You are on page 1of 23

Ketut Suwitra

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Bali

HUKUM Kedokteran

ETIKA Kedokteran

HUKUM Kedokteran - Formal - Keharusan - Perundang-undangan - Perdata/pidana

ETIKA Kedokteran - Informal - Imbauan - Moral - Administratif/sosial

HUKUM KEDOKTERAN
Perundang-undangan / peraturan yang khusus diberlakukan untuk kalangan dokter/dokter gigi, dan instansi terkait (rumah sakit, laboratorium, apotek,

farmasi)
UU Kesehatan UU Praktik Kedokteran (UU RI No. 29 th. 2004)

Peraturan-peraturan
(Peraturan MenKes No.1442/MENKES/Per/2005)

Harian Umum NusaBali, Minggu 14 September 2008

SENGKETA MEDIK
Ketidak sepahaman yang terjadi, terkait dengan dunia medik pada umumnya terjadi antara pasien dan dokter/rumah sakit, adanya ketidak puasan salah satu pihak (umumnya pasien) terhadap perlakuan/pelayanan yang

diterimanya
terjadinya akibat yang tidak diinginkan (adverse event) terhadap pasien

tidak selalu sama dengan MALPRAKTEK

AKIBAT YANG TIDAK DIINGINKAN (ADVERSE EVENT) Dapat berupa :

risiko medik (medical risk)


mis: - risiko pada pasien yg gawat, - terjadinya cicatrix postoperasi

kecelakaan medik.
mis: listrik mati, dokter operator pingsan kelalaian

dapat digolongkan MALPRAKTEK,


asal dapat dibuktikan

MALPRAKTEK DOKTER (MEDICAL MALPRACTICE) Mal = salah (malformasi, maladaptasi, malnutrisi)

Mala = buruk/jelek (malapetaka, malaria, nirmala)

Syarat sebuah MALPRAKTEK MEDIK


sudah terdapat kontrak antara pasien dan dokter/RS dapat dibuktikan adanya kelalaian, termasuk diantaranya : ketidak tahuan (ignorance) thd sesuatu yang seharusnya diketahui oleh dokter tidak melakukan sesuatu yang seharusnya dilakukan atau melakukan sesuatu yang tidak seharusnya dilakukan sikap sembrono (kurang hati-hati) tidak mematuhi standar terapi yang berlaku keterlambatan dalam mengambil tindakan terdapat kerugian yang secara nyata diakibatkan oleh tindakan dokter

HUKUM DAN ETIKA KEDOKTERAN


Bidang Etika Profesi Sifat Intern Tujuan - menjaga mutu profesi Sanksi Teguran/ adimistratratif

- memelihara
harkat/martabat profesi Disiplin Hukum Public Hukum Memaksa Memelihara tata tertib idem anggota Menjaga ketertiban Pidana/ perdata

Pelanggaran yang bisa dilakukan oleh seorang dokter terkait hukum dan etika kedokteran :
a. Melanggar etika dan melanggar hukum melakukan aborsi b. Melanggar etika, tidak melanggar hukum

menerima komisi dari farmasi/ apotik/lab


c. Melanggar hukum, tidak melanggar etika merawat narapidana pelarian lapas tanpa melapor

ETIKA KEDOKTERAN

ETIKA DIBEDAKAN DALAM 2 BENTUK :


1. Terkait dengan sopan-santun :
disebut juga etiket (etiquette) dalam pergaulan/tata tertib

berlaku umum

2. Terkait dengan sikap/tindak-tanduk


etika profesi, berlaku terbatas pada profesi tertentu

misal, KODEKI, Kode Etik Rumah Sakit, Kode Etik Jurnalistik

KODE ETIK KEDOKTERAN INDONESIA (KODEKI)


MUKADIMAH Profesi dokter adalah profesi yang luhur dan mulia. Oleh karenanya seorang dokter harus mempunyai sifat-sifat : 1. berkeTuhanan 2. niat yang murni dan tulus 3. budi yang luhur 4. rendah hati 5. kesungguhan dalam bekerja 6. integritas ilmiah dan sosial

KODEKI terdiri dari :


1. Kewajiban umum (terdiri dari 9 pasal) 2. Kewajiban terhadap pasien (terdiri dari 4 pasal) 3. Kewajiban terhadap teman sejawat (terdiri dari 2 pasal) 4. Kewajiban terhadap diri sendiri (terdiri dari 2 pasal)

Tiap pasal, dilengkapi dengan penjelasan serta contohcontoh yang sesuai

BEBERAPA PASAL PENTING


Pasal 1. Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menghayati, dan mengamalkan sumpah dokter Pasal 3. Dalam menjalankan pekerjaan kedokteran, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi. Hal-hal berikut dilarang : menerima komisi dari farmasi, apotek, lab dlsb menerima imbalan yang tidak sesuai

Pasal 4 Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan memuji diri sendiri

Hal-hal berikut dilarang :


memakai gelar yang tidak pantas atau tidak sesuai (PP No. 30 th.1990 ttg gelar akademik dan gelar profesi) mempromosikan/mengiklankan diri

Kewajiban terhadap pasien


Pasal 10 13 :
Memperhatikan dan memberikan semua hak yang dimiliki pasien :

hak untuk mendapatkan pelayanan yang optimal


hak untuk mendapatkan informasi tentang penyakitnya hak atas kerahasiaan

hak untuk menolak / menerima pengobatan /


perlakuan medik hak untuk mencari pendapat dokter lain (second opinion)

hak untuk memutuskan hubungan


hak untuk menuntut dokter/institusi medik lain

Kontrak dokter-pasien adalah kontrak atas USAHA,


bukan kontrak atas HASIL

Dokter tidak boleh menjamin bahwa pasien pasti akan


sembuh ditangannya, tapi hanya boleh berjanji untuk melakukan yang terbaik untuk kesembuhan pasien.

Kewajiban dokter terhadap teman sejawat


Pasal 14 15 : Sumpah dokter : Saya akan memperlakukan teman sejawat saya seperti saudara kandung

Hal-hal berikut dilarang :


mengambil alih pasien dokter lain tanpa seijin dokter semula menjelek-jelekkan atau memberi pernyataan negatif dokter lain dihadapan pasien meminta honorarium (jasa) terhadap dokter dan keluarganya dari garis vertical (istri, anak, orang tua, mertua) meminta honorarium (jasa) kepada mahasiswa kedokteran

sebagai calon sejawat

Kewajiban dokter terhadap diri sendiri


Pasal 16 Setiap dokter harus senantiasa memelihara kesehatannya, agar dapat malakukan tugas-tugasnya dengan baik Pasal 17 Setiap dokter harus senantiasa mengkuti perkembangan

ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran/kesehatan

You might also like