You are on page 1of 5

BAB II PEMBAHASAN 1.

Pengertian gender Sebagaimana layaknya teori social lainnya, seperti analisis cultural, analisis gender adalah alat analisis untuk memahami realitas social. Kata gender bersal dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin. Oleh Oakley (1972), dalam karyanya Gender, sex and society, mendefinisikan gender dengan perbedaan antara laki-laki dan perempuan berdasaar konstruksi social bukan berdasar biologi dan bukan kodrat Tuhan. Sedang sex adalah perbedaan berdasarkan biologi karena kodrat Tuhan.[1] Interprestasi budaya terhadap jenis kelamin inilah yang disebut gender. Berikut ini beberapa definisi gender: a. Dalam buku Womens studies Encyclopedia, Gender adalah suatu konsep kultural yang berkembang dimasyarakat yang berupaya membuat perbedaan peran,perilaku,mentalitas dan karakter emosional antara laki-laki dan perempuan.[2]

b. Bem (cook,1982) mengemukakan sebuah fenomena yang disebut androgini. Androgini merupakan percampuran antara karakteristik maskulin dan feminin yang seimbang dalam taraf yang tergolong cukup tinggi pada diri seseorang. [3] c. Menurut kantor menteri urusan wanita, gender diartikan sebagai interprestasi mental dan cultural terhadap perrbedaan kelammin yakni laki-laki dann perempuan.[4]

d. Dalam webters new world dictionary, gender diartikan sebagai perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dilihat dari segi nilai dan tingkah laku. [5] Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gender adalah konsep perbedan laki-laki dan perempuan sebagai hasil bentukan social dan budaya, bukan bersifat biologis atau kodrati.

2. Gender Dalam Pandangan Islam Al Quran memandang sama antara kedudukan laki-laki dan perempuan. Tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan, kalaupun ada maka itu adalah akibat fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan agama kepada masing-masing jenis kelamin melalui ajaran al quran dan as sunnah. Sehingga perbedaan yang ada tidak mengakibatkan yang satu merasa memiliki kelebihan atas yang lain, melainkan mereka saling melengkapi. Tetapi ada yang memandang bahwa gender dalam islam mengandung banyak hal yang perllu dipermasalahkan. Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan dalam pengabdian. Perempuan dan laki-laki diciptakan dengan derajat yang sama.Dalam segi mendapat godaan, bahwa godaan dan rayuan iblis berlaku bagi laki-laki dan perempuan.

3. Peran gender Peran gender menjadi sangat bervariasi dalam pola kehidupan tiap orang, tiap keluarga juga tiap budaya maupun negara. Namun budaya yang cenderung sangat patriarkhis sering menimbulkan ketidakadilan jender, yang cenderung merugikan kaum perempuan. Pertama kali perlu diperjelas terlebih dahulu adalah soal apa peran itu, peran adalah: [6] a. Perilaku yang sudah terpola karena sudah sejak lama dilakukan b. Dapat bersifat dinamis (hanya satu peran atau lebih) c. Berkaitan dengan status pada kelompok tertentu dan situasi sosial yang khas. d. Menyangkut hak dan kewajiban. e. Dipengaruhi harapan orang lain dan citra diri f. Seringkali berkaitan dengan kekuasaan atau uang. Peranan bersifat komplek, ada peran domestik ada peran publik, meskipun juga selalu mengalami pergeseran dengan proses waktu. Peran gender diajarkan orang lain dan melalui proses pembelajaran, seperti perilaku yang ideal untuk anak perempuan maupun untuk anak lakilaki, yaitu feminitas dan maskulinitas yang merupakan identitas gender. Identitas jender bisa berbeda-beda untuk setiap komunitas, seperti suku di Papua Nugini : Arapesh - wanita dan pria harus feminin,Mandugumor - wanita dan pria harus maskulin, Tehambuli, wanita harus maskulin dan pria harus feminin.[7] Ideologi gender adalah gagasan dominan yang berlaku dalam masyarakat tentang peranan pria dan wanita yang berbeda baik dalam keluarga maupun di luar keluarga (masyarakat). Peran manusia ada produksi (peran ekonomi yang menghasilkan materi), reproduksi (kelangsungan hidup manusia) dan komunitas (sosial masyarakat). 4. Peran Perempuan Dalam Islam Masyarakat secara umum masih mempunyai berbagai pendapat mengenai kedudukan dan peran perempuan islam di masyarakat -meskipun topik ini tidak dapat terlepas dari pembicaraan hubungan pria-wanita. Oleh karena itu, perlu kita lihat dulu masalah tersebut. Ajaran Islam telah menempatkan perempuan sebagai partner yang sederajat dengan laki-laki dalam mengemban amanah Allah SWT sebagai khalifah-Nya di muka bumi ini. Kenyataan ini telah ditegaskan Allah dalam beberapa ayat dalam kitab Al Quran. Sebagaimana dinyatakan dalam Surat An-Nisa ayat 1 berikut:[8] Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang Telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya [263] Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan Mengawasi kamu. [263] Maksud dari padanya menurut Jumhur Mufassirin ialah dari bagian tubuh (tulang rusuk) Adam a.s. berdasarkan hadis riwayat Bukhari dan muslim. di samping itu ada pula yang menafsirkan dari padanya ialah dari unsur yang serupa yakni tanah yang dari padanya Adam a.s. diciptakan.

[264] Menurut kebiasaan orang Arab, apabila mereka menanyakan sesuatu atau memintanya kepada orang lain mereka mengucapkan nama Allah seperti :As aluka billah artinya saya bertanya atau meminta kepadamu dengan nama Allah. Dari ayat ini ternyata Allah SWT tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan; kedua jenis manusia ini berasal dari manusia yang tunggal, yaitu Adam a.s. Meskipun pengertian manusia yang tunggal tersebut, ada yang mengartikan dengan jiwa yang satu dan itu bukan Adam. Dalam sejarah islam ternyata perempuan pada zaman Khulafa ar rasidin sangat aktif terlibat dalam kegiatan muamalah dan kegiatan kemasyarakatan pada umumnya. Bahkan perempuan ada yang terlibat dalam peperangan sebagai perawat laskar yang cedera, membakar semangat para laskah dengan nyanyian dan syair, seperti yang dilakukan oleh Hindun -istri Abu Sufyan. Dalam peperangan Yarmuk mereka mengendarai kuda sendiri mengejar serta menombak musuh seperti yang dilakukan oleh Arqah binti Harits, Khaulah binti Azwar, Bini Yazad al Kalbiah, Umm Sulaiyt, dan Umm Ammarah. Bahkan dalam peperangan merebut Siprus, yaitu perang melintasi lautan pertama dalam sejarah Islam yang dipimpin oleh Muawiyah bin Abu Sofyan banyak melibatkan perempuan. Antara lain: Umm Haram binti Malham. Pasukan perempuan ini ternyata tidak hanya sebagai perawat dan penyedia ari sert amakanan bagi suami dan anak-anak mereka, tetapi juga bagi seluruh lascar yang terlibat dalam peperangan itu [9] 5. Ketidak Adilan Gender Dalam Islam Yang menjadi persoalan, ternyata perbedaan gender telah melahirkan ketidak adilan gender terhadap laki-laki dan terutama untuk perempuan. Ketidak adilan jender terwujud dalam hal-hal berikut: a. Marginalisasi, peminggiran peran kaum wanita, kaum wanita dianggap sebagai warga masyarakat kelas dua. Wanita sendiri cenderung enggan menjadi orang nomor satu, karena takut dijauhi atau dicela kaum pria (cinderella complex), wanita lebih memilih jadi subordinat pria. b. Streotip. Secara umum streotip adalah pelabelan atau penandaan pada sesuatu. Contohnya perempuan penggoda, perempuan malam dan sebagainya. c. Gender dan subordinasi; anggapan kalau perempuan itu irasional dan emosional sehingga perempuan itu tidak bisa tampil memimpin, berakibat munclnya sikap yang menempatkan perempuan pada posisi yang subordinatif. d. Kekerasan. Wanita dengan fungsi reproduksinya sering mengalami kekerasan di tempat kerja atau bahkan di dalam rumah tangga. Mulai dari kekerasan fisik, psikis dan seksual. Juga kekerasan yang dilakukan oleh individu, intitusi maupun negara. Dalam rumah tangga wanita dianggap tidak produktif, sehingga harus menuruti kemauan pria si pencari nafkah utama, padahal kenyataannya tidak selalu demikian. Dalam dunia publik di tempat kerja wanita yang haid, mengandung, melahirkan, menyusui, sering tidak memperoleh haknya secara wajar, bahkan sering mengalami intimidasi untuk dikeluarkan. Sementara dalam tingkat negara, kadang kekerasan yang diderita perempuan sering tidak nampak di mata publik karena terjadi di sektor domestik. Kadang perempuan yang mengalami tindak kekerasan dipersalahkan publik karena

e.

a. b. c. d. e. f.

a. b. c. d. e.

perempuan tersebut berdandan menor ataupun sebab lainnya yang lebih disebabkan karena ia berjenis kelamin perempuan. Gender dan beban ganda ; adanya anggapan bahwa perempuan mempunyai sifat memelihara dan rajin serta tidak cocok untuk menjadi kepala rumah tangga, berakibat bahwa semua pekerjaan domestic rumah tanggamenjadi tanggung jawab perempuan. Dalam syahsiah pernikahan ada beberapa aspek yang dapat menjadi pangkal ketidak adilan jender, yakni permasalahan berikut: Akad: Syarat wali dalam pernikahan Mahar: Kewajiban laki-laki? Wali: perempuan harus dengan wali? Saksi: Perempuan dalam perkara perdata? Poligami: menyelamatkan anak yatim boleh 4? Perceraian: Pemukulan, pisah ranjang, cerai? Sementara dalam permasalahan muamalah hal yang sering diperbincangkan adalah dalam masalah Kepemimpinan, baik dalam lingkup Rumah tangga, Lembaga / Non Politik, maupun Lembaga / Politik. Juga pada permsalahan Perempuan Pekerja. Pada masalah ibadah ada beberapa catatan berikut: Menstruasi : Kotoran, tidak boleh Shalat Imam Shalat : Perempuan tidak boleh? Aurat : Kecuali muka, telapak tangan? Shaf Shalat : Perempuan di belakang? Khutbah, Adzan : Perempuan tidak boleh?

BAB II PENUTUP A. KESIMPULAN Gender berasal dari bahasa inggris yang berarti jenis kelamin. Menurut Oakley (1972) mendefinisikan gender dengan perbedaan antara laki-laki dan perempuan berdasarkan kontruksi social bukan berdaasarkan biologi dan bukan kodrat Tuhan, sedangkan sex adalah perbedaan berdasaarkan biologi karena kodrat Tuhan. Gender merupakan perbedan peran dalam hal perilaku mentalis dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang di masyarakat. Gender dalam

pandangan islam; Al-Quran memandang sama,, antara kedudukan laki-laki dan perempuan, kalaupun ada maka itu adalah akibat fungsi dan tugas-tugas utama yang dibebankan agama kepada masing-masing jenis kelamin. Peran gender diajarkan orang lain dan melalui proses pembelajaran. Ideology gender adalah gagasan dominan yang berlaku dalam masyarakat tentang pemeran pria dan wanita yang berbeda baik dalam keluarga maupun luar keluarga. Ketidak adilan gender terwujud dalam hal; marginalisasi, steorotip, beban ganda,subordinasi dan kekerasan.

Lirik Gugur Bunga


Betapa hatiku takkan pilu Telah gugur pahlawanku Betapa hatiku takkan sedih Hamba ditinggal sendiri *courtesy of LirikLaguIndonesia.Net Siapakah kini plipur lara Nan setia dan perwira Siapakah kini pahlawan hati Pembela bangsa sejati

Reff : Telah gugur pahlawanku Tunai sudah janji bakti Gugur satu tumbuh sribu Tanah air jaya sakti

You might also like