You are on page 1of 16

BAB I SEJARAH LAHIRNYA SURAT 1 KORINTUS Metode historis kritis mendekati teks Alkitab sebagai sebuah dokumen di masa

lampau. Oleh karena itu, metode historis kritis meneliti asal usul teks yang terdiri dari penulis, waktu dan tempat penulisan, tujuan penulisan, serta lingkungan penerima Surat 1 Korintus.

A. Penulis Surat yang ditulis rasul Paulus kepada jemaat yang di bawah pembinaannya, selalu mengikuti gaya tulis yang umum digunakan di dunia Yunani-Romawi pada zamannya. Biasanya pola yang dipakai Paulus dimulai dari: nama penulis, nama penerima surat, salam, ucapan syukur, menyusul bagian inti surat, dan kata penutup. 1 Dalam surat-surat Paulus pada bagian utama surat sering ditemukan dua bagian, yakni: pengajaran dan nasihat tentang kehidupan Kristen. Paulus juga mengakhiri suratnya dengan berkat dan doa.2 Jadi Surat pertama Korintus, jika dilihat dari gaya bahasa, istilah-istilah yang dipakai, dan jiwa surat, semuanya itu adalah corak dari rasul Paulus.3 Tidak dapat diragukan lagi bahwa Surat 1 Korintus merupakan tulisan Paulus. Apalagi terdapat pengakuan dalam Surat 1 Korintus 1:1 dan 16:21, bahwa surat pertama Korintus ditulis oleh Paulus. Surat pertama Korintus juga diakui sebagai karangan Paulus oleh jemaat Korintus dan oleh gereja pada umumnya sejak abad ke-2 M.4

C. Groenen OMF, Pengantar ke dalam Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 2006, hlm. 206. 2 John Drane, Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, hlm. 320. 3 M. E. Duyverman, Pembimbing ke dalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, hlm. 103. 4 Denis Green, Tafsiran 1 Korintus, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 2001, hlm. 1.

B. Tempat dan Waktu Penulisan Tempat di mana Surat pertama Korintus ditulis dikatakan dalam tulisan Paulus sendiri, yaitu di kota Efesus (16:8-9). Selain itu hubungan yang lancar antara penulis dengan jemaat Korintus menuntut dua tempat yang berdekatan, seperti Efesus. Kota Efesus juga menjadi tempat persinggahan Paulus pada perjalanan misinya yang ketiga (Kis. 19:1-10, 22).5 Paulus singgah di Efesus selama tiga tahun, menjelang akhir persinggahannya itu sekitar tahun 55 M, Surat 1 Korintus ditulis. Surat 1 Korintus ditulis, setelah ia mengutus Timotius untuk mengunjungi jemaat di Korintus (1 Kor. 4:17). Paulus menulis tentang niatnya menetap di Efesus sampai hari Pentakosta (1 Kor. 16:8). Hal ini diperkirakan karena dua kali Paulus mengacu pada kebenaran-kebenaran Paskah (1 Kor. 5:6-8 dan ps. 15). Ada pendapat bahwa Paulus mengharapkan suratnya tiba di Korintus pada waktu perayaan Paskah.6

C. Latar Belakang dan Tujuan Penulisan Surat I Korintus Paulus datang ke Korintus dalam perjalanan misinya yang kedua dan tinggal di sana selama delapan belas bulan. Paulus berada di Korintus antara tahun 49 M dan 52 M, pada masa pemerintahan Gubernur Galio. Paulus memberitakan Injil dan mendirikan jemaat Kristen di Korintus.7 Selanjutnya Paulus melanjutkan perjalanan ke Efesus. Ketika Paulus
5 6

M. E. Duyverman, Op.Cit., hlm. 103. V. C. Pfitzner, Ulasan atas 1 Korintus: Kesatuan dalam Kepelbagaian, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006, hlm. 10. 7 V. C. Pfitzner, Ibid., hlm. 3.

berada di Efesus, ada juga pemberita-pemberita Injil yang lain, yang juga aktif memberitakan Injil di Korintus. Jemaat Korintus menjadi jemaat yang terus berkembang dengan sendirinya. Selama tiga tahun menetap di Efesus, Paulus menerima berita buruk mengenai keadaan jemaat di Korintus. Paulus juga menerima laporan dari anggota rumah tangga keluarga Kloe, tentang jemaat Korintus yang terpecah dalam kelompok-kelompok yang berbeda. Laporan tersebut dibenarkan oleh Stefanus dan dua orang lainnya (1 Kor. 16:17) yang membawa surat dari Korintus untuk mempertanyakan berbagai hal. Sebagai tanggapan atas berita yang diterimanya dari Korintus, Paulus menulis surat yang tercantum dalam Surat 1 Korintus.8 Tujuan Surat 1 Korintus ditulis oleh Paulus, untuk memberikan penjelasan tentang rupa-rupa kesalahpahaman dan berbagai dosa yang timbul dalam jemaat Korintus. Paulus menulis surat dengan langsung menanggapi berita yang didengarnya (1 Kor. 1:11). Di samping itu, Paulus juga membalas surat yang dikirim oleh jemaat (1 Kor. 7:1). Susunan surat tidak jelas saat di mana Paulus menanggapi berita dan saat di mana ia membalas surat dari jemaat Korintus. Karena itu Surat 1 Korintus bukan merupakan suatu tema dasar yang dibicarakan, melainkan terdiri dari berbagai pokok persoalan yang terjadi dalam jemaat Korintus.9 Hal yang mendasar dalam maksud penulisan Surat 1 Korintus adalah untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan yang terjadi di dalam jemaat Korintus. Paulus berusaha untuk menyelesaikan percekcokan yang terjadi di Korintus. 10 Ada dua alasan utama yang menyebabkan Paulus menulis Surat 1 Korintus, yakni:11 a. Karena laporan yang diterimanya dari orang-orang keluarga Kloe (1:11;5:1), tentang:
8 9

John Drane, Op. Cit., hlm. 348-349. M. E. Duyverman, Op.Cit., hlm. 99. 10 Bruce Chilton, Studi Perjanjian Baru bagi Pemula, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, hlm. 60. 11 Denis Green, Op.Cit., hlm. 3.

1. Di dalam jemaat terjadi perselisihan dan perpecahan, mereka menggolonggolongkan diri mereka menjadi beberapa kelompok. 2. Jemaat Korintus tidak menjalankan ketertiban dalam jemaat sebagaimana yang seharusnya. 3. Jemaat Korintus suka mencari-cari perkara dan saling mengadu di hadapan penghakiman orang kafir. 4. Penyalahgunaan kebebasan orang Kristen. 5. Penyalahgunaan Perjamuan Kudus b. Karena surat yang diterimanya langsung dari jemaat Korintus (7:1;16:7), tentang: 1. Perkawinan dan berbagai pertanyaan yang berhubungan dengan perkawinan. 2. Mereka membiarkan diri mereka dikelilingi dengan penyembahan berhala. Hal ini menimbulkan pertanyaan, Bolehkan makan daging yang sudah dipersembahkan kepada berhala? 3. Pakaian dan peranan wanita dalam kebaktian. 4. Karunia-karunia Roh. 5. Arti kebangkitan tubuh. Sementara surat pertama Korintus di perjalanan, Paulus juga mengutus Timotius ke Korintus (1 Kor. 4:17). Paulus sudah membuat rencana secara pribadi untuk pergi ke Korintus setelah melintasi Makedonia (1 Kor. 16:5-9). Akan tetapi di Korintus muncul orang-orang Yahudi yang menghasut jemaat melawan Paulus. Paulus kemudian

menyebrang dari Efesus ke Korintus, namun kedatangannya tidak diterima dengan baik oleh jemaat. Mereka malah menghina rasul Paulus (2 Kor. 2:5; 7:12). Sekembalinya dari Efesus, Paulus menyusun surat ketiga yang bernada keras dan tegas. Surat itu disinggung dalam 2 Kor. 2:3-4. Sekali lagi, Paulus ingin pergi ke Korintus (2 Kor. 1:16) tetapi perjalanan itu ditunda. Kemudian barulah ia berangkat ke Makedonia dan menunggu Titus di sana (2 Kor. 2:12-13; 7:5). Berita yang dibawa oleh Titus menyenangkan hati Paulus (2 Kor. 7:6-7). Di Makedonia, Paulus menulis surat yang keempat. Lalu ia sendiri pergi ke Korintus dan tinggal di situ kurang lebih dua tahun lamanya. Surat keempat itulah yang tercantum dalam Perjanjian Baru sebagai surat kedua kepada jemaat di Korintus. Paulus menulis paling sedikit empat surat kepada jemaat di Korintus. Dari keempat surat itu, dua suratlah yang masih kita miliki saat ini.12

D. Gambaran Kota Korintus dan Jemaat Kristen Korintus Sebagai Penerima Surat 1 Korintus Kota Korintus memiliki letak yang strategis di antara dua teluk. Pada satu sisi terdapat teluk Saronik dengan pelabuhannya, yaitu Kenkrea, dan pada sisi yang lain terdapat Teluk Korintus dengan pelabuhannya, yaitu Lekeum. Di antara kedua teluk itu terletak genting tanah yang sempit, yang jarak lintasnya hanya beberapa kilometer saja. Di atas genting tanah itu berdirilah kota Korintus. Semua lalu lintas dan perdagangan yang tidak lewat laut harus melalui Korintus, baik dari utara ke selatan maupun dari timur ke barat. Bagi orang Yunani, kota Korintus merupakan tempat bertemunya segala bangsa. 13 Hal ini disebabkan karena para pelaut dan pedagang lebih suka menempuh perjalanan darat dari

12 13

C. Groenen OMF, Op. Cit., hlm. 230-231. William Barclay, Duta Bagi Kristus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009, hlm. 136-137.

pada berlayar melewati laut selatan. Jalan darat dipilih bukan hanya untuk menghemat waktu, tetapi terutama untuk menghindari laut selatan yang berbahaya.14 Pada zaman Yunani kuno, Korintus sudah termasyhur karena letaknya yang strategis dan keuntungan-keuntungan lain yang dapat dibanggaannya. Tetapi pada tahun 146 S.M. kota itu ditimpa malapetaka. Pada waktu itu bangsa Romawi mengalahkan Yunani, dan karena Korintus merupakan pusat strategis yang sangat penting, maka kota itu dihancurkan sama sekali. Pada tahun 44 S.M., Yulius Caesar menyadari akan pentingnya lokasi itu, sehingga ia membangun kembali sebuah kota yang lebih hebat. Korintus dengan segera berhasil merebut kembali posisinya sebagai pusat dagang. Dalam jangka waktu 21 tahun, Korintus menjadi kota metropolitan yang sangat cepat

pertumbuhannya.15 Dalam kekaisaran Romawi, Korintus adalah kota terbesar keempat, setelah Roma, Aleksandria dan Antiokia.16 Posisi strategis Korintus, membuat kota itu terpilih sebagai tempat tinggal Gubernur Romawi. Korintus adalah ibukota propinsi Akhaya, tempat kedudukan Gubernur Romawi. Propinsi itu meliputi semenanjung Peleponeus dan daerah seberang laut ke utara ke Propinsi Makedonia.17 Dalam bidang perekonomian, kota Korintus memiliki perniagaan yang sangat ramai. Hal ini dikarenakan letaknya yang di antara pelabuhan yang baik, yaitu Kengkrea di sebelah timur dan Likaionia di sebelah barat. Korintus menjadi pusat perdangangan antara Italia dan Asia Barat.18 Korintus juga menjadi kota industri, khususnya industri keramik

14 15

C. Groenen OMF, Op. Cit., hlm. 227. Op.Cit,. hlm. 138. 16 J. I. Packer, Merrill C. Tenney, William White Jr, Dunia Perjanjian Baru, Malang: Gandum Mas, 2004, hlm. 10. 17 Donald Guthrie, Pengantar Perjanjian Baru Vol 2: New Testament Introduction , Surabaya: Momentum, 2010, hlm. 27. 18 M. E. Duyverman, Op. Cit., hlm. 98.

(barang tembikar).19 Banyak barang-barang berharga didatangkan ke pelabuhan Korintus, yaitu minyak balsem Arab, lontar Mesir, kurma Fenisia, gading Libia, permadani Babel, bulu kambing Kilikia, bulu domba Likaonia (Lycaonia), dan juga budak-budak Frigia. Perniagaan yang ramai dan maju di Korintus membuat kapal-kapal dari seluruh dunia berlabuh di dermaga Korintus.20 Korintus merupakan kota pelabuhan, maka tentunya tersedia kesempatan dan dagang yang tak terbatas jumlahnya. Para transit selalu mendatangi kota itu. Tidak sebatas itu saja, kemakmuran tanah Korintus juga disebabkan karena sekeliling Korintus memberikan hasil bumi yang baik. Banyak buah-buahan, kain sutra, permadani, dan sebagainya diperdagangkan di sana. Korintus tidak hanya merupakan persimpangan jalan yang alami untuk seluruh Yunani, tetapi juga merupakan pusat perdagangan di seluruh Yunani. Sebagai kota dagang, Korintus menyajikan hasil budaya Yunani dan Romawi. Bank-bank yang terkenal juga berkembang di kota Korintus.21 Korintus menjadi pusat pertemuan para pengusaha dari segala penjuru dunia yang datang dan membuat Korintus menjadi sangat maju dalam segala bidang. Berbagai macam orang yang datang yaitu, orang Yunani asli, orang Romawi dari golongan pemerintah, orang Yahudi yang datang dari tempat lain untuk urusan perdagangan.22 Dalam keadaan perekonomian Korintus yang begitu maju dan berkembang, Paulus menjalankan tugasnya sebagai seorang rasul Yesus. Keadaan kota Korintus yang begitu makmur, tidak membuat Paulus hanya hidup dari bantuan Gereja atau dari siapa pun juga. Paulus bersikeras untuk membiayai sendiri segala keperluannya, dengan bekerja sebagai

19

J. D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid 1 A-L, Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih/OMF, 1996, hlm. 582. 20 William Barclay, Op. Cit., hlm. 137. 21 St. Darmawijaya, Sekilas Bersama Paulus, Yogyakarta: Kanisius, 1992, hlm. 67. 22 I. Suharyom Pr, Mengenal Tulisan Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisius, 1991, hlm. 13.

seorang pembuat tenda.23 Pekerjaan yang dilakukan Paulus sebagai seorang tukang tenda, ternyata merupakan pekerjaan tangan yang hina bagi orang Yunani. Pekerjaan itu dipandang sebagai pekerjaannya para budak. Dalam 1 Korintus 9:6, Paulus menyatakan bahwa ia juga memiliki hak seperti rasul-rasul lain. Ia mempunyai hak untuk dibebaskan dari pekerjaan tangan, tetapi ia tidak menggunakan hak itu. Paulus yang adalah seorang warga negara Roma dan pekerjaan seorang budak bagi Paulus tidaklah terbiasa. Ia orang bebas dan bukanlah budak, tetapi ia memilih menjadikan diri budak, supaya dapat memenangkan sebanyak mungkin orang.24 Kota yang begitu termasyur terdapat banyak orang-orang kaya, tetapi juga menyimpan banyak kejahatan. Para pemalas, penipu-penipu, orang-orang malang, hambahamba yang telah melarikan diri juga datang mencari untung di Korintus. Di kota Korintus terdapatlah kehidupan mewah yang tak terkendali, di samping kemiskinan yang dahsyat. Kota itu menjadi terkenal juga karena kehidupan susilanya yang buruk. 25

Masyarakat Korintus memiliki reputasi sebagai masyarakat yang paling rendah moralnya, banyak tingkah laku mereka yang tidak bermoral.26 Sebagai kota pelabuhan, Korintus menjadi tempat persimpangan berbagai budaya. Di kota yang berkembang pesat itu, datanglah penduduk dari berbagai penjuru Laut Tengah untuk berdiam di sana. Orang-orang Mesir, Siria, Yahudi, dan berbagai bangsa Timur yang kemudian bermukim di Korintus, masing-masing mereka memberi pengaruh budayanya terhadap Korintus.27 Korintus berkembang menjadi pusat berbagai kebudayaan.

23 24

William Barclay, Op. Cit., hlm. 140. Tom Jacobs, Paulus: Hidup, Karya dan Teologinya, Yogyakarta: Kanisius dan Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008, hlm, 72. 25 M. E. Duyverman, Op. Cit., hlm. 98. 26 J. I. Packer, Merrill C. Tenney, William White Jr, Op. Cit., 27 M. E. Duyverman, Op.Cit.,

Perkembangan terus dialami oleh kota Korintus, begitu juga dengan pertambahan penduduknya. Jumlah penduduk di Korintus pada zaman Perjanjian Baru sekitar 600.000 jiwa. Penduduk Korintus terdiri dari bermacam-macam campuran bangsa dan suku. Sebagian besar penduduknya terdiri dari para budak, yang berkisar 400.000 jiwa. Selain itu juga terdiri dari para buruh, tukang, pedagang kecil, dan hanya segelintir orang merdeka yang menjadi warga kota penuh yang kaya dan berkuasa.28 Penduduk Korintus mempunyai watak yang sangat dinamis. Mereka terbuka untuk pengaruh asing, sebab mereka tidak mempunyai pegangan asli dan tradisional. Macammacam aliran tersebar di Korintus dan kota itu terbuka bagi berbagai perkembangan, pembaharuan, dan masa depan. Penduduk kota Korintus berwatak keras kepala dan rewel. Di kota ini pelacuran dianggap sebagai hal yang biasa saja, sebab oleh orang Yunani, hal ini tidak dilihat sebagai sesuatu yang buruk. Perbuatan-perbuatan mesum terbuka dan berkembang dengan subur di Korintus. Hal ini tentu saja didukung oleh suasana kota pelabuhan dan perdangangan yang ramai seperti Korintus.29 Para pelaut dan pedangang asing yang berdatangan dari berbagai tempat juga membawa bersama mereka rupa-rupa kejahatan, sehingga kota Korintus menjadi kota yang penuh dengan kemewahan dan sekaligus kenajisan. Kota Korintus serba majemuk dalam segala bidang, termasuk bidang keagamaan. Berbagai macam agama, aliran, dan kepercayaan mendapat pendukung dan penganut di di sana. Agama-agama yang berasal dari Roma dan Yunani, serta agama-agama yang berasal dari kawasan timur, khususnya dari Mesir. Ada juga pengaruh budaya Helenis yang membuat kota Korintus tidak terlepas dari penyembahan kepada para dewi.

28 29

C. Groenen OMF, Op. Cit., M. E. Duyverman, Op. Cit., hlm. 228.

Pada waktu Paulus berada di Korintus antara tahun 49 M-52 M, Kaisar yang memerintah pada waktu itu adalah Kaisar Claudius (41M-54M). Pada masa pemerintahannya, Kaisar Claudius kembali memberikan kebebasan untuk

menyelenggarakan ibadah di kuil-kuil sebagai bentuk penyembahan kepada dewa-dewi dan menghapus penyembahan kepada dirinya sebagai seorang pemimpin pilitik. 30 Hal ini turut mempengaruhi kepercayaan orang-orang Korintus yang menyembah para dewi. Di Korintus terdapat kuil kecil sebagai tempat penyembahan terhadap dewi-dewi. Di Akropolis terdapat kuil dewi Afrodite. Akropolis adalah sebuah gunung batu dengan ketinggian 2000 kaki. Gunung itu merupakan benteng yang kuat, sebab barang siapa memilikinya dan menguasai genting tanah itu, ia dapat berbuat sekehendaknya terhadap semua rute perdagangan. Gunung itu juga merupakan tempat pemujaan terhadap dewi Afrodite. Kuil Afrodite mempunyai seribu imam wanita yang sebenarnya adalah pelacurpelacur yang dianggap suci. Demi kepentingan sang dewi, imam-imam wanita itu setiap malam turun ke jalan untuk menjalankan perdagangan mereka yang tak berakhlak.31 Dalam suasana Korintus yang dipenuhi dengan berbagai aliran agama-agama itulah yang didatangi oleh Paulus. Paulus mendirikan jemaat Kristen yang pertama di Korintus. Jemaat di Korintus mendengar Injil Kristus melalui pelayanan rasul Paulus. Paulus datang ke Korintus pada perjalanan misi kedua setelah ke Athena. Paulus tinggal bersama dengan orang Yahudi yang terusir dari Roma, bernama Akuwila dan isterinya Priskila. Ia memulai karya penginjilannya di rumah ibadah Yahudi.32 Pada waktu Paulus di Korintus, gubernur yang bertugas bernama Gallio. Gallio adalah seorang Gubernur yang belum lama bertugas ketika Paulus berada di Korintus. Hal inilah yang dimanfaatkan oleh orang-orang Yahudi dengan membawa Paulus untuk diadili.

30 31 32

J. I. Packer, Merrill C. Tenney, William White Jr, Op. Cit., hlm. 89. William Barclay, Op. Cit., hlm. 140. Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 27-28.

10

Paulus dituduh telah mengajarkan kepada rakyat supaya menyembah Allah dengan cara yang berlawanan dengan Hukum Taurat. Tetapi Gallio adalah seorang Gubernur yang sangat ramah dan adil, sehingga ia memilih untuk tidak memihak dan dijadikan alat bagi siasat jahat orang-orang Yahudi.33 Galio tidak mau menghakimi Paulus menurut hukum Yahudi, sedangkan dalam hukum Roma Paulus tidak membuat suatu kejahatan. Dari peristiwa ini mulai timbullah perselisihan di Korintus di kalangan orang Yahudi, hal ini membuat Paulus beralih menginjili orang non-Yahudi. Paulus mulai tinggal dan bekerja di Korintus, dibawah pengamanan tidak langsung dari pemerintah Romawi pada waktu itu.34 Dalam perjalanan misinya, Paulus menumpang di rumah Titus Yustus yang berdampingan dengan rumah ibadah. Hal inilah yang membuat Paulus seringkali bertemu dengan Krispus, kepala rumah ibadah. Lama-kelamaan Krispus semakin mengerti akan kebenaran berita Injil, ia kemudian menjadi percaya beserta dengan seisi rumahnya. Hal ini berpengaruh besar kepada pertumbuhan iman jemaat di Korintus selanjutnya. Paulus memakai rumah Titus Yustus dan membuat banyak orang percaya. Paulus tinggal di Korintus lebih dari delapan belas bulan, untuk mengajar dan membimbing jemaat yang baru ia dirikan itu. Paulus kemudian melanjutkan perjalanan selanjutnya menuju ke Efesus. Setelah Paulus meninggalkan Korintus, ia tidak putus hubungan dengan jemaat yang baru ia dirikan itu. Paulus tetap berhubungan dengan mereka melalui surat menyurat dan perkunjungan oleh para utusannya. Kepergian Paulus dari Korintus membuat jemaat menjadi kehilangan arah. Mereka mulai hidup menurut kemauan mereka dan kembali pada cara hidup mereka sebelumnya. Mereka mengutamakan keinginan diri masingmasing dan bukan lagi mendengarkan kehendak Tuhan. Jemaat di Korintus sangat
33 34

William Barclay, Op. Cit., hlm. 141. Donald Guthrie, Op. Cit., hlm. 28.

11

menghargai kebebasan pribadi dan karunia rohani yang mencolok. Mereka bangga atas pengetahuan mereka, sehingga hal ini menimbulkan persoalan.35 Walaupun jemaat Korintus cepat merambat, tetapi timbul berbagai pertentangan dan banyak persoalan yang kemudian timbul di antara jemaat dengan rasul Paulus. Apalagi ketika rasul Paulus tidak berada bersama dengan mereka. Mereka mulai merenungkan bagi diri mereka sendiri implikasi-implikasi dari iman Kristen, dan memperoleh jawabannya yang berbeda-beda. Hal ini menjadi pemicu timbulnya perpecahan dalam tubuh jemaat.36 Kota Korintus yang terdiri dari prajurit-prajurit Roma, orang-orang mistik dari Timur, dan orang-orang Yahudi dari Palestina, selalu bertemu dengan para filsuf Yunani. Ketika Paulus memberitakan kabar baik tentang Yesus di kota Korintus, anggota dari berbagai lapisan masyarakat di Korintus memberikan tanggapan dan membentuk jemaat Kristen di Korintus. Orang-orang dalam jemaat dengan latar belakang rohani dan intelektual yang berbeda masing-masing membawa ide dan gagasan-gagasan yang berbeda.

Keanekaragaman dari berbagai latar belakang sosial turut melatar belakangi kehidupan berjemaat di Korintus. Akibatnya jemaat di Korintus mulai timbul berbagai masalah dan perselisihan.37 Begitu banyak masalah yang terjadi dalam jemaat Korintus. Bahkan Jemaat mulai membandingkan rasul Paulus dengan beberapa rasul yang datang setelah Paulus. Mereka mulai membuat penilaian-penilaian dan menggolong-golongkan diri dalam empat kelompok yang berlainan (1 Kor. 1:10-17). Kelompok pertama menyebut diri sebagai kelompok Paulus yang terdiri dari kaum Libertin. Mereka telah mendengar khotbah Paulus tentang kemerdekaan Kristen dan menyimpulkan bahwa, ketika mereka
35 36 37

M. E. Duyverman, Op.Cit., hlm. 100. John Drane, Op.Cit., hlm. 350-352. Ibid., hlm. 350-351.

12

memberikan respons terhadap Injil mereka dapat hidup sesukanya. Kelompok kedua adalah kelompok Kefas, yang merupakan kaum legalistik. Mereka orang-orang seperti guru agama Yahudi di Yerusalem, yang berpendapat bahwa kehidupan Kristen berarti mengikuti hukum Taurat dengan ketat, baik menurut upacara agama maupun secara moral. Kelompok ketiga adalah kelompok Apolos, yang mungkin terdiri dari orang-orang yang mengikuti pandangan Yunani klasik. Sebagai seorang Yahudi Aleksandria yang berpendidikan, Apolos mahir dalam jenis penafsiran Kitab Suci. Dengan sendirinya ia menjadi guru yang dapat diterima oleh orang Kristen Korintus yang berlatar belakang filsafat Yunani. Kelompok terakhir menyebut diri mereka kelompok Kristus. Mereka menganggap diri di atas kelompok-kelompok lain, yang berpusatkan pada pribadi-pribadi yang biasa. Mereka menghendaki hubungan yang langsung dengan Kristus sendiri, sama seperti hubungan mistik yang telah mereka alami dengan dewa-dewa dan agama-agama misteri dari Timur.38 Ada juga anggota jemaat yang mempersalahkan gaya merasulnya rasul Paulus. Orang menganggap bahwa Paulus kurang bersifat karismatis. Paulus kurang memperlihatkan dalam cara ia bekerja dan gaya hidupnya bahwa Roh berkarya di dalamnya. Ia dinilai terlalu lemah dan kurang rohani.39 Berbagai masalah muncul dalam jemaat Korintus. Namun, masalah yang terjadi bukanlah karena ketidakmantapan jemaat yang muncul dari lingkungannya. Melainkan lebih dikarenakan orang-orang yang muncul di dalam gereja itu sendiri yang melakukan ketidakmantapan. Mereka nampaknya telah menampilkan sejumlah pengaruh, karena orang-orang Kristen di Korintus ternyata telah diombang-ambingkan dan dikelompokkelompokan.40
38 39

John Drane, Ibid., Tom Jacobs, Op.Cit.,hlm. 145. 40 Willi Marxsen, Pengantar Perjanjian Baru: Pendekatan Kritis terhadap MasalahMasalahnya, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010, hlm. 82.

13

Ada berbagai pengaruh yang mempengaruhi kehidupan berjemaat di Korintus. Orangorang Korintus dipengaruhi oleh Helenisme dan ajaran-ajaran seperti Gnostik. 41 Mereka amat mengagungkan gnosis (pengetahuan) dan pemilikan Roh, sehingga mereka merasa memperoleh kebebasan dalam berbagai hal. Mereka menegaskan keunggulan mereka terhadap orang lain yang tidak dikuasai oleh Roh. Pengaruh Gnostik yang telah menyerap ke dalam tubuh gereja di Korintus, menyebabkan bermacam-macam masalah dihadapi oleh Paulus. Pandangan Gnostik tidak sama dengan sudut pandang Kristen. Orang Kristen memiliki roh dan karena itu menjadi orang merdeka. Ia memiliki karunia dan kemerdekaan namun itu bukanlah untuk dirinya sendiri, untuk disalahgunakan demi kepentingan sendiri dengan cara sembrono dan semau-maunya. Karunia dan kemerdekaan itu dianugerahkan, supaya ia dapat memanfaatkannya demi kebaikan dan demi membangun gereja di dalam kasih. Paulus berusaha untuk menarik kembali jemaat di Korintus dalam suatu kesatuan.42 Paulus menasehatkan jemaat Korintus agar tidak sombong rohani dan tidak membanding-bandingkan pemberita firman yang satu dengan yang lainnya, serta menghindari perpecahan dalam jemaat. E. Rangkuman Paulus datang ke Korintus dalam perjalanan misinya yang kedua, dan tinggal di sana selama delapan belas bulan. Paulus berada di Korintus antara tahun 49 M dan 52 M, pada masa pemerintahan Gubernur Galio. Paulus memberitakan Injil dan mendirikan jemaat Kristen di Korintus. Ia bekerja dan tinggal bersama dengan seorang Yahudi bernama Akuwila dan isterinya Priskila. Paulus memulai karya penginjilannya di rumah ibadah Yahudi. Kemudian ia beralih menginjili orang non-Yahudi. Ia memakai rumah Titus Yustus dan membuat banyak orang percaya. Selanjutnya Paulus melanjutkan perjalanan

41 42

J. D. Douglas, Op. Cit., hlm. 584. Willi Marxsen, Op. Cit., hlm. 82-83.

14

ke Efesus, dalam perjalanan misinya yang ketiga dan menetap di sana selama tiga tahun. Surat 1 Korintus diperkirakan ditulis menjelang akhir persinggahan Paulus, sekitar tahun 55 M atau 56 M. Surat Paulus yang pertama kepada jemaat di Korintus merupakan bagian dari sebuah korespondensi panjang antara rasul Paulus dengan orang-orang di Korintus. Tidak diragukan lagi surat itu ditulis oleh rasul Paulus, yang ditujukan kepada jemaat Allah di Korintus (1 Kor. 1:1; 16:21). Paulus menulis paling sedikit empat surat kepada jemaat di Korintus. Dari keempat surat itu, dua suratlah yang masih kita miliki saat ini. Surat pertama Korintus, sesungguhnya adalah surat Paulus yang kedua kepada jemaat di Korintus. Maksud Paulus menulis surat kepada jemaat di Korintus, untuk memberikan penjelasan tentang rupa-rupa kesalahpahaman, dan berbagai dosa yang timbul dalam jemaat Korintus. Hal ini diketahui Paulus karena laporan yang diterimanya dari orangorang keluarga Kloe (1:11;5:1), di samping itu Paulus juga membalas surat yang dikirim oleh jemaat Korintus (7:1;16:7). Lingkungan tempat Surat pertama Korintus ditujukan adalah jemaat Korintus, yang tinggal di Korintus. Korintus adalah Ibukota Propinsi Akhaya, tempat kedudukan Gubernur Romawi. Letak kota Korintus sangatlah strategis. Semua lalu lintas dan perdagangan yang tidak melewati laut harus melalui Korintus, baik dari utara ke selatan maupun dari timur ke barat. Korintus menjadi sangat maju dalam segala bidang, baik kebudayaan, ekonomi, politik maupun keagamaan. Berbagai macam agama, aliran, dan kepercayaan mendapat pendukung dan penganut di sana. Korintus juga mendapat pengaruh budaya Helenis, yang juga membuat kota itu tidak terlepas dari penyembahan kepada para dewi. Kota yang megah itu juga menyimpan banyak kejahatan. Banyak

15

tingkah laku masyarakat Korintus yang tidak bermoral. Perbuatan-perbuatan mesum terbuka dan berkembang dengan subur di sana. Penduduk Korintus mempunyai watak yang sangat dinamis. Mereka terbuka untuk pengaruh asing, sebab mereka tidak mempunyai pegangan asli dan tradisional. Macammacam aliran tersebar di sana dan kota itu terbuka bagi berbagai perkembangan, pembaharuan, dan masa depan. Penduduk kota Korintus berwatak keras kepala dan rewel. Hal ini menjadi penyebab seringkali terjadi perselisihan di dalam tubuh jemaat Korintus. Mereka sangat menghargai kebebasan pribadi dan karunia rohani yang mencolok, serta bangga atas pengetahuan mereka, sehingga menimbulkan banyak persoalan. Dibandingkan dengan kota lain, tampaknya Korintus adalah tempat yang paling tidak sesuai dengan iman Kristen. Tetapi dalam keadaan yang terjepit, Paulus memilih untuk tetap bersaksi bagi Kristus dan melayani di Korintus. Sebagai seorang hamba Kristus, rasul Paulus benar-benar menjalankan tugas yang dipercayakan oleh Allah kepadanya. Berhadapan dengan perselisihan dan berbagai penilaian terhadap para rasul, Paulus tetap menunjukkan sikap sebagai seorang pelayan yang dapat dipercayai.

16

You might also like