You are on page 1of 9

[KONJUNGTIVITIS ATOPI] 13 Agustus 2013 Pendahuluan Konjungtivitis merupakan radang pada konjungtiva atau radang selaput lendir yang

menutupi belakang kelopak dan bola mata. Konjungtivitis dapat disebabkan oleh bakteri, virus, klamidia, alergi toksik seperti konjungtivitis vernal, dan moluscum contangiosum. Konjungtivitis alergi adalah bentuk alergi pada mata yang paing sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun. Reaksi hipersensitivitas yang paling sering terlibat pada alergi di konjungtiva adalah reaksi hipersensitivitas tipe 1. Konjungtivitis alergi dibedakan atas lima subkategori, yaitu konjungtivitis alergi musiman dan konjungtivitis alergi tumbuh-tumbuhan yang biasanya

dikelompokkan dalam satu grup, keratokonjungtivitis vernal, keratokonjungtivitis atopik dan konjungtivitis papilar raksasa. Tanda dan gejala konjungtivitis atopi yakni berupa sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. Biasanya pada konjungtivitis atopi terdapat riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah berusia 50 tahun.

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM |

[KONJUNGTIVITIS ATOPI] 13 Agustus 2013 Pada pemeriksaan laboratorium berupa kerokan konjungtiva menampakkan eosinofil, meski tidak sebanyak yang terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal. Terapi dari konjungtivitis atopi berupa antihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini. Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya.

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM |

[KONJUNGTIVITIS ATOPI] 13 Agustus 2013 Anatomi Konjungtiva 1. Anatomi

Secara anatomis konjungtiva adalah membran mukosa yang transparan dan tipis yang membungkus permukaan posterior kelopak mata (konjungtiva palpebralis) dan permukaan anterior sklera (konjungtiva bulbaris). Konjungtiva palpebralis melapisi permukaan posterior kelopak mata dan melekat erat ke tarsus. Di tepi superior dan inferior tarsus, konjungtiva melipat ke posterior (pada forniks superior dan inferior) dan membungkus jaringan episklera menjadi konjungtiva bulbaris. Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum orbital di forniks dan melipat berkali-kali. Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola mata bergerak dan memperbesar permukaan konjungtiva sekretorik (Vaughan, 2010).

Gambar 1. Anatomi konjungtiva 2.1.2. Histologi

Secara histologis, lapisan sel konjungtiva terdiri atas dua hingga lima lapisan sel epitel silindris bertingkat, superfisial dan basal (Junqueira, 2007). Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet bulat atau oval yang mensekresi mukus yang diperlukan untuk dispersi air mata. Sel-sel epitel basal berwarna lebih pekat dibandingkan sel-sel superfisial dan dapat mengandung pigmen.

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM |

[KONJUNGTIVITIS ATOPI] 13 Agustus 2013 Stroma konjungtiva dibagi menjadi satu lapisan adenoid (superfisialis) dan satu lapisan fibrosa (profundus). Lapisan adenoid mengandung jaringan limfoid dan tidak berkembang sampai setelah bayi berumur 2 atau 3 bulan. Lapisan fibrosa tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada lempeng tarsus dan tersusun longgar pada mata.

3. Perdarahan dan Persarafan

Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria siliaris anterior dan arteria palpebralis. Kedua arteri ini beranastomosis dengan bebas dan bersama dengan banyak vena konjungtiva membentuk jaringan vaskular konjungtiva yang sangat banyak (Vaughan, 2010). Konjungtiva juga menerima persarafan dari percabangan pertama nervus V dengan serabut nyeri yang relatif sedikit.

KONJUNGTIVITIS ATOPI Definisi Konjungtivitis adalah peradangan konjungtiva yang ditandai oleh dilatasi vaskular, infiltrasi selular dan eksudasi.

Gambar 2. Konjungtivitis

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM |

[KONJUNGTIVITIS ATOPI] 13 Agustus 2013 Konjungtivitis atopi merupakan salah satu dari beberapa klasifikasi dari konjungtivitis alergi. Konjungtivitis atopi adalah suatu peradangan konjungtiva yang dapat ditemukan pada orang-orang yang mempunyai stigma atopi seperti dermatitis atopi dan asma bronkhial.

Etiologi Etiologi dan faktor resiko pada konjungtivitis alergi berbeda-beda sesuai dengan subkategorinya. Pada konjungtivitis atopi terdapat riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarut-larut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah berusia 50 tahun. Pada kasus ini terjadi reaksi hipersensitivitas tipe cepat atau lambat, atau reaksi antibodi humoral terhadap alergen. Pada keadaan yang berat mempakan bagian dari sindrom Steven Johnson, suatu penyakit eritema multiforme berat akibat reaksi alergi pada orang dengan predisposisi alergi obat-obatan.

Patofisiologi Reaksi alergi merupakan sebuah reaksi hipersensivitas dari sistem imun tubuh terhadap benda asing yang dikenal sebagai alergen, di mana tubuh salah mempersepsikan sebagai suatu pertahanan yang poten. Respon tersebut dapat merupakan bawaan atau didapat. Adanya alergen pada konjungtiva memicu dua respon imun secara stimultan, satu disebabkan oleh lepasnya mediator inflamasi seperti histamin, dan yang kedua dari produksi asam arakhidonat dan konversinya seperti prostaglandin. Alergen terikat pada antibodi yang dikenal sebagai Imunoglobulin E (IgE), kemudian menempel pada sel mast sehingga terjadi degranulasi. Dari degranulasi tersebut keluarlah mediator-mediator yang sifatnya dapat bersifat langsung, tak langsung, atau kombinasi
SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM | 5

[KONJUNGTIVITIS ATOPI] 13 Agustus 2013 keduanya. Dua mediator penting yang dilepaskan dari sel mast yaitu histamin dan bradikinin, yang secara cepat menstimulasi nosiseptor, menimbulkan sensasi rasa gatal. Selain itu, mediator tersebut juga meningkatkan permeabilitas pembuluh darah (vasodilatasi). Hal ini sebagai penyebab timbulnya merah dan injeksi konjungtiva pada mata. Sementara itu, mediator lain yang dilepaskan dari sel mast mengirimkan sinyal kimia yang memanggil eritrosit dan leukosit. Ketika sel-sel darah sampai, dengan mudahnya mencapai permukaan konjungtiva melalui pembuluh darah yang dilatasi dan tingginya permeabilitas kapiler. Seperti halnya histamin dan bradikinin, prostaglandin secara langsung merangsang saraf tepi untuk menghasilkan sensasi rasa gatal dan sakit, dan juga meningkatkan permeabilitas vaskular dan vasodilatasi. Leukotrin khususnya sebagai pemanggil makrofag.

Tanda dan Gejala Sensasi terbakar, bertahi mata berlendir, merah, dan fotofobia. Tepian palpebra eritemosa, dan konjungtiva tampak putih seperti susu. Terdapat papilla halus, namun papilla raksasa tidak berkembang seperti pada keratokonjungtivitis vernal, dan lebih sering terdapat di tarsus inferior. Berbeda dengan papilla raksasa pada keratokonjungtivitis vernal, yang terdapat di tarsus superior. Tanda-tanda kornea yang berat muncul pada perjalanan lanjut penyakit setelah eksaserbasi konjungtivitis terjadi berulangkali. Timbul keratitis perifer superficial yang diikuti dengan vaskularisasi. Pada kasus berat, seluruh kornea tampak kabur dan bervaskularisasi, dan ketajaman penglihatan. Biasanya ada riwayat alergi (demam jerami, asma, atau eczema) pada pasien atau keluarganya. Kebanyakan pasien pernah menderita dermatitis atopic sejak bayi. Parut pada lipatan-lipatan fleksura lipat siku dan pergelangan tangan dan lutut sering ditemukan. Seperti dermatitisnya, keratokonjungtivitis atopic berlangsung berlarutlarut dan sering mengalami eksaserbasi dan remisi. Seperti keratokonjungtivitis vernal, penyakit ini cenderung kurang aktif bila pasien telah berusia 50 tahun.

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM |

[KONJUNGTIVITIS ATOPI] 13 Agustus 2013 Diagnosis Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan mata. Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan berupa kerokan konjungtiva untuk mempelajari gambaran sitologi. Hasil pemeriksaan menunjukkan banyak eosinofil dan granula-granula bebas eosinofilik. Di samping itu, terdapat basofil dan granula basofilik bebas, meski tidak sebanyak yang terlihat sebanyak pada keratokonjungtivitis vernal.

Pengobatan Karena konjungtivitis atopi adalah penyakit yang sembuh sendiri, perlu diingat bahwa medikasi yang dipakai terhadap gejala hanya memberi hasil jangka pendek, berbahaya jika dipakai jangka panjang. Opsi perawatan konjungtivitis atopi berdasarkan luasnya symptom yang muncul dan durasinya. Opsi perawatan konjungtivitis atopi yaitu : 1. Tindakan Umum Dalam hal ini mencakup tindakan-tindakan konsultatif yang membantu mengurangi keluhan pasien berdasarkan informasi hasil anamnesis. Beberapa tindakan tersebut antara lain: Menghindari tindakan menggosok-gosok mata dengan tangan atau jari tangan, karena telah terbukti dapat merangsang pembebasan mekanis dari mediatormediator sel mast. Di samping itu, juga untuk mencegah superinfeksi yang pada akhirnya berpotensi ikut menunjang terjadinya glaukoma sekunder dan katarak. Pemakaian mesin pendingin ruangan berfilter;
SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM | 7

[KONJUNGTIVITIS ATOPI] 13 Agustus 2013 Menghindari daerah berangin kencang yang biasanya juga membawa serbuksari; Menggunakan kaca mata berpenutup total untuk mengurangi kontak dengan alergen di udara terbuka. Pemakaian lensa kontak justru harus dihindari karena lensa kontak akan membantu retensi allergen; Kompres dingin di daerah mata; Pengganti air mata (artifisial). Selain bermanfaat untuk cuci mata juga

berfungsi protektif karena membantu menghalau allergen

2. Terapi topikal

Atihistamin oral termasuk terfenadine (60-120 mg 2x sehari), astemizole (10 mg empat kali sehari), atau hydroxyzine (50 mg waktu tidur, dinaikkan sampai 200 mg) ternyata bermanfaat. Obat-obat antiradang non-steroid yang lebih baru, seperti ketorolac dan iodoxamid, ternyata dapat mengatasi gejala pada pasien-pasien ini. Pada kasus berat, plasmaferesis merupakan terapi tambahan. Pada kasus lanjut dengan komplikasi kornea berat, mungkin diperlukan transplantasi kornea untuk mengembalikan ketajaman penglihatannya.

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM |

[KONJUNGTIVITIS ATOPI] 13 Agustus 2013

DAFTAR PUSTAKA

SMF ILMU PENYAKIT MATA RSUPM |

You might also like