You are on page 1of 14

PERANAN GURU PRNDIDIKAN JASMANI DALAM MENINGKATKAN PROSES BELAJAR SISWA SEKOLAH DASAR.

Sugeng Purwanto* Abstrak : Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan peranan guru pendidikan jasmani dam meningkatkan proses belajar siswa Sekolah Dasar. Peranan Guru Pendidikan Jasmani dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menerima ilmu yang diberi oleh guru demi meningkatkan proses belajar siswa di sekolah. Oleh karena itu guru adalah bagian yang penting dan penuh tanggung jawab terhadap kemajuan anak didik atau siswa. Kata-kata kunci : Guru Pendidikan Jasmani, Proses Belajar. PENDAHULUAN Disadari sepenuhnya bahwa untuk mengejar keterbelakangan serta memerangi kemiskinan dan kebodohan masyarakat, bangsa dan negara dewasa ini,maka perlu ditingkatkan berbagai upaya dalam menanggulangi hal tersebut. Dalam mencapai tujuan membangun bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan sejahtera, perlu adanya dedikasi dan kerja keras dari berbagai pihak. Pembinaan dan pengembangan anak, remaja dan pemuda diupayakan melalui pembangunan di berbagai bidang yang didukung oleh iklim yang kondusif agar terwujudnya masyarakat belajar. Pembinaan dan pengembangan anak dan remaja harus dimulai sedini mungkin dan perlu ditekankan pada kedudukan dan fungsi mereka sebagai penerus cita-cita perjuangan. Pembinaan dan

pengembangan pemuda di arahkan pada upaya persiapan generasi muda menjadi kader bangsa yang tangguh dan ulet dalam menghadapi tantangan pembangunan serta bertanggung jawab terhadap masa depan kehidupan bangsa dan negara. Pendidikan perlu dikembangkan dan dimantapkan dengan melengkapi berbagai ketentuan serta mengutamakan pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan dasar, perluasan dan peningkatan kualitas pendidikan kejuruan serta pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun. Upaya itu perlu didukung oleh peningkatan sumber daya pendidika secara bertahap,disertai keterpaduan dan

Drs. Sugeng Purwanto, M.Pd adalah Dosen Tetap di UNY Yogjakarta.

efisiensi pelaksanaannya sehingga mampu memenuhi tuntutan dan kebutuhan pembangunan. Pendidikan jasmani tidak kalah pentingnya dalam rangka pembangunan. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral daripendidikan nasional dengan melibatkan komponen kondisi fisik. Menurut Harsono (1978 :2) bahwa :Pendidikan jasmani adalah suatu aspek penting untuk mencapai tujuan pendidikan atau suatu pendidikan melalui aktivitas-aktivitas jasmani. Karena dengan fungsi seorang guru pendidikan jasmani maka lembaga pendidikan yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan administrasi sekolah dan merupakan pusat budaya ilmu, perlu meningkatkan mutu pendidikan jasmani. Dikatakan di atas bahwa pendidikan jasmani adalah suatu aspek penting untuk mencapai tujuan pendidikan atau suatu pendidikan melalui aktivitas-aktivitas jasmani,maka secara tidak langsung peningkatan jasmani yang baik

mempengaruhi prestasi dalam segala bidang kerja. Aspek ini bertitik tolak dari didikan dan bimbingan guru yang menjadi sumber ilmu untuk mendidik generasi muda sebagai penerus pembangunan bangsa. Selain itu proses belajar siswa dapat ditingkatkan sekiranya seorang guru pendidikan jasmani itu berkriteria professional dalam menjalankan tugasnya. Begitu juga halnya dengan guru yang mengajar di sekolah dasar, yang mana menjadi teladan kepada siswa agar bias mandiri, dengan kata lain tugas atau peranan guru itu sangat dominan dalam pembentukan kepribadian siswa. Seperti yang dikatakan Winarno Surachmad (1987 :20) bahwa : Tugas dan peran guru pendidikan jasmani di sekolah diperiodisasikan kepada tiga hal yakni: 1) Masa pendidikan persiapan, 2) Masa pendidikan yang sebenarnya, 3) Masa pendidikan pembentukan diri sendiri. Periodisasi pendidikan yang berlaku ini berarti masa pendidikan yang dialami oleh anak sesuai dengan masa pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohaniah anak. Dengan adanya periodisasi pendidikan, maka khususnya guru pendidikan jasmani dan mengantisipasi waktu yang ada untuk membentuk kepribadian siswa. Interaksi siswa dengan guru pendidikan jasmani adalah suatu interaksi in put dimana guru pendidikan jasmani adalah yang paling dekat dengan

siswa dibandingkan dengan guru-guru mata pelajaran lainnya. Interaksi guru dengan siswa bukan hanya sebagani suatu penguasaan bahan ajar, tetapi banyak hal yang harus diperhatikan. Seperti yang dikemukakan oleh Ibrahim dan Nana Syaodih (1991 :23) bahwa : Interaksi guru dengan siswa bukan hanya dalam penguasaan bahan ajar, tetapi dalam penerimaan nilai-nilai, pengembangan sikap serta dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa. Dengan demikian peranan guru bukan hanya sebagai pengajar atau pelatih, tetapi juga sebagai pendidik dan pembimbing. Sampai saat ini kenyataan menunjukkan bahwa kegiatan belajar mengajar di Sekolah Dasar, mengalami kendala, baik secara interen maupun eksteren. Contoh secara interen, seperti masalah disiplin siswa yang tidak bisa ditangani guru secara efektif juga masih banyak guru yang kurang menguasai materi pelajaran sehingga mutu yang diharapkan tidak memadai. Sedangkan masalah eksteren adalah kekurangan tenaga guru yang mengajar di sekolah sehingga sekolah yang kekurangan tenaga guru itu mengambil guru honor yang tentunya harus digaji oleh sekolah bersangkutan. Adapun kendala-kendala tersebut sangat mempengaruhi kegiatan belajar mengajar di sekolah. Adapun tujuan pendidikan jasmani yang harus diperhatikan oleh guru setelah siswa selesai sekolah dasar adalah harus memiliki : 1) Kemampuan membedakan yang benar dan yang salah, 2) Kemampuan berbagi pengalaman dan mengutamakan kepentingan orang lain, 3) Kemampuan membangun persahabatan dan persaudaraan, 4) Rasa ingin tahu dalam berbagai hal, 5) Kemampuan berpikir dan mengekspresikan diri, 6) Rasa kebanggaan terhadap hasil kerjanya, serta 7) Kebiasaan hidup sehat. Khsus menyangkut guru yang belum menguasai materi pelajaran serta peranan dan tugasnya sebagai seorang pendidik dalam meningkatkan proses belajar siswa, perlu dibekali dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang memadai sehingga tujuan yang diharapkan bisa tercapai. Untuk membekali guru dengan ilmu pengetahuan dan keterampilan perlu ditempuh dengan strategi yang tepat dalam meningkatkan mutu guru secara khusus dan peningkatan mutu pendidikan secara menyeluruh.

Santoso Hamidjojo(1979 :12) mengatakan bahwa : Peningkatan mutu pendidikan, harus dinilai dari titik pangkal strategi yaitu pendidikan tenaga pengajar yang harus diselesaikan menurut kemampuan bakat dan dedikasinya, agar mereka dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan terpendam pada anak didik. Peningkatan mutu pendidikan di sekolah harus dimulai atau dibarengi dengan peningkatan mutu pendidikan tenaga pengajar. Pengertian strategi itu sendiri menurut Sugiyanto (1993 :31) adalah : daya upaya dan siasat yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok untuk mencapai suatu tertentu. Dengan demikian usaha dalam meningkatkan mutu guru dalam proses belajar siswa khususnya guru pendidikan jasmani, perlu menggunakan strategi yang tepat. Hal ini sangat penting sebagai bekal kepada seorang guru pendidikan jasmani untuk mengatur strategi dalam meningkatkan proses belajar siswa.

KAJIAN TEORI

A. Fungsi Guru Pendidikan Jasmani Di Sekolah Dasar Fungsi guru pendidikan jasmani adalah sangat penting dalam organisasi keguruan. Ini terlihat dengan kegiatan yang dilakukan oleh guru demi meningkatkan kualitas proses belajar siswa khususnya mata pelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Guru sama halnya dengan orang dewasa lainnya, mempunyai tanggung jawab mendewasakan anak didik. Untuk mencapai hasil yang diharapkan maka fungsi guru adalah sangat penting dan menentukan keberhasilan proses belajar siswa di sekolah. Melalui fungsi guru anak didik dapat dikembangkan, dibina menjadi manusia yang berkepribadian. Dalam hal ini setiap anak didik tidak dapat berkembang secara maksimal dan sempurna tanpa pertolongan dari pihak lain. Fungsi dan peranan guru adalah sangat penting, oleh karena itu melalui fungsi dan peranan guru inilah berhasilnya pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Dengan melihat fungsi guru yang sangat menentukan tercapainya tujuan pendidikan terutama proses belajar siswa, maka guru pendidikan jasmani perlu

memiliki kemampuan dan strategi mengajar yang memadai. Seperti apa yang dikatakan oleh Santoso Hamidjojo (1979 :12) bahwa : Peningkatan mutu pendidikan di sekolah harus dimulai atau dibarengi dengan peningkatan mutu tenaga pengajar pendidikan. Hal ini penting karena peranan dan fungsi guru pendidikan jasmani dalam meningkatkan proses belajar siswa adalah sebagai berikut : 1) Fungsi Instruksional, 2) Fungsi educational, 3) Fungsi managerial. Penjelasan dari tiga fungsi tersebut adalah sebagai berikut : Fungsi Instruksional Fungsi instruksional adalah mengajar (to teach) dalam arti mempersiapkan bahan-bahan pelajaran yang akan diajarkan, menyajikan kepada murid-muridnya, memberikan tugas-tugasnya, ulangan kepada mereka dan mengoreksi atau menilainya. Fungsi Educational Selain mengajar, guru-guru hendaknya juga membimbing murid-muridnya menjadi manusia yang bertanggung jawab dan warga Negara yang pancasilais sejati serta bertaqwa kepada Tuhan Fungsi Managerial Dalam masalah pembangunan diharapkan dari guru untuk melaksanakan fungsi managerial yaitu kepemimpinan yang sesuai dengan irama pembangunan dan falsafah hidup bangsa. Guru dikatakan sebagai orang tua di sekolah merupakan suatu samaran yang efektif. Ini karena di sekolah guru adalah pengganti orang tua, jadi yang mengetahui secara dekat dengan anak-anak didik disamping memberikan pelajaran-pelajaran yang membina. Hal ini seperti dikatakan oleh Winarno Surachmad (1987 :65) bahwa : Orang tua adalah pendidik utama bagi anak dan guru juga berfungsi sebagai pendidik yang bertugas membantu orang tua memberikan pengetahuan yang diperlukan anak bagi perkembangan menjadi manusia dewasa kelak. Melalui mata pelajaran yang diajarkan sekolah (guru) berusaha menambah dan mengembangkan pengetahuan anak yang kelak akan terlihat pada perubahan tingkah lakunya.

Predikat guru melekat pada orang dewasa yang bertugas rutin menyampaikan pengetahuan dan keterampilan intelektual maupun motorik kepada anak didik yang umumnya berusia lebih muda yang disebut murid. Guru seringkali menjadi anutan bagi muridnya baik secara formal di sekolah maupun informal di luar sekolah. Sebagai konsekuensi dari predikat yang ada itu, maka segala tindakan, ucapan dan perbuatannya pun dituntut sebagai tindakan, ucapan dan perbuatan seseorang guru pada saat bertugas formal di sekolah. Peran guru bukan hanya menyampaikan bahan pelajaran agar dapat diterima dan diinternalisasikan oleh anak didik tetapi juga mempunyai peran-peran serta fungsi lain yang bersifat majemuk. Sekali waktu juga harus membimbing anak belajar, sesekali harus memberikan teladan dan bahkan memimpin murid manakala diperlukan dan mungkin masih banyak lagi peran-pean lainnya.

B. Tugas Guru Pendidikan Jasmani Guru adalah sumber inspirasi yang menjadi penggerak kepada siswa menjadi mandiri dan professional dalam melakukan semua aktivitas yang berlandaskan pada pemikiran rasional. Guru diibaratkan sebagai jembatan ilmu, karena gurulah manusia mendapat ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi kepribadian serta pembangunan bangsa. Di sekolah, tugas guru pendidikan jasmani bukan hanya mendidik dan mengajar murid-murid tetapi mempunyai tugas lainnya yangs sangat berarti bagi peningkatan prestasi belajar siswa. Seprti yang dikatakan Nadisah (1992 :17) bahwa : Guru pendidikan jasmani selain mempunyai tugas utama mendidik dan mengajar pendidikan jasmani, ia dibebani juga dengan tugas mendidik dan mengajarkan pendidikan kesehatan. Oleh karena itu ia pun dituntut mengetahui dan memahami serta mampu melaksanakan beban tugas yang kedua ini. Selain itu guru juga adalah teladan kepada murid dengan sikap-sikap yang positif dan mempunyai pengetahuan, keterampilan, kebenaran, kejujuran dan sifat-sifat yang baik dan terpuji. Karena itulah guru harus bisa memenuhi sifat mental, minat dan kebutuhan setiap muridnya agar bisa memberikan bimbingan

dan pelajaran sebaik-baiknya dan seefektif mungkin yang sesuai terhadap individual setiap anak. Tugas guru pendidikan jasmani dalam melaksanakan tugasnya, harus juga memperhatikan kurikulum yang berlaku di sekolah agar proses pembelajaran siswa dapat dilakukan dengan professional dan mengikuti ketentuan-ketentuan yang etrdapat dalam kurikulum tersebut. Dalam memberikan keputusan atau penilaian, guru harus objektif seperti yang dikatakan oleh Rochmah Bakti (1992 :2) bahwa : Dalam dunia pendidikan, terselenggaranya pendidikan yang bermutu sangat tergantung kepada guru yang bermutu juga. Guru bermutu adalah guru yang memiliki syarat-syarat kepribadian dan kemampuan teknis keguruan. Oleh karena itu guru pendidikan jasmani tidak boleh memaksakan kegiatan pembelajaran mengikuti kemauannya tetapi berlandaskan kepada aturan yang memang ditentukan oleh sekolah berdasarkan kepada kurikulum yang ada. Dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru pendidikan jasmani seperti ini, sudah tentu tingkat pencapaian siswa akan meningkat. Di era globalisasi masa kini sudah tentu tugas seorang guru itu akan bertambah rumit namun begitu dengan adanya kemajuan teknologi sudah tentu guru dapat menjalankan tugas dengan baik. Selain itu tugas guru dikategorikan dalam tiga fase yang dikemukakan oleh Yanuar Kiram (1992 :98) yaitu : 1) Fase belajar tingkat pertama, 2) Fase belajar tingkat kedua, 3) Fase belajar tingkat ketiga. Adapun fase tersebut meliputi : Fase Belajar Tingkat Pertama Guru mempunyai tugas yang berat yaitu untuk memperkenalkan kepada peserta didik sesuatu hal yang baru dan berusaha untuk mengendalikan proses pembelajaran sehingga peserta didik dapat menguasai hal-hal baru tersebut dalam batas-batas tertentu. Fase Belajar Tingkat Kedua Guru memiliki tugas untuk menambah dan memperhalus keterampilan motorik peserta didik. Fase ini merupakan perantara atau transisi yang

menentukan apakah seseorang dapat dilanjutkan pemberiannya untuk mencapai suatu prestasi tinggi. Fase Belajar Tingkat Ketiga Guru memiliki tugas untuk menstabilkan kemamuan-kemampuan motorik yang didapat oleh peserta didik serta mengembangkan kemampuan-kemampuan tersebut dalam berbagai situasi dan keadaan yang sebagaimana telah dikemukakan. Dengan adanya perbedaan tugas seorang guru pendidikan jasmani di sekolah seperti yang diungkapkan tadi, maka seorang guru pendidikan jasmani seharusnya mampu menyesuaikan diri dengan setiap tugas yang seharusnya dilaksanakan berdasarkan fase-fase yang ada. Keberhasilan guru dalam menjalankan tugasnya tergantung pada kemauan, ketekunan dan usaha yang bersangkutan untuk menguasai berbagai kompetensi yang diperlukan dalam tugasnya secara ideal. Seorang guru mempunyai tugas ganda yaitu sebagai pendidik dan sebagai pengajar. Sebagai pendidik tugasnya menyangkut pada pembinaan pribadi, pengembangan sikap moral yang dikehendaki oleh masyarakat. Sebagai pengajar guru mempunyai tugas untuk mengembangkan pengetahuan serta berbagai keterampilan yang diperlukan bagi setiap orang adar dapat bekerja, berpikir, bertindak, berkomunikasi serta melakukan aktivitas sehari-hari. Agar tugas guru berjalan dengan baik, maka perlu dikembangkan potensi pribadi sehingga menjadi matang dan mampu berpikir secara rasional dan memiliki kompetensi personal. Kompetensi guru juga harus dititik beratkan dalam pelaksanaan tugasnya dengan baik. Sebab itu kompetensi guru harus diimplikasikan sebagai satu objek dominant dan dinamik yang menunjang dalam tugasnya sebagai guru dalam pendidikan. Adapun kompetensi guru ini dibagi atas tiga yakni kompetense personal, kompetensi sosial dan kompetensi professional. Kompetensi personal yang mana kemampuan yang ada pada diri guru dan yang dapat mengembangkan kondisi belajar sehingga hasil belajar dapat dicapai dengan lebih efektif. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru yang realisasinya memberi manfaat bagi pemenuhan yang perlukan oleh masyarakat.

Dalam hal ini terdapat kesesuaian antara kompetensi yang dimiliki sorang guru dengan apa yang dibutuhkan oleh masyarakat, Karena sifatnya social, guru berhak menggunakan kompetensinya tersebut sebagai pengabdian terhadap masyarakat. Kompetensi lainnya yang tidak kalah pentingnya adalah kompetensi professional. Kompetensi ini dasarnya adalah kemampuan yang dimiliki seorang guru sebagai pengajar yang baik, sebab itu sebagai seorang pengajar, guru harus memiliki kemampuan dasar tentang materi atau bahan pelajaran yang diajarkan. Dalam dunia pendidikan dikenal 10 kompetensi guru yang menjadi landasan seorang guru dalam melaksanakan tugasnya, seperti dikemukakan oleh Sardiman (2000 :161) yaitu :

1. Menguasai Landasan-Landasan Pendidikan Dengan menguasai landasan-landasan pendidikan diharapkan guru memiliki wawasan teoritis tentang tugasnya, sehingga dapat menyelenggarakan pendidikan sesuai dengan tuntutan perkembangan siswa dalam membina dan mengembangkan pribadi dan keterampilannya. 2. Menguasai Bahan Ajar Menguasai bahan pelajaran, berarti memungkinkan guru dapat menyajikan bahan pelajaran sebaik-baiknya sehingga siswa dapat menerima dan

mengelolanya secara mantap sebagai bekal pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan.

3. Kemampuan Mengelola Kelas Kemampuan mengelola kelas memungkinkan guru menumbuhkan dan mengembangkan suasana kelas yang dapat mendorong siswa mengikuti proses belajar-mengajar dengan penuh minat

4. Kemampuan Mengelola Program Belajar Menggajar Kemampuan mengelola program belajar mengajar, memungkinkan guru merencanakan dan menyelenggarakan pengajaran dengan baik sehingga dapat diikuti oleh siswa dengan mudah dan efektif.

5. Kemampuan Mengelola Interaksi Belajar Mengajar Kemampuan mengelola interaksi belajar mengajar memungkinkan guru mengatur kegiatan siswa dalam belajar, sehingga siswa mencapai hasil belajar yang optimal.

6. Kemampuan Menggunakan Media/Sumber Belajar Kemampuan menggunakan media/sumber belajar memungkinkan guru memilih berbagai media dan sumber yang tepat sehingga siswa memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dari media dan sumber belajar tersebut demi mencapai hasil belajar yang diharapkan.

7. Menilai Hasil Belajar (Prestasi) Siswa Kemampuan menilai hasil belajar siswa memungkinkan guru menilai dengan tepat kemajuan belajar siswa sebagai bahan umpan balik bagi penunjang perkembangan siswa lebih lanjut

8. Memahami Prinsip-Prinsip Dan Hasil-Hasil Penelitian Untuk Keperluan Pengajaran Memahami prinsip-prinsip dan hasil-gasil penelitian memungkinkan guru secara terus-menerus mengembangkan pengetahuan dan keterampilan bidang keahliannya, sehingga pendidikan yang diterima oleh siswa merupakan suatu yang hidup dan selalu diperbaharui

9. Mengenal Fungsi Dan Program Bimbingan Dan Penyuluhan (Konseling) Mengenal fungsi bimbingan dan penyuluhan, memungkinkan guru mengetahui arah perkembangan kepribadian siswa secara lebih mendalam, mengetahui hal-hal yang mungkin menimbulkan masalah-masalah bagi siswa, dapat dikenali atau dapat dicegah secara dini.

10

10. Mengenal Dan Menyelenggarakan Administrasi Pendidikan Mengenal dan menyelenggarakan administrasi pendidikan memungkinkan berbagai catatan, informasi dan data tentang siswa (khususnya perkembangan, kegiatan dan kemajuan siswa), terkumpulkan, terorganisasikan dengan baik sehingga semua informasi itu dipakai secara segera dan tepat untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam langkah-langkah pembinaan dan pengembangan siswa selanjutnya.

C. Kriteria Seorang Guru Pendidikan Jasmani Dalam Meningkatkan Proses Belajar Siswa.

Kriteria seorang guru juga dinilai sebagai suatu aspek penting dalam dunia pendidikan. Tanpa mempunyai kriteria guru yang baik sudah tentu tujuan pendidikan tidak mungkin akan tercapai terutama dalam meningkatkan poses belajar siswa di sekolah. Apalagi di era globalisasi, kriteria seorang guru sangatlah penting dalam membina pengetahuan dan kepribadian siswa. Untuk

merealisasikan tingkat penguasaan siswa atau anak didik di sekolah juga dipengaruhi oleh kriteria seorang guru. Apalagi seorang guru pendidikan jasmani yang sering turun lapangan untuk memberikan praktek kepada anak-anak. Ini sudah tentu mempengaruhi psikomotor siswa dalam proses belajar dan pembelajaran. Kriteria seorang guru ini, wajar digunakan sebagai pedoman kepada siswa sejauh mana seorang guru pendidikan jasmani itu bisa menekuni ilmu yang professional. Sebagai seorang guru seharusnya mempunyai kriteria yang realistik sebagai berikut : 1. Berpendidikan Profesional a) Ada lapangan kerja keguruan yang merupakan suatu lapangan kerja yang memerlukan perencanaan yang mantap, suatu manajemen yang

memperhitungkan komponen-komponen sistemnya yakni in put, proses, out put dan pemakai.

11

b) Lapangan kerja ini memerlukan dukungan ilmu atau teori yang akan memberi konsepsi teoritis ilmu kependidikan dengan cabang-cabangnya. c) Lapangan kerja ini memerlukan waktu pendidikan dan latihan yang lama, berupa pendidikan dasar dan taraf sarjana ditambah dengan pendidikan professional. 2. Mengakui dan sadar akan profesinya. Jadi memiliki sikap dan mampu mengembangkan profesinya dan tidak bermaksud untuk menjadikannya sebagai batu loncatan untuk memasuki profesi lain. 3. Menajdi anggota organisasi profesionalnya yang mendapat pengakuan pemerintah atau masyarakat. Jadi terdapat suatu organisasi professional yang beranggotakan orang-orang yang profesional, contohnya: Pendidikan Guru Republik Indonesia 4. Mengakui dan melaksanakan kode etika professional yang tampak pada usaha untuk mengembangkan profesi dan ilmu pengembangan diri serta mengakui dan menghormati norma-norma masyarakat. 5. Pengembangan diri dan profesi ini bukan karena tekanan dari luar maupun karena profesi itu, melainkan timbul dari dalam diri yang ebrsangkutan. 6. Mengikuti dan berpartisipasi dengan memanfaatkan alat komunikasi dengan antara anggotanya maupun dengan lembaga di luar organisasi profesionalnya. Alat komunikasi itu antara lain berbentuk publikasi ilmiah, pertemuan ilmiah dan sebagainya 7. Dapat bekerja sama dengan anggota maupun organisasi professional lain baik sebagai individu maupun di dalam rangka organisasi. Dengan kriteria yang positif seorang guru maka tugas fungsi dan peranan tersebut membolehkan siswa dapat menerima ilmu yang diberi oleh guru demi meningkatkan proses belajar siswa pendidikan jasmani di sekolah. Oleh karena itu guru adalah bagian yang penting dan penuh tanggung jawab terhadap kemajuan anak didik atau siswa.

KESIMPULAN

12

Dari pembahasan yang telah dikemukakan terdahulu, maka kesimpulan dalam penulisan ini dapat dikemukakan sebagai berikut: 1. Guru berperan sebagai pemimpin, pengajar yang berfungsi meningkatkan proses belajar siswa. 2. Guru berupaya mentransfer pengalaman-pengalaman belajar berupa

pengetahuan dan keterampilan kepada siswa agar menjadi cerdas dan terampil 3. Guru pendidikan jasmani mempunyai tugas mendidik dan mengajar pendidikan kesehatan, selain itu guru sebagai telada kepada murid-murid dan mempunyai sikap yang positif juga mempunyai pengetahuan, keterampilan, kejujuran dan sifat terpuji serta memperhatikan kurikulum sekolah

SARAN Dari kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut : 1. Guru pendidikan jasmani selaku pengajar hendaknya dapat menunjukkan kemampuan semaksimal mungkin dalam menerapkan pengetahuan khususnya pendidikan jasmani baik secara teori maupun praktek. Bila perlu dapat menyalurkan bakat yang dimiliki oleh tiap-tiap siswa lewat cabang olahraga yang diminati untuk berprestasi 2. Guru seharusnya mempunyai kriteria yang sesuai dengan bidang keguruan sebagai landasan dalam meningkatkan proses belajar siswa. 3. Menciptakan kerjasama antar sekolah dan orang tua untuk mengusahakan pengadaan alat-alat olahraga untuk menunjang pelaksanaan pengajaran pendidikan jasmani di sekolah agar proses pembelajaran berjalan semaksimal mungkin

DAFTAR RUJUKAN Bakti Rochmah, Pedoman Pelaksanaan Program Lapangan. Depdikbud Dirjend P2LPTK, 1992.

13

Hamidjojo Santoso, Pembangunan Pendidikan Dasar Dan Menengah Di Indonesia. Dirjend Dikdasmen Depdikbud, Jakarta, 1979 Harsono., Sarana Pendidikan Jasmani. Sekolah Tinggi Olahraga,Bandung 1978 Ibrahim dan Nana Syaodih., Perencanaan Pengajaran. Depdikbud, Jakarta, 1991 Kiram Yanuar, Belajar Motorik, Dirjend Depdikbud, Jakarta, 1992, Nadisah, Pengembangan Kurikulum Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan. Depdikbud Dirjend P2LPTK, Bandung, 1992. Panitia Seminar PON XV Tahun 2000. Reposisi Dan Reaktualisasi Sistem Keolahragaan Menuju Indonesia Baru., Batu, Malang, 2000 Sardiman A.M, Interaksi Dan Motivasi Belajar-Mengajar. Raja Grafindo, Jakarta 2000 Sugiyanto., Belajar Gerak. Pusat Pendidikan Dan Penataran KONI Pusat Jakarta, 1993 Winarno Surachmad., Ilmu Keguruan Dasar-Dasar Pendidikan. Depdikbud, Jakarta 1987.

14

You might also like