Professional Documents
Culture Documents
Oleh ;
AKMAL
(Perekayasa Muda)
E-Mail : akmal_bbaptakalar@yahoo.com
2008
PEMILIHAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT
(SITE SELECTION) 1)
Akmal 2)
E-Mail : akmalali68@yahoo.com
Abstrak
Budidaya rumput laut di masa datang harus mampu menyikapi perubahan mutu
lingkungan sebagai media budidaya. Untuk mampu mendorong masyarakat
pembudidaya rumput laut dalam meningkatkan daya saing hasil budidaya rumput
laut yang hemat lahan, hemat air, berkelanjutan dan ramah lingkungan
diperlukan adanya site selection dalam budidaya rumput laut. Budidaya rumput
laut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, bukan saja faktor internal tetapi juga
faktor luar yang secara fisik tidak dalam lingkungan budidaya namun juga
memberi kontribusi terhadap keberhasilan kegiatan budidaya. Upaya peningkatan
produktivitas budidaya rumput laut harus didukung persyaratan lokasi yang
mutlak menjadi pertimbangan utama sebelum menetapkan kesesuaian lahan/areal
untuk suatu usaha budidaya. Oleh karena itu, sebelum kita melakukan usaha
budidaya pertimbangan yang matang sebelum menetapkan lokasi yang akan dipilih
mutlak diperlukan demi kesinambungan usaha budidaya. Budidaya rumput laut
memberikan harapan dalam peningkatan pendapatan masyarakat pesisir.
1) Makalah disampaikan pada “Apresiasi Peningkatan Mutu Rumput Laut Hasil Budidaya”
pada tanggal 25-27 Maret 2008 di Hotel Bumi Asih, Makassar, Sulawesi Selatan.
2) Perekayasa Muda BBAP Takalar.
1
I. PENDAHULUAN
Rumput laut merupakan salah satu dari tiga komoditas utama program
revitalisasi perikanan yang diharapkan berperan penting dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Pada akhir tahun 2009, rumput laut ditargetkan
produksi meningkat menjadi 1,9 juta ton (Eucheuma spp. 1,5 juta ton)
dengan sasaran pengembangan areal budidaya Eucheuma spp. seluas
1.500.000 ha serta penyerapan tenaga kerja sekitar 255.000 orang (Anonim,
2005).
Untuk melakukan kegiatan budidaya rumput laut, sangat terbatas
apalagi beberapa lokasi perairan pantai di Indonesia pada waktu surut
terendah dasar perairannya kering. Dengan demikian perlu adanya metode
lain yang bisa memanfaatkan perairan-perairan yang relatif dalam yang
selama ini kurang dimanfaatkan walaupun sebenarnya mempunyai potensi
lebih besar apabila dimanfaatkan secara optimal.
Pemanfaatan lahan umum seperti perairan pesisir dan laut, juga sangat
berpotensi tidak menentu. Terlepas dari kebijakan lokal untuk menentukan
pemanfaatan lahan ataupun kebijakan yang berubah-ubah sesuai dengan
kebijakan pemerintah yang baru, aspek lain tetap harus dipertimbangkan.
Olehnya itu, persyaratan lokasi mutlak menjadi pertimbangan utama
sebelum menetapkan sesuai areal untuk suatu usaha budidaya.
Beberapa kegiatan budidaya baik skala kecil maupun besar, tidak
berhasil akibat pemilihan lokasi yang tidak tepat. Apalagi pada wilayah yang
penataan ruangnya belum ada sering menyebabkan komplik pemanfaatan
lahan terutama aktifitas-aktifitas yang sangat saling berpengaruh tetapi
kegiatannya yang berdampingan.
Pemilihan lokasi merupakan langkah pertama yang sangat penting
dalam menentukan keberhasilan usaha budidaya rumput laut.
Pertumbuhan rumput laut sangat ditentukan oleh kondisi ekologi setempat.
2
Pada tahap ini, diperlukan pertimbangan mengenai ekologi, teknis,
kesehatan, sosial, dan ekonomi, serta ketentuan dari peraturan dan
perundang-undangan yang berlaku. Disamping itu, perlu juga
dipertimbangkan pengembangan sektor lain, seperti perikanan, pertanian,
pelayaran, pariwisata, pertambangan, pengawetan dan perlindungan
sumberdaya alam, serta kegiatan alam lainnya.
Budidaya rumput laut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, bukan
saja faktor internal tetapi juga faktor luar yang secara fisik tidak dalam
lingkungan budidaya namun juga memberi kontribusi terhadap
keberhasilan kegiatan budidaya. Oleh karena itu, sebelum kita melakukan
usaha budidaya pertimbangan yang matang sebelum menetapkan lokasi
yang akan dipilih mutlak diperlukan demi kesinambungan usaha budidaya.
II. PERMASALAHAN
3
5. Belum dikembangkan processing yang baik, sehingga belum adanya
standar kualitas (SNI) yang merupakan jaminan produk, dengan
adanya SNI produk maka petani dapat menentukan kualitas
produknya dan merupakan dasar menentukan harga jual.
6. Pola pikir dan mental petani, pengepul dan pengusaha. Mutu yang
dihasilkan masih sangat rendah hal ini disebabkan penanganan
pasca panen yang tidak baik dari petani, begitu juga dengan
pengusaha yang hanya mementingkan keuntungan sementara yaitu
dengan cara memperdagangkan rumput laut walau dengan mutu
yang tidak baik.
7. Sumber Daya Manusia merupakan ujung tombak kegiatan
pembudidayaan sehingga diperlukan ketrampilan, mental dan
karakter dalam menentukan keberhasilan bagi usaha pengembangan
rumput laut, baik dibidang budidayanya, perdagangnnya maupun
dibidang industri pengolahannya.
8. Teknologi budidaya jenis K. alvarezii sudah dapat diterapkan, namun
untuk pengembangan budidaya secara nasional perlu pengkajian
lebih lanjut.
4
selection) dengan melihat budidaya rumput laut di perairan pantai dan
diperairan yang relatif dalam maupun perairan dangkal. Lahan budidaya
Eucheuma sp yang cocok terutama sangat ditentukan oleh faktor ekologis
faktor resiko, faktor higienis, dan faktor sosial-ekonomi, yaitu :
a) Dasar Perairan
5
permukaan rumput laut yang dipelihara. Artinya, terjadinya pengadukan
lumpur selain berpengaruh pada penutupan permukaan rumput laut,
juga mengurangi penetrasi cahaya dan kedua faktor ini sangat
mempengaruhi efektivitas pemanfaatan cahaya oleh tanaman. Pada
kondisi seperti itu, rumput laut tidak dapat bertumbuh dan dapat
mengakibatkan kematian jika hal ini berlangsung lama.
Dasar perairan yang hanya terdiri dari pasir menunjukkan pergerakan
air yang sedikit, dan lumpur menunjukkan pergerakan air yang lebih
rendah lagi. Dasar perairan yang terdiri dari karang yang keras selalu
atau sering menerima pergerakan air yang kuat terutama pukulan ombak
yang besar. Bila terdapat suatu perairan yang terdiri dari potongan-
potongan karang mati dan pasir berarti pergerakan airnya cukup tidak
rendah dan tidak terlalu kuat. Keadaan dasar perairan yang dasarnya
atau tumbuh-tumbuhan yang terdapat di situ banyak ditempeli endapan
(silt), mempunyai pergerakan air yang kurang. Hendaknya perairan yang
demikian tidak dipilih dalam penentuan area budidaya. Bila budidaya
dilakukan juga, seperti halnya tanaman yang tumbuh alami akan
ditutupi oleh endapan-endapan air. Tertutupnya permukaan thallus
tanaman menyebabkan kurangnya sinar matahari yang diterima yang
diperlukan untuk proses fotosintesa. Selain itu karena sedikitnya
pergerakan air, maka jumlah makanan yang dapat diserap juga sedikit.
Sehingga dengan demikian pertumbuhan tanaman di tempat yang
demikian itu menjadi rendah.
b) Kedalaman Air
6
ini untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan
mengoptimalkan perolehan sinar matahari.
c) Arus
7
d) Salinitas
Di alam, Eucheuma spp tumbuh pada salinitas air laut yaitu berkisar
28 – 35 ppt. Penurunan salinitas akibat masuknya air tawar akan
menyebabkan pertumbuhan Eucheuma spp menjadi tidak normal. Untuk
memperoleh perairan dengan kondisi salinitas tersebut harus dihindari
lokasi yang berdekatan dengan muara sungai. Soegiarto et al. (1978)
menyatakan kisaran salinitas yang baik untuk Eucheuma sp adalah 32 -
35 ppt. Dalam hubungannya, Eucheuma spp merupakan rumput laut
yang relatif tidak tahan terhadap kisaran kadar garam yang luas.
Eucheuma spp memerlukan kadar garam yang agak tinggi disekitar 30
permill atau lebih. Hendaknya tidak dipilih lokasi yang dekat dengan
muara sungai. Dua hal yang merugikan dari muara sungai ini yaitu
suplai air tawar yang dapat merusak tanaman dan endapan atau lumpur
yang dapat menutupi permukaan thallus tanaman.
e) Suhu
8
temperatur cukup baik, mungkin 25–27°C atau lebih rendah lagi. Dan
yang penting dari temperatur ini fluktuasinya yang rendah. Pada waktu
pasang surut, tidak terjadi aliran air, kedalaman hanya bebarapa cm
pada siang hari yang cerah, maka temperatur air cukup tinggi dapat
mencapai sampai 35°C. Hal ini dapat merugikan tanaman apalagi bila
berlangsung lama sampai 3 atau 4 jam.
f) Kecerahan
g) Pencemaran
h) Ketersediaan Bibit.
9
i) Areal budidaya
10
3.2. Faktor Resiko
11
d) Aspek Peraturan dan Perundang-Undangan; Untuk menguatkan
keberlanjutan usaha budidaya rumput laut, maka pemilihan lokasi harus
tidak bertentangan dengan peraturan pemerintah serta harus mengikuti
tata ruang yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah setempat.
12
c) Sarana dan Prasarana; Lokasi budidaya sebaiknya berdekatan dengan
sarana dan prasarana perhubungan yang memadai untuk memudahkan
dalam pengangkutan bahan, bibit, hasil panen dan pemasarannya.
IV. PENUTUP
13
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, Jana T., Zatnika, A., Heri Purwoto, dan Istini, S., 2006,
Rumput Laut Pembudidayaan, Pengolahan dan Pemasaran Komoditas
Perikanan Potensial. Penebar Swadaya, Informasi Dunia Pertanian,
Cetakan I, Jakarta.
Anggadiredja. J.T., Achmad Zatnika, Heri Purwoto dan Sri Istini., Rumput
Laut, seri Agribisnis,2006.
Anonimous., 2003. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Dalam Rangka
Intensifikasi Pembudidayaan Ikan. Direktorat Jenderal Perikanan
Budidaya. Direktorat Pembudidayaan, Jakarta.
Anonimous., 2005. Profil Rumput Laut Indonesia. Direktorat Jenderal
Perikanan Budidaya. Departemen Kelautan dan Perikanan, Jakarta.
Mubarak,H., S. Ilyas, W.Ismail, I.S. Wahyuni, S.T. Hartati, E. Pratiwi, Z.
Jangkaru, dan R. Arifuddin. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput
Laut. Seri Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan No.
PHP/KAN/PT/13/1990. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan,
Jakarta. 94 hal.
Puslitbangkan. 1990. Petunjuk Teknis Budidaya Rumput Laut. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta.
Sulistyowati. H., 2003. Struktur Komunitas Seaweed (Rumput Laut) Di
Pantai Pasir Putih Kabupaten Situbondo. Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Jember. Jurnal Ilmu Dasar vol. 4 No.1 hal. 58 – 61.
Sulistijo. 1985. Budidaya Rumput Lau. (BL/85/WP-11). Laboratorium
Marikultur, Lembaga Oceanologi Nasional LIPL. Jakarta.
Soegiarto, A. Sulistijo dan W.S. Atmadja., 1977. Pertumbuhan alga laut
Eucheuma spinosum pada berbagai kedalaman di goba Pulau Pari.
Oseanologi di Indonesia 8 : 1–12.
Soekarno, DR., 2001. Potensi Terumbu Karang Bagi Pembangunan Daerah
Berbasis Kelautan. Coremap LIPI, Info Urdi Vol. 11
14
Lampiran Tabel 1. Persyaratan Lokasi Budidaya Laut *)
No. Parameter Satuan Diperbolehkan Diinginkan
A. Oseanografi
1. Kedalaman m 5 – 40 7 – 15
2. Arus m/detik 0,15 – 0,50 0,25 – 0,35
3. Substrat dasar - Pasir Karang
4. Keterlindungan - Terlindung Sangat terlindung
B. Kualitas Air
1. Suhu ºC Alami Alami
2. Salinitas Mg/ l ±10 % Alami
3. pH - 6–9 6,5 – 8,5
4. TSS Mg/ l 80 < 25
*) Sumber : Kep.Men 02/Men 02/MenKLH/I/1988 tentang Kualitas Air Laut untuk
Budidaya Laut
15
Lampiran Tabel 2. Persyaratan Teknis Penilaian Kecocokan Lokasi
Budidaya Rumput Laut Dengan Metode Lepas Dasar.
Keterangan :
Jumlah nilai 80 – 100 = sangat baik
70 – 79 = baik
60 – 69 = dapat diterima bila parameter yang buruk dapat
diperbaiki
< 60 = tidak dapat diterima
16