You are on page 1of 122

DAFTAR ISI Diabetes Melitus 1 Hemorrhoid 3 Anemia Defisiensi Besi. 5 Disentri Basiler 6 Dengue Syok Sindrom.. 12 Tetanus. 14 Faringitis...

25 Infeksi Saluran Kemih. 29 Urtikaria... 33 Syok Anafilaktik. 38 Typus Abdominalis. 41 Dengue Hemorrhagic Fever. 46 Steven Johnson Syndrome. 50 Anemia Pernisiosa. 53 Batuk Rejan. 55 Glaukoma... 57 Otitis Media Akut. 60 Sinusitis... 63 Preeklampsia. 66 Shigellosis. 69 Asma.. 71 Ekzema... 72 Skizofrenia... 75 Epilepsi.. 79 Fluor Albus.. 83 Uretritis Gonorrhea. 88 Shigellosis/Disentri Basiler. 93 Pulpitis... 95 Combustio.. 96 TBC... 99 Konjungtivitis. 101 Stomatitis... 101 Hipertensi... 103 Migrain.. 112 Vertigo.. 115

1. DIABETES MELITUS A. Definisi Menurut American Diabetes Association 2005, diabetes melitus adalah suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. B. Gejala Klinis 1. Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia, dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebelumnya 2. Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita Algoritma diagnosis DM

C. Pengobatan dan Resep Diabetes melitus secara umum diklasifikasikan menjadi 2 yaitu: 1. DM tipe 1 DM tipe 1 merupakan DM yang terjadi karena sel beta pankreas tidak dapat menghasilkan insulin, sehingga terapi pada DM tipe 1 ini adalah pemberian insulin. Contoh resep: R/ Insulin regular inj 100 IU Cum spuit cc 1 No. I

imm

Pro: Ny. B (50 th) 2. DM tipe 2 DM tipe 2 merupakan DM yang terjadi karena adanya resistensi insulin pada tubuh. DM tipe 2 diterapi dengan obat hipoglikemik oral sebagai berikut: a. Pemicu sekresi insulin (insulin sekretagok): sulfonilurea dan glinid b. Penambah sensitivitas insulin: metformin, tazolidindion c. Penghambat glukoneogenesis: metformin d. Penghambat absorbsi glukosa: penghambat glukosidase alfa Contoh resep: R/ Glibenklamid tab mg 5 No. VII 1 dd tab I mane h a.c

Pro: Ny. B (50 th)

R/ Metformin tab mg 500 No. XXI 3 dd tab I

Pro: Ny. A (50 th) D. Keterangan Obat 1. Insulin Insulin merupakan terapi utama pada DM tipe 1 karena ketiadaan insulin pada penyakit ini. Insulin ini dibuat secara semisintetis (dari insulin babi) dan biosintetis (dari rekombinan DNA). Insulin tidak dapat digunakan per oral karena terurai oleh pepsin lambung sehingga selalu diberikan sebagai injeksi subkutan setengah jam sebelum makan. Insulin berfungsi untuk memasukkan glukosa ke dalam sel-sel tubuh agar dapat digunakan sebagai energi. Berdasarkan lama kerjanya, terdapat insulin kerja singkat (sebagai contoh actrapid, humulin regular), long acting (contohnya insulin isofan, humulin zinc), dan medium acting (contohnya mixtard 30 human).Dosis insulin sangat individual, begitupula lama kerja yang tergantung dari diet dan gaya hidup pasien. 2. Glibenklamid Golongan sulfonilurea
2

Sediaan: 5 mg Nama paten: glukonic, glyamid, tiabet Dosis: dosis awal 2,5-5 mg, bila perlu dinakikkan setiap minggu sampai maksimal 20 mg/hari

Mekanisme kerja: merangsang sekresi insulin dari granul sel beta pankreas. Terapi efektif diberikan 30 menit sebelum makan, dimaksudkan untuk mencegah hipoglikemia dan mempercepat absorbsi

Resorbsinya di usus dan diekskresi lewat urine dan feses Efek samping: gangguan saluran cerna dan alergi kulit

3. Metformin Golongan biguanid Sediaan: 500 mg, 850 mg Nama paten: gliformin, glikos, glucofor Dosis: dosis awal 2x500 mg, maintanance 3x500 mg, dosis maksimal 2,5-3 g/hari Mekanisme kerja: menurunkan produksi glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas insulin di jaringan. Efektif diminum pada waktu makan untuk mengurangi efek sampingnya yaitu mual, muntah, diare, dan rasa tidak nyaman di perut Absorbsi di usus dan ekskresi melalui ginjal

2.HEMOROID A. Definisi Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis B. Gejala Klinis Gejala utama berupa : - Perdarahan melalui anus sehingga feses dapat mengandung darah. - Prolaps yang berasal dari tonjolan hemoroid sesuai gradasinya. Gejala lain yang mengikuti : - Nyeri sebagai akibat permukaan hemoroid mengalami gesekan atau adanya trombus. - Iritasi kronis sekitar anus. - Anemia yang mungkin menyertai perdarahan kronis yang terjadi. C. Pengobatan dan Resep
3

Prinsip pengobatan hemoroid adalah: 1. Memperbaiki defekasi Contoh: dulcolax, microlax 2. Pengobatan simtomatis (gatal, nyeri, luka) Contoh: anusol 3. Menghentikan perdarahan Contoh: daflon 4. Mencegah serangan hemoroid Contoh: radium

Contoh resep: R/ Dulcolax tab No.VI 1 dd tab II h.s

R/ Anusol supp mg 500 No. VI uc

R/ Daflon tab mg 500 No. XII 3 dd tab I

Pro: Ny. B (50 th) D. Keterangan Obat 1. Dulcolax - Sediaan : 5 mg/tab 10 mg/supp dewasa; 5 mg/supp anak-anak - Kandungan: bisakodil - Mekanisme kerja: merangsang gerakan peristaltik usus besar dan meningkatkan akumulasi air dan elektrolit di dalam lumen usus besar - Indikasi: sembelit/konstipasi - Kontraindikasi: operasi abdomen akut - Efek samping: rasa tidak enak di perut, kram, sakit perut, diare - Efek pemberian oral muncul 6-12 jam setelah pemberian, sedangkan efek pemberian suppositoria muncul -1 jam setelah pemberian. - Dosis: sebelum tidur 1-2 tablet 5 mg, suppositoria 10 mg pada pagi hari.
4

2. Anusol - Indikasi: meringankan ketidaknyamanan pada hemoroid - Dosis: suppositoria 1 kali pada pagi dan malam hari setiap kali sehabis BAB, maksimal 6 kali/hari - Mekanisme: meredakan gejala 3. Daflon - Kandungan: micronized purified flavonoid fraction 500 mg (diosmin 90% dan hesperidin 10%) - Dosis: kronik 2x1 tab pagi dan malam hari saat makan; akut 3-4 tab - Indikasi: hemoroid kronik, serangan hemoroid akut - Mekanisme: meningkatkan resistensi dan tonus pembuluh darah vena 3.ANEMIA DEFISIENSI BESI A. Definisi Anemia defisiensi besi adalah anemia yang timbul akibat kosongnya cadangan besi tubuh (depleted iron store), sehingga penyediaan besi untuk eritropoesis berkurang yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang. Kelainan ini ditandai dengan anemia hipokromik mikrositik, besi serum menurun, TIBC meningkat, saturasi transferin menurun, feritin serum menurun, pengecatan besi sumsum tulang negatif, dan adanya respons terhadap pengobatan dengan preparat besi. B. Gejala Klinis - Gejala umum anemia: Badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang-kunang, telinga mendenging - Gejala khas akibat defisiesi besi: koilonikia (kuku sendok), atrofi papil lidah, stomatitis angularis, disfagia, atrofi mukosa gaster C. Pengobatan dan Resep Pengobatan pada anemia defisiensi besi sebagai berikut: 1. Terapi kausal Terapi kausal tergantung penyebabnya, sebagai contoh pengobatan cacing tambang, hemoroid, atau menoragia

2. Pemberian preparat besi - Besi per oral


5

Preparat yang tersedia seperti sulfas ferosus. Dosisnya adalah 3x200 mg. Preparat besi oral sebaiknya diberikan saat lambung kosong. Pengobatan diberikan sampai 6 bulan setelah kadar hemoglobin normal untuk mengisi cadangan besi tubuh - Besi parenteral Preparat yang tersedia iron dextran complex, iron sorbitol citric acid complex. Dapat diberikan secara intramuskular atau intravena 3. Pengobatan lain - Diet: sebaiknya diberikan makanan bergizi dengan tinggi protein terutama berasal dari protein hewani - Vitamin C: vitamin C diberikan 3x100 mg per hari untuk meningkatkan absorbsi besi. Contoh resep: R/ Sulfas ferosus tab mg 200 No. XXI 3 dd tab I

R/ Vitamin C tab mg 100 No. XXI 3 dd tab I

Pro: Ny. B (50 th) D. Keterangan Obat 1. Sulfas ferosus Sulfas ferosus bersifat sangat merangsang karena reaksi asamnya dan lebih sering menimbulkan mual dan muntah. Dosis oral 2 dd 325 mg atau 1 dd tablet retard 525 mg sesudah makan pagi. 2. Vitamin C - Sediaan: tablet 50 mg, tablet 100 mg - Fungsi vitamin C pada pengobatan anemia defisiensi besi adalah untuk meningkatkan absrobsi besi 4. DISENTRI BASILER A. Definisi Disentri berasal dari bahasa Yunani, yaitu dys (gangguan) dan enteron (usus), yang berarti radang usus yang menimbulkan gejala meluas dengan gejala buang air

besar dengan tinja berdarah, diare encer dengan volume sedikit, buang air besar dengan tinja bercampur lender (mucus) dan nyeri saat buang air besar (tenesmus). Disentri merupakan peradangan pada usus besar yang ditandai dengan sakit perut dan buang air besar yang encer secara terus menerus (diare) yang bercampur lendir dan darah. Disentri merupakan suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan tukak terbatas di colon yang ditandai dengan gejala khas yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: 1) sakit di perut yang sering disertai dengan tenesmus, 2) berak-berak, dan 3) tinja mengandung darah dan lendir. B. Gejala Klinis Masa tunas berkisar antara 7 jam sampai 7 hari. Lama gejala rerata 7 hari sampai 4 minggu. Pada fase awal pasien mengeluh nyeri perut bawah, diare disertai demam yang mencapai 400C. Selanjutnya diare berkurang tetapi tinja masih mengandung darah dan lendir, tenesmus, dan nafsu makan menurun. Bentuk klinis dapat bermacam-macam dari yang ringan, sedang sampai yang berat. Sakit perut terutama di bagian sebelah kiri, terasa melilit diikuti pengeluaran tinja sehingga mengakibatkan perut menjadi cekung. Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh S. dysentriae. Gejalanya timbul mendadak dan berat, berjangkitnya cepat, berak-berak seperti air dengan lendir dan darah, muntah-muntah, suhu badan subnormal, cepat terjadi dehidrasi, renjatan septik dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong. Akibatnya timbul rasa haus, kulit kering dan dingin, turgor kulit berkurang karena dehidrasi. Muka menjadi berwarna kebiruan, ekstremitas dingin dan viskositas darah meningkat (hemokonsentrasi). Kadang-kadang gejalanya tidak khas, dapat berupa seperti gejala kolera atau keracunan makanan. Kematian biasanya terjadi karena gangguan sirkulasi perifer, anuria dan koma uremik. Angka kematian bergantung pada keadaan dan tindakan pengobatan. Angka ini bertambah pada keadaan malnutrisi dan keadaan darurat misalnya kelaparan. Perkembangan penyakit ini selanjutnya dapat membaik secara perlahan-lahan tetapi memerlukan waktu penyembuhan yang lama. Pada kasus yang sedang keluhan dan gejalanya bervariasi, tinja biasanya lebih berbentuk, mungkin dapat mengandung sedikit darah/lendir. Sedangkan pada kasus yang ringan, keluhan/gejala tersebut di atas lebih ringan. Berbeda dengan kasus yang menahun, terdapat serangan seperti kasus akut secara menahun. Kejadian ini jarang sekali bila mendapat pengobatan yang baik.
7

C. Pengobatan Prinsip dalam melakukan tindakan pengobatan adalah istirahat, mencegah atau memperbaiki dehidrasi dan pada kasus yang berat diberikan antibiotika. Cairan dan elektrolit Dehidrasi ringan sampai sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral. Jika frekuensi buang air besar terlalu sering, dehidrasi akan terjadi dan berat badan penderita turun. Dalam keadaan ini perlu diberikan cairan melalui infus untuk menggantikan cairan yang hilang. Akan tetapi jika penderita tidak muntah, cairan dapat diberikan melalui minuman atau pemberian air kaldu atau oralit. Bila penderita berangsur sembuh, susu tanpa gula mulai dapat diberikan. Diet Diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5 kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.

Pengobatan spesifik Antibiotik. Keputusan disesuaikan dengan ringan beratnya gejala disentri ampisilin 4 x 500 mg/hari kotrimoksazol 2 x tab 2/hari tetrasiklin 4 x 500 mg/hari penggunaan antibiotic golongan kuinolon dan sefalosporin generasi 3 pada pasien resisten dan gejala klinik berat D. Mekanisme Obat 1. Ampisilin a. Bentuk sediaan obat Serbuk injeksi im, iv 0,5/ 1g/ vial ; sirup kering 125mg/5ml

b. Nama paten Amcilin, vicilin

c. Dosis 500mg/tab, 125mg/5ml sirup, 250mg/ml sirup

d. Mekanisme kerja

Jumlah ampicilin yang diabsorbsi pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna. Adanya makanan dalam saluran cerna akan menghambat absorpsi obat.

e. Metabolisme Absorpsi Jumlah ampisilin yang diabsorpsi pada pemberian oral dipengaruhi besarnya dosis dan ada tidaknya makanan dalam saluran cerna. Dengan dosis lebih kecil persentasi yang diabsorpsi relative lebih besar. Absorpsi ampisilin oral tidak lebih baik dari penisilin V atau fenetisilin. Adanya makanan dalam saluran cerna akan menghambat absorpsi obat. Distribusi Ampisilin didistribusi luas di dalam tubuh dan pengikatannya oleh protein plasma hanya 20%. Ampisilin yang masuk ke dalam empedu mengalami sirkulasi enterohepatik, tetapi yang diekskresi bersama tinja jumlahnya cukup tinggi. Penetrasi ke CSS dapat mencapai kadar yang efektif pada keadaan peradangan meningen. Pada bronchitis, atau pneumonia, ampisilin disekresi ke dalam sputum sekitar 10% kadar serum. Bila diberikan sesaat sebelum persalinan, dalam satu jam kadar obat dalam darah fetus menyamai kadar obat dalam darah fetus menyamai kadar obat dalam darah ibunya. Pada bayi premature dan neonatus, pemberian ampisilin menghasilkan kadar dalam darah yang lebih tinggi dan bertahan lebih lama dalam darah. Biotransformasi dan Ekskresi Biotransformasi berdasarkan ampisilin enzim umumnya dilakukan dan oleh mikroba Proses

pengaruh

penisilinase

amidase.

biotransformasi oleh hospestidak bermakna. Akibat pengaruh penisilinase terjadi pemecahan cincin betalaktam, dengan kehilangan seluruh aktivitas antimikroba. Amidase memecah rantai samping, dengan akibat penurunan potensi antimikroba. Ampisilin diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal yang dapat dihambat oleh probenesid. Masa paruh eliminasi ampisilin dalam darah menjadi 2-3 kali lebih lama. Kegagalan fungsi ginjal sangat memperlambat ekskresi ampisilin. Sebagai contoh, masa paruh eliminasi karbenisilin yang
9

pada ginjal sehat sekitar satu jam dapat memanjang menjadi 15 jam. Akumulasi umumnya tidak terjadi karena peningkatan biotransformasi di hepar.

f. Indikasi Ispa, ispb, isk, infeksi intraabdominal, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi gonococal g. Efek samping Mual, diare, ruam, kadang kolitis

2. Kotrimoksazol a. Bentuk sediaan obat Kotrimoksazol sirup 50ml Primsulfon sirup Kotrimoksazol tab 480mg ; 960mg Primsulfon F tab

b. Dosis 2 x 10ml/hari 2 x 1 tab/hari

c. Mekanisme kerja Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 2 jam untuk trimetropim dan 4 jam untuk sulfametoksazol Waktu paruh 11 jam untuk trimetropim dan 10jam untuk sulfametoksazol

d. Indikasi ISK, bronchitis kronis, pneumonia, diare

e. Efek samping Gangguan pencernaan : mual, muntah, anorexia Reaksi dermatologi : rash atau urticaria

3. Tetrasiklin a. Bentuk sediaan obat Kapsul 250mg, 500mg

b. Dosis Oral 50mg/kgBB/hari


10

c. Mekanisme kerja Absorpsi sebagian besar berlangsung di lambung dan usus halus bagian atas. Dapat menembus sawar uri, dan terdapat dalam air susu ibu dalam kadar yang relatif tinggi. Diekskresi melalui urin dengan filtrasi glomerulus dan melalui empedu. Masa paruh 6-12 jam. d. Indikasi Infeksi pernapasan, saluran kemih dan kulit. Infeksi uretritis non gonococcal, rocky mountain spoted fever, tifus, chancroid, kolera, brucellosis, anthrax, sifilis e. Efek samping Fotosensitif, vertigo, perubahan warna gigi dan anak-anak, teratogenik

4. Metaklopramid a. Sediaan : 10mg/tab ; 10mg/2ml (injeksi)

b. Indikasi : antiemetik, dispepsia pasca gastreknomi

c. Mekanisme : Blokade reseptor dopamin di CTZ (chemoreseptor triggerzone) memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung

d. Efek samping Sedasi dan gelisah

e. Dosis Dewasa 10 mg 3x/hari

5. Oralit (200ml) a. Komposisi Kalium klorida 0,3 gr (1,5gr) NaCl 0,7 gr (3,5gr) Na bikarbonat 0,5gr (2,5gr) Glukosa anhidrat 4gr(20gr)

b. Indikasi Rehidrasi muntaber, diare, kolera

c. Dosis
11

Dewasa 2 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap BAB Anak <1th : 2 jam pertama 2 gelas larutan gelas Anak 1-5 th : 2 jam pertama 4 gelas larutan 1 gelas

E. Tulisan Resep R/ Kotrimoksazol tab No. XX 2 dd tab II ________________________ R/ Metochlopramid tab mg 10 No.X prn (1-3) dd tab I ________________________ R/ Oralit sachet granul No.X ad libitum solve in aqua cc 200 ________________________ Pro : Tn L (25 tahun)

5. DENGUE SYOK SYNDROM A. Definisi Demam Dengue (DD) dan Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses) yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4. Infeksi salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain tersebut. Seseorang yang tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia. Di Indonesia, pengamatan virus dengue yang dilakukan sejak tahun 1975 di beberapa rumah sakit menunjukkan bahwa keempat serotipe ditemukan dan bersirkulasi sepanjang tahun. Serotipe DEN-3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan manifestasi klinik yang berat. B. Gejala Klinis

12

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimptomatis atau dapat berupa demam yang tidak jelas, demam dengue, demam berdarah dengue dengan

kebocoran plasma yang mengakibatkan syok atau sindroma syok dengue (SSD).

13

C. Pengobatan Ringer lactate (Na lactate 3,1 gram; KCl 0,3 gram; CaCl2 0,2 gram; air) o Merupakan cairan kristaloid mengganti volume plasma segera Dievaluasi 30 menit. Jika teratasi berikan 10 ml/kgBB/jam. Jika tidak teratasi berikan 15-20 ml.kgBB/jam. D. Mekanisme Obat Ringer Laktat (RL) Sediaan - 500 ml dan 1.000 ml (Kemasan larutan kristaloid RL yang beredar di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na+ (130 mEq/L), Cl- (109 mEq/L), Ca+ (3 mEq/L), dan laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L Metabolisme RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan pada kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak digunakan sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar. Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik. Kalium yang terdapat di dalam RL tidak cukup untuk pemeliharaan seharihari, apalagi untuk kasus defisit kalium. Larutan RL tidak mengandung glukosa, sehingga bila akan dipakai sebagai cairan rumatan, dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah terjadinya ketosis. E. Tulisan Resep R/ Ringer lactate inf flab No. IV Cum infuse set No. 1 Abbocath no.22 No. 1 imm _________________________ Pro : Ny. J (29 tahun)

6.TETANUS A. Definisi

14

Tetanus atau Lockjaw merupakan penyakit akut yang menyerang susunan saraf pusat yang disebabkan oleh racun tetanospasmin yang dihasilkan oleh Clostridium Tetani. Penyakit ini timbul jika kuman tetanus masuk ke dalam tubuh melalui luka, gigitan serangga, infeksi gigi, infeksi telinga, bekas suntikan dan pemotongan tali pusat. Dalam tubuh kuman ini akan berkembang biak dan menghasilkan eksotoksin antara lain tetanospasmin yang secara umum menyebabkan kekakuan, spasme dari otot bergaris.

B. Gejala Klinis Masa inkubasi tetanus umumnya antara 321 hari, namun dapat singkat hanya 12 hari dan kadangkadang lebih dari 1 bulan. Makin pendek masa inkubasi makin jelek prognosanya. Terdapat hubungan antara jarak tempat invasi Clostridium Tetani dengan susunan saraf pusat dan interval antara luka dan permulaan penyakit, dimana

15

makin jauh tempat invasi maka inkubasi makin panjang.Secara klinis tetanus ada 3 macam : a. Tetanus umum: Bentuk ini merupakan gambaran tetanus yang paling sering dijumpai. Terjadinya bentuk ini berhubungan dengan luas dan dalamnya luka seperti luka bakar yang luas, luka tusuk yang dalam, furunkulosis, ekstraksi gigi, ulkus dekubitus dan suntikan hipodermis. Biasanya tetanus timbul secara mendadak berupa kekakuan otot baik bersifat menyeluruh ataupun hanya sekelompok otot. Kekakuan otot terutama pada rahang (trismus) dan leher (kuduk kaku). Lima puluh persen penderita tetanus umum akan menuunjukkan trismus. Dalam 2448 jam dari kekakuan otot menjadi menyeluruh sampai ke ekstremitas. Kekakuan otot rahang terutama masseter menyebabkan mulut sukar dibuka, sehingga penyakit ini juga disebut 'Lock Jaw'. Selain kekakuan otot masseter, pada muka juga terjadi kekakuan otot muka sehingga muka menyerupai muka meringis kesakitan yang disebut 'Rhisus Sardonicus' (alis tertarik ke atas, sudut mulut tertarik ke luar dan ke bawah, bibir tertekan kuat pada gigi), akibat kekakuan otototot leher bagian belakang menyebabkan nyeri waktu melakukan fleksi leher dan tubuh sehingga memberikan gejala kuduk kaku sampai opisthotonus. Selain kekakuan otot yang luas biasanya diikuti kejang umum tonik baik secara spontan maupun hanya dengan rangsangan minimal (rabaan, sinar dan bunyi). Kejang menyebabkan lengan fleksi dan adduksi serta tangan mengepal kuat dan kaki dalam posisi ekstensi. Kesadaran penderita tetap baik walaupun nyeri yang hebat serta ketakutan yang menonjol sehingga penderita nampak gelisah dan mudah terangsang. Spasme otototot laring dan otot pernapasan dapat menyebabkan gangguan menelan, asfiksia dan sianosis. Retensi urine sering terjadi karena spasme sphincter kandung kemih. Kenaikan temperatur badan umumnya tidak tinggi tetapi dapat disertai panas yang tinggi sehingga harus hatihati terhadap komplikasi atau toksin menyebar luas dan mengganggu pusat pengatur suhu.

16

Pada kasus yang berat mudah terjadi overaktivitas simpatis berupa takikardi, hipertensi yang labil, berkeringat banyak, panas yang tinggi dan ariunia jantung. Menurut berat ringannya tetanus umum dapat dibagi atas: i. Tetanus ringan : trismus lebih dari 3 cm, tidak disertai kejang umum walaupun dirangsang. ii. Tetanus sedang : trismus kurang dari 3 cm dan disertai kejang umum bila dirangsang. iii. Tetanus berat : trismus kurang dari 1 cm dan disertai kejang umum yang spontan. Cole dan Youngman (1969) membagi tetanus umum atas: i. Grade 1: ringan Masa inkubasi lebih dari 14 hari Period of onset > 6 hari Trismus positif tetapi tidak berat Sukar makan dan minum tetapi disfagia tidak ada. Lokalisasi kekakuan dekat dengan luka berupa spasme disekitar luka dan kekakuan umum terjadi beberapa jam atau hari. ii. Grade II: sedang Masa inkubasi 1014 hari Period of onset 3 had atau kurang Trismus ada dan disfagia ada. Kekakuan umum terjadi dalam beberapa hari tetapi dispnoe dan sianosis tidak ada. iii. Grade III: berat Masa inkubasi < 10 hari Period of onset 3 hari atau kurang Trismus berat Disfagia berat. Kekakuan umum dan gangguan pernapasan asfiksia, ketakutan, keringat banyak dan takikardia. b. Tetanus lokal

17

Bentuk ini sebenarnya banyak akan tetapi kurang dipertimbangkan karena gambaran klinis tidak khas. Bentuk tetanus ini berupa nyeri, kekakuan otototot pada bagian proksimal dari tempat luka. Tetanus lokal adalah bentuk ringan dengan angka kematian 1%, kadangkadang bentuk ini dapat berkembang menjadi tetanus umum. c. Bentuk cephalic Merupakan salah satu varian tetanus lokal. Terjadinya bentuk ini bila luka mengenai daerah mata, kulit kepala, muka, telinga, leper, otitis media kronis dan jarang akibat tonsilectomi. Gejala berupa disfungsi saraf loanial antara lain: n. III, IV, VII, IX, X, XI, dapat berupa gangguan sendirisendiri maupun kombinasi dan menetap dalam beberapa hari bahkan berbulanbulan. Tetanus cephalic dapat berkembang menjadi tetanus umum. Pada umumnya prognosa bentuk tetanus cephalic jelek. C. Pengobatan 1. Anti Tetanus toksin Selama infeksi, toksin tetanus beredar dalam 2 bentuk: i. Toksin bebas dalam darah; ii. Toksin yang bergabung dengan jaringan saraf. Yang dapat dinetralisir oleh antitoksin adalah toksin yang bebas dalam darah. Sedangkan yang telah bergabung dengan jaringan saraf tidak dapat dinetralisir oleh antitoksin. Sebelum pemberian antitoksin harus dilakukan: Anamnesa apakah ada riwayat alergi; Tes kulit dan mata; Harus selalu sedia Adrenalin 1:1.000.

Ini dilakukan karena antitoksin berasal dari serum kuda, yang bersifat heterolog sehingga mungkin terjadi syok anafilaksis. Tes mata. Pada konjungtiva bagian bawah diteteskan 1 tetes larutan antitoksin tetanus 1:10 dalam larutan garam faali, sedang pada mata yang lain hanya ditetesi garam faali. Positif bila dalam 20 menit, tampak kemerahan dan bengkak pada konjungtiva.

18

Tes kulit. Suntikan 0,1 cc larutan 1/1000 antitoksin tetanus dalam larutan faali secara intrakutan. Reaksi positif bila dalam 20 menit pada tempat suntikan terjadi kemerahan dan indurasi lebih dari 10 mm. Bila tes mata dan kulit keduanya positif, maka antitoksin diberikan secara bertahap (Besredka). 2. Dosis Dosis ATS yang diberikan ada berbagai pendapat. Behrman (1987) dan Grossman (1987) menganjurkan dosis 50.000100.000 u yang diberikan setengah lewat intravena dan setengahnya intramuskuler. Pemberian lewat intravena diberikan dengan cara melarutkannya dalam 100200 cc glukosa 5% dan diberikan selama 12 jam. Di FKUI, ATS diberikan dengan dosis 20.000 u selama 2 hari. Di Manado, ATS diberikan dengan dosis 10.000 i.m, sekali pemberian. 3. Antikonvulsan dan sedatif Obatobat ini digunakan untuk merelaksasi otot dan mengurangi kepekaan jaringan saraf terhadap rangsangan. Obat yang ideal dalam penanganan tetanus ialah obat yang dapat mengontrol kejang dan menurunkan spastisitas tanpa mengganggu pernapasan, gerakangerakan volunter atau kesadaran. Obatobat yang lazim digunakan ialah: i. Diazepam Bila penderita datang dalam keadaan kejang maka diberikan dosis 0,5 mg/kg.bb/kali i.v. perlahanlahan dengan dosis optimum 10 mg/kali diulangi setiap kali kejang. Kemudian diikuti pemberian diazepam peroral(sonde lambung) dengan dosis 0,5 mg/kg.bb/kali sehari diberikan 6 kali. ii. Fenobarbital Dosis awal: 1 tahun 50 mg intramuskuler; 1 tahun 75 mg intramuskuler. Dilanjutkan dengan dosis oral 59 mg/kg.bb/hari dibagi dalam 3 dosis. iii. Largactil Dosis yang dianjurkan 4 mg/kg.bb/hari dibagi dalam 6 dosis. 4. Antibiotik. i. Penisilin Prokain Digunakan untuk membasmi bentuk vegetatif Clostridium Tetani.
19

Dosis: 50.000 u/kg.bb/hari i.m selama 10 hari atau 3 hari setelah panas turun. Dosis optimal 600.000 u/hari. ii. Tetrasiklin dan Eritromisin Diberikan terutama bila penderita alergi terhadap penisilin. Tetrasiklin : 3050 mg/kg.bb/hari dalam 4 dosis. Eritromisin : 50 mg/kg.bb/hari dalam 4 dosis, selama 10 hari. 5. Oksigen: Bila terjadi asfiksia dan sianosis. 6. Trakeostomi Dilakukan pada penderita tetanus jika terjadi: i. Spasme berkepanjangan dari otot respirasi ii. Tidak ada kesanggupan batuk atau menelan iii. Obstruksi larings; dan iv. Koma. 7. Hiperbarik Diberikan oksigen murni pada tekanan 5 atmosfer. D. Mekanisme Obat 1. ATS (anti tetanus serum) Suntikan tetanus ada 2 macam, yaitu anti tetanus serum (ATS) dan vaksin tetanustoxoid. ATS sebanyak 1500 IU merupakan serum yang dapat langsung mencegah timbulnya tetanus. Sementara itu, vaksin tetanus toxoid 0,5 ml tidak untuk mencegahtetanus saat itu, namun untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap tetanus, sehinggamencegah terjadinya tetanus di kemudian hari bila ternyata luka tersebut masihmengandung kuman, juga mencegah tetanus pada kejadian lain dalam jangka waktukira-kira 6 bulan bila tanpa booster. Indikasi suntikan ATS (Anti Tetanus Serum): Luka cukup besar (dalam lebih dari 1 cm) Luka berbentuk bintang Luka berasal dari benda yang kotor dan berkarat Luka gigitan hewan dan manusia Luka tembak dan luka bakar Luka terkontaminasi, yaitu: luka yang lebih dari 6 jam tidak ditangani, atau luka kurang dari 6 jam namun terpapar banyak kontaminasi, atau luka

20

kurangdari 6 jam namun timbul karena kekuatan yang cukup besar (misalnya lukatembak atau terjepit mesin) Penderita tidak memiliki riwayat imunisasi tetanus yang jelas atau tidak mend apat booster selama 5 tahun atau lebih 2. Diazepam a. Bentuk Sediaan Obat Tablet : 2mg; 5mg Lar rectal : 5mg/2,5ml Injeksi : 5mg/ml

b. Nama Paten Valium, Stesolid rectal tube

c. Dosis 3x/hari, 2-5 minggu

d. Mekanisme Kerja tmax = 1,5-2jam t = 20-50 jam volum distribusi = 0,95-2 l/kg

e. Metabolisme Diazepam dimetabolisme di hati dan teriikat pada reseptor di daerah spinal cord, serebelum, sistem limbik dan korteks serebral. f. Indikasi Obat anti cemas, sedatif-hipnotic, dan obat anti kejang, ansietas atau insomnia, tambahan pada putus alkohol akut, status epileptikus, kejang demam, spasme otot

g. Efek Samping Rasa kantuk, kelelahan dan ataksia, trombosis vena dan flebitis pada tempat penyuntikan SSP : kebingunagn, depresi, disarthria, sakit kepala, hipoaktiviti, melantur berbicara, sinkop, tremor, vertigo, mual, inkontinensia, perubahan libido, retensi urin Kardiovaskuler : bradikardia, kolaps kardiovaskuler, hipotensi Kulit : urtikaria, ruam kulit
21

3. Fenobarbital a. Bentuk Sediaan Obat Kapsul

b. Nama Paten Ditalin

c. Dosis Awal : 1-3x/hari, 1 tab

d. Mekanisme Kerja tmax = 6-18 jam t = 80-120 jam volum distribusi = 0,6 l/kg

e. Metabolisme Susunan saraf pusat Efek utama barbiturat ialah depresi SSP. Semua tingkat depresi dapat dicapai mulai dari sedasi, hipnosis, berbagai tingkat anastesi, koma, sampai kematian. Pada beberapa individu dan dalam keadaan tertentu, misalnya adanya rasa sakit, barbiturat tidak menyebabkan sedasi, melainkan malah menimbulkan eksitasi (kegelisahan dan delirium). Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya depresi pusat penghambatan. Efek pada tingkatan tidur Efek hipnotik barbiturat meningkatkan total lama tidur dan mempenaruhi tingkatan tidur yang bergantung kepada dosis. Barbiturat mengurangi masa tidur laten, jumlah terbangun, dan lama toleransi. Toleransi farmakodinamik lebih berperan dalam penurunan efek dan berlangsung lebih lama daripada toleransi farmakokinetik. Toleransi terhadap efek sedasi dan hipnosis terjadi lebih segera dan lebih kuat daripada efek anti konvulsi. Toleransi terhadap barbiturat dapat terjadi toleransi silang terhadap senyawa dengan efek farmakologi yang berbeda seperti opioid dan fensiklidin. Tempat dan mekanisme kerja pada SSP Barbiturat bekerja pada seluruh SSP, walaupun pada setiap tempat tidak sama kuatnya. Dosis nonanastesi terutama menekan respon pasca sinaps. Penghambatan hanya terjadi pada sinaps GABA-nergik. Barbiturat

22

memperlihatkan beberapa efek yang berbeda pada eksitasi dan inhibisi transmisi sinaptik. Pernapasan Barbiturat menyebabkan depresi napas yang sebanding dengan besarnya dosis. Barbiturat dosis hipnotik oral menyebabkan pengurangan frekuensi dan amplitudo napas, ventilasi alveolus sedikit berkurang, sesuai dengan keadaan tidur fisiologis. Sistem kardiovaskuler Pemberian barbiturat dosis terapi IV secara cepat dapat menyebabkan tekanan darah turun secara mendadak, meskipun hanya selintas efek kardiovaskuler pada intoksikasi barbituratsebagian besar disebabkan oleh hipoksia sekunder akibat depresi napas. Selain itu, dosis tinggi barbiturat menyebabkan depresi pusat vasomotor diikuti pusat vasidolatasi perifer sehingga terjadi hipotensi. Barbiturat dosis sangat tinggi berpengaruh langsung terhadap kalpiler sehingga menyebabkan syok kardiovaskuler. Hati Efek barbiturat terhadap hati yang paling dikenal ialah efeknya terhadap sistem metabolisme obat di mikrosom. Barbiturat bersama-sama dengan sitokrom P450 secara kompetitif mempengaruhi biotransformasi obat serta zat endogen dalam tubuh, misalnya hormon steroid. Pemberian barbiturat secara kronik menaikkan jumlah protein dan lemak pada retikulo-endoplasmik hati, serta menaikkan aktivitas glukoronil transferase dan enzim oksidase sitokrom P450. Induksi enzim ini menaikkan kecepatan metabolisme beberapa obat dan senyawa endogen termasuk hormon steroid, kolesterol, garam empedu, vitamin K dan D. Toleransi terhadap barbiturat antara lain disebabkan karena barbiturat merangsang aktivitas enzim yang merusak barbiturat sendiri. Efek induksi ini tidak terbatas hanya pada enzim mikrosomal saja, tetapi juga terjadi pada enzim mitokondria, yaitu -Amino Levulanic Acid (ALA) sintetase dan enzim sitoplasma yaitu aldehid dehidrogenase. f. Indikasi Epilepsi umum, parsial, epilepsi karena tumor, kejang pascabedah, sindrom ekstrapiramidal, neuralgia trigeminal, aritmia kordis rekuren (overdosis digitalis)
23

g. Kontraindikasi Porfiria, kejang tipe absence

h. Efek Samping SSP : Agitasi, kebingungan, hiperkinesia, ataksia, depresi SSP, mimpi buruk, somnolen, gelisah, ggn kejiwaan, halusinasi, insomnia, gelisah, pusing, berpikir kelainan Sistem pernapasan : hipoventilasi, apnea Sistem kardiovaskuler : bradikardia, hipotensi, sinkop Sistem pencernaan : mual, muntah, sembelit Reaksi lain : sakit kepala, reaksi di tempat suntikan, reaksi

hipersensitivitas, demam, kerusakan hati, anemia megaloblastik dalam penggunaan fenobarbital yang lama. 4. Penisilin Procain a. Bentuk sediaan obat Injeksi 3 juta iu/vial

b. Dosis Dewasa : 300.000-900.000 u perhari dibagi menjadi 1-2 kali pemberian dalam sehari Anak : 1000u/kgBB/hari

c. Mekanisme kerja Resorpsinya tidak tahan asam. Ppnya +/- 60%. Plasma t nya sangat singkat, hanya 30 menit. Ekskresinya sebagian besar melalui transport aktif tubuler ginjal. Distribusinya ke jaringan dan cairan intraseluler baik. d. Indikasi Infeksi yang disebabkan oleh bakteri gram positif dan gram negatif yang rentan terhadap benzilpenisilin e. Efek samping Diare, urtikaria,nausea dan superinfeksi dari candidiasis

24

E. Tulisan Resep R/ ATS inj IU 20.000 vial No.V Cum disposable syringe cc 5 No.I imm __________________________ R/ Penisilin Procain inj IU 3.3 juta vial No.I Cum disposable syringe cc 5 No.I imm ___________________________ R/ Diazepam inj amp No.I Cum disposable syringe cc 3 No.I prn (bila kejang) ___________________________

7. FARINGITIS A. Definisi Faringitis adalah suatu radang pada tenggorokan (faring) yang biasanya disebabkan oleh infeksi akut. B. Gejala klinis Keluhan yang sering timbul adalah nyeri telan, mual, dan muntah. Gejala-gejala ini juga biasa disertai dengan demam setinggi 400C. Nyeri faring dapat terjadi ringan sampai berat, sehingga penderita susah menelan. Pada pemeriksaan fisik ditemukan pembesaran tonsil, eksudasi, dan eritema faring. Pada tonsil tampak kemerahan difus dan bintik-bintik petakie palatum lunak dan limfadenitis atau eksudasi anterior. Ingus hidung mukoserous. Selain itu, ditemukan pembesaran getah bening di leher. Faringitis Virus Biasanya tidak ditemukan nanah di tenggorokan Faringitis Bakteri Sering ditemukan nanah di tenggorokan

25

Demam ringan atau tanpa demam Jumlah sel darah putih normal atau agak meningkat Kelenjar getah bening normal atau sedikit membesar Tes apus tenggorokan memberikan hasil negatif

Demam ringan sampai sedang Jumlah sel darah putih meningkat ringan sampai sedang Pembengkakan ringan sampai sedang pada kelenjar getah bening Tes apus tenggorokan memberikan hasil positif untuk strep throat

Pada biakan di laboratorium tidak tumbuh bakteri

Bakteri tumbuh pada biakan di laboratorium

C. Pengobatan Tujuan pengobatan faringitis adalah untuk menghilangkan tanda klinis dan gejala, meminimalkan reaksi obat yang merugikan, mencegah penularan kontak dekat dan demam rematik akut, serta mencegah komplikasi. Tujuan pengobatan faringitis adalah untuk menghilangkan tanda klinis dan gejala, meminimalkan reaksi obat yang merugikan, mencegah penularan kontak dekat dan demam rematik akut, serta mencegah komplikasi. Terapi Faringitis oleh Streptococcus Group A (Depkes, 2005) Lini Pertama Penisilin G (untuk pasien yang tidak dapat menyelesaikan terapi oral selama 10 hari) Penisilin VK 1 x 1,2 juta U i.m.

Amoksisilin (Klavulanat) 3x500 mg selama 10 hari

Anak : 2-3 kali 250 mg Dewasa : 2-3 kali500 mg Anak : 3 x 250 mg Dewasa : 3 x 500 mg

Lini Kedua

Eritromisin (untuk pasien alergi Penisilin) atau Klaritromisin Cefalosporin generasi satu atau dua Levofloxasin (hindari pada anak amupun wanita hamil)
26

Anak : 4 x 250 mg Dewasa : 4 x 500 mg

Bervariasi sesuai agen

Amoxycilin Antibiotik beta laktam Kapsul atau tablet : 250mg; 500mg Sirup kering: 125mg/ 5ml Pengobatan infeksi yang disebabkan organism yang sesuai; termasuk infeksi saluran pernafasan; infeksi saluran kemih; infeksi klamidia; sinusitis; eradikasi Helicobacter pylori. Pola resistensi antibiotik setempat/ daerah perlu dipertimbangkan Antibiotik penisilin spektrum luas. Menggantikan ampisilin karena penyerapan yang lebih baik, efek samping lebih sedikit.

Indikasi obat : infeksi saluran kemih, infeksi saluran nafas atas, bronchitis, pneumonia, otitis media, abses gigi, dan infeksi rongga mulut lainnya, osteomielitis, endokarditis, profilaksis paska splenektomi, infeksi ginekologis, gonorrhea, eradikasi Helicobacter pylori, antrax Mekanisme Kerja : menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel mikroba. Obat bergabung dengan penisilin-binding protein (PBP3) pada kuman. Hal ini menyebabkan terjadinya hambatan sintesis dinding sel kuman karena proses transpeptidase antar rantai peptidoglikan terganggu. Kemudian terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel. Kontraindikasi Obat: hipersensitif terhadap penisilin Farmakokinetik : Absorpsi amoksisilin di saluran cerna lebih baik dari ampisilin. Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam darah yang tingginya kira-kira 2 kali lebih tinggi daripada yang dicapai oleh ampisilin. Sedang masa paruh eliminasi kedua obat ini hampir sama. Penyerapan ampisilin terhambat oleh adanya makanan di lambung, sedangkan amoksisilin tidak.

27

Efek samping : Pada hipersensitifitas terjadi reaksi alergi seperti urtikaria, pruritus, angioedema, dan gangguan saluran cerna seperti diare, mual, muntah, glositis, stomatitis. Paracetamol Nama paten : Pamol, deconal, pyrex, parasetamol, praxium Bentuk sediaan: dropp, inf, sirup 120mg/5ml, tablet 500mg, rectal tube Penggunaan : a. Sirup : 3-4x/hari < 1 th : 2,5ml 2-6 th : 5ml 7-12 th : 10ml b. Tablet : dewasa 3-4x/hari, 1-2 tab Mekanisme Kerja : menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Pada paracetamol, hambatan biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh leukosit, sehingga efek anti inflamasi paracetamol tidak ada. Indikasi : Nyeri dan demam, sakit gigi, sakit kepala, nyeri akibat arthritis dan nyeri rematik Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati berat Farmakokinetik : Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati, dapat mengalami hidroksilasi Diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai paracetamol, dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi Efek samping : Reaksi hematologis, reaksi kulit, dan reaksi alergi Tulisan resep : R/ Amoxycilin tab mg 500 No. XV 3 dd tab 1

R/ Paracetamol tab mg 500 No X prn (1-3) dd tab I agrediente febre


28

Pro : Tn. B (29 th) 8. INFEKSI SALURAN KEMIH A. Definisi Merupakan infeksi yang melibatkan struktur saluran kemih yaitu dari epitel glomerulus tempat mulai dibentuk urin sampai dengan muara urin di meatus urethra externa. Secara mikrobiologi, definisi infeksi saluran kemih (ISK) adalah terdapatnya mikroorganisme pada struktur saluran kemih dan baru dapat dipastikan setelah didapatkannya bukti adanya koloni mikroorganisme dalam pemeriksaan kultur urin. ISK pada usia lanjut dapoat timbul sebagai akibat dari inkontinensia urin dan hipertrofi prostat yang memerlukan pemakaian kateter menetap, imobilisasi, dan menurunnya fungsi imunitas baik non spesifik maupun spesifik. B. Gejala Klinis Pada ISK bagian bawah, keluhan pasien biasanya berupa rasa sakit atau rasa panas di uretra sewaktu kencing dengan air kemih sedikit-sedikit serta rasa tidak enak di daerah suprapubik Pada ISK bagian atas dapat ditemukan gejala sakit kepala, malaise, mual, muntah, demam, menggigil, rasa tidak enak, atau nyeri di pinggang Penegakkan diagnosis : ISK dikatakan positif apabila didapatkan bakteri sejumlah 105 bakteri/ml urin (bakteriuria bermakna). C. Pengobatan Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah memberantas (eradikasi) bakteri dengan antibiotika. Tujuan pengobatan : Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran kemih. Menanggulangi keluhan (gejala). Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama ginjal).

Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah diseleksi terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta timbulnya komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek samping, harga, serta perbandingan dengan terapi lain. Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan

29

toleransi dan terabsorbsi dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta spectrum yang spesifik terhadap mikroba pathogen. a. Antibiotik Antibiotik yang diberikan berdasarkan tes resistensi kuman, bila belum ada berikan antibiotik berdasarkan pola kuman yang ada, biasanya mencakup Escherichia coli dan gram negative lainnya. Antibiotik oral hanya direkomendasikan untuk ISK tak berkomplikasi dengan lama pemberian 7-10 hari pada perempuan dan 10-14 hari pada laki-laki. Antibiotik parenteral untuk ISK berkomplikasi dengan lama pemberian tidak kurang dari 14 hari. Jika belum tahu jenis bakterinya, dapat digunakan Bactrim. Bactrim merupakan pilihan pertama pada ISK tanpa komplikasi. Terapi Empirik untuk Pengobatan Infeksi Saluran Kemih (Coyle dan Prince, 2005) Diagnosis Sistitis akut tanpa Komplikasi Kuman Penyebab E. coli, S. saprophyticus Penatalaksanaan Trimetoprimsulfametoksazol, kuinolon Pyelonefritis akut E. coli Trimetoprimsulfametoksazol, Komplikasi E. coli, Proteus mirabilis, K. pneumoniae, Pseudomonas Prostatitis aeruginosa, E. faecalis Kuinolon, penisilin+aminoglikosida Kuinolon

E. coli, Proteus spp., K. pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, E. faecalis

Trimetoprimsulfametoksazol, Kuinolon

30

Cotrimoksazol merupakan kombinasi sulfametosazole (400mg) dan trimetoprim (50mg). Nama paten : Bactrim (Roche), Kaftrim (Kimia Farma), Inatrim (Indo Farma), Primadex (Dexa Medica), Sanprima (Sanbe), Triminex (Konimex) Bentuk sediaan :

Tablet ( 80 mg Trimethoprim 400 mg Sulfamethoxazole Kaplet Forte (160 mg Trimethoprim 800 mg Sulfamethoxazole ) Sirup suspensi ( Tiap 5 ml mengandung 40 mg Trimethoprim 200 mg Sulfamethoxazole)

Penggunaan: Dosis yang digunakan untuk dewasa yaitu 2 tablet biasa (trimetoprim 80 mg + sulfametoksazol 400 mg) tiap 12 jam atau 1 tablet forte (trimetoprim 160 mg + sulfametoksazol 800 mg) tiap 12 jam. Pada anak-anak digunakan bentuk sirup 2 x sehari 6mg, dan diberikan segera setelah makan. - 5 bln 2,5 ml - 6 bln-5th 5ml - 6th-12th 5-10ml Mekanisme Kerja : menghambat reaksi enzimatik obligat pada 2 tahap berurutan pada mikroba, sehingga kombinasi sulfametoksazol dan trimetoprim memberikan efek energi. Sulfonamid (sulfametoksazol) menghambat masuknya molekul PABA ke dalam molekul asam folat. Trimetoprim menghambat terjadinya reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat, yang penying untuk pemindahan satu atom C seperti pada pembentukan basa purin (adenin, guanin, timidin) dan beberapa asam amino (metionin, glisin). Indikasi : ISK tanpa komplikasi, efektif untuk gram positif dan negative, bronchitis kronis, pneumonia, diare Kontraindikasi : kerusakan parenkim hati, gagal ginjal berat, hamil, hipersensitifitas.

Farmakokinetik : Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap Kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 2 jam untuk trimetoprim dan 4 jam untuk sulfametoksazol. Waktu paruh 11jam untuk trimetoprim dan 10 jam untuk sulfametoksazol
31

Distribusi cepat ke seluruh jaringan, termasuk SSP, saliva, dan empedu yang kadarnya cukup tinggi

Ekskresi terutama melalui urin, dan perlu perhatian kerusakan ginjal.

Efek samping: Gangguan pencernaan (mual, muntah, anoreksia) Reaksi dermatologi (rash atau urtikaria)

Paracetamol Digunakan sebagai analgetik Nama paten : Pamol, deconal, pyrex, parasetamol, praxium Bentuk sediaan: dropp, inf, sirup 120mg/5ml, tablet 500mg, rectal tube Penggunaan : Sirup : 3-4x/hari < 1 th : 2,5ml 2-6 th : 5ml 7-12 h : 10ml

Tablet : dewasa 3-4x/hari, 1-2 tab

Mekanisme Kerja : menghambat enzim siklooksigenase sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG2 terganggu. Pada paracetamol, hambatan biosintesis prostaglandin hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus. Lokasi inflamasi biasanya mengandung banyak peroksid yang dihasilkan oleh leukosit, sehingga efek anti inflamasi paracetamol tidak ada. Indikasi : Nyeri dan demam, sakit gigi, sakit kepala, nyeri akibat arthritis dan nyeri rematik Kontraindikasi : Gangguan fungsi hati berat Farmakokinetik : Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna Konsentrasi tertinggi dalam plasma dicapai dalam waktu jam dan masa paruh plasma antara 1-3 jam Dimetabolisme oleh enzim mikrosom hati, dapat mengalami hidroksilasi Diekskresi melalui ginjal, sebagian kecil sebagai paracetamol, dan sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi Efek samping : Reaksi hematologis, reaksi kulit, dan reaksi alergi Tulisan resep : R/ Bactrim tab mg 480 No. X
32

2 dd tab 1

R/ Paracetamol tab mg 500 No X prn

Pro : Tn. A (35 th)

9.URTIKARIA A. Definisi dan Gejala Klinis Suatu reaksi vaskuler di kulit akibat bermacam-macam sebab, biasanya ditandai dengan edema setempat yang cepat timbul dan menghilang perlahan-lahan, berwarna pucat kemerahan, meninggi di permukaan kulit, sekitarnya dapat dikelilingi halo. Umumnya, ukuran lesi dan bentuknya bervariasi dari beberapa millimeter sampai plakat. Lesi dapat timbul pada kulit atau membrane mukosa. Keluhan subyektif biasanya gatal, rasa tersengat atau tertusuk.

B. Pengobatan

33

Terdapat tiga jenis obat yang cukup baik untuk mengontrol gejala pada urtikaria, yaitu golongan simpatomimetik, antihistamin, dan kortikosteroid. a. Simpatomimetik, seperti epinefrin dan efedrin. Epinefrin (adrenalin HCl/ bitartrat), (adrenalin, epinefrin) Sediaan : injeksi : s.k/i.m/i.v 0,1% Dosis dewasa : Dosis dewasa : 0,2-0,5 mg (0,2-0,5 ml larutan 1:1000 Indikasi : pengobatan anafilaksis berupa bronkospasme akut atau eksaserbasi asthma yang berat, selain itu, bisa digunakan pada urtikaria akut dan dikombinasikan dengan histamine Mekanisme kerja : epinefrin mempunyai efek yang berlawanan dengan histamin, yaitu menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah kulit superfisial dan permukaan mukosa. Kontraindikasi : Glukoma sudut tertutup, penyuntikan ke dalam jari tangan, ibu jari, hidung, dan genetalia, dapat menyebabkan nekrosis jaringan karena terjadi vasokonstriksi pembuluh kapiler, syok hemoragi, insufisiensi pembuluh koroner jantung, penyakit arteri koroner. Farmakokinetik : pada pemberian parenteral subkutan, absorbs lambat karena terjadi vasokonstriksi local, dapat dipercepat dengan memijat tempat suntikan. Absorbsi lebih cepat dengan cara penyuntikan intramuscular. b. Antihistamin Diklasifikasikan menjadi H1, H2, H3 berdasarkan kemampuan menghambat aksi spesifik reseptor histamine dalam jaringan. Urtikaria disebabkan oleh terlepasnya histamin, bradikinin, leukotrien C4, prostaglandin D2, dan substansi vasoaktif lainnya dari sel mast dan basofil pada dermis. Substansi-substansi tersebut menyebabkan ekstravasasi cairan ke dalam dermis, menyebabkan terbentuknya lesi urtikaria. Gatal yang biasanya menyertai urtikaria disebabkan oleh terlepasnya histamin ke dalam dermis. Histamin merupakan ligand terhadap 2 reseptor membran, yaitu reseptor H1 dan H2, yang terdapat pada berbagai tipe sel. Aktivasi dari reseptor histamin H1 pada sel endotelial dan pada sel-sel otot polos menyebabkan meningkatnya permeabilitas kapiler. Aktivasi reseptor histamin H2 menyebabkan vasodilatasi arteriola dan venula. 1. AH1 Hampir semua urtikaria, terutama urtikaria kronik yang penyebabnya sulit diketahui, pemberian antihistamin H1 merupakan pilihan pertama.

34

a. Hidroksizin hidroklorida 10-50 mg setiap 4-8 jam. Bila serangan sering, tujuannya adalah mencegah serangan melalui pemberian obat yang teratur, bukan diberikan bilamana perlu. b. Penghambat H1 non sedatif: Astemizol 10 mg 2-3 kali PO dalam keadaan lambung kosong; atau terfenadin 60 mg PO setiap 12 jam, atau cetirizin 10 mg PO / hari. c. Bila pengobatan di atas tidak apat mengendalikan urtikaria,

pertimbangkanuntuk menambahkan penghambat H1 dari golongan kimia lainnya, misalnya: i. Tablet klemastin fumarat 1,34 mg atau 2,68 mg, tidak melebihi 8,04 mg/hari atau lebih dari tiga tablet 2,68 mg tiga kali sehari. ii.Siproheptadin hidroklorida 4 mg PO setiap 8 jam. iii.Timeprazin tartrat spansul 5 mg, 1 setiap 12 jam, atau tablet 2,5 mg empat kali sehari. iv.Klorfeniramin maleat 4 mg tiga kali sehari

Cetirizine (Cetrixal, Histrine, Ryzen) Sediaan: Tablet 10 mg, sirup 5mg/ 5ml Dosis : Anak 1-2 tahun : 250 mikrogram/kg, dua kali sehari Anak 2-6 tahun : 5 mg satu kali sehari atau 2,5 mg dua kali sehari Anak 6-18 tahun atau dewasa: 10 mg, 1 kali sehari atau 5 mg dua kali sehari Indikasi : Rinitis alergi dan gejala alergi lain termasuk urtikaria; dan urtikaria kronik idiopatik Mekanisme Kerja: Obat ini bersifat sebagai antagonis reseptor H1 perifer yang selektif. Cetirizin merupakan metabolit asam karboksilat dari hidroksizin. Peningkatan sifat polaritas cetirizin dapat menurunkan distribusi obat ke dalam CNS,sehingga mengurangi potensi efek samping terhadap CNS dibandingkan dengan antihistamin generasi pertama (misalnya difenhidramin,hidroksizin). Kontraindikasi: Hipersensitif terhadap cetirizine, hydroxyzine, atau komponen lain dari formulasi. Efek samping: sakit kepala, kelelahan, insomnia, somnolen, malaise, sakit perut, mulut kering, diare, epistaksis, faringitis
35

2. AH2 Dapat cukup berperan bila diberikan kombinasi dengan antihistamin H1. Antihistamin H1 dan H2 memiliki efek yang sinergis dan sering memberikan perbaikan yang lebih cepat dari pada bila hanya diberi antihistamin H1. Antihistamin H2 secara oral dapat efektif pada baik urtikaria akut maupun kronik yang refrakter dengan hanya pemberian antihistamin H1. Simetidin 300 mg empat kali sehari, atau ranitidine 150 mg dua kalisehari. Simetidin (Licomet, Sanmetidin, Ulcusan) Sediaan : Tablet/Kaplet 200 mg dan 400 mg, Kapsul 200 mg, Ampul 100 mg/ml, Ampul 200 mg/2 ml Dosis : Tukak Lambung dan Usus 12 jari : 3 kali sehari 200 mg dan 400 mg sebelum tidur. a. b. Kasus berat : 3 kali sehari 400 mg dan 400 mg sebelum tidur. Pencegahan : 400 mg sebelum tidur sebelum tidur.

Radang Lambung dan usus 12 jari : 3 kali sehari 200 mg dan 400 mg sebelum tidur selama 4 sampai 6 minggu.

Pendarahan Saluran Gastro Intestinal bagian atas : 4 kali sehari 400 mg.

Indikasi : Benign gastric, tukak lambung, tukak duodenal, refluks esofagitis, Zollinger-Ellison syndrome Mekanisme Kerja : Simetidin merupakan antagonis kompetitif histamin pada reseptor H2 dari sel parietal sehingga secara efektif dapat menghambat sekresi asam lambung. Simetidin juga memblok sekresi asam lambung yang disebabkan oleh rangsangan makanan, asetilkolin, kafein, dan insulin. Simetidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung atau usus dan keadaan hipersekresi yang patologis Metabolisme : Simetidin dapat dicerna secara cepat dalam saluran cerna, kadar plasma tertinggi dicapai dalam 1 jam bila diberikan dalam keadaan lambung kosong dan 2 jam bila diberikan bersama sama dengan makanan Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap Simetidine atau komponen lain dalam produk Efek Samping : Kemerahan, diare, pusing, sakit kepala, gynaecomastia
36

c. Kortikosteroid Dalam beberapa kasus urtikaria akut at au kronik, antihistamin mungkin gagal,bahkan pada dosis tinggi, atau m ungkin efek samping bermasalah. Dalam situasi seperti itu, terapi urtikaria seharusnya respon dengan menggunakan kortikosteroid. Jika tidakberespon, maka pertimbangkan kemungkinan proses penyakit lain (misalnya,keganasan, mastocytosis,

vaskulitis). Kortikosteroid juga dapat digunakan dalam urticarial vasculitis, yang biasanya tidak respon dengan antihistamin. Kortikos teroid harus dihindari pada penggunaan jangka panjang pengobatan urtikaria kronis karenaefek samping kortikosteroid seperti hiperglikemia, osteoporosis, ulkus peptikum, dan hipertensi. Contoh obat kortikosteroid

adalah prednison, prednisolone, methylprednisolone, dan triamcinolone. Prednison (Pehacort, Dellacorta) Sediaan : Tablet 5 mg, Kaptab 5 mg Dosis : Dosis awal sangat bervariasi, dapat antara 5 80 mg per hari, bergantung pada jenis dan tingkat keparahan penyakit serta respon pasien terhadap terapi. Tetapi umumnya dosis awal diberikan berkisar antara 20 80 mg per hari. Untuk anak-anak 1 mg/kg berat badan, maksimal 50 mg per hari. Indikasi : Gangguan endokrin (Hiperplasia adrenal kongenital, tiroiditis), penyakit rheumatoid (rheumatoid arthritis, osteoarthritis), SLE, penyakit-penyakit alergi (rhinitis alergi, asma bronkhial, dermatitis atopic), penyakit saluran pernafasan, penyakit hematologis. Mekanisme Kerja : Efek utamanya sebagai glukokortikoid. Glukokortikoid alami (hidrokortison dan kortison), umumnya digunakan dalam terapi pengganti (replacement therapy) dalam kondisi defisiensi

adrenokortikal. Sedangkan analog sintetiknya (prednison) terutama digunakan karena efek imunosupresan dan anti radangnya yang kuat. Glukokortikoid menyebabkan berbagai efek metabolik.

Glukokortikoid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor spesifik yang terdapat di dalam sitoplasma sel-sel jaringan atau organ sasaran, membentuk kompleks hormon-reseptor. Kompleks hormonreseptor ini kemudian akan memasuki nukleus dan menstimulasi ekspresi gen-gen tertentu yang selanjutnya memodulasi sintesis protein tertentu. Protein inilah yang akan mengubah fungsi seluler
37

organ sasaran, sehingga diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, redistribusi lipid, meningkatnya

reabsorpsi natrium, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif , dan efek anti radang. Kontraindikasi : infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-komponen obat lainnya. Efek Samping : gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit (retensi cairan tubuh), gangguan musculoskeletal (lemah otot,osteoporosis, hilangnya masa otot), gangguan pencernaan (ulkus peptic, ulcerative esophagitis), gangguan dermatologis (petechiae, ecchymosis), gangguan

metabolism, gangguan neurologis Tulisan resep : R/ Cetirizine tab mg 50 No. V 1 dd tab 1

R/ Simetidin tab mg 300 No XII 4 dd tab I

R/ Prednison tab mg 5 No IX 3 dd tab I

Pro : Tn. B (40 th) 10.SYOK ANAFILATIK A. Definisi Anaphylaxis (Yunani; Ana = jauh dari dan phylaxis = perlindungan). Anafilaksis berarti menghilangkan perlindungan. Anafilaksis adalah reaksi alergi umum dengan efek pada beberapa sistem organ terutama kardiovaskular, respirasi, kulit dan gastro intestinal yang merupakan reaksi imunologis yang didahului dengan terpaparnya alergen yang sebelumnya sudah tersensitisasi. Syok anafilaktik (anaphylactic shock) adalah reaksi anafilaksis yang disertai hipotensi dengan atau tanpa penurunan kesadaran. Reaksi anafilaksis adalah suatu reaksi

38

anafilaksis yang terjadi tanpa melibatkan antigen-antibodi kompleks. Karena kemiripan gejala dan tanda, biasanya diterapi sebagai anafilaksis. B. Gejala Klinis Anafilaksis merupakan reaksi sistemik, 1. Gejala permulaan: sakit kepala, pusing, gatal dan perasaan panas 2. Kulit : eritema, urtikaria, angioedema, konjungtivitis, pucat dan kadang sianosis 3. Respirasi : bronkospasme, rhinitis, edema paru dan batuk, nafas cepat dan pendek, terasa tercekik karena edema epiglotis, stridor, serak, suara hilang, wheezing, dan obstruksi komplit. 4. Kardiovaskular : hipotensi, diaforesis, kabur pandangan, sinkope, aritmia dan hipoksia 5. Gastrointestinal : mual, muntah, cramp perut, diare, disfagia 6. Inkontinensia urin 7. SSP : parestesia, konvulsi dan arthralgia sendi 8. Haematologi darah : trombositopenia, DIC C. Pengobatan 1. Adrenalin Intramuskular Pemberian secara intramuskuler merupakan pilihan pertama dari cara pemberian adrenalin pada penatalaksanaan syok anafilaktik. Adrenalin memiliki onset yang cepat setelah pemberian intramuskuler dan pada pasien dalam keadaan syok, absorbsi intramuskuler lebih cepat dan lebih baik dari pada pemberian subkutan. Pasien dengan alergi berat dianjurkan untuk pemberian sendiri injeksi intramuskuler adrenalin.

Volume injeksi adrenalin 1:1000 (1mg/ml) untuk injeksi intramuskuler pada syok anafilaksis. Umur - Volume adrenalin 1:1000 (1%) a) Dibawah 1 tahun - 0,05 ml b) 1 tahun - 0,1 ml c) 2 tahun - 0,2 ml d) 3-4 tahun - 0,3 ml e) 5 tahun - 0,4 ml f) 6-12 tahun - 0,5 ml g) Dewasa - 0,5 1 ml

39

Dosis diatas dapat diulang tiap 10 menit, menurut tekanan darah dan nadi sampai perbaikan terjadi (mungkin diulangi beberapa kali) Observasi ketat selama 24 jam, 6jam berturut-turut tiap 2 jam sampai keadaan fungsi membaik 2. Adrenalin Intravena Pada saat pasien tampak sangat kesakitan dan benar-benar diragukan kemampuan sirkulasi dan absorbsi injeksi intramuskuler, adrenalin mungkin diberikan dalam injeksi intravena lambat dengan dosis 500 g (5ml dari pengenceran injeksi adrenalin 1:10000) diberikan dengan kecepatan 100 g/menit dan dihentikan jika respon dapat dipertahankan. Pada anak-anak dapat diberi dosis 10g/kgBB (0,1ml/kgBB dari pengenceran injeksi adrenalin 1:10000) dengan injeksi intravena lambat selama beberapa menit. 3. Pemberian Sendiri Adrenalin Individu yang mempunyai resiko tinggi untuk mengalami syok anafilaksis perlu membawa adrenalin setiap waktu dan selanjutnya perlu diajarkan bagaimana menyuntikkannya. Pada kemasan perlu diberi label pada kasus kolaps yang cepat orang lain dapat memberikan adrenalin tersebut. D. Mekanisme Obat Adrenalin (Epinefrin) Sediaan - injeksi (inj) : s.k/i.m/i.v 0,1% Metabolisme Absorbsi, 1. Per oral, tidak mencapai dosis terapi karena sebagian besar dirusak oleh enzim COMT dan MAO yang banyak terdapat pada dinding usus dan hati. 2. Per parentral subkutan, absorbsi lambat karena terjadi vasokonstriksi local, dapat dipercepat dengan memijat tempat suntikan. 3. Per parentral intramuskuler, absorbsi lebih cepat. 4. Pemberian local secara inhalasi, efek terbatas terutama saluran nafas, tetapi efek sistemik dapat terjadi, terutama bila dosis besar. Distribusi , 1. Bekerja pada reseptor adrenergik-alfa1, beta2 dan beta3. Respon dari tempat-tempat reseptor ini adalah meningkatkan tekanan darah, dilatasi pupil, meningkatkan denyut jantung (takikardia) dan bronkodilatasi. 2. Stabil dalam darah
40

Biotransformasi dan Ekskresi 1. Degradasi : dalam hati yang banyak mengandung kedua enzim COMT dan MAO oksidasi, reduksi menjadi metanefrin, asam 3-metoksi-4hidroksimandelat, 3-metoksi-4-hidroksifeniletilenglikol dan bentuk

konjugasi : glukoronat dan sulfat. 2. Ekskresi : metabolit dan adrenalin yang tidak diubah dikeluarkan melalui urin Indikasi : syok anafilaksis, syok kardiogenik Kontraindikasi : penyakit jantung berat, hipertensi, kehamilan, hipertiroid Efek samping : tremor, pusing, gugup, gelisah, palpitasi, aritmia jantung, takikardi, angina E. Resep Cito! R/ Adrenalin 0,1% inj amp No I cum disposable syringe cc 3 No I imm

11. TYPHUS ABDOMINALIS A. Definisi Typhus abdominalis merupakan infeksi sistemik yang disebabkan oleh kuman Salmonella typhosa, Salmonella paratyphi A, B dan C yang menyerang usus halus khususnya daerah ileum. Penyakit ini termasuk penyakit tropik yang sangat berhubungan erat dengan kebersihan perorangan dan lingkungan. Dapat dengan mudah berpindah ke orang lain melalui fecal oral, artinya kuman Salmonella yang ada pada pada feses penderita atau karier mengkontaminasi makanan atau minuman orang sehat. B. Gejala klinis 1. Demam > 7 hari, terutama pada malam hari, dan tidak spesifik 2. Gangguan saluran pencernaan: nyeri perut, sembelit/diare, muntah 3. Dapat ditemukan: lidah kotor, splenomegali, hepatomegali 4. Gangguan kesadaran : iritabel-delirium, apati sampai semi-koma 5. Bradikardi relatif, Rose-spots, epistaksis (jarang ditemukan)

41

6. Laboratorium : titer Widal 1/200 atau lebih atau 1/320 pada pemeriksaan ulangan dan klinis. Diagnosa pasti dengan kultur. Titer aglutinin bisa tetap positip setelah beberapa minggu, bulan bahkan tahun, walau penderita sudah sehat. Kadang leukositosis, kadang leukopeni

Gejala biasanya diawali dengan rasa tidak enak badan, nyeri yang tidak jelas, sakit kepala dan bisa juga mimisan, konstipasi, lemas.

Dalam beberapa hari sampai minggu, terjadi kenaikan suhu badan yang bisa mencapai lebih dari 40C. Pada saat ini, sebuah tanda khas demam tifoid yang disebut rose spots bintik merah muda bisa terlihat, khususnya pada bagian perut (abdomen). Tanda yang juga dapat dijumpai pada daerah dada dan punggung ini akan telihat memudar bila ditekan.

Pada akhir minggu pertama, terjadi gejala-gejala hematopoetik sebagai pembesaran limpa (splenomegali), lekopeni dan berkurangnya atau menghilangnya dari darah sel-sek lekosit polinukleus dan eosinofil.

Pada minggu kedua, suhu badan akan mengalami remisi harian. Panas terutama meningkat pada malam hari dengan perbedaan temperatur lebih kurang sampai 2C dibanding pagi hari. Bila demam sangat tinggi dapat terjadi penurunan kesadaran dan penderita mengigau.

Retensi urin cukup sering terjadi.

3. Pengobatan Infus Infus Ringer Laktat 20 tetes/menit, untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang dan mengembalikan keseimbangan elektrolit-elektrolit tubuh karena dalam hal ini pasien mengalami mual dan muntah dimana dapat mengancam terjadinya dehidrasi. Keadaan dehidrasi ini dapat dicegah karena infus ringer laktat mengandung komposisi elektrolit dan konsentrasinya sama dengan yang dikandung di dalam cairan ekstraseluler.Kandungan elektrolitnya antara lain Natrium 130 mEq, Kalium 4 mEq, Klorida109 mEq, Kalsium 3 mEq, Asetat 28 mEq. Natrium merupakan kation utama plasma darah dan menentukan tekanan osmotik, klorida merupakan anion utama plasma darah serta kalium merupakan kation intraseluler sebagai konduksi syaraf dan otot. Antibiotik

42

Kloramfenikol 4 x 500 mg, kloramfenikol (dosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500mg, diberikan selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan menjadi 2 x 250mg selama 5 hari kemudian) Anti piretik Paracetamol 500 mg (bila perlu), sebagai obat penghilang gejala demam dan pusing 4. Mekanisme Obat Infus Ringer Laktat (RL) Sediaan - 500 ml dan 1.000 ml (Kemasan larutan kristaloid RL yang beredar di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na+ (130 mEq/L), Cl- (109 mEq/L), Ca+ (3 mEq/L), dan laktat (28 mEq/L). Osmolaritasnya sebesar 273 mOsm/L Metabolisme RL merupakan cairan yang paling fisiologis yang dapat diberikan pada kebutuhan volume dalam jumlah besar. RL banyak digunakan sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik, diare, trauma, dan luka bakar. Laktat yang terdapat di dalam larutan RL akan dimetabolisme oleh hati menjadi bikarbonat yang berguna untuk memperbaiki keadaan seperti asidosis metabolik. Kalium yang terdapat di dalam RL tidak cukup untuk pemeliharaan sehari-hari, apalagi untuk kasus defisit kalium. Larutan RL tidak mengandung glukosa, sehingga bila akan dipakai sebagai cairan rumatan, dapat ditambahkan glukosa yang berguna untuk mencegah terjadinya ketosis. Antibiotik Kloramfenikol Nama paten - Combisetin (Combiphar), Farsycol (Ifars), Kalmicetine (Kalbe Farma), Lanacetine (Landson) Sediaan - Kapsul 250 mg dan 500 mg, suspensi 125 mg/5 ml, sirup 125 ml/5 ml, serbuk injeksi 1g/vail. Sifat - Kloramfenikol merupakan kristal putih yang sukar larut dalam air (1:400) dan rasanya sangat pahit Dosis Dewasa : 50 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam. Anak : 50-75 mg/kgBB/hari dalam dosis terbagi tiap 6 jam.

43

Bayi < 2 minggu : 25 mg/kgBB/hari dalam 4 dosis terbagi tiap 6 jam. Berikan dosis lebih tinggi untuk infeksi lebih berat. Setelah umur 2 minggu bayi dapat menerima dosis sampai 50 mg/kgBB/ hari dalam 4 dosis tiap 6 jam. Mekanisme kerja Efek antimikrobaKloramfenikol bekerja pada spektrum luas.

Kloramfenikol berefek bakteriostatik terhadap kuman yang peka seperti riketsia, klamidia, mikoplasma dan beberapa strain Salmonella serta hampir semua bakteri gram positif, sejumlah bakteri anaerob dan sejumlah bakteri gram negatif. Kloramfenikol dapat menjadi bakterisid pada Str. Pneumonia, N. Meningitides dan H. influenza,namun tidak aktif pada suku Pseudomonas Sp dan Proteus sp. Obat ini efektif terhadap sebagian besar strain E.coli, K. Pneumoniae dan P. Mirabilis Absorbsi, Peroral, kapsul 250 500 mg dan suspensi 125 mg/5ml

Distribusi, Difusi kloramfenikol ke jaringan, rongga dan cairan tubuh baik sekali, kecuali ke dalam empedu. Kadarnya di cairan serebrospinal tinggi sekali dibandingkan dengan antibiotika lain, meski tanpa meningitis. Kadar puncak plasma (1 jam setelah pemberian i.v.) 15-25 mg/liter. Pemberian kloramfenikol secara i.v. menimbulkan kadar yang lebih rendah dalam darahdibandingkan peroral. Kloramfenikol terikat 50% pada protein plasma denganwaktu paruh 3 jam Metabolisme Kloramfenikol mengalami metabolisme di hepar. Dalam hati, 90% zat ini dirombak menjadi glukoronida inaktif. Pada penderita gangguan hepar, dosis harus diturunkan Ekskresi Resorpsi kloramfenikol dari usus cepat dan agak lengkap, dengan BA 7590%. Pada penggunaan IV dan peroral, Kloramfenikol diekskresi 5 30%melalui urin, terutama sebagai metabolit inaktif. Kloramfenikol melalui penggunaan peroral saja diekskresi melalui empedu dan tinja dalam jumlah kecil.
44

Indikasi : demam tifoid dan paratifoid, infeksi berat karena Salmonella sp, H. influenza (terutama meningitis), rickettzia, limfogranuloma, psitakosis, gastroenteristis, bruselosis, disentri. Kontraindikasi : Hipersensitif, anemia, kehamilan, menyusui, pasien porfiria Efek samping : Kelainan darah reversible dan ireversibel seperti anemia aplastik anemia (dapat berlanjut menjadi leukemia), mual, muntah, diare, neuritis perifer, neuritis optic, eritema multiforme, stomatitis, glositis, hemoglobinuria nocturnal, reaksi hipersensitivitas misalnya anafalitik dan urtikaria, sindrom grey pada bayi premature dan bayi baru lahir, depresi sumsum tulang Antipiretik Paracetamol Nama paten Alphamol, Biogesic, Bodrexin demam, Contratemp, Cupaol, Dumin, Farmadol, Fasgo Forte, Fevrin, Pamol, Panadol biru, Sanmol, Sanmol tablet, Pyrex, Pyridol. Sediaan tablet 500mg, sirup 125mg/5ml, sirup 160 mg/5ml, sirup forte 250 mg/ml. Dosis Tablet 1. Dewasa dan anak atas 12 tahun 1 tablet (3-4 kali sehari) 2. Anak-anak 6-12 tahun - 1 tablet (3-4 kali sehari) Sirup 125 mg/5ml 1. Anak 0-1 tahun sendok takar (5ml) 2. Anak 1-2 tahun 1 sendok takar (5ml) 3. Anak 2-6 tahun 1-2 sendok takar (5ml) 4. Anak 6-9 tahun 2-3 sendok takar (5ml) 5. Anak 9-12 tahun 3-4 sendok takar (5ml) Mekanisme Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap enzim siklooksigenase (COX), dan selektif mengahmbat COX-2. Meskipun mempunyai efek antipiretik dan anelgesik dan antiinflamasi yang lemah. Absorbsi , Onset dari Paracetamol kurang dari 1 jam dengan waktu paruh sekitar 13 jam.

45

Paracetamol cepat diabsorpsi di saluran pencernaan, juga diabsorpsi secara baik dari membrane mukosa rectum.

Distribusi dan Metabolisme Paracetamol didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan dengan mudah Eksresi Setelah paracetamol dimetabolisme oleh liver, lalu dieksresi oleh ginjal dan dalam jumlah kecil pada air susu ibu (ASI) Paracetamol, aman untuk wanita hamil dan anak-anak. Indikasi : meredakan demam dan nyeri yang ringan sampai sedang yang disebabkan oleh berbagai hal, post-Immunisation Pyrexia. Kontra Indikasi : alergi terhadap paracetamol, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta pasien dengan ketergantungan terhadap alcohol. Efek Samping : mual, hypersensitivitas, ruam pada kulit, acute renal tubular necrosis, dyscrasia darah (seperti thrombocytopenia, leucopenia, neutropenia, agranulocytosis), kerusakan liver Tulisan resep : R/ Ringer laktat inf flab No II cum infuse set IV catheter no 22 imm R/ Chloramphenicol tab mg 500 No IV 4 dd tab 1 R/ Paracetamol tab mg 500 No IV prn (3-4) dd tab 1 Pro : Nn M (21th) 12. DENGUE HEMORAGIK FEVER (DHF) A. Definisi Demam Berdarah Dengue (DBD) disebabkan virus dengue yang termasuk kelompok B Arthropod Borne Virus (Arboviroses)yang sekarang dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviridae, dan mempunyai 4 jenis serotipe, yaitu ; DEN-1, DEN2, DEN-3, DEN-4.
46

No I No I

B. Gejala Klinik 1. Demam Demam terjadi secara mendadak berlangsung selama 2 7 hari kemudian turun menuju suhu normal atau lebih rendah. Bersamaan dengan berlangsung demam, gejala gejala klinik yang tidak spesifik misalnya anoreksia. Nyeri punggung , nyeri tulang dan persediaan, nyeri kepala dan rasa lemah dapat menyetainya. 2. Perdarahan Perdarahan biasanya terjadi pada hari ke 2 jdari demam dan umumnya terjadi pada kulit dan dapat berupa uji tocniguet yang positif mudah terjadi perdarahan pada tempat fungsi vena, petekia dan purpura. ( Soedarto, 1990 ; 39). Perdarahan ringan hingga sedang dapat terlihat pada saluran cerna bagian atas hingga menyebabkan haematemesis. Perdarahan gastrointestinat biasanya di dahului dengan nyeri perut yang hebat. 3. Hepatomegali Pada permulaan dari demam biasanya hati sudah teraba, meskipun pada anak yang kurang gizi hati juga sudah. Bila terjadi peningkatan dari hepatomegali dan hati teraba kenyal harus di perhatikan kemungkinan akan tejadi renjatan pada penderita . 4. Renjatan (Syok) Permulaan syok biasanya terjadi pada hari ke 3 sejak sakitnya penderita, dimulai dengan tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu kulit lembab, dingin pada ujung hidung, jari tangan, jari kaki serta sianosis disekitar mulut. Bila syok terjadi pada masa demam maka biasanya menunjukan prognosis yang buruk C. Pengobatan Infus Infus NaCl 0,9 % 20 tetes/menit, untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang dan mengembalikan keseimbangan elektrolit-elektrolit tubuh karena dalam hal ini pasien mengalami mual dan muntah dimana dapat mengancam terjadinya dehidrasi. Antipiretik Paracetamol 500 mg (bila perlu), sebagai obat penghilang gejala demam dan pusing D. Mekanisme obat Infus NaCl 0,9 %
47

Sediaan - 500 ml dan 1.000 ml (Kemasan larutan kristaloid NaCl 0,9% yang beredar di pasaran memiliki komposisi elektrolit Na+ (154 mEq/L) dan Cl(154 mEq/L), dengan osmolaritas sebesar 300 mOsm/L) Metabolisme NaCl 0,9% (normal saline) dapat dipakai sebagai cairan resusitasi (replacement therapy), terutama pada kasus seperti kadar Na+ yang rendah, dimana RL tidak cocok untuk digunakan (seperti pada alkalosis, retensi kalium). NaCl 0,9% merupakan cairan pilihan untuk kasus trauma kepala, sebagai pengencer sel darah merah sebelum transfusi. Cairan ini memiliki beberapa kekurangan, yaitu tidak mengandung HCO3- , tidak mengandung K+ , dapat menimbulkan asidosis hiperkloremik, asidosis dilusional, dan hipernatremi Antipiretik Paracetamol Nama paten Alphamol, Biogesic, Bodrexin demam, Contratemp, Cupaol, Dumin, Farmadol, Fasgo Forte, Fevrin, Pamol, Panadol biru, Sanmol, Sanmol tablet, Pyrex, Pyridol. Sediaan tablet 500mg, sirup 125mg/5ml, sirup 160 mg/5ml, sirup forte 250 mg/ml.

Dosis Tablet Dewasa dan anak atas 12 tahun 1 tablet (3-4 kali sehari) Anak-anak 6-12 tahun - 1 tablet (3-4 kali sehari)

Sirup 125 mg/5ml Anak 0-1 tahun sendok takar (5ml) Anak 1-2 tahun 1 sendok takar (5ml) Anak 2-6 tahun 1-2 sendok takar (5ml) Anak 6-9 tahun 2-3 sendok takar (5ml) Anak 9-12 tahun 3-4 sendok takar (5ml) Mekanisme

48

Mekanisme aksi utama dari parasetamol adalah hambatan terhadap enzim siklooksigenase (COX), dan selektif mengahmbat COX-2. Meskipun mempunyai efek antipiretik dan anelgesik dan antiinflamasi yang lemah. Absorbsi , Onset dari Paracetamol kurang dari 1 jam dengan waktu paruh sekitar 13 jam. Paracetamol cepat diabsorpsi di saluran pencernaan, juga diabsorpsi secara baik dari membrane mukosa rectum. Distribusi dan Metabolisme Paracetamol didistribusikan secara luas dalam cairan tubuh dan dengan mudah Eksresi Setelah paracetamol dimetabolisme oleh liver, lalu dieksresikan oleh ginjal dan dalam jumlah kecil pada air susu ibu (ASI) Paracetamol, aman untuk wanita hamil dan anak-anak. Indikasi : meredakan demam dan nyeri yang ringan sampai sedang yang disebabkan oleh berbagai hal, post-Immunisation Pyrexia. Kontra Indikasi : alergi terhadap paracetamol, gangguan fungsi hati dan ginjal, serta pasien dengan ketergantungan terhadap alcohol. Efek Samping : mual, hypersensitivitas, ruam pada kulit, acute renal tubular necrosis, dyscrasia darah (seperti thrombocytopenia, leucopenia, neutropenia, agranulocytosis), kerusakan liver Tulisan resep : R/ Infus NaCl 0,9 % flab No III cum infus set IV catheter imm R/ Paracetamol tab mg 500 No III prn (1-3) dd tab I Pro : Sdr X (21 th) No I No I

49

13. STEVEN JOHNSONS`S SYNDROM A. Definisi Stevens-Johnson syndrome (SJS) atau sindrom Stevens-Johnson adalah penyakit kulit akut dan berat yang disebabkan oleh alergi atau infeksi dan dianggap sebagai hipersensitivitas kompleks yang memengaruhi kulit dan selaput lendir. Sindrom ini mengakibatkan kematian sel-sel kulit sehingga epidermis mengelupas/memisahkan diri dari dermis, ditandai dengan adanya erupsi kulit, kelainan mukosa, dan lesi pada mata. Meskipun pada umumnya tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), biasanya penyebab utama yang paling sering dijumpai adalah akibat dari alergi obat-obatan tertentu, infeksi virus dan atau keduanya, pada kasus tertentu yang sangat jarang ditemukan sindrom ini berhubungan dengan kanker. B. Gejala Klinis Gejala prodormal tidak spesifik dan dapat berlangsung hingga 2 minggu Biasanya didahului panas tinggi, sakit tenggorokan, kelelahan, dan nyeri pada persendian. Erupsi timbul mendadak. Gejala bermula di mukosa mulut berupa lesi bulosa atau erosi eritem, disusul mukosa mata dan genitalia sehingga terbentuk trias: stomatitis, konjungtivitis, dan balanitis/ uretritis. Keadaan ini dapat menyembuh dalam 3-4 minggu tanpa sisa, beberapa penderita mengalami kerusakan mata permanen. Kelainan di sekitar lubang badan (mulut, alat genital, dan anus) berupa erosi, ekskoriasi, dan perdarahan. Kelainan pada selaput lendir, mulut, dan bibir selalu ditemukan dan dapat meluas ke faring, sehingga pada kasus yang berat penderita tidak dapat makan dan minum. Pada bibir sering dijumpai krusta hemoragik. Ruam lesi/melepuhnya kulit muncul sekitar satu inci pada wajah, lengan dan kaki dan juga telapak tangan, namun biasanya tidak muncul di bagian kulit kepala. C. Penatalaksanaan Umum: 1. Mengembalikan keseimbangan cairan dan elektrolit dengan pemberian cairan intravena 2. Jika penderita koma, lakukan tindakan darurat terhadap keseimbangan O2 dan CO2. Sistemik: 1. Jika keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh cukup diobati dengan prednisone 3040 mg/ hari. 2. Bila keadaan umum buruk dan lesi menyeluruh, harus diobati secara cepat dan tepat. Penggunaan kortikosteroid merupakan tindakan life saving. Biasanya digunakan deksametason injeksi dosis permulaan 4-6 mg/ hari. Pada umumnya masa krisis dapat diatasi dalam beberapa hari. Setelah itu dosisnya segera diturunkan secara cepat, setelah dosis mencapai 5 mg/ hari lalu diganti dengan tablet kortikosteroid.
50

3. Antibiotik yang dipilih hendaknya yang jarang menyebabkan alergi, berspektrum luas, bersifat bakterisidal, dan tidak atau sedikit nefrotoksik. Obat tersebut misalnya ciprofloxacin 2x400 mg i.v dan klindamisin 2x600 mg i.v sehari. Biasanya digunakan gentamicin dengan dosis 2x80 mg. 4. Untuk mengurangi efek samping kortikosteroid diberikan diet rendah garam dan tinggi protein. Topikal: 1. Vesikel dan bula yang pecah diberi bedak salisil 2% 2. Lesi yang basah dikompres dengan asam salisil 1%. 3. Kelainan mulut yang berat diberi kompres asam borat 3% 4. Konjungtivitis diberi salep mata yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid. D. Resep R/ Infus Dextrose 5% flab No.III Cum infus set No.I IV catheter no.22 No.I S imm R/ Cortidex inj. mg 5 amp No. IV Cum disposable syringe cc 3 No. IV S imm R/ Kenalog in orabase g 5 tube no. I S ue R/ Gentamycin inj. mg 80 amp No. II Cum disposible syringe cc 3 No. II S imm Pro: Tn. K (35 th) E. PEMBAHASAN OBAT

51

DEXTROSE 5% Infus Infus dextrose 5% termasuk pada kelompok koloid yang memiliki ukuran molekul yang cukup besar sehingga akan tetap pada pembuluh darah, sehingga sifatnya hipertonik yang dapat menarik cairan dari pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan daarah, meningkatkan produksi urin dan mengurangi edema. CORTIDEX FARMAKOLOGI : mengandung Deksametason, suatu glukokortikoid sintetis yang dalam dosis kecil sudah cukup kuat bekerja sebagai anti-inflamasi dan anti-alergi. MEKANISME KERJA : menghambat limfosit dan makrofag, menghambat phospholipase A2 sehingga menghambat pelepasan asam arakidonat. INDIKASI : Semua penyakit yang dapat diobati dengan kortikosteroid secara sistemik. Sebagai obat anti peradangan misalnya pada artritis, untuk penyakit alergi seperti penyakit serum dan asma; untuk penyakit gangguan pada darah misalnya leukemia akut; dan penyakitpenyakit lain yang biasa menggunakan glukokortikoid. KONTRA-INDIKASI : Pada penderita dengan ulkus peptikum, osteoporosis, psikosis. DOSIS : Tablet: dewasa 0,5-9 mg dalam dosis terbagi, anak 6-12 tahun 0,1-0,25 mg, 1-5 tahun 0,25-1 mg, 1 tahun 0,1-0,25 mg. Diberikan 2x/hari. Ampul : terapi intensif/ darurat 2-4 mg 6-8 mg/ hari (IM/IV) maksimal 50 mg/hari. Syok 1-6 mg/kgBB dosis tunggal. FARMAKOKINETIK : sebagian besar terikat globulin dan sisanya oleh albumin, metabolism di liver, ekskresi melalui ginjal. EFEK SAMPING : Efek samping umumnya terjadi karena pemakaian dosis besar dan terus menerus, misalnya; ulkus peptikum, osteoporosis dan fraktur vertebra.

KENALOG IN ORA BASE FARMAKOLOGI : Tiap gramnya mengandung 1 mg (0,1%) triamcinolone acetonide dalam pasta emolien gusi yang terdiri dari gelatin, pectin dan carboboxymethylcellulose sodium in Plastibase (Plasticized Hydrocarbol Gel). INDIKASI : Biasanya digunakan pada lesi di daerah mulut, sebagai terapi adjuvan dan untuk memperbaiki gejala sementara yang berhubungan dengan inflamasi oral dan lesi ulseratif pada trauma. Berfungsi untuk mengurangi edema, gatal dan nyeri pada lesi. Obat ini termasuk pada kortikosteroid dengan kekuatan medium.
52

KONTRAINDIKASI : pasien dengan hipersensitifitas komponen pembentuk obat. Disebabkan obat ini mengandung kortikosteroid, maka dikontraindikasikan terhadap jamur, virus atau infeksi bakteri pada mulut dan tenggorok. GENTAMYCIN INJEKSI Gentamycin injeksi ialah antibiotik aminoglikosida untuk bakteri gram negatif. Biasanya diberikan bersamaan dengan cairan infus. DOSIS : Dosis diberikan secara individu karena indek terapinya relatif sempit

Dosis umum :
o o

Bayi dan anak < 5 tahun : 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m. Anak > 5 tahun : 2 - 2,5 mg/kg BB setiap 8 jam secara i.v. atau i.m.

Dewasa : Diberikan secara i. v. atau i. m. Konfensional : 1 2,5 mg/kg BB/ dosis setiap 8 12 jam untuk mendapatkan kadar puncak secara cepat pada terapi, dosis inisial yang lebih tinggi dapat diberikan dengan pertimbangan yang cermat untuk pasien jika cairan ekstraseluler meningkat (udem, syok)

Dosis tunggal : 4 7 mg/kg BB/dosis tunggal/hari; beberapa klinisi memberikan rekomendasi dosis tersebut untuk pasien yang fungsi ginjalnya normal.

FARMAKOKINETIK : Kadar puncak serum : i.m 30-90 menit; i.v. 30 menit setelah pemberian dengan infus. Ekskresi melalui urin. INDIKASI : Infeksi bakteri gram negatif (Pseudomonas, Proteus, Serratia) dan Gram positif (Staphylococcus), infeksi tulang, infeksi saluran nafas, infeksi kulit dan jaringan lunak, infeksi saluran urin, abdomen, endokarditis dan septikemia , penggunaan topical, dan profilaksis untuk bakteri endokarditis dan tindakan bedah. KONTRAINDIKASI :Hipersensitif terhadap Gentamisin dan Aminoglikosida lain EFEK SAMPING : vertigo, ataxia, nefrotoksisistas, edema, rash, gatal, agranulositosis, reaksi alergi. 14. ANEMIA PERNISISOSA A. Definisi Adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Pada anemia jenis ini, sumsum tulang menghasilkan sel darah merah yang besar dan abnormal (megaloblast). Disebabkan oleh kekurangan vitamin B12 dalam makanan atau ketidakmampuan untuk menyerap vitamin tersebut (karena kekurangan faktor intrinsik), kadang disebabkan juga oleh obat-obat tertentu yang digunakan untuk mengobati kanker.
53

B. Gejala Klinis Kelelahan dan kelemahan, sesak nafas, parestesi, retinal hemorage, mild splenomegali, diare. Selain mengurangai pembentukan sel darah merah, kekurangan vitamin B12 juga mempengaruhi sistem saraf dan menyebabkan kesemutan di tangan dan kaki, hilangnya rasa di tungkai, kaki dan tangan, dan pergerakan yang kaku. Gejala lainnya adalah buta warna tertentu, termasuk warna kuning dan biru, luka terbuka di lidah atau lidah seperti terbakar, penurunan berat badan, warna kulit menjadi lebih gelap, depresi, dan penurunan fungsi intelektual. C. Penatalaksanaan Pengobatan kekurangan vitamin B 12 atau anemia pernisiosa adalah pemberian vitamin B12. Sebagian besar penderita tidak dapat menyerap vitamin B12 per-oral (ditelan), karena itu diberikan melalui suntikan. Pada awalnya suntikan diberikan setiap hari atau setiap minggu, selama beberapa minggu sampai kadar vitamin B12 dalam darah kembali normal. Selanjutnya suntikan diberikan 1 kali/bulan. D. Resep R/ Arcored inj vial No. I Cum disposable syringe cc 10 No. I S imm Pro : Tn. K (50 th) E. Pembahasan Obat Arcored FARMAKOLOGI DOSIS : vitamin B12 1000 mcg/ ml

: 1000 mcg/ ml tiap minggu (IM)

MEKANISME KERJA : vitamin B12 bekerja sebagai katalisator reaksi konversi 5-CH3CH4 folat dan homosistein menjadi H4 folat dan metionin (penting untuk replikasi DNA) oleh enzim 5-CH3-CH4 folat homosistein metal transferase. FARMAKOKINETIK : untuk transport dan absorbsi, vitamin B12 terikat pada intrisik faktor. Dalam darah terikat pada protein pembawa transkobalamin, 90% disimpan di jaringan terutama di hati. Ekskresi melalui urine dan empedu. EFEK SAMPING : reaksi alergi akibat kobal berupa eczema dan exantem.
54

15. BATUK REJAN A. Sinonim Pertusis, whooping cough, lussis quinta, violent cough, batuk seratus hari. B. Definisi Batuk rejan merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan akut yang dapat menyerang setipa orang yang rentan seperti anak yang belum diimunisasi atau orang dewasa dengan kekebalan yang menurun. Disebabkan oleh bakteri Bordetella pertusis. Disebut juga whooping cough oleh karena penyakit ini ditandai oleh sindrom yang terdiri dari batuk yang bersifat spasmodik dan paroksismal disertai nada yang meninggi, karena pasien berupaya untuk menarik napas sehingga akhir batuk sering disertai bunyi yang khas. Namun tidak semua pasien batuk rejan memiliki bunyi yang khas.

C. Gejala Klinis Masa inkubasi 6-20 hari, rata-rata 7 hari, sedangkan perjalanan penyakit ini berlangsung antara 6-8 minggu atau lebih. Perjalanan klinis penyakit ini dapat berlangsung dalam 3 stadium yaitu stadium kataralis (prodormal, preparosksismal), stadium akut paroksismal (paroksismal, spasmodic) dan stadium konvalesens. Manifestasi klinis tergantung dari etiologi spesifik, umur dan status imunisasi. Gejala pada anak yang berumur < 2 tahun yaitu, batuk paroksismal (100%), whoops (tarikan napas panjang dan dalam berbunyi melengking) (60-70%), emesis (66-80%), dispnea (70-80%), dan kejang (20-25%). Pada anak yang lebih besar manifestasi klinis tersebut lebih ringan dan lama sakit lebih pendek, kejang jarang pada anak > 2 tahun. Suhu jarang >38.40C pada semua golongan umur. Penyakit yang disebabkan B. parapertusis atau B. bronkiseptika lebih ringan daripada B. pertusis dan juga lama sakit lebih pendek. D. Penatalaksanaan 1. Antibiotik Makrolida pada guideline CDC 2005 A. Azitromisin Bayi < 6 bulan : 10mg/kgBB.hari selama 5 hari Bayi dan anak > 6 bulan : 10mg/kgBB (max 500mg) hari I, dilanjutkan 5mg/kgBB (max. 250mg) pada hari ke 2-5. Dewasa: 500mg hari ke-1, dilanjutkan 250mg/hari padahari ke 2-5.
55

B. Eritromisin Bayi < 1 bulan : tidak direkomendasikan karena berisiko menyebabakan Infant Hypertrophic Pyloric Stenosis (IHPS). Namun jika azitromisin tidak ada, eritromisin dapat digunakan dengan dosis 40-50mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis. Bayi > 1 bulan dan anak-anak : 40-50mg/kgBB/hari (max 2 g/hari) dibagi dalam 4 dosis selama 14 hari. Dewasa : 2 g/hari dibagi dalam 4 dosis selama 14 hari.

C. Klaritromisin Bayi < 1 bulan tidak direkomendasikan Bayi dan anak > 1 bulan : 15mg/kgBB/hari (max 1g/hari) dibagi dalam 2 dosis setiap hari, selama 7 hari. Dewasa : 1 g/hari dalam 2 dosis selama 7 hari.

D. Alternatif : Kotrimoksazol. 2. Ekpektoransia dan mukolitik 3. Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang berat. 4. Lumirol sebagai sedate E. Resep R/ Eritromisin tab mg 500 No. XXVIII 4 dd tab 1 0,5 h ac

R/ Codein tab mg 20 No XXI 3 dd tab 1 Pro : Tn. B (29 th) F. Pembahasan Obat Eritromisin Eritromisin dihasilkan oleh Streptomyces erytheus golongan makrolida. Eritromisin diuraikan oleh asam lambung, maka harus diberikan secara enteric-coated (dengan selaput tahan-asam) atau sebagai garam atau ester. Obat ini bekerja bakteriostatik terhadap terutama bakteri gram positif dan spectrum kerjanya mirip penisilin G. Mekanisme kerja melalui pengikatan reversible pada ribosom kuman sehingga sintesis protein kuman dihambat. Makanan memperburuk absorpsinya, maka sebaiknya digunakan saat perut kosong.
56

Metabolisme di hati menjadi metabolit inaktif. Ekskresinya berlangsung melalui empedu dan tinja serta kemih, terutama dalam bentuk inaktif. Dosis pemberian oral 2-4 x 250-500mg pada saat perut kosong, uintuk anak-anak 20-40mg/kgBB/hari. Efek samping terpenting adalah gangguan lambung-usus dan berupa diare, nyeri perut, nausea dan kadang-kadang muntah. Lebih jarang berupa sakit kepala dan reaksi kulit. Eritromisin dalam dosis tinggi dapat menimbulkan ketulian reversible, mungkin akibat pengaruhnya terhadap SSP. Pada kehamilan dan laktasi eritromisin dapat diberikan dengan aman. Eritromisin preparat kapsul/tablet 250 mg dan 500 mg, Dewasa : 1-2 g/hari, dibagi dalam 4 dosis Anak : 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam 4 dosis Dosis dapat ditingkatkan 2x lipat pada infeksi berat Obat diberikan sebelum makan Eritromisin stearat kapsul 250 mg dan tablet 500 mg Suspensi oral mengandung 250 mg/5 ml Dewasa : 250-500 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 12 jam Anak : 30-50 mg/kg berat badn sehari dibagi dalam beberapa dosis. Eritromisin etilsuksinat Tablet kunyah 200 mg Suspensi oral mengandung 200 mg/5 ml dalam botol 60 ml Tetes oral mengandung 100 mg/2,5 ml dalam botol 30 ml Dewasa : 400-800 mg tiap 6 jam atau 800 m tiap 12 jam Anak: 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam beberapa dosis. Obat tidak perlu diberikan sebelum makan. Codein Kodein merupakan salah satu analgetik narkotik golongan agonis opioid yakni obatobat yang memiliki (sebagian) sifat farmakologi dari candu (opium) atau morfin. Efek samping dan risiko adiksinya lebih ringan sehingga sering digunakan sebagai obat batuk, obat anti diare dan obat antinyeri yang diperkuat melalui kombinasi dengan parasetamol/asetosal. Kodein bekerja sebagai antitusive secara sentral dengan menekan pusat-batuk di sumsum lanjutan dan mungkin juga bekerja terhadap pusat-saraf lebih tinggi (di otak) dengan efek menenangkan. Dengan demikian zat-zat ini menaikkan ambang bagi impuls batuk. Obstipasi dan mual dapat terjadi terutama pada dosis lebih tinggi (diatas 3 dd 20 mg). Resorpsi oral dan rectal baik; di dalam hati zat ini didemetilasi menjadi norkodein dan morfin (10%) yang memberikan sifat analgetiknya. Ekskresi melalui kemih sebagai glukoronida dan 10% secara utuh. Plasma-t-nya 3-4 jam. Dosis untuk nyeri yaitu oral 3-6 dd 15-60 mg garam-HCl, anak-anak di atas 1 tahun 3-6 dd 0.5 mg/kg. Pada batuk 4-6 dd 10-20 mg maks 120 mg.hari, anak-anak 4-6 dd 1 mg/kg.

16. Glaukoma A. Definisi


57

adalah kerusakan penglihatan yang biasanya disebabkan oleh meningkatnya tekanan bola mata. Meningkatnya tekanan di dalam bola mata ini disebabkan oleh ketidakseimbangan antara produksi dan pembuangan cairan dalam bola mata, sehingga merusak jaringan-jaringan syaraf halus yang ada di retina dan di belakang bola mata. B. Gejala Klinis Nyeri, mual muntah, penurunan visus secara cepat dan progresif, fotofobia C. Pengobatan Tetes mata digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular. Obat-obatan yang paling sering digunakan adalah penyekat beta untuk mengurangi produksi aqueous humor atau obat parasimpatomimetik untuk menvebabkan konstriksi pupil dan meningkatkan aliran aqueous humor keluar dari mata. Pada glaukoma penutupan sudut akut, diuretik dapat digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular. Pembedahan dapat diperlukan. Tekanan intraokular harus dipantau setiap tahun pada individu yang berusia lebih dari 40 tahun atau setiap individu yang mengalami peningkatan risiko gangguan ini. Pembedahan yang meliputi iridektomi untuk glaukoma penutupan sudut, pembedahan drainase, atau trabekuloplasti laser dapat digunakan untuk memperbaiki aliran keluar aqueous humor. D. Mekanisme Obat a. Pilocarpin HCl 1) Bentuk dan sediaan Tetes mata 2) Nama paten Cendocarpin 3) Dosis 2 % diberikan satu tetes tiap 8-12 jam 4) Mekanisme kerja Merupakan golongan agonis kolinergik. Bekrja pada anyaman trabekular dengan meningkatkan kontraksi muskulus siliaris sehingga pupil mengalami miosis. Keadaan tersebut menyebabkan iris teratrik ke belakang dan sudut bilik mata depan terbuka. Sebagai miotik untuk memebesarkan saluran pengeluaran cairan mata dengan cara perangsangan reseptor kolinergik muskarinik. 5) Metabolisme
58

Mula kerjanya cepat, efek puncak terjadi antara 30-60 menit dan berlangsung selama 8-12 jam. Metabolisme di hepra, diekskresikan melalui urin. 6) Indikasi Glaukoma sudut terbuka kronik, glaukoma sudut tertutup akut, hipertensi okuler 7) Kontraindikasi Pasien dengan risiko retinal detachment, radang iris akut, uveitis, 8) Efek samping Salivasi, reaksi alergi b. Betabloker (timolol maleat) 1) Bentuk dan sediaan Tetes mata 2) Nama paten betimol 3) Dosis 1 tetes dapat diberikan dalam interval 8-12 jam sehari 4) Mekanisme kerja Menurunkan tekanan intraokuler dengan mengurangi produksi humor akuos dengan cara memblok reseptor 2 dalam prosesus siliaris. 5) Metabolisme Timolol dan metabolitnya diekskresikan dalam urin. Half life timolol dalam plasma adalah sekitar 4 jam. 6) Indikasi Glaukoma, hipertensi okuler 7) Kontraindikasi Asma bronkhial, bradikardi, gagal jantung 8) Efek samping Reaksi alergi, pandangan kabur, bradikardi, aritmia c. Karbonik anhidrase inhibitor (Asetazolamide) 1) Bentuk dan sediaan Tablet, injeksi 2) Nama paten Diamox 3) Dosis
59

2 x 250 mg secara oral, 500 mg untuk injeksi 4) Mekanisme kerja Menurunkan tekanan intraokuler dengan menghambat produksi humor akuos. Hal tersebut dilakukan dengan cara menghambat kerja enzim karbonik and\hidrase di korpus siliaris 5) Metabolisme Asetazolamide di ekskresikan melalui ginjal. 6) Indikasi Glaukoma 7) Kontraindikasi wanita hamil, penyakit ginjal 8) Efek samping Dispepsia, polakisuria, batu ginjal, paresthesia E. Resep R/ Cendocarpin 2 % gtt ophtl fl No I

2 dd gtt 1 ODS

R/ Timolol maleat gtt ophtl fl No I 2 dd gtt 1 ODS

R/ Asetazolamid tab mg 250 No XX 2 dd tab 1

17. Otitis Media Akut A. Definisi Infeksi telinga bagian tengah yang disebabkan bakteri atau virus B. Gejala Klinis Nyeri telinga, tinnitus, pusing, demam, pendengaran berkurang C. Pengobatan Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. Stadium Oklusi

60

Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman. Stadium Presupurasi Diberikan antibiotik, dan analgesik. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Stadium Supurasi Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur. Stadium Perforasi Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari. Stadium Resolusi Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis. D. Mekanisme Obat a. Penicillin (Amoxycillin) 1) Bentuk dan sediaan Tablet 2) Nama paten Amoxan, penmox 3) Dosis Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg berat badan per hari dibagi dalam 3 dosis. Dewasa dan anak dengan berat badan di atas 20 kg : sehari 750-1500 mg dalam dosis terbagi 4) Mekanisme kerja
61

Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positip dan beberapa gram negatip yang patogen. Bakteri patogen yang sensitif terhadap Amoxicillin antara lain : Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H influenzas, E. coli, dan P. mirabiiis. Amoxicillin kurang efefktif terhadap species Shigella dan bakteri penghasil beta laktamase. 5) Metabolisme Penisilin mudah rusak pada suasana asam. Absorbsi penisilin secara baik dilakukan di saluran cerna. Penisilin terdistribusi luas dal;am tubuh. Kadar obat yang memadai dapat tercapai dalam hati, empedu, ginjal, usus, limfe. Penisilin umumnya diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal. Selain itu juga diekskresi bersama tinja. 6) Indikasi Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positip dan gram negatip yang peka terhadap Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, otitis media, bronchitis akut dan kronik, pneumonia cystitis, urethris, pyelonephritis, gonorhea yang tidak terkomplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak. 7) Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap penicillin 8) Efek samping Reaksi anafilaksis b. Antipiretik 1) Bentuk dan sediaan 2) Nama paten Pamol, Panadol 3) Dosis 4) Mekanisme kerja Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab

inflamasi), namun parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab inflamasi.
62

Sebagaimana

diketahui

bahwa

enzim

siklooksigenase ini berperan pada metabolisme asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat berubah menjadi berbagai senyawa pro-inflamasi. Parasetamol menghambat enzim

siklooksigenase seperti halnya aspirin, namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga menghambat aksi anti inflamasi. 5) Metabolisme Paracetamol dimetabolisme di hepar. 6) Indikasi Penurun panas (antipiretik), anti nyeri (analgetik) 7) Kontraindikasi Hipersensitivitas, gangguan fungsi hepar 8) Efek samping Gatal, sesak nafas, kemerahan pada kulit E. Resep R/ Amoxycillin tab mg 500 No XXI


18. Sinusitis

3 dd tab I

R/ Paracetamol tab mg 500 No X prn (1-3) dd tab I agrediente febre

A. Definisi Peradangan yang terjadi pada sinus B. Gejala Klinis Sakit kepala, nyeri pada wajah, demam, perubahan pada ingus C. Pengobatan Tujuan dari penatalaksanaan sinusitis ialah untuk mencapai fungsi dan anatomis yang normal dari sinonasal. Irigasi nasal dengan larutan salin dilakukan untuk membersihkan debris, melembabkan serta memebersihkan mukus. Mukolitik digunakan untuk mengurangi sekresi mukus dan meningkatkan pembersihannya. Obat yang dapat mengurangi edema mukosa digunakan untuk meningkatkan fungsi dari ostiomeatal kompleks dan meningkatkan ventilasi. Diberikan antibiotika, anti nyeri, antialergi, steroid.
63

Penatalaksanaan dalam bidang Rehabilitasi Medik dapat berupa pemberian diatermi pada daerah sinus yang terkena untuk memperbaiki vaskularisasi sinus, atau LASER. Berbeda dengan laser yang digunakan dalam bidang Bedah dengan power tinggi, yang digunakan dalam bidang Rehabilitasi Medik laser dengan power rendah. Pada sinusitis, laser mempunyai efek analgetik, anti-inflamasi dan biostimulasi juga mengurangi peradangan dan edema mukosa dan dengan demikian memberikan perbaikan aliran sinus seperti fungsi mukosiliar normal. D. Mekanisme Obat a. Penicillin (Amoxycillin) 1) Bentuk dan sediaan Tablet 2) Nama paten Amoxan, penmox 3) Dosis Anak-anak dengan berat badan kurang dari 20 kg : 20-40 mg/kg berat badan per hari dibagi dalam 3 dosis. Dewasa dan anak dengan berat badan di atas 20 kg : sehari 750-1500 mg dalam dosis terbagi 4) Mekanisme kerja Amoxicillin adalah senyawa Penisilina semisintetik dengan aktivitas antibakteri spektrum luas yang bersifat bakterisid, efektif terhadap sebagian besar bakteri gram positip dan beberapa gram negatip yang patogen. Bakteri patogen yang sensitif terhadap Amoxicillin antara lain : Staphylococci, Streptococci, Enterococci, S. pneumoniae, N. gonorrhoeae, H influenzas, E. coli, dan P. mirabiiis. Amoxicillin kurang efefktif terhadap species Shigella dan bakteri penghasil beta laktamase. 5) Metabolisme Penisilin mudah rusak pada suasana asam. Absorbsi penisilin secara baik dilakukan di saluran cerna. Penisilin terdistribusi luas dal;am tubuh. Kadar obat yang memadai dapat tercapai dalam hati, empedu, ginjal, usus, limfe. Penisilin umumnya diekskresi melalui proses sekresi di tubuli ginjal. Selain itu juga diekskresi bersama tinja. 6) Indikasi

64

Infeksi yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positip dan gram negatip yang peka terhadap Amoxicillin, seperti infeksi pada saluran pernapasan bagian atas, otitis media, bronchitis akut dan kronik, pneumonia cystitis, urethris, pyelonephritis, gonorhea yang tidak terkomplikasi, infeksi kulit dan jaringan lunak. 7) Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap penicillin 8) Efek samping Reaksi anafilaksis b. Methylprednisolon 1) Bentuk dan sediaan Tablet 2) Nama paten Lameson 3) Dosis 4 8 mg per hari 4) Mekanisme kerja Methylprednisolon adalah suatu glukokortikoid sintetik dan diabsorpsi secara cepat melalui saluran pencernaan. Methylprednisolone bekerja dengan menduduki reseptor spesifik dalam sitoplasma sel yang responsif. Ikatan steroid-reseptor ini lalu berikatan dengan DNA yang kemudian mempengaruhi sintesis berbagai protein. Beberapa efek penting yang timbul akibat ini yaitu berkurangnya produksi prostaglandin dan leukotrien, berkurangnya

degranulasi mast cell, berkurangnya sintesis kolagen dan lain-lain. 5) Metabolisme Methylprednisolone mengalami pengikatan dengan 2 juenis protein plasma yaitu albumi dan globulin. Methylprednisolone mengalami metabolisme di hepar. 6) Indikasi Alergi, peradangan, rematik 7) Kontraindikasi Ulkus peptikum, infeksi jamur sistemik, diabetes mellitus 8) Efek samping

65

Gangguan penyembuhan luka, gangguan metabolisme karbohidrat, kelemahan otot c. Demacolin 1) Bentuk dan sediaan Tablet 2) Nama paten Demacolin 3) Dosis Dapat diberikan dalam interval 8-12 jam per hari 4) Mekanisme kerja Bekerja sebagai antipiretik, antihistamin, dan dekongestan 5) Indikasi Merintgankan gejala flu seperti demam, bersin, pilek, dan sakit kepala 6) Kontraindikasi Hipersensitivitas, gangguan hepar 7) Efek samping Mengantuk, gangguan pencernaan, tremor, takikardi, kerusakan hepar

E. Resep R/ Amoxycillin tab mg 500 No XXI

3 dd tab I

R/ Lameson tab mg 4 No X 2 dd tab I

R/ Demacolin tab No XXI 3 dd tab I

19. PRE EKLAMPSIA A. Definisi

66

Timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. B. Gejala Klinis Diagnosis pre eklampsia ditegakkan apabila ditemukan 2 dari 3 keadaan berikut: 1. Penambahan berat badan yang berlebihan, yaitu kenaikan 1 kg seminggu yang terjadi beberapa kali disertai edema kaki, jari tangan, dan wajah. 2. Tekanan darah 140mmHg atau tekanan darah sistolik meningkat 30mmHgatau tekanan darah diastolik meningkat 15 mmHg yang diukur setelah pasien beristirahat selama 30 menit. 3. Adanya proteinuria, yaitu bila terdapat protein sebanyak 0,3 g/l dalam air kencing 24 jam atau pemeriksaan kualitatif menunjukkan +1 atau 2. Disebut pre eklampsia berat apabila ditemukan gejala berikut: 1. Tekanan darah sistolik 160mmHg atau diastolik 110mmHg 2. Proteinuria + 5g/24jam atau 3 pada tes celup 3. Oligouria ( 400ml dalam 24 jam) 4. Sakit kepala hebat atau ganggguan penglihatan 5. Nyeri epigastrium dan ikterus 6. Edema paru atau sianosis 7. Trombositopenia 8. Pertumbuhan janin terhambat C. Terapi 1. Pre eklampsia ringan a) Rawat jalan : anjurkan istirahat baring 2 jam siang hari dan tidur > 8jam malam hari. Bila sukar tidur beri fenobarbital. Kemudian evaluasi 1 minggu kemudian. R/ Fenobarbital tab mg 30 No. VII S 1 dd tab I omni noctum Pro: Ny. Lilis (27th) b) Rawat inap : bila dalam 2minggu tidak ada perbaikan, pasien di rawat inapkan. Beri anti hipertensi. R/ Nifedipin tab retard mg 5 No. XV S 2 dd tab I Pro : Ny. Linda (28th) 2. Pre eklampsia berat

67

a) Segera rawat pasien di rumh sakit. Beri MgSO4 dg dosis awal 2 g intravena dlm 10 menit, kemudian lanjut dalam drip infus dextrose 5% dg kecepatan 15-20 tetes per menit sampai tekanan darah stabil. Berikan sampai 24 jam pasca persalinan dan hentikan bila 6 jam pasca persalinan ada perbaikan ataupun intoksikasi. Syarat pemberian MgSO4 : reflek patella kuat, RR >16x/menit, diuresis >100cc dlm 4 jam sebelumnya. b) Sedia antidotum MgSO4 yaitu Ca Glukonas 10%. c) Berikan anti hipertensi R/ Dextrose 5% infus flab No. III Cum infus set No. I IV catheter no. 22 No. I S imm R/ Sulfas magnesikus 20% inj fl No. I Cum disposable syringe cc 10 No. I Simm R/ Ca Glukonas 10% inj. amp No. I Cum disposable syringe cc 10 No. I Simm R/ Nifedipin tab mg 10 No. III S prn (1-3) dd tab I Pro: Ny. Wika (29th) D. Keterangan Obat: 1. MgSO4 Drug of choice untuk atasi kejang. Antikonvulsan yang efektif dan membantu mencegah kejang kambuhan dan mempertahankan aliran darah ke uterus. BSO : Injeksi (iv 20%-25ml; 40%-25ml), serbuk zak (30g) MK : Menekan pengeluaran asetilkolin pada motor end plate, mencegah masuknya Ca2+ D : Inisial 4-6 g IV bolus dalam 10 menit. Jika masih kejang tambahkan 2g IV dalam 3-5 menit. Rumatan: 2-4 g/ jam IV per drip dalam D5% KI : Hipersensitif terhadap magnesium, blok jantung, penyakit adison, kerusakan otot jantung.

68

ES

: flushing, berkeringat, menurunkan tekanan darah secara tajam, hipotermia, depresi nafas

Farmakokinetik: pemberian oral dapat diabsorpsi 20%. Efek pencahar terlihat setelah 3-6 jam. 2. Ca Glukonas Sebagai antidotum dari MgSO4 3. Fenobarbital BSO : Injeksi (im/iv 50mg/ml); tablet (30mg;100mg) Paten : fenobarbiton, luminal MK :Sebagai antikonvulsan, hipnotik dan sedatif. Untuk mempermudah tidur. ES: pusing, mengantuk, ataksia D: 1-2 x 30mg/ oral KI: hamil, laktasi, kerusakan hati dan ginjal, pembesaran prostat, ileus paralitik, kolitis ulserativa, hipertensi berat, sepsis, penyakit pembuluh darah perifer, penyakit jantung iskemik Farmakokinetik: waktu paruh 80-120jam 4. Nifedipin (Calcium channel blocker) Paten: adalat MK : Menghambat masuknya Ca2+ ke dalam sel sehingga terjadi relaksasi otot polos vaskuler, penurunan kontraksi jantung serta penurunan kecepatan konduksi SA node dan AV node. D : 10mg/ oral

KI : syok, kehamilan, laktasi, infark miokard ES : pusing, sakit kepala, mual, muntah, takikardia, hipotensi, edema perifer, batuk.

20. SHIGELLOSIS A. Definisi Suatu penyakit peradangan akut yang disebabkan oleh Shigella sp. yang menginvasi saluran pencernaan terutama usus sehingga menyebabkan kerusakan sel- sel mukosa usus tersebut. B. Gejala Klinis 1. Diare cairyang banyak bercampur darah dan lendir 2. Demam tinggi mendadak sampai mencapai 42 C
69

3. Nyeri perut, tenesmus 4. Nausea dan vomitus 5. Dehidrasi sesuai derajatnya C. Terapi R/ Cotrimoxazole tab No. XX S 2 dd tab II p.c

R/ Paracetamol tab mg 500 No. X S prn (1-3) dd tab I agrediente febre R/ Metoclopramide tab mg 10 No. X S prn (1-3) dd tab I R/ Oralit granule sach No. XV S ad libitum solve in aqua cocta ad cc 200 Pro: Sdr. Andhika (21th) D. Keterangan Obat 1. Cotrimoxazole Paten: bactrim, septrin MK : terdiri dari sulfametoksazole dan trimetropim dengan perbandingan 5 : 1. Bersifat bakterisid dengan spektrum kerja yang luas. D: 2 dd 2 tablet mg per oral ES : gangguan kulit, stomatitis, hepatitis, kelainan darah, SJS KI: gangguan fungs hati dan gnjal yang berat, hamil, laktasi, bayi < 2 bulan Farmakokinetik : Absorbsi melalui saluran cerna cepat dan lengkap Kadar puncak plasma dicapai dlm 2-4 jam Waktu paruh 10-11 jam Ekskresi melalui urine

2. Paracetamol paten: panadol, tempra, bodrex MK: sebagai, anti nyeri, anti radang dan anti piretik D: 1-4 kali 500 mg / hari ES: Gangguan fungsi hati KI: Gangguan fungsi hati dan ginjal

70

Farmakokinetik: Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna Konsentrasi tertinggi dlm plasma dicapai dalam jam dan waktu paruhnya 13 jam Dimetabolisme oleh enzim mikrosomalhati, dapat mengalami hidroksilasi Diekskresi melalui ginjal

3. Metoclopramide Paten: Clopramel, damaben MK: memperkuat motilitas dan pengosongan lambung berdasarkan stimulasi sarafsaraf kolinergis, khasiat antidopamin di pusat dan perifer serta kerja langsung terhadap otot polos. Memblokade reseptor dopamin di CTZ sehingga menghasilkan efek antiemetik. D: 1-3 x 10mg/ hari ES: mengantuk, kelelahan, gelisah, diare, sindrom ekstrapiramidal, konstipasi KI: hamil trimester 1, epilepsi, feokromositoma 4. Oralit MK: sebagai pengganti elektrolit pada pasien muntah dan diare D: setiap habis BAB larutkan satu bungkus dalam 200 cc air matang KI: perforasi usus

21. ASMA A. Definisi Gangguan inflamasi kronik jalan nafas yang melibatkan berbagai sel inflamasi. Dasar penyakit ini adalah hiperaktivitas bronkus dalam berbagai tingkat, obstruksi jalan nafas dan gejala pernafasan (mengi dan sesak). Obstruksi jalan nafas umumnya reversibel, namun dapat menjadi kurang reversibel bahkan relatif nonreversibel tergantung berat dan lamanya penyakit. B. Gejala Klinis 1. Bising mengi (wheezing) yang terdengar dengan atau tanpa stetoskop 2. Batuk produktif, sering pada malam hari 3. Nafas atau dada seperti tertekan 4. Gejala- gejala tersebut bersifat paroksismal, yaitu membaik pada siang hari dan memburuk pada malam hari.

71

C. Terapi R/ Berotec MDI No. I S prn (1-2) dd puff I R/ Metil prednisolon tab No. VII S 1 dd tab I Pro: Nn. Ria (22th) D. Keterangan Obat 1. Berotec Paten: berotec, berodual MK: Mencegah bronkokonstriksi dengan menginduksi bronkodilatasi melalui reseptor 2 di otot- otot bronkus D : 1-2 semprot bila perlu saat serangan akut KI : kardiomiopati obstruksi hipertrofi, takiaritmia ES: tremor halus pada otot rangka, gugup, sakit kepala, pusing, takikardi, palpitasi, batuk, iritasi lokal, mual, muntah, berkeringat, otot lemah, mialgia, kram otot, hipokalemia. 2. Metil prednisolon Paten: Depo- Medrol, Solu-Medrol, Urbason, Flason MK: Menghambat respon inflamasi agar tidak terjadi bronkokonstriksi yang bertambah buruk. D: 4mg/hari KI: Infeksi jamur sistemik, TBC, Herpes simpleks ES: retensi cairan tubuh, alkalosis hipokalemik, gagal jantung kongestif, miopati steroid.

22. EKZEMA A. Definisi Ekzema adalah proses radang pada kulit. Lapisan kulit yang mengalami kelainan ialah kulit ari (epidermis) dan kulit jangat (dermis) bagian atas. Faktor penyebab ekzema belum diketahui pasti. Namun hal ini sering dihubungkan dengan faktor bawaan. Sedangkan faktor pencetus yang sering menimbulkan ekzema antara lain iklim, alergi, infekortikosteroidi, emosi, dan faktor higienis. B. Gejala klinis

72

Ekzema digolongkan dua stadium, yaitu stadium yang masih baru (akut) dan stadium yang telah lama (menahun atau kronik). Pada stadium akut, perubahan kulit masih samar, membasah (eksudatif), dan terdiri atas banyak bentuk kelainan kulit (polimorfi). Gejala awal gangguan ini adalah kemerahan pada kulit akibat pelebaran pembuluh-pembuluh darah kecil di kulit. Kemerahan tersebut bisa hilang jika ditekan, dan muncul kembali jika tekanan dilepaskan. Selain itu, timbul bintil-bintil (papul) yang kemudian berkembang menjadi gelembung-gelembung jika pecah, gelembunggelembung ini akan mengeluarkan cairan seperti getah (eksudat) dan kulit menjadi lecet (erosi). Setelah mengering, timbul kerompeng dan sisik-sisik diakhir proses penyembuhan. Pada stadium menahun atau kronis, kulit tampak kering. Terjadi penebalan kulit disertai garis-garis kulit yang tampak makin jelas. Kulit juga tampak kehitaman akibat kelebihan pigmen (hiperpigmentasi). Pada ekzema yang belum sampai menahun, gejalanya merupakan gabungan antara tanda-tanda akut dan kronis. C. Pengobatan Pengobatan ekzema menggunakan kostikosteroid topikal. Pilihan obat topikal agar tepat ke target site-nya. D. Mekanisme Kerja Obat 1. Bentuk sediaan obat : Kortikosteroid topikal terdapat dalam berbagai bentuk sediaan, yakni salep, krim, gel, aerosol dan losio. Salap mengandung vaselin, parafin, propilen glikol, atau minyak mineral. Bahan-bahan tersebut akan membentuk sawar oklusif yang mencegah penguapan, sehingga membantu hidrasi stratum korneum yang akan meningkatkan penetrasi bahan aktif. Hampir 50% bahan dasar krim adalah air. Semakin tinggi kandungan air suatu vehikulum (misalnya bentuk losio dan gel), maka akan lebih cepat mengeringkan karena penguapan yang meningkat. Oleh karena itu, lebih cocok untuk lesi yang membasah. Secara umum, bentuk salep akan lebih efektif dibanding krim atau losio terhadap kelainan yang kering dan menebal. Tetapi, umumnya pasien lebih menyukai bentuk krim karena lebih nyaman dipakai, sehingga meningkatkan kepatuhan terapi. 2. Nama paten : Betamethasone dipropionate = Diprosone 0.05%,cream,lotion Clobetasol propionate = Dermovate 0.05%,cream Desoximetasone = Topcort 0.05% gel
73

Halcinonide = Halog 0.1%, cream Mometasone furoate= Elocon 0.1%, ointment Hydrocortisone = Enkacort 1% and 2.5% cream 3. Dosis : 2-4 X sehari 4. Mekanisme kerja : efek utama penggunaan kostikosteroid secara topikal pada epidermis dan dermis ialah efek vasokonstriksi, efek antiinflamasi, dan efek antimitosis. Adanya efek vasokonstriksi akan mengakibatkan berkurangnya eritema, adanya efek antiinflamasi yang terutama terhadap leukosit, adanya efek antimitosis terjadi karena kortikosteroid mengurangi sintesis prostaglandin dan leukotrien yang diakibatkan oleh aktivasi fosfolipase A2 dengan mengurangi jumlah enzim yang tersedia untuk memproduksi prostaglandin. 5. Metabolisme : kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak; mempengaruhi juga fungsi sistem kardiovaskuler, ginjal,otot lurik, sistem saraf dan organ lain. 6. Indikasi : ekzema, radang dan penyakit kulit karena alergi 7. Kontraindikasi : Penderita alergi kortikosteroid 8. Efek samping : Risiko terberat (walaupun sangat jarang terjadi) penggunaan kortikosteroid adalah penekanan aksis adrenal -hipotalamus akibat absorbsi sistemik. Selain itu, dapat pula terjadi glaukoma. Yang lebih kerap terjadi adalah efek samping lokal pada kulit berupa atrofi, strie, purpura, telangiektasi,erupsi akneiformis dan perubahan warna kulit. Perlu diingat pula kemungkinan adanya topical steroid addiction. Efek samping ini secara langsung bergantung pada potensi kortikosteroid dan lama serta cara penggunaannya. Secara umum, anak-anak, orang tua dan pasien dengan kelainan yang luas akan mempunyai risiko yang lebih tinggi. Pada anak-anak, disebabkan karena mereka mempunyai rasio luas permukaan tubuh terhadap berat badan yang relatif lebih tinggi. E. Penulisan Resep R/ Hidrocortison 2% cream tube No. I 2 dd I u.e Pro : Tn. D (40 th)

74

23. SKIZOFRENIA A. Definisi Skizofrenia adalah gangguan yang umumnya ditandai oleh distorsi pikiran dan persepsi yang mendasar dan khas, dan oleh afek yang tidak wajar atau tumpul. Menurut Emi Kraeplin skizofrenia terjadi karena kemunduran intelegensi sebelum waktunya sehingga disebut dimensia prekoks/muda. Skizofrenia adalah suatu sindrom klinis yang dinyatakan dengan kelainan dalam isi dan organisasai pikiran, persepsi masukan sensori, ketegangan afek/emosional, identitas, kemauan, perilaku psikomotor dan kemampuan untuk menetapkan hubungan interpersonal yang memuaskan. B. Gejala klinis Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase prodromal, fase aktif dan fase residual. Pada fase prodromal biasanya timbul gejala gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahu sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi pekerjaan, fungsi sosial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu. Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktif gejala positif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham, halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase residual dimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala positif / psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase diatas, pendenta skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi, konsentrasi, hubungan sosial) Kriteria Diagnosis Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua gejala atau lebih bila gejala gejala itu kurang tajam atau kurang jelas): a. - thought echo = isi pikiran dirinya sendiri yang berulang atau bergema dalam kepalanya (tidak keras), dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama, namun kualitasnya berbeda ; atau - thought insertion or withdrawal = isi yang asing dan luar masuk ke
75

dalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan - thought broadcasting= isi pikiranya tersiar keluar sehingga orang lain atau umum mengetahuinya; b. - delusion of control = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu kekuatan tertentu dari luar; atau - delusion of passivitiy = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah terhadap suatu kekuatan dari luar; (tentang dirinya = secara jelas merujuk kepergerakan tubuh / anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus); - delusional perception = pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna sangat khas bagi dirinya, biasnya bersifatmistik atau mukjizat; c. Halusinasi auditorik: i. suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku pasien, atau ii. mendiskusikan perihal pasien pasein di antara mereka sendiri (diantara berbagai suara yang berbicara), atau iii. jenis suara halusinasi lain yang berasal dan salah satu bagian tubuh. d. Waham-waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan di atas manusia biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan mahluk asing dan dunia lain) . Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas: e. halusinasi yang menetap dan panca-indera apa saja, apabila disertai baik oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide-ide berlebihan (over-valued ideas) yang menetap, atau apabila terjadi setiap hari selama berminggu minggu atau berbulan-bulan terus menerus; f. arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

(interpolation), yang berkibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak relevan, atau neologisme; g. perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh-gelisah (excitement), posisi tubuh tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme, dan stupor;
76

h. gejala-gejala negative, seperti sikap sangat apatis, bicara yang jarang, dan respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh depresi oleh depresi atau medikasi neuroleptika; Adanya gejala-gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik (prodromal) Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan (overall quality) dan beberapa aspek perilaku pribadi (personal behavior), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak berbuat sesuatu sikap larut dalam diri sendiri (self-absorbed attitude), dan penarikan diri secara social. C. Pengobatan Pemilihan jenis antipsikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan efek samping obat. Pergantian disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila obat antipsikosis tertentu tidak memberikan respons klinis dalam dosis yang sudah optimal setelah jangka waktu yang tepat, dapat diganti dengan obat antipsikosis lain (sebaiknya dan golongan yang tidak sama) dengan dosis ekivalennya. Apabila dalam riwayat penggunaan obat antipsikosis sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya ditolerir baik, maka dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang. Bila gejala negatif lebih menonjol dari gejala positif pilihannya adalah obat antipsikosis atipikal, Sebaliknya bila gejala positif lebih menonjol dibandingkan gejala negatif pilihannya adalah tipikal. Begitu juga pasien-pasien dengan efek samping ekstrapiramidal pilihan kita adalah jenis atipikal. Obat antipsikotik yang beredar dipasaran dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu antipsikotik generasi pertama (APG I) dan antipsikotik generasi ke dua (APG ll). APG I dapat dibagi lagi menjadi potensi tinggi bila dosis yang digunakan kurang atau sama dengan 10 mg diantaranya adalah trifluoperazine, fluphenazine, haloperidol dan pimozide. Obat-obat ini digunakan untuk mengatasi sindrom psikosis dengan gejala dominan apatis, menarik diri, hipoaktif, waham dan halusinasi. Potensi rendah bila dosisnya lebih dan 50 mg diantaranya adalah Chlorpromazine dan thiondazine digunakan pada penderita dengan gejala dominan gaduh gelisah, hiperaktif dan sulit tidur. APG II sering disebut sebagai serotonin dopamin antagonis (SDA) atau antipsikotik atipikal. Obat yang tersedia untuk golongan ini adalah clozapine, olanzapine, quetiapine dan risperidon.

77

Pada pemberian obat APG I perlu ditambahkan obat antikolinergik golongan triheksipenidil untuk mengatasi efek samping. D. Mekanisme Kerja Obat 1. Bentuk sediaan obat : tablet, ampul, vial 2. Nama paten : Clorpromazine = Largactic Trifluoperazine = Stelazine Haloperidol = Haldol, Lodomer Risperidon = Risperidal Clozapin = Clorazol Quentiapine = Seroquel Olanzapine = Zyprexa 3. Dosis : 1-3 X sehari 4. Mekanisme kerja : APG I bekerja dengan memblok reseptor D2 di mesolimbik, mesokortikal, nigostriatal dan tuberoinfundibular sehingga dengan cepat menurunkan gejala positif tetapi pemakaian lama dapat memberikan efek samping. Sedangkan APG II bekerja melalui interaksi serotonin dan dopamin pada ke empat jalur dopamin di otak yang menyebabkan rendahnya efek samping extrapiramidal dan sangat efektif mengatasi gejala negatif. 5. Indikasi : sindrom psikosis 6. Kontraindikasi : a. Penyakit hati (hepato-toksik) b. Penyakit darah (hemato-toksik) c. Epilepsi (menurunkan ambang kejang) d. Kelainan jantung (menghambat irama jantung) e. Febris yang tinggi (thermoregulator di SSP) f. Ketergantungan alkohol (penekanan SSP meningkat) g. Penyakit SSP (perkinson, tumor otak,dll) h. Gangguan memburuk). 7. Efek samping : Efek samping obat antipsikosis generasi I berupa: gangguan ekstrapiramidal, tardive dyskinesia, peningkatan kadar prolaktin yang akan menyebabkan disfungsi
78

kesadaran

disebabkan

CNS-depresant

(kesadaran

makin

seksual/ peningkatan berat badan dan memperberat gejala negatif maupun kognitif. Selain itu APG I menimbulkan efek samping antikolinergik seperti mulut kering pandangan kabur gangguan miksi, defekasi dan hipotensi. E. Penulisan Resep R/ Haldol tab mg 2 No. X 3 dd tab I

R/ Artane tab mg 2 No. X 3 dd tab I Pro Tn.D (40 th)

24. EPILEPSI A. Definisi Epilepsi yakni cetusan muatan neuron SSP abnormal, berlebihan, sinkron, intermiten, paroksismal, unprovoke. B. Gejala klinis Kejang parsial simplek dimulai dengan muatan listrik di bagian otak tertentu dan muatan ini tetap terbatas di daerah tersebut. Penderita mengalami sensasi, gerakan atau kelainan psikis yang abnormal, tergantung kepada daerah otak yang terkena. Jika terjadi di bagian otak yang mengendalikan gerakan otot lengan kanan, maka lengan kanan akan bergoyang dan mengalami sentakan; jika terjadi pada lobus temporalis anterior sebelah dalam, maka penderita akan mencium bau yang sangat menyenangkan atau sangat tidak menyenangkan. Pada penderita yang mengalami kelainan psikis bisa mengalami dj vu (merasa pernah mengalami keadaan sekarang di masa yang lalu). Kejang Jacksonian gejalanya dimulai pada satu bagian tubuh tertentu (misalnya tangan atau kaki) dan kemudian menjalar ke anggota gerak, sejalan dengan penyebaran aktivitas listrik di otak. Kejang parsial (psikomotor) kompleks dimulai dengan hilangnya kontak penderita dengan lingkungan sekitarnya selama 1-2 menit.Penderita menjadi goyah, menggerakkan lengan dan tungkainya dengan cara yang aneh dan tanpa tujuan, mengeluarkan suara-suara yang tak berarti, tidak mampu memahami apa yang orang lain katakan dan menolak bantuan. Kebingungan berlangsung selama beberapa menit, dan diikuti dengan penyembuhan total.
79

Kejang konvulsif (kejang tonik-klonik, grand mal) biasanya dimulai dengan kelainan muatan listrik pada daerah otak yang terbatas. Muatan listrik ini segera menyebar ke daerah otak lainnya dan menyebabkan seluruh daerah mengalami kelainan fungsi. Epilepsi primer generalisata ditandai dengan muatan listrik abnormal di daerah otak yang luas, yang sejak awal menyebabkan penyebaran kelainan fungsi. Pada kedua jenis epilepsi ini terjadi kejang sebagai reaksi tubuh terhadap muatan yang abnormal. Pada kejang konvulsif, terjadi penurunan kesadaran sementara, kejang otot yang hebat dan sentakan-sentakan di seluruh tubuh, kepala berpaling ke satu sisi, gigi dikatupkan kuat-kuat dan hilangnya pengendalian kandung kemih. Sesudahnya penderita bisa mengalami sakit kepala, linglung sementara dan merasa sangat lelah. Biasanya penderita tidak dapat mengingat apa yang terjadi selama kejang. Kejang petit mal dimulai pada masa kanak-kanak, biasanya sebelum usia 5 tahun. Tidak terjadi kejang dan gejala dramatis lainnya dari grand mal.

Penderita hanya menatap, kelopak matanya bergetar atau otot wajahnya berkedut-kedut selama 10-30 detik. Penderita tidak memberikan respon terhadap sekitarnya tetapi tidak terjatuh, pingsan maupun menyentak-nyentak. Status epileptikus merupakan kejang yang paling serius, dimana kejang terjadi terus menerus, tidak berhenti. Kontraksi otot sangat kuat, tidak mampu bernafas sebagaimana mestinya dan muatan listrik di dalam otaknya menyebar luas. Jika tidak segera ditangani, bisa terjadi kerusakan jantung dan otak yang menetap dan penderita bisa meninggal. C. Pengobatan Jika penyebabnya adalah tumor, infeksi atau kadar gula maupun natrium yang abnormal, maka keadaan tersebut harus diobati terlebih dahulu.

Jika keadaan tersebut sudah teratasi, maka kejangnya sendiri tidak memerlukan pengobatan. Jika penyebabnya tidak dapat disembuhkan atau dikendalikan secara total, maka diperlukan obat anti-kejang untuk mencegah terjadinya kejang lanjutan. Sekitar sepertiga penderita mengalami kejang kambuhan, sisanya biasanya hanya mengalami 1 kali serangan. Obat-obatan biasanya diberikan kepada penderita yang mengalami kejang kambuhan. Status epileptikus merupakan keadaan darurat, karena itu obat anti-kejang diberikan dalam dosis tinggi secara intravena. Obat anti-kejang sangat efektif, tetapi juga bisa menimbulkan efek samping. Salah satu diantaranya adalah menimbulkan kantuk,
80

sedangkan pada anak-anak menyebabkan hiperaktivitas.Dilakukan pemeriksaan darah secara rutin untuk memantau fungsi ginjal, hati dan sel -sel darah. Obat anti-kejang diminum berdasarkan resep dari dokter.Pemakaian obat lain bersamaan dengan obat antikejang harus seizin dan sepengetahuan dokter, karena bisa merubah jumlah obat antikejang di dalam darah D. Mekanisme Kerja Obat Diazepam 1. Bentuk sediaan obat : ampul 2. Nama paten : valium 100 mg/cap; valdimex 5 mg/ml 3. Dosis : Untuk mengatasi status epileptikus pada orang dewasa, disuntikkan 0,2 mg/kgBB dengan kecepatan 5 mg/menit secara lambat. Dosis ini dapat diulang seperlunya dengan tenggang waktu 15-20 menit sampai beberapa jam. Dosis maksimal 20-30 mg.sedangkan pada anak-anak dapat diberikan diazepam IV dengan dosis 0,15-0,3 mg/kgBB selama 2 menit dan dosis maksimal 5-10 mg. 4. Mekanisme kerja : peningkatan inhibisi GABA. Diazepam berikatan dengan reseptor GABA menyebabkan pembukaan kanal klorida. Klorida masuk ke dalam sel dalam jumlah yang banyak mengakibatkan peningkatan potensiasi elektrik sepanjang membran. Hal ini berarti sel sukar teraktivasi. 5. Indikasi : status epileptikus 6. Kontraindikasi : asma 7. Efek samping : Efek samping berat dan berbahaya dan menyertai penggunaan diazepam IV adalah obstrusi saluran napas oleh lidah akibat relaksasi otot. Di samping itu dapat terjadi depresi napas sampai henti napas, hipotensi, henti jantung, kantuk. Natrium fenitoin 1. Bentuk sediaan obat : capsul (100 mg) dan ampul (50 mg/ml) 2. Nama paten : dilantin cap 3. Dosis : dewasa 300 mg/hari; anak-anak 5 mg/kgBB/hari 4. Mekanisme kerja : Berefek antikonvulsi tanpa menyebabkan depresi umum SSP dengan cara inhibisi kanan Na+ pada membran sel akson. Fenitoin juga mempengaruhi perpindahan ion melintasi membran sel, dalam hal ini khususnya menggiatkan pompa Na+, K+, Ca2+ neuron dan mengubah neurotransmitor NEPI, asetilkolin, GABA.
81

5. Metabolisme : absorbsi fenitoin diberikan secara peroral berlangsung lambat, sesekali tidak lengkap; 10% dari dosis diekskresi bersama ginjal dalam bentuk utuh. Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam 3-12 jam. 6. Indikasi : a. Bangkitan tonik-klonik atau epilepsi grand mal b. Epilepsi psikomotor c. Bangkitan parsial sederhana atau epilepsi fokal d. Status epileptikus 7. Efek samping : a. Pada susunan saraf pusat : diplopia, ataksia, vertigo, nistagmus, tremor b. Pada saluran cerna dan gusi : nyeri ulu hati, anoreksia, mual muntah, edema gusi c. Pada kulit : ruam morbiliform d. Lain-lain : hepatotoksisitas (ikterus, hepatitis), anemia megaloblastik. Karbamazepin 1. Bentuk sediaan obat : tablet 200 mg 2. Nama paten : 3. Dosis : a. Usia < 6 tahun b. Usia 6-12 tahun c. Dewasa d. Dosis pemeliharaan : 100 mg/ hari : 2 x 100 mg/ hari : 2 x 200 mg/hari : dewasa 800-1200mg/kgBB; anak 20-30 mg/kgBB

4. Mekanisme kerja : obat ini bekerja dengan mekanisme yang kurang dapat dimengerti 5. Metabolisme : 6. Indikasi : bangkitan parsial kompleks, bangkitan tonik klonik 7. Kontraindikasi : 8. Efek samping : rasa ngantuk, mual, anemia, neutropenia, pusing, vertigo.

E. Penulisan Resep Pada ststus epileptikus : R/ Diazepam inj amp mg 5 No. I Cum disposable syringe cc 3 No. I imm
82

R/ Fenitoin Na cap mg 100 No.XXI 3 dd cap I Atau ditambahkan R/ Karbamazepin tab mg 20 No. X 2 dd tab I Pro Tn.D (40 th)

25. FLUOR ALBUS A. Definisi Fluor albus (white discharge, leukorea, keputihan) adalah nama gejala yang diberikan kepada cairan yang dikeluarkan dari alat-alat genital yang tidak berupa darah. Dalam kondisi normal, kelenjar pada serviks menghasilkan suatu cairan jernih yang keluar, bercampur dengan bakteri, sel-sel vagina yang terlepas dan sekresi dari kelenjar Bartolin. Selain itu sekret vagina juga disebabkan karena aktivitas bakteri yang hidup pada vagina yang normal. B. Gejala Klinis Segala perubahan yang menyangkut warna dan jumlah dari sekret vagina meerupakan suatu tanda infeksi vagina. Infeksi vagina adalah sesuatu yang sering kali muncul dan sebagian besar perempuan pernah mengalaminya dan akan memberikan beberapa gejala fluor albus: 1. Keputihan yang disertai rasa gatal, ruam kulit dan nyeri. 2. Sekret vagina yang bertambah banyak 3. Rasa panas saat kencing 4. Sekret vagina berwarna putih dan menggumpal 5. Berwarna putih kerabu-abuan atau kuning dengan bau yang menusuk Vaginosis bacterial Sekret vagina yang keruh, encer, putih abu-abu hingga kekuningkuningan dengan bau busuk atau amis. Bau semakin bertambah setelah hubungan seksual Trikomoniasis Sekret vagina biasanya sangat banyak kuning kehijauan, berbusa dan berbau amis. Kandidiasis Sekret vagina menggumpal putih kental. Gatal dari sedang hingga berat dan rasa terbakar kemerahan dan bengkak didaerah genital Tidak ada komplikasi yang serius Infeksi klamidia Biasanya tidak bergejala. Sekret vagina yang berwarna kuning seperti pus. Sering kencing dan terdapat perdarahan vagina yang abnormal
83

C. PENGOBATAN Penatalaksanan keputihan tergantung dari penyebab infeksi seperti jamur, bakteri atau parasit. Umumnya diberikan obat-obatan untuk mengatasi keluhan dan menghentikan proses infeksi sesuai dengan penyebabnya. Obat-obatan yang digunakan dalam mengatasi keputihan biasanya berasal dari golongan flukonazol untuk mengatasi infeksi candida dan golongan metronidazol untuk mengatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat dapat berupa sediaan oral (tablet, kapsul), topikal seperti krem yang dioleskan dan uvula yang dimasukkan langsung ke dalam liang vagina. Untuk keputihan yang ditularkan melalui hubungan seksual, terapi juga diberikan kepada pasangan seksual dan dianjurkan untuk tidak berhubungan seksual selama masih dalam pengobatan. Selain itu, dianjurkan untuk selalu menjaga kebersihan daerah intim sebagai tindakan pencegahan sekaligus mencegah berulangnya keputihan yaitu dengan : 1. Pola hidup sehat yaitu diet yang seimbang, olah raga rutin, istirahat cukup, hindari rokok dan alkohol serta hindari stres berkepanjangan. 2. Setia kepada pasangan. Hindari promiskuitas atau gunakan kondom untuk mencegah penularan penyakit menular seksual. 3. Selalu menjaga kebersihan daerah pribadi dengan menjaganya agar tetap kering dan tidak lembab misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang menyerap keringat, hindari pemakaian celana terlalu ketat. Biasakan untuk mengganti pembalut, pantyliner pada waktunya untuk mencegah bakteri berkembang biak. 4. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu dari arah depan ke belakang. 5. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan karena dapat mematikan flora normal vagina. Jika perlu, lakukan konsultasi medis dahulu sebelum menggunakan cairan pembersih vagina. 6. Hindari penggunaan bedak talkum, tissue atau sabun dengan pewangi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi. 7. Hindari pemakaian barang-barang yang memudahkan penularan seperti meminjam perlengkapan mandi dsb. Sedapat mungkin tidak duduk di atas kloset di WC umum atau biasakan mengelap dudukan kloset sebelum menggunakannya. Berikut ini adalah pengobatan dari penyebab paling sering : 1. Candida albicans Topikal - Nistatin tablet vagina 2 x sehari selama 2 minggu
84

- Klotrimazol 1% vaginal krim 1 x sehari selama 7 hari - Mikonazol nitrat 2% 1 x sehari selama 7 14 hari Sistemik - Nistatin tablet 4 x 1 tablet selama 14 hari - Ketokonazol oral 2 x 200 mg selama 7 hari - Nimorazol 2 gram dosis tunggal - Ornidazol 1,5 gram dosis tunggal Pasangan seksual dibawa dalam pengobatan 2. Chlamidia trachomatis - Metronidazole 600 mg/hari 4-7 hari - Tetrasiklin 4 x 500mg selama 10-14 hari oral - Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 10-14 hari bila - Minosiklin dosis 1200mg di lanjutkan 2 x 100 mg/hari selama 14hari - Doksisiklin 2 x 200 mg/hari selama 14 hari - Kotrimoksazole sama dengan dosis minosiklin 2 x 2 tablet/hari selama 10 hari 3. Gardnerella vaginalis - Metronidazole 2 x 500 mg - Metronidazole 2 gram dosis tunggal - Ampisillin 4 x 500 mg oral sehari selama 7 hari - Pasangan seksual diikutkan dalam pengobatan 4. Neisseria gonorhoeae - Penicillin prokain 4,8 juta unit im atau - Amoksisiklin 3 gr im - Ampisiillin 3,5 gram im atau Ditambah : - Doksisiklin 2 x 100mg oral selama 7 hari atau - Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari - Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari - Tiamfenikol 3,5 gram oral - Kanamisin 2 gram im - Ofloksasin 400 mg/oral Untuk Neisseria gonorhoeae penghasil Penisilinase - Seftriaxon 250 mg im atau - Spektinomisin 2 mg im atau
85

- Ciprofloksasin 500 mg oral Ditambah - Doksisiklin 2 x 100 mg selama 7 hari atau - Tetrasiklin 4 x 500 mg oral selama 7 hari - Eritromisin 4 x 500 mg oral selama 7 hari 5. Virus herpeks simpleks Belum ada obat yang dapat memberikan kesembuhan secara tuntas - Asiklovir krim dioleskan 4 x sehari - Asiklovir 5 x 200 mg oral selama 5 hari - Povidone iododine bisa digunakan untuk mencegah timbulnya infeksi sekunder 6. Penyebab lain : Vulvovaginitis psikosomatik dengan pendekatan psikologi. Desquamative inflammatory vaginitis diberikan antibiotik, kortikosteroid dan estrogen. D. Mekanisme Obat A. Nystatin (Nistatin) (Candistin,cazetin, fungatin, kandistin, mycostatin, nystin) Golongan Antijamur Sediaan Penyakit/Indikasi Alasan penggunaan Efektif untuk

Tablet: 100.000 IU, Pengobatan 500.000 IU Ovula: 100.000 U

Candidiasis kulit dan pengobatan membran mukosa candidiasis oral, kulit dan vagina

Indikasi : Candidiosis mulut (oral), oesophagus, usus, vagina dan kulit Kontraindikasi : Penderita dengan riwayat hipersensitif terhadap nystatin Perhatian : kehamilan dan menyusui Dosis : Kandidiosis vaginalis, per vaginal, DEWASA masukkan 1-2 ovula saat malam minimal 2 minggu Kandidiosis oral, per oral, DEWASA dan ANAK >1 bulan 100.000 U setelah makan 4x sehari biasanya untuk 7 hari, dilanjutkan selama 48jam setelah lesi/gangguan menghilang Kandidiosis usus dan oesophagus, per oral, DEWASA 500.000U 4x/hari; ANAK >1 bulan 100.000U 4x/hari; dilanjutkan selama 48 jam setelah penyembuhan klinis Efek samping : mual, muntah, diare pada dosis tinggi; iritasi mulut dan sensitisasi; ruam dan jarang terjadi eritem multiforme (Sindrome Steven Johnson)
86

B. Metronidazole (Metronidazol) (Anmerob, Biatron, Corsagyl, Farizol, Farnat, Fladex, Flagyl, Flapozil, Fortagyl, Grafazol, Heronid, Mebazid, Metrofusin, Metrolet, Novagyl, Promuba, Ragyl Forte, Tismazol, Trichodazol, Trinida, Troglar, Trogyl, Yekatrizol-F) Golongan Antibakteri lain Sediaan Penyakit/Indikasi Alasan penggunaan Aktivitas terhadap : anaerob tinggi bakteri

Injeksi : 500mg Infeksi anaerob dalam vial 100ml Cairan oral

200mg/5ml Supositoria 500mg;1gr Tablet : 200-500 mg Metronidazole memiliki aktivitas yang tinggi terhadap bakteri anaerob dan protozoa. Metronidazole melalui per rectal adalah alternatif efektif terhadap rute intravena bila rute per oral tidak mungkin. Indikasi : Infeksi bakteri anaerob, termasuk radang gusi (ginggivitis) dan infeksi mulut lainnya, penyakit radang panggul-pelvic inflammatory disease (dengan ceftriaxone dan doksisiklin), tetanus, septicemia, peritonitis, abses otak, pneumonia nekrotikans, colitis berhubungan antibiotik, ulkus kaki dan dekubitus dan profilaksis bedah, bacterial vaginosis; Infeksi kulit dan jaringan lunak, gigitan giardiasis, eradikasi Helocobacter pylori Amubiasis invasif dan Giardiasis Kontraindikasi : Ketergantungan alkohol kronik Perhatian: Efek seperti Disulfiram pada penggunaan pada alkohol; gangguan hati dan ensefalopati hepatikum, pemantauan klinis dan laboratorium pada pemberian lebih dari 10 hari. Pada kehamilan, pabrik menyarankan penghindaran dosis tinggi. Pada kondisi menyusui, jumlah yang signifikan di ASI, pabrik menyarankan menghindari dosis tunggal yang besar. Interaksi : Alkohol : Reaksi menyerupai disulfiram saat metronidazol diberikan dengan alkohol Antikoagulan : Metronidazole meningkatkan efek antikoagulan koumarin Antiepilepsi : Metronidazole menghambat metabolisme fenitoin (meningkatkan kadar dalam darah); metabolisme metronidazole ditingkatkan oleh pirimidone (menurunkan kadar dalam darah)
87

Barbiturate : Metabolisme Metronidazole ditingkatkan oleh barbiturat ( menurunkan kadar dalam darah) Sitotoksik : Metronidazole meningkatkan kadar busulfan dalam darah ( meningkatkan resiko toksisitas), metronidazole menghambat metabolisme fluorurasil (meningkatkan toksisitas); metronidazole mungkin menurunkan bioavailibilitas mycophenolate.

Disulfiram : Reaksi psikotik dilaporkan saat metronidazole diberikan bersama disulfiram Litium : Metronidazole meningkatkan risiko toksisitas litium Esterogen : Mungkin menurunkan efek kontrasepsi esterogen Obat untuk ulkus : Metabolisme metronidazole dihambat oleh Cimetidine (meningkatkan kadar dalam darah) Vaksin : Antibakterial menginaktifkan vaksi tifoid oral.

Dosis : 500mg/hari (4-7 hari) Efek samping : mual, muntah, rasa tidak nyaman seperti metal, lidah berselaput dan gangguan saluran cerna, jarang: sakit kepala, pusing, ataksia, urin menjadi gelap, seperti mengantuk, eritema multiforme, pruritus, urtikaria, angiodema, dan anafilaksis, gangguan fungsi hati, hepatitis, jaundice, trombositopenia, anemia aplastik, mialgia, artralgia, neuropati perifer, kejang epileptiformis, leukopenia, pada dosis tinggi atau lebih lama. E.Peresepan R/ Nystatin tab vag No.VII u.c R/ Metronidazole tab mg 500 No.XX 4 dd tab 1 Pro: Ny. A (35th)

26. URETRITIS GONORHEA


A. Definisi Uretritis gonore adalah penyakit kelamin, peradangan pada uretra yang disebabkan oleh Neisseria gonorrhoeae, suatu diplokokus Gram negatif yang reservoir alaminya adalah manusia, ditandai dengan adanya pus yang keluar dari orifisium uretra eksternum (saluran uretra). Infeksi ini hampir selalu menular melalui aktivitas seksual.
88

B.Gejala Klinis Uretritis gonore masa tunasnya sulit ditentukan oleh karena pada umumnya asimtomatis, hal ini disebabkan keadaan anatomi dan fisiologi organ genital pada wanita berbeda dengan pria. Pada pria gejala awal biasanya timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi. Gejalanya berawal sebagai rasa tidak enak pada uretra, yang beberapa jam kemudian diikuti oleh nyeri ketika berkemih dan keluarnya nanah dari penis. Penderita pria biasanya mengeluhkan sakit pada waktu kencing. Dari mulut saluran kencing keluar nanah kental berwarna kuning hijau. Setelah beberapa hari keluarnya nanah hanya pada pagi hari, sedikit dan encer serta rasa nyeri berkurang. Bila penyakit ini tidak diobati dapat timbul komplikasi berupa peradangan pada alat kelamin. Penderita sering berkemih dan merasakan desakan untuk berkemih, yang semakin memburuk ketika penyakit ini menyebar ke uretra bagian atas. Lubang penis tampak merah dan membengkak. Pada wanita penderita yang simtomatis umumnya mengalami gejala lokal setelah 10 hari terinfeksi. Sering duh tubuh yang keluar dari endoserviks melalui vagina tidak ditemukan, baik pada keadaan akut maupun kronis. Gejala subyektif ini jarang ditemukan dan hampir tidak pernah didapat kelainan obyektif. Umumnya penderita datang bila sudah ada komplikasi atau ditemukan saat pemeriksaan antenatal maupun keluarga berencana.

Apabila terdapat gejala, dapat berupa kombinasi peningkatan duh tubuh yang keluar dari vagina, disuria, perdarahan uterus intermenstrual dan menoragia. Duh tubuh yang keluar dari serviks sifatnya purulen atau mukopurulen. C.Pengobatan Pemilihan obat-obatan untuk IMS harus memenuhi kriteria sebagai berikut : Angka kesembuhan/ kemanjuran tinggi Harga murah Toksisitas dan toleransi yang masih dapat diterima Diberikan dalam dosis tunggal Cara pemberian peroral Tidak merupakan kontraindikasi pada ibu hamil atau ibu menyusui Secara epidemiologis pengobatan yang dianjurkan adalah obat dengan dosis tunggal. Macam-macam obat yang dapat dipakai antara lain : Rincian pengobatan Uretritis GO Siprofloksasin : 500 mg per oral, dosis tunggal, atau
89

Seftriakson Sefiksim Tiamfenikol* Ofloksasin* Kanamisin Spektinomisin

: 250 mg i.m. , dosis tunggal, atau : 400 mg per oral, dosis tunggal : 3,5 mg per oral, dosis tunggal atau : 400 mg per oral, dosis tunggal, atau : 2 g i.m. dosis tunggal, atau : 2 g i.m. dosis tunggal

* Tidak boleh diberikan kepada ibu hamil, ibu menyusui, anak dibawah 12 tahun dan remaja. D.Mekanisme Obat A. Ceftriaxone (Seftriakson) (Biotrax, Bioxon, Broadced, Cefarin, Cefsix, Ceftriaxone, Cefxon, Cephaflox, Criax, Ecotrixon, Elpicef, Foricef, Gracef, Intrix, Icephin, Rocephin, Socef, Terfacef, Termicef, Tricefin, Truec, Trixon, Tyason, Zeftrix) Golongan Antibakteri Sediaan Vial 1 gram Pengobatan Penyakit/Indikasi infeksi yang disebabkan

kuman gram positif dan negatif. Indikasi : Untuk infeksi- infeksi berat dan yang disebabkan oleh kuman-kuman gram positif maupun gram negatif yang resisten terhadap antibiotika lainnya, misalnya infeksi saluran pernafasan, infeksi saluran kemih, infeksi gonoreal, septisemia bakteri, infeksi tulang dan jaringan, dan infeksi kulit. Kontraindikasi : bayi dibawah 6 bulan Perhatian : Alergi terhadap penisilin, gangguan fungsi ginjal, kehamilan dan menyusui (tetapi boleh digunakan), positif palsu untuk glukosa urin (pada pengujian untuk mengurangi jumlah obat), positif palsu pada uji Coombs. Dosis : 1-2 gr melalui otot (intra muscular) atau melalui pembuluh darah (intra vascular), lakukan setiap 24 jam, atau dibagi menjadi setiap 12 jam. Dosis maksimum: 4 gr/hari Dewasa dan anak-anak diatas 12 tahun : 1-2 gram sehari secara intra vena Bayi dan ank-anak dibawah 12 tahun : Bayi 14 hari : 20 50 mg/kg bb sehari
90

Bayi 15 hari sampai 12 tahun : 20 80 mg/kg bb sehari Anak-anak dengan BB 50 kg atau lebih : dosis dewasa melalui infus paling sedikit 30 menit

Pada penderita dengan gangguan fungsi ginjal, kliren kreatinin tidak lebih dari 10 ml/menit, dosis tidak lebih dari 2 gram perhari.

Efek samping : Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi parah

seperti anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V, diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi candidal) Dosis tinggi bisa dihubungkan dengan efek CNS (encephalopathy, convulsion); Efek hematologis yang jarang; pengaruh terhadap ginjal dan hati juga terjadi, dapat terjadi pergeseran bilirubin dari ikatan plasma. Perpanjangan PT (prothrombin time), perpanjangan APTT (activated partial thromboplastin time), dan atauhypoprothrombinemia (dengan atau tanpa pendarahan) dikabarkan terjadi, kebanyakan terjadi dengan rangkaian sisi NMTT yang mengandung cephalosporins. B. Ampicilin (Ampisilin) ( aktoralin, amcilin, ampi, bannsipen, biopenam, boadapen, corsacillin, dancillin, decapen, erphacillin, atebiotic, hufam, itrapen, kalpicilin, kemocil, lactapen, medipen, megapen, metacillin, mycill, opicillin, parpicillin, penbiotic, penbritin, popypen, rampicillin, ronexol, sanpicilin, varicillin,

viccilin,xepacillin, yekacillin) Golongan Antibiotik beta laktam Sediaan Kapsul/ tablet Penyakit/Indikasi : Pengobatan : sesuai infeksi Alasan penggunaan Antibiotik penisillin spektrum luas Menggantikan Ampisillin penyerapan lebih baik, karena yang efek

250mg, 500mg Sirup kering

akibat organism yang termasuk :

125mg/5ml Serbuk

peritonitis, meningitis, untuk endokarditis. lokal dipertimbangkan Pola antibiotik perlu

injeksi : 500mg, 1 resistensi gram dalam vial

samping lebih sedikit

Indikasi : Mastoiditis, infeksi ginekologis, septicema, endokarditis, mengitis, cholecystitis, osteomyelitis


91

Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap penisilin Perhatian : Riwayat alergi, gangguan ginjal, ruam kemerahan pada demam kelenjar (glandular fever), leukemia limfositik akut atau kronik, dan infeksi sitomegalovirus. Tidak diketahui berbahaya pada kehamilan, pada air susu jumlah sangat sedikit. Interaksi : Allupurinol Meningkatkan risiko ruam saat amoxicillin atau ampicillin diberikan bersama Allupurinol Antibakteri Antikoagulan Absorbsi phenoxymetilpenicillin berkurang oleh neomycin INR dapat terganggu dengan pemberian penisillin spectrum luas seperti ampicillin, meskipun studi gagal menunjukkan interaksi dengan coumarin atau phenindione Sitotoksik Penisillin mengurangi pengeluaran metotrexate (meningkatkan risiko toksisitas) Probenesid Esterogen Sulfinpirazone Dosis Injeksi intramuskuler, injeksi intravena lambat atau melalui infus intravena: Infeksi berat oleh organism yang sensitive. DEWASA 500mg setiap 4-6 jam, ANAK dibawah 10 tahun, setengah dosis dewasa Meningitis, dengan injeksi intravena lambat, DEWASA 1-2gr setiap 3-6 jam (maksimal 14gr sehari); ANAK 120-200mg/kg sehari dalam dosis terbagi Efek samping : mual, muntah, diare, ruam (hipersensivitas atau respon toksik-dapat menjadi reaksi yang serius, hentikan pengobatan); respon hipersensitivits termasuk urtikaria, angiodema, anafilaksis, reaksi menyerupai penyakit serum 9serum sickness), anemia hemolitik, nefritis interstitial. Pengeluaran/ ekskresi penisilin dikurangi oleh probenesid (risiko kecil) Mungkin mengurangi efek kontrasepsi dari esterogen Pengeluaran penisillin dikurangi oleh sulfinpirazone

PERESEPAN Penghasil penisilinase : R/ Ceftriaxone inj mg 250 No I S imm Pro Tn A (30 thn)
92

Ceftriaxone merupakan cefalosporin generasi 3 yg sensitif terhadap bakteri penghasil penisilinase Bukan penghasil penisilinase R/ ampicilin tab mg 500 No. XX S 4 dd tab I a.c R/ probenesid tab mg 250 No.X S 2 dd tab I p.c Pro Tn.A (30 thn) Keterangan : Ampicilin spektrum luas. Probenesid AINS anti pirai (untuk gejala sistemik nyeri sendi) 27. SHIGELLOSIS /DISENTRI BASILER Definisi: infeksi usus akut yang dapat sembuh sendiri yang disebabkan infeksi Shigella Gejala: demam, mual, muntah, tenesmus Tipe diare: 1. Disentri klasik (jarang, tinja banyak, bau busuk, dan berlendir) dengan tinja lembek disertai darah, mucus, dan pus. 2. Watery diarrhea 3. Kombinasi ketiganya Resep: R/ Cotrimoxazole tab No.XX 2 dd tab II R/ Diaform tab No.X 3 dd tab I R/ Metochlorpramid tab MG 10 No.X prn (1-3) dd tab I R/ Oralit Sachet Granul No.X ad libitum solve in aqua cc 200 Pro: Tn. M (30 th)

93

Pembahasan Obat: 1. Cotrimoxazol (antibiotik spektrum luas) Kombinasi: sulfamethoxazole & trimetroprim. Sediaan : sulfamethoxazole: 400mg; 800 mg. Trimetroprim: 80 mg; 160 mg Bentuk sediaan: Tablet Suspensi: 200 mg (s), 40 mg (t)/ 5 ml Sirup Mekanisme: Sulfamethoxazole hambat PABA masuk ke molekul asam folat Trimetroprim hambat reaksi reduksi dari dihidrofolat menjadi tetra hidrofolat Indikasi: - ISK akibat E.coli, klebsiella, enterobacter, proteus - Infeksi GIT - infeksi pernafasan, pnemoniae - infeksi THT KI : gangguan hati, ginjal. ES : mual, muntah, SJS Dosis: 5-7 hari. 2x2 tab. Shigellosis : 5 hr Paten: Bactrim, Trizole, Yekaprim 2. Diaform (Neo Diaform) Kandungan : kaolin Pektin

550 mg 20 mg

Indikasi: pengobatan simptomatik pada diare nonspesifik Mekanisme: obat antidiare mengeraskan tinja dan mengabsorbsi zat toksisk Sediaan : neo kacitin 5 ml suspensi (kaolin 700 mg & pektin 50 mg) KI : gangguan hati, ginjal. ES : mual, muntah, SJS Dosis: Dewasa & anak > 12th : 2,5 tab post defecatio max: 7,5 tab/hr (maks 15 tab/hr )

3. Metoklopramid Indikasi: antiemetik, dispepsia pasca gastrektomi Sediaan : - 10 mg/tab - 10 mg/ 2ml Mekanisme: - Blokade reseptor dopamin di CTZ (chemoreceptor trigger zone) - Memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung ES : sedasi, gelisah Dosis: - Dewasa 10 mg3x/hr Oralit
94

Komposisi: - Kalium klorida 0,3 gr (1,5 gr) - NaCl 0,7 gr (3,5 gr) - Na bikarbonat 0,5 gr (2,5 gr) - Glukosa anhidrat 4 gr (20 gr) Indikasi: rehidrasi muntaber, diare, koelra Dosis: - Dewasa: 2 jam pertama 6 gelas, selanjutnya 2 gelas setiap BAB - Anak <1th: 2 jam pertama 2 gelas larutan gelas - Anak 1-5 th: 2 jam pertama 4 gelas larutan 1 gelas

28. PULPITIS Definisi: peradangan pada pulpa gigi Gejala: nyeri teramat sangat pada gigi, terutama bila terjena air dingin, asam. Rasa sakit dapat menyebar hingga ke kepala Resep: R/ Klindamycin cap mg 125 No.XXVIII 4 dd cap I R/ Dexamethason tab No.VII 1 dd tab I R/ Asam Mefenamat tab No.XII 2 dd tab I Pro: Tn. M (24 th)

95

Pembahasan Obat: 1. Klindamycin a. Sediaan : - Kapsul b. Indikasi: - Infeksi kulit dan jaringan lunak - infeksi pernafasan, pnemoniae anaerob - infeksi ginekologi c. KI : gangguan gastrointestinal, ginjal, hati. d. ES : mual, muntah, diare, urtikaria e. Dosis: dewasa infeksi serius150-300 mg setiap 6 jam Untuk infeksi lebih berat 450 mg per 6 jam 2. Dexamethason a. Komposisi : - Tablet b. Mekanisme: - menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik, antipiretik, aniinflamasi c. Indikasi: - Alergi, peradangan d. KI : penderita tukak lanmbung, osteoporosis, psikosis parah, infeksi akut e. ES : retensi air dan garam, hipertensi, amenore, hiperhidrosis, gangguan mental, pankreatitis akut, peningkatan tekanan dalam mata, nafsu makan meningkat. f. Dosis: Dewasa: Penyaki ringan : <0,75 per hari Penyakit berat: >9 mg per hari anak 1 th :dosis 0,1-0,25 mg anak 1-5 th :dosis 0,25-1mg anak >5 th :dosis 0,25-2mg

3. Asam Mefenamat a. Komposisi : - Tablet salut selaput 500 mg b. Mekanisme: - menghambat sintesis prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzim siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik, antipiretik, aniinflamasi c. Indikasi: - Sakit kepala, sakit gigi, nyeri trauma, dismenore primer d. KI : gangguan ginjal, penderita tukak lanmbung e. ES : mual, muntah, SJS f. Dosis: Dewasa & anak > 14th :dosis awal 500mg, selanjutnya 250 mg tiap 6 jam 29. COMBUSTIO
96

Tujuan Pengobatan 1. Terapi cairan intavena mengatasi gangguan keseimbangan cairan. Protokol pemberian menggunakan rumus Baxter: 24 jam I : RL 4cc/kgBB/%LB. dari jumlah cairan diebrikan dalam 8jam pertama, nya diberikan pada 16 jam berikutnya. 24 jam II: diberikan cairan sejumlah dan jumlah cairan yang diberikan pada hari pertama. Cairan yaitu Ringer Lactat 2. Mengatasi infeksi Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dari golongan aminoglikosida yaitu amikasin. Untuk mencegah infeksi dapat diberikan ATS 1500 unit untuk dewasa 3. Membersihkan dan merawat luka Pada pencucian luka untuk mencegah dan mengatasi infeksi digunakan Zalversulfadiazin cream 1%. Bula kecil akan sembuh spontan sedangkan yang berukuran sedang atau luas dapat mengganggu sehingga perlu dilakukan aspirasi 4. Pemberian nutrisi Nutrisi diberikan cukup untuk menutupi kebutuhan kalori dan keseimbangan nitrogen yang negatif yaitu sebanyak 2500-3000 kalori sehari dengan kadar protein tinggi. Minuman diberikan setelah peristaltik normal sebanyak 25ml/kgBB/hr 5. Mengurangi rasa sakit Dapat diberikan analgesik secara injeksi. Yang paling efektif adalah dari golongan opioid yaitu morfin dan petidin 6. Tatalaksana diuresis dan balance cairan Untuk tatalaksana diuresis dan balance cairan dipasang douer catheter (DC) Resep: R/ inf. Ringer Lactat flab No.XII Infus set No. I IV catheter no.22 No. I imm R/ inf. Amikasin vial g 1No.I Cum disposable syringe cc 5 No. I imm R/ inf. ATS 1500 IU 1No.I Cum disposable syringe cc 3 No. I imm

R/ Zilversulfadiazin 1% cream gram 35 tube No.I N ue R/ inj. Morfin amp 10mg No.III Cum disposable syringe cc 5 No. III
97

imm

98

Pembahasan Obat: 1. Ringer Lactat Larutan ini merupakan larutan isotonic dengan konsentrasi elektrolit hampir sama dengan plasma. Larutan ringer laktat berisi Na 131 mEq/L, Ca 4mEq/L, Cl 111mEq/L, bikarbonat 29 mEq/L dan osmolaritas 276 mOsm/L. Ringer laktat dapat digunakan untuk koreksi pada asidosis metabolik, mengatasi kehilangan cairan karena drainase empedu, diare, dan luka bakar. 2. Amikasin Merupakan derivat kanamisin semisintesis yang memiliki spectrum kerja terluas dari semua aminoglikosida termasuk mycobacteria. Aktivitasnya terhadap pseudomonas paling kuat, tetapi terhadap basil gram negative lainnya 2-3 kali lebih lemah (kecuali mycobacterium). Guna menghindari resistensi jangan digunakan lebih dari 10 hari. 3. ATS Serum ini biasanya dibuat dari plasma dan mengandung antibodi serta digunakan untuk menggunakan untuk menetralkan toksin basil Clostridium tetani. Selama penggunaan serum ini harus diwaspadai adanya kepekaan terhadap serum. 4. Zilversulfadiazin Garam yang terkandung berkhasiat bakteriostatik terhadap bakteri termasuk E. Coli, klebsiella, dan Proteus. Sangat efektif untuk mengatasi luka bakar parah, terutama bila terinfeksi oleh pseudomonas.obat ini digunakan dalam bentuk cream 1-3% dalam 1 gram nya terdapat 10 mg Zilversulfadiazin diberikan 1-2 kali dalam sehari. 30. TBC
Definisi : Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis (TB). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Gejala klinis : Demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan bersifat hilang timbul. Penurunan nafsu makan dan berat badan. Batuk-batuk selama lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah). Perasaan tidak enak (malaise), lemah

Terapi: R/ Isoniazid tab mg 300 No. VII 99

1 dd tab I R/ Rifampisin tab mg 450 No.VII 1 dd tab I R/ Pirazinamid tab mg 250 No.XIV 1 dd tab I R/ Ethambutol tab mg 250 No. XIV 1 dd tab I Pro : Ny. T (45 tahun) Jenis obat: Isoniazid Rifampisin menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram (+) dan (-) dan dapat menghambat pertumbuhan M.tuberculosis. bakteriosid pada intra dan ekstrasel, dapat masuk jaringan dan membunuh kuman semi dorman yang tidak dapat dibunuh INH. Mekanisme : menghambat DNA dependent RNA polymerase dari mikrobakteria dan mikroorganisme lain dengan menekan mula terbentuknya rantai sintesis RNA. ESO : o Flu like syndrome o Gatal-gatal kemerahan o Nyeri perut, mual, muntah, diare o Warna urine, keringat, air mata, liur menjadi merah (sindrom Redman) berefek bakterisid pada kuman dalam keadaan aktif, bakteriositik terhadap kuman yang diam. Mekanisme : menghambat enzim essensial untuk sintesis asam mikolat dan dinding sel mikobakterium. ESO : neuritis perifer dicegah dengan pemberian piridoksin, hepatitis (radang hati), alergi, demam, dan ruam kulit. Dapat menembus plasenta tapi tidak teratogenik.

Pirazinamid analog nikotinamid, di dalam tubuh dihidrolisis untuk enzim pirazinamidase as.pirazinoat yang aktif sebagai tuberkulos statik hanya pada media yang bersifat asam. ESO : gangguan fungsi hepar, gout arthritis, muntah, mual, dan diare

Ethambutol menekan pertumbuhan kuman TB yang telah resisten terhadap isoniazid dan streptomisin. Aktif terhadap sel yang bertumbuh dengan khasiat tuberkulostatik.

100

Dapat memberikan efek toksik pada mata jarang diberikan pada pasien anakanak. Mekanisme : menghambat sintesis metabolit sel ESO : gangguan penglihatan buta warna, penurunan penglihatan (neuritis retrobulbur)

Mencegah resistensi kuman terhadap anti tuberculosis lain. 31. KONJUNGTIVITIS Definisi : Konjungtivitis merupakan suatu peradangan pada konjungtiva. Gejala klinis : Terapi : R/ cendoxytrol guttae opthalmic fl No.5 3 dd guttae I ocula dextra Pro: Tn. T (34 tahun) Jenis obat : Cendoxytrol Isi iu/ml Indikasi : mengobati infeksi mata yang meradang konjungtivitis akut/kronis tidak bernanah, bletara konjungtivitis dan keratokonjungtivitis. : dexametason 0,1% neomisin sulfat 3,5mg/ml, polimiksin 6 sulfat 6000 Konjungtiva yang mengalami peradangan akan tampak berwarna merah dan mengeluarkan kotoran Konjungtivitis karena bakteri akan mengeluarkan kotoran yang kental dan berwarna putih. Konjungtivitis karena virus atau alergi mengeluarkan kotoran yang jernih Kelopak mata bisa membengkak dan terasa sangat gatal, terutama pada konjungtivitis karena alergi.

32. STOMATITIS
Definisi : Stomatitis atau Stomatitis Aftosa Rekuren adalah luka yang terbatas pada jaringan lunak rongga mulut, biasanya berupa bercak putih kekuningan. Peradangan pada lapisan mukosa dari setiap struktur di dalam mulut, yang mungkin melibatkan pipi, gusi, lidah, bibir, tenggorokan, dan atap atau lantai mulut. Gejala klinis : berupa rasa sakit atau rasa terbakar satu sampai dua hari yang kemudian bisa timbul luka (ulcer) di rongga mulut. Rasa sakit dan rasa panas pada sariawan ini membuat kita susah makan dan minum. Terapi

101

: R. Betadine Gargle Iag No.1 3 dd garg I uc : R. FG Trochees tab No. III 1 dd tab I : R. Becefort tab No. III 1 dd tab I Jenis obat : *Betadine Gargle KOMPOSISI : Mengandung Povidone Iodine 1% dan bahan tambahan denatured alkohol. INDIKASI : Obat kumur ANTISEPTIK untuk mengatasi flu, radang tenggorokan, sariawan, gusi bengkak dan bau mulut. CARA PAKAI : Hanya untuk dewasa dan anak-anak diatas 6 tahun. Kumurlah secukupnya pada rongga mulut sampai 4 kali sehari, penggunaan maksimal sampai 14 kali. KONTRA INDIKASI : Yang hipersensitif terhadap Yodium , penderita tyroid, wanita hamil dan menyusui. *FG Trochees KOMPOSISI : Fradiomisin Sulfat 2,5 Mg, Gramisidin-s Hcl 1 Mg. INDIKASI : Gingivitis (radang gusi), stomatitis (radang rongga mulut), faringitis (radang faring/tekak), bronkhitis (radang bronkhus/cabang-cabang tenggorok), tonsilitis (radang tonsil/amandel), angina vincent (radang sela[pput lendir mulut dengan tukak-tukak berselaput), diflesia faringeal, periodontitis geraham bungsu. *Becefort ISI : Vitamin C mg 500, Vitamin B komplek, Vitamin E.

102

Pemberian vitamin dimaksudkan sehingga dapat menutup luka atau jejas yang terjadi di rongga.

33. HIPERTENSI Definisi Kondisi medis di mana terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Gejala klinis Sakit kepala, epistaksis, pusing, wajah kemerahan, sakit pada kepala belakang, dan kelelahan Pengobatan dan terapi Tujuan pengobatan adalah (Yogiantoro, 2006) : 1. Tekanan darah < 140/90 mmHg, untuk individu berisiko tinggi (penderita DM, gagal ginjal, proteinuria) < 130 mmHg; 2. Penurunan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler; 3. Menghambat laju penyakit ginjal proteinuria.

Modifikasi pola hidup : 1. Penurunan berat badan 2. Aktifitas fisik teratur 3. pembatasan garam dan alcohol 4. berhenti merokok

Respons kurang Respons cukup(sasaran tel;ah dicapai

103

Lanjutkan Modifikasi pola hidup : Pilihan Anti hipertensi : 1. diuretic atau beta bloker 2. penghambat ACE,antagonis CA,alfa bloker, alfa beta bloker

Respons cukup (sasaran telah dicapai)

Respons kurang

Respons kecil

Ganti dengan gol. lain Tingkatkan dosis pertama Tambahkan obat kedua dari golongan lain

Respon belum cukup

Tambahkan obat kedua atau ketiga dari gol. lain atau diuretik

Gambar 2. Tahapan terapi hipertensi

Selain pengobaan hipertensi (Gambar 2 dan Tabel 3), pengobatan terhadap faktor risiko atau kondisi penyerta lainnya seperti diabetes mellitus atau dislipidemia juga harus dilaksanakan hingga mencapai target terapi masingmasing kondisi. Pengobatan hipertensi terdiri atas dua komponen, yaitu terapi nonfarmakologis dan farmakologis. Terapi nonfarmakologis harus dilaksanakan oleh semua pasien hipertensi dengan tujuan menurunkan tekanan darah dan mengendalikan faktor-faktor risiko serta penyakit penyerta lainnya. Pengaruh perubahan gaya hidup pada pasien hipertensi terhadap penurunan tekanan darah (Tabel 4). Terapi nonfarmakologis antara lain :

104

1. menghentikan merokok; 2. menurunkan berat badan berlebih; 3. menurunkan konsumsi alkohol berlebih; 4. latihan fisik; 5. menurunkan asupan garam dan lemak; 6. meningkatkan konsumsi buah dan sayur.

Tabel 3. Terapi Hipertensi Initial drug therapy BP classification Normal SBP* DBP* Lifestyle Without mmHg mmHg modification compelling indication <120 and Encourage <80 or 80 Yes 89 or 90 Yes 99 No antihypertensive drug indicated. Thiazide-type diuretics for most. May consider ACEI, ARB, BB, CCB, or combination. Two-drug combination for most (usually thiazide-type diuretic and ACEI or ARB or BB or CCB). With compelling indications

Prehypertension 120 139 Stage 1 Hypertension 140 159

Drug(s) for compelling indications.

Stage 2 Hypertension

>160

or >100

Yes

Drug(s) for the compelling indications. Other antihypertensive drugs (diuretics, ACEI, ARB, BB, CCB) as needed.

Mekanisme obat a. Diuretik Diuretik menurunkan tekanan darah terutama dengan cara mendeplesikan simpanan natrium tubuh. Awalnya, diuretik menurunkan tekanan darah dengan menurunkan volume darah dan curah jantung, tahanan vaskuler perifer. Penurunan tekanan darah dapat terlihat dengan terjadinya diuresis. Diuresis menyebabkan

105

penurunan volume plasma dan stroke volume yang akan menurunkan curah jantung dan akhirnya menurunkan tekanan darah. Obat-obat diuretik yang digunakan dalam terapi hipertensi yaitu : diuretik golongan tiazid, diuretik kuat, dan diuretik hemat kalium. Obat-Obat Pilihan: A. Golongan Tiazid 1. Bendroflazid/bendroflumetazid ( Corzide ) Indikasi: edema, hipertensi Kontra indikasi: hipokalemia yang refraktur, hiponatremia, hiperkalsemia, , gangguan ginjal dan hati yang berat, hiperurikemia yang simptomatik, penyakit adison. Bentuk sediaan obat: tablet Dosis: edema dosis awal 5-10 mg sehari atau berselang sehari pada pagi hari; dosis pemeliharaan 5-10 mg 1-3 kali

semingguHipertensi, 2,5 mg pada pagi hari Efek samping:hipotensi postural dan gangguan saluran cerna yang ringan; impotensi (reversibel bila obat dihentikan); hipokalemia, hipomagnesemia, hipokloremanik, hiponatremia, hiperurisemia, hiperkalsemia, pirai, alkalosis dan

hiperglikemia,

peningkatan kadar kolesterol plasma; jarang terjadi ruam kulit, fotosensitivitas, ganggan darah (termasuk neutropenia dan

trombositopenia, bila diberikan pada masa kehamilan akhir); pankreatitis, kolestasis intrahepatik dan reaksi hipersensitivitas. Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia, memperburuk diabetes dan pirai; mungkin memperburuk SLE ( eritema lupus sistemik ); usia lanjut; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal yang berat;porfiria. 2. Chlortalidone ( Hygroton, Tenoret 50, Tenoretic ) Indikasi : edema, hipertensi, diabetes insipidus Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada Bendrofluazid

106

Dosis : edema, dosis awal 50 mg pada pagi hari atau 100-200 mg selang sehari, kurangi untuk pemeliharaan jika

mungkin.Hipertensi, 25 mg; jika perlu ditingkatkan sampai 50 mg pada pagi hari Bentuk sediaan obat: tablet

3. hidroklorotiazid Indikasi: edema, hipertensi Peringatan,Kontra indikasi, dan efek samping: lihat pada Bendrofluazid Dosis : edema, dosis awal 12,5-25 mg, kurangi untuk pemeliharaan jika mungkin; untuk pasien dengan edema yang berat dosis awalnya 75 mg sehariHipertensi, dosis awal 12,5 mg sehari; jika perlu ditingkatkan sampai 25 mg pada pagi hari Bentuk sediaan obat: tablet.

B. Diuretik kuat 1. Furosemide ( Lasix, uresix, impugan ) Indikasi: edema pada jantung, hipertensi Kontra indikasi: gangguan ginjal dan hati yang berat. Bentuk sediaan obat: tablet, injeksi, infus Dosis: oral , dewasa 20-40 mg pada pagi hari, anak 1-3 mg/kg bb; Injeksi, dewasa dosis awal 20-50 mg im, anak 0,5-1,5mg/kg sampai dosis maksimal sehari 20 mg; infus IV disesuaikan dengan keadaan pasien Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus; perbesaran prostat; porfiria. C. Diuretik hemat kalium 1. Amilorid HCL ( Amiloride, puritrid, lorinid )

107

Indikasi: edema, hipertensi, konservasi kalium dengan kalium dan tiazid

Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia. Bentuk sediaan obat: tablet Dosis: dosis tunggal, dosis awal 10 mg sehari atau 5 mg dua kali sehari maksimal 20 mg sehari. Kombinasi dengan diuretik lain 510 mg sehari

Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi seperti ruam kulit, bingung, hiponatremia.

Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; memperburuk diabetes mellitus; usia lanjut.

2. Spironolakton ( Spirolactone, Letonal, Sotacor, Carpiaton ) Indikasi: edema, hipertensi Kontra indikasi: gangguan ginjal, hiperkalemia, hipernatremia, kehamilan dan menyusui, penyakit adison. Bentuk sediaan obat: tablet Dosis: 100-200 mg sehari, jika perlu tingkatkan sampai 400 mg; anak, dosis awal 3 mg/kg dalam dosis terbagi. Efek samping: Gangguan saluran cerna dan kadang-kadang reaksi alergi s eperti ruam kulit, sakit kepala, bingung, hiponatremia,

hiperkalemia, hepatotoksisita, impotensi. Peringatan : dapat menyebabkan hipokalemia dan hiponatremia; kehamilan dan menyusui; gangguan hati dan ginjal; usia lanjut. B. ACE Inibitor ACE inhibitor memiliki mekanisme aksi menghambat sistem reninangiotensin-aldosteron dengan menghambat perubahan Angiotensin I menjadi Angiotensin II sehingga menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi retensi sodium dengan mengurangi sekresi aldosteron. Oleh karena ACE juga terlibat dalam degradasi bradikinin maka ACE inhibitor menyebabkan peningkatan

108

bradikinin, suatu vasodilator kuat dan menstimulus pelepasan prostaglandin dan nitric oxide. Peningkatan bradikinin meningkatkan efek penurunan tekanan darah dari ACE inhibitor, tetapi juga bertanggungjawab terhadap efek samping berupa batuk kering. ACE inhibitor mengurangi mortalitas hampir 20% pada pasien dengan gagal jantung yang simtomatik dan telah terbukti mencegah pasien harus dirawat di rumah sakit (hospitalization), meningkatkan ketahanan tubuh dalam beraktivitas, dan mengurangi gejala. ACE inhibitor harus diberikan pertama kali dalam dosis yang rendah untuk menghindari resiko hipotensi dan ketidakmampuan ginjal. Fungsi ginjal dan serum potassium harus diawasi dalam 1-2 minggu setelah terapi dilaksanakan terutama setelah dilakukan peningkatan dosis. Salah satu obat yang tergolong dalam ACE inhibitor adalah Captopril yang merupakan ACE inhibitor pertama yang digunakan secara klinis. 1. Nama Generik : Captopril 2. Nama Dagang : Acepress : Tab 12,5mg, 25mg Capoten : Tab 12,5mg, 25mg Captensin : Tab 12,5mg, 25mg Captopril Hexpharm : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg Casipril : Tab 12,5mg, 25mg Dexacap : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg Farmoten : Tab 12,5mg, 25mg Forten : Tab 12,5mg, 25mg, 50mg Locap : Tab 25mg Lotensin : Kapl 12,5mg, 25mg Metopril : Tab salut selaput 12,5mg, 25mg; Kapl salut selaput 50mg Otoryl : Tab 25mg Praten : Kapl 12,5mg Scantensin : Tab 12,5mg, 25mg Tenofax : Tab 12,5mg, 25mg Tensicap : Tab 12,5mg, 25mg

109

Tensobon : Tab 25mg

3. Indikasi : Hipertensi esensial (ringan sampai sedang) dan hipertensi yang parah. Hipertensi berkaitan dengan gangguan ginjal (renal hypertension). Diabetic nephropathy dan albuminuria. Gagal jantung (Congestive Heart Failure). Postmyocardial infarction Terapi pada krisis scleroderma renal. Kontraindikasi : Hipersensitif terhadap ACE inhibitor. Kehamilan. Wanita menyusui. Angioneurotic edema yang berkaitan dengan penggunaan ACE inhibitor sebelumnya. Penyempitan arteri pada salah satu atau kedua ginjal.

4. Bentuk sediaan : Tablet, Tablet salut selaput, Kaplet, Kaplet salut selaput. 5. Dosis dan aturan pakai captopril pada pasien hipertensi dengan gagal jantung : 6. Dosis inisial : 6,25-12,5mg 2-3 kali/hari dan diberikan dengan pengawasan yang tepat. Dosis ini perlu ditingkatkan secara bertingkat sampai tercapai target dosis. 7. Target dosis : 50mg 3 kali/hari (150mg sehari) 8. Aturan pakai : captopril diberikan 3 kali sehari dan pada saat perut kosong yaitu setengah jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan. Hal ini dikarenakan absorbsi captopril akan berkurang 30%-40% apabila diberikan bersamaan dengan makanan.

9. Efek samping : Batuk kering Hipotensi Pusing

110

Disfungsi ginjal Hiperkalemia Angioedema Ruam kulit Takikardi Proteinuria Resiko khusus : Wanita hamil. Captopril tidak disarankan untuk digunakan pada wanita yang sedang hamil karena dapat menembus plasenta dan dapat mengakibatkan teratogenik. Hal ini juga dapat menyebabkan kematian janin. Morbiditas fetal berkaitan dengan penggunaan ACE inhibitor pada seluruh masa trisemester kehamilan. Captopril beresiko pada kehamilan yaitu pada level C (semester pertama) dan D (semester kedua dan ketiga).

Wanita menyusui. Captopril tidak direkomendasikan untuk wanita yang sedang menyusui karena bentuk awal captopril dapat menembus masuk dalam ASI sekitar 1% dari konsentrasi plasma. Akan tetapi tidak diketahui apakah metabolit dari captopril juga dapat menembus masuk dalam ASI.

Penyakit ginjal. Penggunaan captopril (ACE inhibitor) pada pasien dengan gangguan ginjal akan memperparah kerusakan ginjal karena hampir 85% diekskresikan lewat ginjal (hampir 45% dalam bentuk yang tidak berubah) sehingga akan memperparah kerja ginjal dan meningkatkan resiko neutropenia. Apabila captopril digunakan pada pasien dengan gangguan ginjal maka perlu dilakukan penyesuaian dosis dimana berfungsi untuk menurunkan klirens kreatininnya.

C. Beta-blocker (Misal : propanolol, bisoprolol) Merupakan obat utama pada penderita hipertensi ringan sampai moderat dengan penyakit jantung koroner atau dengan aritmia. Bekerja dengan

111

menghambat reseptor 1 di otak, ginjal dan neuron adrenergik perifer, di mana 1 merupakan reseptor yang bertanggung jawab untuk menstimulasi produksi katekolamin yang akan menstimulasi produksi renin. Dengan berkurangnya produksi renin, maka cardiac output akan berkurang yang disertai dengan turunnya tekanan darah. D. Alfa-blocker (Misal : Doxazosin, Prazosin). Bekerja dengan menghambat reseptor 1 di pembuluh darah sehingga terjadi dilatasi arteriol dan vena. Dilatasi arteriol akan menurunkan resistensi perifer. E. Calcium channel blocker (Cth: Nifedipin, Amlodipin). Bekerja dengan menghambat masuknya kalsium ke dalam otot polos pembuluh darah sehingga mengurangi tahanan perifer. Merupakan antihipertensi yang dapat bekerja pula sebagai obat angina dan antiaritmia, sehingga merupakan obat utama bagi penderita hipertensi yang juga penderita angina. 34. MIGRAIN Definisi Nyeri kepala dengan serangan nyeri yang berlangsung 4-72 jam. Gejala Klinis Migren dapat disertai dengan aura atau tanpa aura. Aura adalah suatu gejala neurologik fokal yang kompleks yang mendahului ataupun menyertai suatu serangan migren. 1. Migren tanpa aura (common migren) Kriteria diagnosis: a. Minimal 5 kali serangan b. Durasi nyeri kepala 4-72 jam c. Minimal 2 karakteristik nyeri kepala sebagai berikut: Unilateral Berdenyut Intensitas nyeri sedang sampai berat Bertambah berat dengan aktivitas fisik, batuk, bungkuk (fenomena Jolt)

112

d. Disertai minimal 1 dari: Mual dan atau muntah Fotofobia dan fonofobia

e. Tidak berkaitan dengan kelainan yang lain 2. Migren dengan aura Migren dengan aura merupakan serangan nyeri kepala berulang, didahului gejala neurologik fokal (aura), reversibel secara bertahap 5-20 menit dan berlangsung < 60 menit. Terdapat aura: 1. Gangguan visual Skotoma (tampak titik-titik kecil yang banyak), gangguan visual homonim, persepsi adanya cahaya berbagai warna pada salah satu mata yang bergerak pelan, fotopsia (kilatan cahaya yang menyilaukan) 2. Gangguan sensorik Parestesia sensorik, kebas atau panas seluruh badan 3. Gangguan motorik Hemiparesis, disfagia 4. Gangguan bahasa Afasia Pengobatan dan Terapi Jika tidak diobati, serangan migren bisa berlangsung selama beberapa jam atau hari. Pada beberapa penderita, sakit kepalanya ringan dan bisa dihilangkan dengan obat pereda nyeri (analgesik) yang dijual bebas. Tetapi migren seringkali hebat dan membuat penderita menjadi tidak berdaya, terutama jika disertai dengan mual, muntah dan silau mata (fotofobia). Pada kasus seperti ini, biasanya selain obat pereda nyeri, penderita juga membutuhkan istirahat dan tidur untuk mengurangi sakit kepalanya. Obat yang paling banyak digunakan adalah ergotamine dihydroergotamine (suatu vasokonstriktor), yang menyebabkan mengkerutnya pembuluh darah sehingga membantu mencegah pelebaran pembuluh darah dan menyebabkan nyeri. Kafein

113

dosis tinggi juga membantu mencegah melebarnya pembuluh darah dan seringkali diberikan bersamaan dengan obat pereda nyeri atau ergotamin. R/ Cafergot tab No. XV prn 1-3 dd tab I

R/ Metoklopramid tab mg 10 No XV 3 dd tab I h a.c

Pro : Ny. S (40 th)

Mekanisme Obat 1. Cafergot Merupakan golongan ergotamin yang dikombinasikan dengan kafein. Ergotamin menstimulasi maupun memblokir reseptor alfa adrenergik dan serotoninergik. Misalnya menstimulasi reseptor 5HT1, khususnya 5HT1D dan memblokir reseptor alfa (alfa bloker) dengan efek vasodilatasi ringan. Sifat ini dikuasai oleh daya vasokonstriksinya yang kuat dari arteri otak dan perifer berdasarkan daya antiserotoninnya (blokade 5HT1). Karena sifat

vasokontriksinya tersebut, ergotamin banyak digunakan sebagai obat khas terhadap serangan migrain, yang hanya efektif bila digunakan pada fase permulaan. Biasanya obat ini dikombinasikan dengan kafein dan obat antimual. Ergotamin juga digunakan pada sakit kepala cluster. Resorpsinya dari usus tidak teratur dan sangat bervariasi. Kafein meningkatkan resorpsinya (oral, rektal) dan memperkuat efeknya. Ekskresinya berupa metabolit, terutama lewat empedu dan tinja (secara rektal 1-5%). Efek samping ergotamin berupa mual, muntah, dan sakit kepala mirip gejala migrain. Akibat akumulasi ergotamin dapat timbul efek toksik, seperti kejang otot kaki, kelumpuhan, vasospasme dengan jari-jari tangan menjadi dingin, akhirnya terjadi gangren (mati jaringan). Karena sifat-sifat itu, ergotamin tidak boleh diberikan pada pasien jantung dan hipertensi. Wanita

114

hamil tidak boleh diberikan obat ini, berhubung efek oksitosisnya (merangsang otot rahim). Dosis oral/rektal 3-4 dd 1mg, maksimal 4mg per serangan dan 8mg seminggu. Sebaiknya dikunyah halus sebelum ditelan untuk mempermudah resorpsinya atau diletakkan di bawah lidah (sublingual). Sebagai aerosol 360 mikrogram, injeksi i.m. atau s.c. 0,25-0,5mg semuanya sebagai garam tartrat. 2. Metoklopramid Derivat aminoklorbenzamid ini berkhasiat anti-emesis kuat berdasarkan blokade reseptor dopamin di CTZ. Disamping itu juga memperkuat pergerakan dan pengosongan lambung. Efektif pada semua muntah, termasuk akibat radioterapi dan migrain, pada mabuk darat obat ini tidak ampuh. Resorpsi dari usus cepat, mulai kerja dalam 20 menit. Ekskresinya berlangsung 80% dalam keadaan utuh melalui urin. Efek sampingnya adalah sedasi dan gelisah karena dapat melintasi sawar darah-otak. Efek samping lainnya berupa gangguan lambung-usus dan gejala ekstrapiramidal, terutama pada anak kecil. Interaksi obat dengan obat yang diserap di lambung, maka akan berkurang bila diberikan bersama metoklopramid. Resorpsi obat yang diserap diusus justru mempercepatnya, seperti alkohol, asetosal, diazepam, dan levodopa. Dosis 3-4 kali sehari 5-10 mg, anak-anak maksimal 0.5 mg/kg/hari. Rektal 2-3 kali sehari 20 mg. Sediaan metoklopramid tablet 10 mg, sedangkan injeksi 10 mg/2 ml. Nama paten mepramide, metolon. 35. VERTIGO Definisi sensasi gerakan atau rasa gerak dari tubuh atau lingkungan sekitarnya, dapat disertai gejala lain, terutama dari jaringan otonomik akibat gangguan alat keseimbangan tubuh. Vertigo (sering juga disebut pusing berputar, atau pusing tujuh keliling) adalah kondisi di mana seseorang merasa pusing disertai berputar atau lingkungan terasa berputar walaupun badan orang tersebut sedang tidak bergerak.

115

Gejala Klinis Penderita merasa seolah-olah dirinya bergerak atau berputar; atau penderita merasakan seolah-olah benda di sekitarnya bergerak atau berputar. Gejala dan Tanda Arah Nigtagmus Perifer ( Organ Akhir ) Sentral

Terutama satu arah dan Satu arah atau dua arah, satu bidang, fase cepat dapat berubah bidangnya berlawanan dengan tempat bila pandangan berubah lesi Jarang ditemukan

Nistagmus disertai berputar Vertigo Berat Arah dari perputaran

horizontal Cukup sering ditemukan komponen

Jelas pada Kearah fase cepat

Ringan Berubah-ubah

Arah past poiting Arah jatuh Pengaruh kepala

Kearah fase lambat Kearah fase lambat

Berubah-ubah Berubah-ubah

perputaran Dengan mendadak vertigo Tidak ada pengaruh akan muncul Akut atau kronis Mungkin ada Biasanya Kronis Biasanya tidak ada

Lama gejal-gejala Tinitus dan/atu tuli

Pengobatan dan Terapi Untuk penatalaksanaan vertigo sebaiknya dilakukan pengobatan kausual kalau memungkinkan, hanya saja biasanya etiologi vertigo sebagian besar tidak diketahui, maka dari itu pengobatan medikamentosa masih menjadi pilihan utama. 1. Medikamentosa - Agonis reseptor H, misalnya; betahistin

116

- Obat anti kolinergik yang mensupresi aktif secara sentral dari aktivitas sistem vestibuli dan dapat berguna untuk mengurangi vertigo. Skopolamin metilbromida ( Holopon ) 3 x 1-2 mg/hari. - Prometazin dari golongan fenotiazin merupakan yang paling efektif dari golongan ini dalam mengobali vertigo. Efek samping utama adalah mengantuk. - Zat simpatomimetik ( Efedrin dan amfetamin ) - Penenang minor dan mayor, misalnya :diazepam. 2. Fisioterapi Latihan gerakan tubuh dengan kepala-leher-mata dalam posisi tetap (stasioner) Mata dan kepala bergerak mengikuti objek penglihatan yang bergerak Latihan dengan alat sejenis pembangkit nistagmus Latihan keseimbangan tubuh diatas papan dinamis

3. Rehabilitasi vertigo harus dilakukan supaya adaptasi tubuh terhadap penyakit tersebut bisa tercapai.

Mekanisme obat A. Ranitidin Indikasi Ranitidin digunakan untuk pengobatan tukak lambung dan deudenum akut, refluk esofagitis, keadaan hipersekresi asam lambung patologis seperti pada sindroma ZollingerEllison. Hipersekresi pasca bedah. Dosis dan Cara Pemakaian Terapi oral Dewasa : Tukak lambung, deudenum dan refluk esofagitis, sehari 2 kali 1 tablet atau dosis tunggal 2 tablet menjelang tidur

117

malam, selama 4-8 minggu. Untuk hipersekresi patologis, sehari 23 kali 1 tablet. Bila keadaan paah dosis dapat ditingkatkn sampai 6 tablet sehari dalam dosis terbagi. Dosis pemeliharaan sehari 1 tablet pada malam hari. Pada penderita gangguan fungsi ginjal dan kleren kretinin kurang dari 50 mg/menit, dosis sehari 1 tablet. Terapi parenteral Diberikan i.m. atau i.v. atau infus secara perlahan atau intermiten untuk penderita rawat inap dengan kondisi

hipersekretori patologi atau tukak usus duabelas jari yang tidak sembuh-sembuh, atau bila terapi oral tidak memungkinkan. Dosis dewasa : Injeksi i.m. atau i.v. intermiten: 50mg setiap 6-8 jam jika diperlukan, obat dapat diberikan lebih sering, dosis tidak boleh melebihi 400 mg sehari. Jika ranitidine diberikan secara infus, 150mg ranitidine diinfuskan dengan kecepatan 6,25 mg/jam selama lebih dari 24 jam, pada penderita dengan sindrom Zollinger-Ellison atau kondisi hipersekretori lain, infus selalu dilalui dengan kecepatan 1 mg/kg per jam. Jika setelah 4 jam penderita masig sakit, atau sekresi asam lambung masih besar dari 10 mEq/jam,dosis ditambah 0,5 mg/kg per jam, lalu ukur kembali sekresi asam lambung. Pada penderita gagal ginjal dengan kliren kreatinin kurang dari 50 menit, dosis i.m. atau i.v. yang dianjurkan adalah 50 mg setiap 18-24 jam. Jika diperlukan, ubah dengan hatihati interval dosis dari setiap 24 jam menjadi setiap 12 jam. Kontraindikasi Hipersensitif terhadap ranitidine Efek Samping

118

Kadang-kadang terjadi nyeri kepala, malaise, mialgia, mual dan pruritus.

Konstipasi, pusing,sakit perut. Konfusion, hiperprolaktinemia, gangguan fungsi seksual, hepatitis (jarang).

Rasa sakit di daerah peyuntikan pada pemberian secara i.m. Rasa terbakar pada pemberian secara i.v.

Kontraindikasi Keamana pemakaian pada wanita hamil dan menyusui balum dapat dipastikan. Pemberian harus hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati dan ginjal. Pemberian ranitidine pada penderita keganasan lambung dapat menutupi gejala-gejala penyakit ini. Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum dapat dipastikan (estabilised). Pengobatan penunjang akan mencegah kambuhnya tukak (ulkus). Hindari penggunaan pada penderita yang memiliki riwayat porfiria akut. B. Ikaphen

Kandungan : Natrium Fenitoin.

Indikasi : Anti kejang, antiaritmia.

Kontrindikasi: Penyakit hati.

119

Hindari putus obat secara mendadak. Menyusui.

Interaksi obat : Metabolisme Natrium Fenitoin dipertinggi oleh Barbiturat, dan dihambat Disulfiram, oleh Kloramfenikol, antikoagulan Dikoumarol, Asam

Fenilbutazon,

INH, Sulfafenazol,Sultiam,

Valproat, Simetidin, dan Sulfonamida. Efek samping : Nistagmus (gerak ulang-alik bola mata secara cepat, berlangsung di luar kehendak, dapat berlangsung horisontal, vertikal, memutar, atau campuran), ataksia (gangguan koordinasi gerakan), bicara tidak lancar, kebingungan, pusing, hiperplasiagusi, hipersutisme (pertumbuhan rambut berlebihan pada wanita menurut pola pertumbuhan rambut laki-laki), ruam morbiliformis, rickets/rakitis, osteomalasia (keadaan yang ditandai dengan melunaknya tulangtulang karena gangguan kalsifikasi sebagai akibat kekurangan Vitamin D dan Kalsium), sindroma lupus eritematosus, leukopenia, trombositopenia, pansitopenia, granulositopenia. Kemasan : Dosis : 1. Anti kejang : dewasa : diawali dengan 3-4 mg/kg berat badan/hari, pemeliharaan : 3-4 kapsul/hari. anak-anak : diawali dengan 5 mg/kg berat badan/hari dalam 2-3 dosis terbagi, pemeliharaan : 4-8 mg/kg berat badan/hari. 2. Anti aritmia : Injeksi 50 mg/mL x 2 mL x 10 biji.

120

dewasa : 2-4 kali sehari 100 mg. anak-anak : 5 mg/kg berat badan/hari dalam 2-3 dosis terbagi.

PENULISAN RESEP R/ Ikaphen tab mg 100 No. II 2 dd tab I _________________________

R/ Ranitidin tab No. II 2 dd tab I _________________________

121

You might also like