegahan diabetes paling berhubungan dengan penurunan berat badan. Menurut penelitian, penurunan berat badan 5-10% dapat mencegah atau memperlambat munculnya DM tipe 2. Dianjurkan pula melakukan pola makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks, mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal.

Akitivitas fisik harus ditingkatkan dengan berolah raga rutin, minimal 150 menit perminggu, dibagi 3-4 kali seminggu. Olah raga dapat memperbaiki resistensi insulin yang terjadi pada pasien prediabetes, meningkatkan kadar HDL (kolesterol baik), dan membantu mencapai berat badan ideal. Selain olah raga, dianjurkan juga lebih aktif saat beraktivitas sehari-hari, misalnya dengan

memilih menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke pasar daripada menggunakan mobil, dll.

Merokok, walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi glukosa, dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM tipe 2. Oleh karena itu, pasien juga dianjurkan berhenti merokok.

Tatalaksana Pasien Diabetes

Tujuan tatalaksana pasien diabetes melitus tipe 2 adalah menurunkan kadar glukosa darah menjadi normal atau mendekati normal, sehingga mencegah terjadinya komplikasi pada pasien tersebut. Pada pasien DM tipe 2, tatalaksana diawali dengan mengubah gaya hidup yakni melakukan pola makan sehat dan meningkatkan aktivitas fisik sehingga tercapai berat badan ideal. Jika dalam 2-4 minggu kadar glukosa darah tetap tidak mencapai target, maka harus diberikan satu macam obat hipoglikemik oral (OHO) untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah. Jika kadar glukosa darah tetap belum mencapai sasaran, maka dapat ditambahkan satu macam OHO lagi atau ditambahkan suntikan insulin.

Diabetes melitus memang tidak dapat disembuhkan, tapi masih bisa dikontrol.

Pada pasien diabetik, diet merupakan aspek penting untuk mengontrol peningkatan kadar glukosa darah. Asosiasi Diabetes Amerika (The American Diabetes Association (ADA)) menganjurkan diet seimbang dan bernutrisi yang rendah lemak, kolesterol serta gula sederhana. Saat ini ADA bahkan telah melarang konsumsi gula sederhana kecuali dalam jumlah kecil dan dikonsumsi bersama dengan makanan kompleks. Penurunan berat badan dan olah raga sangatlah penting karena akan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin, sehingga membantu mengontrol peningkatan kadar glukosa darah. Olah raga yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan berenang dianjurkan dilakukan secara teratur selama 30 menit, 3-4 kali seminggu. Selain itu aktivitas sehari-hari dapat tetap dilakukan seperti berkebun, membersihkan rumah, berjalan ke pasar dan naik turun tangga. Yang harus diperhatikan di sini, untuk pasien DM tipe 2 yang sudah memiliki komplikasi pada mata atau kaki harus dilakukan penyesuaian pada aktivitas fisiknya.

Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi diabetes yaitu penyakit jantung koroner, stroke dan gangguan sirkulasi darah pada anggota gerak. Hal ini terjadi karena rokok merusak struktur pembuluh darah. Oleh karena itu pasien DM sangat dianjurkan untuk berhenti merokok.

Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke dokter untuk mengontrol hasil pengobatan. Jika kadar glukosa darah belum mencapai angka yang diharapkan, maka dokter akan menyesuaikan dosis obat atau insulin yang diberikan. Selain itu, pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara mandiri oleh pasien dengan menggunakan glukometer. Pasien dapat mencatat hasil pemeriksaannya dan memberikannya kepada dokter saat berkonsultasi. Jika kadar glukosa darah sudah menjadi atau mendekati nilai normal dengan meminum obat atau insulin, pasien harus tetap meminum OHO atau memakai insulin sesuai dosis yang telah diberikan oleh dokter dan kembali berkonsultasi sesuai jadwal yang telah ditentukan. Daftar Indeks Glikemik Makanan

Seperti dijelaskan pada artikel tentang indeks glikemik, peningkatan kadar gula darah dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: JUMLAH dan JENIS karbohidrat yang dikonsumsi.

Semakin banyak JUMLAH karbohidrat yang dikonsumsi (dengan kata lain: semakin banyak Anda mengkonsumsi suatu jenis makanan), maka kadar glukosa darah akan semakin meningkat.

Sedangkan JENIS karbohidrat suatu makanan dapat diketahui berdasarkan indeks glikemik makanan tersebut. Makanan dengan indeks glikemik yang tinggi akan meningkatkan gula darah secara cepat. Jadi, bagi penderita diabetes disarankan untuk memilih makanan dengan indeks glikemik yang rendah.

Di bawah ini adalah tabel indeks glikemik yang dapat Anda gunakan untuk mengatur pola makan diet. Selain indeks glikemik, ditampilkan juga takaran saji dan beban glikemik yang dihasilkan jika suatu makanan dikonsumsi sebesar takaran sajinya:

Jenis makanan

Nama

Indeks Glikemik

Takaran Saji (gram)

Beban Glikemik

BAKERY

Tortila gandum 30

50

Sponge cake 46

63

17

Cake pisang dengan gula 47

60

14

Tortila jagung 52

50

12

Cake pisang tanpa gula 55

60

12

Roti hamburger 61

30

Pita bread 68

30

10

Roti putih 71

30

10

Roti gandum utuh (whole wheat) 71

30

Bagel putih 72

70

25

Baguette putih 95

30

15

SEREAL

Nasi merah 50

150

14

Oatmeal 55

250

13

Jagung rebus 60

150

20

Muesli 66

30

16

Oatmeal instan 83

250

30

Nasi putih 89

150

43

Cornflakes 93

30

23

MINUMAN

Jus apel tanpa pemanis 44

250 ml

30

Jus jeruk tanpa pemanis 50

250 ml

12

Soft drink 68

250 ml

23

Dairy Product

Susu skim 32

250 ml

Yoghurt rendah lemak dengan buah 33

200

11

Susu penuh lemak 41

250 ml

Es Krim 57

50

BUAH BUAHAN

Jeruk Bali

25

120

Pear 38

120

Apel 39

120

Jeruk 40

120

Peach kalengan

40

120

Peach 42

120

Pear kalengan 43

120

Anggur 59

120

11

Pisang

62

120

16

Kismis 64

60

28

Semangka 72

120

KACANG KACANGAN

Kacang tanah 7

50

Kacang kedelai 15

150

Kacang mede asin 27

50

Kacang merah 29

150

Kacang hitam 30

150

Kacang panggang 40

150

PASTA

Fettucini 32

180

15

Makaroni 47

180

23

Spaghetti direbus 20 menit 58

180

26

MAKANAN RINGAN

Keripik jagung asin 42

50

11

Keripik kentang 51

50

12

Berondong jagung tawar 55

20

Pretzel 83

30

16

SAYURAN

Wortel 35

80

Green peas 51

80

Talas 54

150

20

Ubi 70

150

22

Mashed potato instan 87

150

17

LAIN LAIN

Chicken nuggets dipanaskan di microwave 46

100

Madu 61

25

12

Sebagai catatan: jika indeks glikemik glukosa adalah 100, maka:

indeks glikemik rendah adalah 55 indeks glikemik sedang adalah 56 -69 indeks glikemik tinggi adalah 70

You might also like