You are on page 1of 18

BAB I PENDAHULUAN

Masalah utama bayi baru lahir pada masa perinatal dapat menyebabkan kematian, kesakitan dan kecacatan. Hal ini merupakan akibat dari kondisi kesehatan ibu yang jelek, perawatan selama kehamilan yang tidak adekuat, penanganan selama persalinan yang tidak tepat dan tidak bersih, serta perawatan neonatal yang tidak adekuat. Bila ibu meninggal saat melahirkan, kesempatan hidup yang dimiliki bayinya menjadi semakin kecil. Kematian neonatal tidak dapat diturunkan secara bermakna tanpa dukungan upaya menurunkan kematian ibu dan meningkatkan kesehatan ibu. Perawatan antenatal dan pertolongan persalinan sesuai standar, harus disertai dengan perawatan neonatal yang adekuat dan upayaupaya untuk menurunkan kematian bayi akibat bayi berat lahir rendah, infeksi pasca lahir (seperti tetanus neonatorum, sepsis), hipotermia dan asfiksia. Sebagian besar kematian neonatal yang terjadi pasca lahir disebabkan oleh penyakit penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan biaya yang tidak mahal, mudah dilakukan, bisa dikerjakan dan efektif.1 Penurunan Angka Kematian Neonatal memerlukan upaya bersama tenaga kesehatan dengan melibatkan dukun bayi, keluarga dan masyarakat dalam memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas bagi ibu dan bayi baru lahir. Untuk mengukur keberhasilan penerapan intervensi yang efektif dan efisien, dapat dimonitor melalui indikator cakupan pelayanan yang mencerminkan jangkauan dan kualitas pelayanan kesehatan bayi baru lahir. Penurunan angka kematian neonatal dapat dicapai dengan memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berkesinambungan sejak bayi dalam kandungan, saat lahir hingga masa neonatal. 2

BAB II PERAWATAN BAYI BARU LAHIR NORMAL

A.

Definisi Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dalam kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram. 1 Ciri-Ciri Bayi Baru Lahir Normal1 Berat badan 2500-4000 gram Panjang badan 48-52 cm Lingkar dada 30-38 cm Lingkar kepala 33-35 cm Bunyi jantung dalam menit-menit pertama 180 kali/menit, kemudian menurun sampai 120-140 kali/menit Pernafasan pada menit-menit pertama cepat kira-kira 80 kali/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira 40 kali/menit Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan cukup terbentuk dan di liputi verniks caseosa Rambut lanugo telah tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna. Kuku telah agak panjang dan lemas Genetalia : Labia mayora sudah menutupi labia minora (pada perempuan ), testis sudah turun (pada anak laki-laki) Refleks isap dan menelan sudah terbentuk dengan baik Refleks moro sudah baik, bayi bila di kagetkan akan memperlihatkan gerakan seperti memeluk. Palmar refleks sudah baik, apabila di letakkan sesuatu benda di atas telapak tangan, bayi akan menggenggam / adanya gerakan reflex Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan. 1

B.

C. 1)

Perubahan-Perubahan Yang terjadi Pada Bayi Baru Lahir

Perubahan metabolisme karbohidrat


2

Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar gula darah, untuk menambah energi pada jam-jam pertama setelah lahir di ambil dari hasil metabolisme asam lemak, bila oleh karena sesuatu hal perubahan glukosa menjadi glikogen misalnya bayi mengalami hipothermi, metabolisme asam lemak tidak dapat memenuhi kebutuhan pada neonatus maka kemungkinan bayi akan menderita hipoglikemia, misalnya pada bayi BBLR, bayi dari ibu yang menderita DM dan lain-lainnya. 1 2) Perubahan suhu tubuh Ketika bayi berada pada suhu lingkungan yang lebih rendah dari suhu didalam rahim ibu. Apabila bayi dibiarkan dalam suhu kamar dua puluh lima derajat celcius maka bayi akan kehilagan panas melalui konveksi, radiasi, dan evaporasi sebanyak 200 kal / kg berat badan / menit. Sedangkan produksi panas yang dihasilkan tubuh bayi hanya 1/10 nya. Keadaan ini menyebabkan penurunan suhu tubuh sebanyak 20C dalam waktu 5 menit, akibat suhu yang rendah metabolisme jaringan meningkat dan kebutuhan oksigen pun meningkat. 1 3) Perubahan pernafasan Pernapasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 detik sesudah kelahiran. Pernapasan ini timbul sebagai akibat aktivitas normal susunan saraf pusat dan perifer yang dibantu oleh beberapa rangsangan lainnya, seperti kemoreseptor carotid yang sangat peka terhadap kekurangan oksigen, rangsangan hipoksemia, sentuhan dan perubahan suhu didalam uterus dan diluar uterus. 1 Semua ini menyebabkan perangsangan pusat pernapasan dalam otak yang melanjutkan rangsangan tersebut untuk menggerakkan diafragma serta otot-otot pernapasan lainnya. Tekanan rongga dada bayi pada waktu melalui jalan lahir pervaginanam mengakibatkan bahwa paru-paru, yang pada janin normal cukup-bulan mengandung 80-100 ml cairan, kehilangan 1/3 dari cairan ini. Sesudah bayi lahir cairan yang hilang diganti dengan udara. Paru-paru berkembang, sehingga rongga dada kembali pada bentuk semula. 1 4) Perubahan sirkulasi Seiring dengan berkembangnya paru-paru, tekanan oksigen didalam alveoli meningkat. Sebaiknya, tekanan karbondioksida turun. Hal-hal tersebut mengakibatkan turunnya resistensi pembuluh-pembuluh darah paru, sehingga aliran darah kealat tersebut meningkat. Ini menyebabkan darah arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosus menutup. Setelah tali pusat dipotong, maka aliran darah dari plasenta melalui vena kava inferior dan foramen ovale ke atrium kiri terhenti. Serta diterimanya darah oleh atrium kiri dari paruparu, tekanan diatrium kiri menjadi lebih tinggi dari pada tekanan diatrium kanan, ini menyebabkan foramen ovale menutup. Sirkulasi bayi yang hidup diluar badan ibu. 1
3

5)

Perubahan lain Alat-alat pencernaan, hati, ginjal dan alat-alat lain mulai berfungsi. 1

D. Hal-Hal Yang Dilakukan dalam Perawatan Bayi Baru Lahir Normal (BBLN) a. Penilaian awal Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaan: Apakah kehamilan cukup bulan? Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium? Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap? Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif?

Dalam Bagan Alur Manajemen BBL dapat dilihat alur penatalaksanaan BBL mulai dari persiapan, penilaian dan keputusan serta alternatif tindakan yang sesuai dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernapas spontan dan bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL normal. Jika bayi kurang bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan ( 42 minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau tidak bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan manajemen BBL dengan Asfiksia. 2

Bila terdapat jawaban tidak dari salah satu pertanyaan di atas maka bayi memerlukan satu atau beberapa tindakan resusitasi berikut ini secara berurutan: (1) langkah awal dalam stabilisasi (a) memberikan kehangatan Bayi diletakkan dibawah alat pemancar panas (radiant warmer) dalam keadaan telanjang agar panas dapat mencapai tubuh bayi dan memudahkan eksplorasi seluruh tubuh. Bayi dengan BBLR memiliki kecenderungan tinggi menjadi hipotermi dan harus mendapat pemberian perlakuan teknik khusus. Beberapa kepustakaan seperti merekomendasikan penggunaan plastik

penghangatan

tambahan

pembungkus dan meletakkan bayi dibawah pemancar panas pada bayi kurang bulan dan BBLR. Alat lain yang bisa digunakan adalah alas penghangat. (b) memposisikan bayi dengan sedikit menengadahkan kepalanya

Bayi diletakkan telentang dengan leher sedikit tengadah dalam posisi menghidu agar posisi farings, larings dan trakea dalam satu garis lurus yang akan mempermudah masuknya udara. Posisi ini adalah posisi terbaik untuk melakukan ventilasi dengan balon dan sungkup dan/atau untuk pemasangan pipa endotrakeal. 2 (c) membersihkan jalan napas sesuai keperluan Aspirasi mekoneum saat proses persalinan dapat menyebabkan pneumonia aspirasi. Salah satu pendekatan obstetrik yang digunakan untuk mencegah aspirasi adalah dengan melakukan penghisapan mekoneum sebelum lahirnya bahu (intrapartum suctioning), namun bukti penelitian dari beberapa senter menunjukkan bahwa cara ini tidak menunjukkan efek yang bermakna dalam mencegah aspirasi mekonium. 2 Cara yang tepat untuk membersihkan jalan napas adalah bergantung pada keaktifan bayi dan ada/tidaknya mekonium. 2 Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion dan bayi tidak bugar (bayi mengalami depresi pernapasan, tonus otot kurang dan frekuensi jantung kurang dari 100x/menit) segera dilakukan penghisapan trakea sebelum timbul pernapasan untuk mencegah sindrom aspirasi mekonium. Penghisapan trakea meliputi langkah-langkah pemasangan laringoskop dan selang endotrakeal ke dalam trakea, kemudian dengan kateter penghisap dilakukan pembersihan daerah mulut, faring dan trakea sampai glotis. 2 Bila terdapat mekoneum dalam cairan amnion namun bayi tampak bugar, pembersihan sekret dari jalan napas dilakukan seperti pada bayi tanpa mekoneum. 2 (d) Mengeringkan bayi, merangsang pernapasan dan meletakkan pada posisi yang benar, meletakkan pada posisi yang benar, menghisap sekret, dan mengeringkan akan memberi rangsang yang cukup pada bayi untuk memulai pernapasan. Bila setelah posisi yang benar, penghisapan sekret dan pengeringan, bayi belum bernapas adekuat, maka perangsangan taktil dapat dilakukan dengan menepuk atau menyentil telapak kaki, atau dengan menggosok punggung, tubuh atau ekstremitas bayi. 2 Bayi yang berada dalam apnu primer akan bereaksi pada hampir semua rangsangan, sementara bayi yang berada dalam apnu sekunder, rangsangan apapun tidak akan menimbulkan reaksi pernapasan. Karenanya cukup satu atau
6

dua tepukan pada telapak kaki atau gosokan pada punggung. Jangan membuang waktu yang berharga dengan terus menerus memberikan rangsangan taktil. 2 (2) ventilasi tekanan positif 2 (3) kompresi dada2 (4) pemberian epinefrin dan atau pengembang volume (volume expander) Keputusan untuk melanjutkan dari satu kategori ke kategori berikutnya ditentukan dengan penilaian 3 tanda vital secara simultan (pernapasan, frekuensi jantung dan warna kulit). Waktu untuk setiap langkah adalah sekitar 30 detik, lalu nilai kembali, dan putuskan untuk melanjutkan ke langkah berikutnya (lihat bagan 1). 2

Penilaian Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi lanjutan. Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut: 1 (1) Pernapasan Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya pernapasan bertambah setelah rangsang taktil. Pernapasan yang megap-megap adalah pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan intervensi lanjutan. 1 (2) Frekuensi jantung Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi jantung dilakukan dengan stetoskop selama 6 detik kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahui frekuensi jantung permenit. 1 (3) Warna kulit Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Setelah frekuensi jantung normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral yang menandakan hipoksemia. Warna kulit bayi yang berubah dari biru menjadi kemerahan adalah petanda yang paling cepat akan adanya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat. Sianosis akral tanpa sianosis sentral belum tentu menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikan terapi oksigen. Hanya sianosis sentral yang memerlukan intervensi. 1

b. Menjaga kehangatan bayi Saat lahir, mekanisme pengaturan suhu tubuh pada BBL, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka BBL dapat mengalami hipotermia. Bayi dengan hipotermia, berisiko tinggi untuk mengalami sakit berat atau bahkan kematian. Hipotermia mudah terjadi pada bayi yang tubuhnya dalam keadaan basah atau tidak segera dikeringkan dan diselimuti walaupun berada di dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat lahir rendah lebih rentan untuk mengalami hipotermia. Walaupun demikian, bayi tidak boleh menjadi hipertermia. 3 Bayi baru lahir dapat kehilangan panas tubuhnya melalui cara-cara berikut :
8

Evaporasi adalah kehilangan panas dapat terjadi karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan. 2

Konduksi adalah kehilangan panas tubuh bayi melalui kontak langsung oleh tubuh bayi dengan dengan permukaan yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi diletakkan diatas benda-benda tersebut. 2

Konveksi adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin. Seperti melalui aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi atau pendingin ruangan. 2

Radiasi adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat bendabenda yang mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. 2 Untuk mencegah terjadinya serangan dingin setiap bayi lahir harus dikeringkan dengan

handuk yang kering dan bersih (sebaiknya handuk tersebut dihangatkan terlebih dahulu). Mengeringkan tubuh bayi harus dilakukan dengan cepat mulai kepala kemudian seluruh tubuh. Handuk yang basah harus diganti dengan handuk yang lain yang kering dan hangat. Setelah tubuh bayi kering segera dibungkus dengan selimut, diberi topi / tutup kepala, kaos tangan dan kaki. Selanjutnya bayi diletakkan dengan telungkup diatas dada untuk mendapat kehangatan dari dekapan ibu. 3 Suhu normal bayi baru lahir berkisar 36,5OC 37,5OC yang diukur dengan menggunakan termometer. apabila suhu < 36OC atau kedua tangan atau kaki teraba dingin maka ini merupakan gejala awal dari hipotermi. Bila seluruh tubuh bayi teraba dingin, maka bayi sudah mengalami hipotermia. Tanda-tanda bayi hipotermia adalah sebagai berikut : Bayi tidak mau minum atau menetek Bayi tampak lesu atau mengantuk saja Tubuh bayi teraba dingin Dalam keadaan berat, denyut jantung bayi menurun dan kulit tubuh bayi mengeras3

Cara mempertahankan panas tubuh bayi: 3 Ruang bersalin yang hangat 3 Suhu ruangan minimal 25C. Tutup semua pintu dan jendela. 3 Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks3

Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Segera ganti handuk basah dengan handuk atau kain yang kering. 3 Letakkan bayi di dada atau perut ibu agar ada kontak kulit ibu ke kulit bayi Setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap di dada atau perut ibu. Luruskan dan usahakan ke dua bahu bayi menempel di dada atau perut ibu.Usahakan kepala bayi berada di antara payudara ibu dengan posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu. 3 Inisiasi Menyusu Dini3 Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas3 Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup. 3 Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir3 Lakukan penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. 3 Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau selimut. 3 Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil. Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan BBL3 Rawat Gabung Ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24 jam. Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi. 3 Resusitasi dalam lingkungan yang hangat Apabila bayi baru lahir memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam lingkungan yang hangat. 3 Transportasi hangat Bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap hangat selama dalam perjalanan. 3 .
10

C. Membersihkan jalan nafas Bayi normal akan segera menangis spontan segera sesudah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara: a. Meletakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.

b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lurus dan kepala tidak menekuk, posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang. c. Bersihkan hidung, mulut dan tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus

dengan kassa steril. d. Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar, dengan rangsangan ini biasanya bayi akan segera menangis. 1 Pada bayi baru lahir normal kepala bayi harus ditempatkan mengarah ke bawah segera sesudah persalinan supaya mulut, faring, dan hidungnya bersih dari cairan, mukus, darah, dan puing- puing amnion melalui gaya gravitasi. Penghisapan secara halus dengan balon penghisap atau kateter karet yang lunak juga dapat membantu dalam mengeluarkan barang barang ini. Tindakan mengusap palatum dan faring dengan kain kasa dapat menyebabkan abrasi dan timbulnya sariawan, ulkus pterigoid (Bednar apthae), atau yang jarang, infeksi tunas gigi disertai osteomielitis maksilaris dan pembentukan abses retrobulbar. 1

d. Antiseptik Kulit dan Perawatan tali pusat Tubuh bayi yang baru lahir belum cukup kuat menangkal kuman infeksi. Karena itu, tali pusar harus dalam keadaan bersih dan tetap kering sampai tali pusar mengering, menyusut, dan lepas dari pusar bayi.Tali pusat akan cepat puput apabila dilakukan perawatan yang baik. Setelah memandikan bayi, tutuplah pusar bayi dengan kapas kering atau kasa. Biasanya 5-7 hari tali pusar ini akan lepas sendiri bahkan tanpa ibu ketahui dimana dan kapan sisa jaringan tali pusar ini terlepas. Tali pusar ini sebaiknya dijaga tetap kering setiap hari untuk menghindari terjadinya infeksi pada tali pusat. 1

e. Pemenuhan Nutrisi Bayi normal sudah dapat disusui segera setelah lahir. Lamanya disusui hanya untuk satu dua menit pada setiap payudara ibu dengan mengisapnya bayi dapat terjadi perangsangan terhadap pembentukan air susu ibu. Walaupun air susu ibu yang berupa kolostrum itu dapat diisap hanya beberapa tetes, ini sudah cukup untuk kebutuhan bayi dalam hari-hari pertama.
11

Kolostrum banyak mengandung antibody (ketahanan tubuh). Kadang-kadang bayi keberatan menyusui bayinya dengan alasan ASI belum keluar. Pada hari ketiga bayi sudah harus menyusui selama 10 menit pada mamma ibu dengan jarak waktu tiap 3-4 jam. Akan tetapi diantara waktu itu bayi menangis karena lapar, bayi sudah boleh disusui pada satu mamma secara bergantian. Sehingga kebutuhan on demand dapat terpenuhi. 3 Kebutuhan cairan pada tiap-tiap bayi untuk mencapai kenaikan berat badan yang optimal berbeda-beda. Oleh sebab itu, pemberian cairan kepada bayi yang daya isap dan menelannya baik hendaknya on demand. Pada umumnya cairan yang diberikan pada hari pertama sebanyak 60 ml/kg berat badan dan setiap dan setiap hari di Rumah, sehingga pada hari ke-14 dicapai 200 ml/kg berat badan sendiri. Dalam hari-hari pertama berat badan akan turun oleh karena pengeluaran mekonium dan masuknya cairan belum mencukupi. Turunnya berat badan tidak lebih dari 10%, berat badan akan naik lagi pada hari ke 4 sampai hari ke 10 dan seterusnya. Oleh sebab itu, pemberian ASI pada bayi sangat penting. 3

12

f. Pencegahan infeksi Mata Bayi baru lahir rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan kontaminasi mikroorganisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah lahir. Infeksi dapat menjadi masalah besar di rumah sakit. Mata bayi harus selalu diperiksa untuk melihat tanda-tanda infeksi, mata harus selalu dibersihkan dengan air bersih. Muka sebaiknya diseka dengan air steril, terutama sesudah minum susu. Mulut diperiksa untuk melihat kemungkinan infeksi dengan kandida (oral thrush). Bila ditemukan dapat diobati dengan gentian violet 1% yang baru dibuat atau larutan Nystasin yang langsung diteteskan kemulut. Kulit, terutama bila lipatan-lipatan (paha, leher, belakang telinga, ketiak) harus selalu bersih dan kering. Bagian-bagian tersebut harus bersih dari verniks caseosa karena verniks kaseoasa merupakan media yang paling baik untuk kuman stafilokokus. Tali pusat akan puput pada waktu bayi berumur 6-7 hari yang harus dijaga kebersihannya dengan menggunakan kain kasa yang dibasahi dengan zat antiseptik seperti betadin dan alkohol 70 %. Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan segera setelah proses IMD dan bayi selesai menyusu, sebaiknya 1 jam setelah lahir. Pencegahan infeksi mata dianjurkan menggunakan salep mata antibiotik tetrasiklin 1%.4 Cara pemberian salep mata antibiotik: Cuci tangan (gunakan sabun dan air bersih mengalir) kemudian keringkan Jelaskan kepada keluarga apa yang akan dilakukan dan tujuan pemberian obat tersebut. Tarik kelopak mata bagian bawah kearah bawah. Berikan salep mata dalam satu garis lurus mulai dari bagian mata yang paling dekat dengan hidung bayi menuju ke bagian luar mata atau tetes mata. Ujung tabung salep mata atau pipet tetes tidak boleh menyentuh mata bayi. Jangan menghapus salep dari mata bayi dan anjurkan keluarga untuk tidak menghapus obatobat tersebut. 2 g. Pencegahan Perdarahan Karena sistem pembekuan darah pada bayi baru lahir belum sempurna, maka semua bayi akan berisiko untuk mengalami perdarahan. Untuk mencegah kejadian diatas, maka pada semua bayi baru lahir, apalagi Bayi Berat Lahir Rendah diberikan suntikan vitamin K1 (Phytomenadione) sebanyak 1 mg dosis tunggal, intra muskular pada antero lateral paha kiri. Suntikan Vitamin K1 dilakukan setelah proses IMD dan sebelum pemberian imunisasi hepatitis B. 2,3
13

h. Pemberian Imunisasi Imunisasi Hepatitis B pertama (HB 0) diberikan 1-2 jam setelah pemberian Vitamin K1 secara intramuskular. Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B terhadap bayi, terutama jalur penularan ibu-bayi. 3 Imunisasi Hepatitis B (HB-0) harus diberikan pada bayi umur 0 7 hari karena: Sebagian ibu hamil merupakan carrier Hepatitis B. Hampir separuh bayi dapat tertular Hepatitis B pada saat lahir dari ibu pembawa virus. Penularan pada saat lahir hampir seluruhnya berlanjut menjadi Hepatitis menahun, yang kemudian dapat berlanjut menjadi sirosis hati dan kanker hati primer Imunisasi Hepatitis B sedini mungkin akan melindungi sekitar 75% bayi dari penularan Hepatitis B. 3 Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali untuk mendapatkan imunisasi berikutnya sesuai jadwal pemberian imunisasi. 3 Ibu dengan Hepatitis B Ibu yang menderita Hepatitis akut selama hamil atau tes serologis HBsAg positif, dapat menularkan hepatitis B pada bayinya : 3 Berikan dosis awal Vaksin Hepatitis B (VHB) 0,5 mL IM segera setelah lahir (sebaiknya dalam 12 jam sesudah lahir) dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 sesuai dengan jadwal imunisasi hepatitis3 Bila tersedia, berikan imunoglobulin Hepatitis B 200 IU (0,5 mL) IM disuntikkan padap aha sisi yang lainnya, dalam waktu 24 jam setelah lahir atau paling lambat 48 jam setelah lahir. 3 Yakinkan ibu untuk tetap menyusui bayinya. 3

Imunisasi BCG intrakutan dan vaksin polio oral 2 tetes diberikan saat akan pulang dari rumah sakit. 3

i. Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir Hal-hal yang Akan Diperiksa 1. Penampilan secara umum Yang dinilai penampilan secara umum adalah seperti tangisan bayi, ukuran tubuh bayi apakah kecil, besar atau kurus. 1
14

2. Tanda-tanda fisik a. Tingkat pernapasan Bayi yang baru lahir umumnya bernapas antara 30-60 x/menit, dihitung selama satu menit penuh dengan mengamati naik turun perutnya, bayi dalam keadaan tenang. 1 b. Detak jantung Jantung BBL normalnya berdetak antara 120-160 x/menit dengan menggunakan stetoskop dapat didengar dengan jelas di telinga. 1 c. Suhu tubuh Suhu tubuh BBL normalnya 36,5-37,5C diukur di daerah ketiak bayi selama 15 menit dengan menggunakan thermometer. 1 d. Kepala Lakukan inspeksi daerah kepala, lihat apakah ada molase, Caput succadenum dan chepal hematoma, perdarahan atau kelainan lainnya. 1 e. Telinga Untuk memeriksa telinga bayi tataplah mukanya. Bayangkan sebuah garis melintas kedua matanya, normalnya beberapa bagian telinga harus berada di garis ini. 1 f. Mata Lihat kedua mata bayi apakah kedua mata tampak normal dan apakah bergerak bersama, lakukan pemeriksaan dengan melakukan penyinaran pada pupil bayi. Jika disinari, kedua mata mengecil berarti dalam keadaan normal. Selanjutnya lihat sclera dan konjungtivanya. 1 g. Hidung dan mulut Pertama yang kita lihat apakah bayi dapat bernapas dengan lancar tanpa hambatan, kemudian lakukan pemeriksaan pada bibir dan langit-langit dengan cara menekan sedikit pipi bayi untuk membuka mulut bayi kemudian masukkan jari tangan anda untuk merasakan hisapan bayi. 1 h. Leher Periksa leher apakah ada pembengkakan dan benjolan. Pastikan untuk melihat apakah kelenjar thyroid bengkak, hal ini merupakan suatu masalah pada BBL. 1 i. Dada Yang diperiksa adalah bentuk dari dada, puting, bunyi napas dan bunyi jantung. 1 j. Bahu, lengan dan tangan Yang dilakukan adalah melihat gerakan bayi apakah aktif atau tidak kemudian menghitung jumlah jari. 1
15

k. Perut Pada perut yang diperhatikan adalah bentuk dari perut bayi, lingkar perut, penonjolan sekitar tali pusat ketika bayi menangis, perdarahan pada tali pusat, dinding perut lembek pada saat bayi tidak menangis dan benjolan yang terlihat pada perut bayi. 1 l. Alat kelamin Pada bayi laki-laki yang harus diperiksa adalah normalnya dua testis dalam skrotum kemudian apakah pada ujung penis terdapat lubang. Pada bayi perempuan yang harus diperiksa adalah normalnya labia mayora dan minora, pada vagina terdapat lubang, pada uretra terdapat lubang dan terdapat klitoris. 1 n. Kulit Pada kulit yang perlu diperhatikan adalah verniks, warna, pembengkakan atau bercak-bercak hitam dan kemerahan seperti tanda lahir. 1 o. Punggung dan anus Lihat punggung apakah terdapat kelainan atau benjolan, apakah anus berlubang atau tidak. 1 p. Tungkai dan kaki Yang perlu diperiksa adalah gerakan kaki, bentuk simetris kaki, panjang kedua kaki dan jumlah jari pada kaki. 1

E. Pemulangan Bayi Baru Lahir Normal Bayi yang lahir di fasilitas kesehatan seharusnya dipulangkan minimal 24 jam setelah lahir apabila selama pengawasan tidak dijumpai kelainan. Sedangkan pada bayi yang lahir di rumah bayi dianggap dipulangkan pada saat petugas kesehatan meninggalkan tempat persalinan. Pada bayi yang lahir normal dan tanpa masalah petugas kesehatan meninggalkan tempat persalinan paling cepat 2 jam setelah lahir. 3 Tanda bahaya yang harus diperhatikan adalah: 3 Tidak mau minum atau memuntahkan semua 3 Kejang 3 Bergerak hanya jika dirangsang 3 Frekuensi nafas 60 kali /menit3 Frekuensi nafas < 30 kali /menit 3 Tarikan dinding dada kedalam yang sangat kuat3
16

Merintih3 Teraba demam (suhu aksila > 37.5 C) 3 Teraba dingin (suhu aksila < 36 C ) 3 Nanah yang banyak di mata 3 Pusar kemerahan meluas ke dinding perut 3 Diare 3 Tampak kuning pada telapak tangan dan kaki3

17

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman, Kliegman. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 1. Edisi 15. EGC;2000. h535-542. 2. Rohsiswanto, Nina. Manajemen Bayi Baru Lahir dalam Ilmu Kebidanan. Edisi 4. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo; 2010. h366-374. 3. Subekti, Nike Budhi et al. Buku saku Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir. EGC;2008. h199-279. 4. Depkes & WHO. Pelayanan Kesehatan Anak Di Rumah Sakit: Pedoman Bagi Rumah Sakit Rujukan Tingkat Pertama di Kabupaten/Kota. WHO Country Office for Indonesia, Gedung Bina Mulia 1 lt. 9 Kuningan Jakarta; 2008. h50-56.

18

You might also like