You are on page 1of 9

EFEK KOMUNIKASI ANTARBUDAYA

1. Apa itu Efektivitas Komunikasi Antarbudaya Komunikasi antarmanusia, termasuk komunikasi antarbudaya, selalu mempunyai tujuan tertentu yakni menciptakan komunikasi yang efektif melalui pemaknaan yang sama atas pesan yang dipertukarkan. Secara umum, sebenarnya tujuan komunikasi antarbudaya antara lain untuk menyatakan identitas sosial dan menjembatani perbedaan antarbudaya melalui perolehan informasi baru, mempelajari sesuatu yang baru yang tidak pernah ada dalam kebudayaan, serta sekedar mendapat hiburan atau melepaskan diri. Komunikasi antarbudaya yang intensif dapat mengubah persepsi dan sikap orang lain, bahkan dapat meningkatkan kreativitas manusia. Menurut William Howell (1982), setiap individu mempunyai tingkat kesadaran dan kemampuan yang berbeda-beda dalam berkomunikasi antarbudaya. Tingkat kesadaran dan kemampuan itu terdiri atas empat kemungkinan, yaitu: 1) Seseorang sadar bahwa dia tidak mampu memahami budaya orang lain. Kesadaran ini dapat mendorong orang untuk melakukan eksperimen bagi komunikasi antarbudaya yang efektif. 2) Dia sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Kesadaran akan kemampuan itu dapat mendorong untuk memahami, melaksanakan, memelihara dan mengatasi komunikasi antarbudaya. 3) Dia tidak sadar bahwa dia mampu memahami budaya orang lain. Dia sebenarnya mampu berbuat untuk memahami orang lain, dan mungkin orang lain menyadari perilaku komunikasi dia. 4) Dia tidak sadar bahwa dia tidak mampu menghadapi perbedaan antarbudaya. Seseorang sama sekali tidak menyadari bahwa sebenarnya dia tidak mampu menghadapi perilaku budaya orang lain. Peraga 16.1 dapat memudahkan pembagian kesadaran dan kemampuan seseorang dalam menghadapi perbedaan antarbudaya.

Peraga 16.1 Hubungan Atara Kesadaran dan Kemampuan Berkomunikasi Antarbudaya

SADAR bahwa TIDAK MAMPU TIDAK SADAR Bahwa TIDAK MAMPU

SADAR bahwa MAMPU

TIDAK SADAR bahwa MAMPU

Peraga ini menunjukkan bahwa masalah efektivitas komunikasi antarbudaya itu ditentukan pula oleh apakah setiap individu sadar bahwa dia mampu berpikir, merasakan bahwa seluruh tindakan komunikasi (action of communication) yang dia lakukan itu berhasil menciptakan komunikasi yang efektif. Efektivitas komunikasi antarbudaya meliputi: 1) Kemampuan seseorang untuk menyampaikan semua maksud atau isi hati secara profesional sesuai dengan kemampuan dan kompetensi yang dia tampilkan secara prima. 2) Kemampuan seseorang untuk berinteraksi secara baik, misalnya mampu

mengalihbahasakan semua maksud dan isi hatinya secara tepat. 3) Kemampuan seseorang untuk menyesuaikan kebudayaan pribadinya dengan kebudayaan yang sedang dihadapinya meskipun dia harus berhadapan dengan pelbagai tekanan dalam proses adaptasi tersebut. 4) Kemampuan seseorang untuk memberikan fasilitas atau jaminan bahwa dia bisa menyesuaikan diri atau bisa mengelola pelbagai tekanan kebudayaan lain terhadap dirinya. Kata kunci efektivitas komunikasi adalah, Kemampuan seorang komunikator untuk menjaga keseimbangan antara kegiatan interaksi, relasi dan komunikasi di antara dua kebudayaan yang berbeda. Berdasarkan konsep tersebut di atas, maka uraian ini membahas suatu pendekatan umum yang menerangkan sejauhmana pengaruh faktor-faktor pribadi atau gaya komunikasi individu mampu memberikan kontribusi atau bahkan memprediksi efektivitas komunikasi antarbudaya.

2. Aksioma Efektivitas Komunikasi Antarbudaya

Setiap orang yang berkomunikasi antarbudaya menginginkan hasil yang efektif. Apabila konsep-konsep komunikasi antarbudaya digali lebih dalam maka kita akan menemukan beberapa bentuk atau modus perilaku komunikasi efektif yang relatif konstan, dimana: 1) Efektivitas komunikasi antarbudaya sangat dibutuhkan dalam hubungan antarbudaya. 2) Efektivitas komunikasi antarbudaya sangat ditentukan oleh dukungan iklim komunikasi yang positif. 3) Semua variabel penentu komunikasi antarbudaya harus dapat diidentifikasi. 4) Tanpa keterampilan berkomunikasi secara efektif maka setiap orang akan merasa diasingkan dalam hubungan antarpribadi,

Efektivitas Hubungan dan Komunikasi Antarbudaya Efektivitas komunikasi terletak pada kepuasan seorang untuk melakukan suatu tindakan simbolis tertentu yang menggambarkan tidak hanya bermaksud atau gagasan melainkan juga motivasi untuk bertindak. Efektivitas komunikasi antarbudaya didahului oleh hubungan antarbudaya. Hubungan antarbudaya bukan terjadi sekilas tetapi terus menerus sehingga kualitasnya berubah dan mengalami kemajuan ke arah kualitas hubungan yang baik dan semakin baik. Kualitas itu mengemuka ketika anda dapat membedakan pengalaman berhubungan antarbudaya dengan orang yang berbeda-beda, sehingga anda mengambil keputusan untuk mewujudkan tindakan simbolis tertentu. Efektivitas Komunikasi Antarbudaya dan Iklim Komunikasi yang Positif Gundykunst (1997) mengemukakan bahwa efektivitas komunikasi antarbudaya kerap kali ditentukan oleh iklim komunikasi yang positif. Menurut Harris dan Moran (1991), iklim komunikasi merupakan pintu gerbang yang melapangkan proses komunikasi. Iklim komunikasi yang positif akan mendukung fungsi komunikasi sedangkan iklim komunikasi yang negatif akan menghambat fungsi komunikasi. Iklim komunikasi yang positif maupun negatif itu ditentukan oleh tiga faktor berikut ini: (1) faktor derajat kognitif; (2) perasaan positif; (3) tindakan yang menunjukkan kemampuan. Faktor Derajat Kognitif

Komunikasi antarbudaya mengharuskan setiap pelakunya berusaha mendapatkan, mempertahankan dan mengembangkan aspek-aspek kognitif bersama. Dengan kata lain, saya memahami konsep diri saya yang meliputi; (1) identitas pribadi; dan (2) identitas sosial. Identitas Pribadi meliputi aspek-aspek yang unik yang saya miliki. Saya melihat diri saya yang ingin membaharui relasi antara saya dengan orang lain. Identitas pribadi itu berasal dari pengalaman pribadi saya yang unik. Sedangkan Identitas Sosial merupakan ciri khas

kelompok budaya yang saya peroleh dari pengalaman bergaul dengan kelompok budaya saya. Aspek kognitif ini demikian penting untuk menghindari harapan-harapan yang negatif dalam pergaulan antarbudaya. Cookies Stevhen (1985) dalam Gundykunst (1991 :64)

mengemukakan empat akibat negatif interaksi antarbudaya: 1) Betapa orang sering cemas dan takut menampilkan konsep diri (identitas pribadi atau identitas sosial). Orang selalu menyembunyikan keaslian pribadi dan budaya di saat mereke berkomunikasi. Akibatnya orang yang berkomunikasi ragu-ragu dan kurang mengontrol setiap kata yang diucapkan, dan mungkin kurang mampu menggunakan isyarat-isyarat non verbal. 2) Orang sering merasa cemas dan takut kalau apa yang dia lakukan berakibat negatif sehingga mengganggu relasi dengan orang lain. Sering seseorang takut kalau orang lain akan memanfaatkan atau menguasai diri kita. 3) Adakalanya orang sering merasa cemas dan takut kalau dievaluasi oleh orang lain. Orang pun menjadi cemas dan takut kalau dia ditolak, kurang disukai, kurang dihargai dan lainlain. 4) Seseorang sering merasa cemas dan takut terhadap evaluasi dari kelompok dia sendiri, akibatnya dia menjadi takut kalau dia dianggap atau dinilai oleh anggota kelompoknya bahwa tampilan dirinya sangat memalukan identitas sosial budaya. Perasaan Positif (Possitive Feeling)

Komunikator dalam komunikasi antarbudaya perlu memelihara perasaan positif, misalnya perasaan percaya, nyaman, aman, prihatin dan mengurangi perasaan cemas. Perasaan positif dapat membantu seorang komunikator untuk: (1) meningkatkan kesadaran dan kemampuan untuk menyatakan pesan secara terbuka(disclosure); dan (2) kesadaran dan kemampuan untuk berempati antarbudaya dalam mengembangkan perasaan yang terlibat penuh dari hati k hati yang memudahkan penyesuaian-penyesuaian antarbudaya. Tindakan yang Menunjukkan Kemampuan

Kalau anda ingin iklim komunikasi itu positif maka anda harus bisa menunjukkan tindakan positif itu secara verbal dan non verbal. Dengan demikian, iklim positif harus didukung oleh tindakan yang menggambarkan suatu tindakan bersumber dari: 1) Kebiasaan berperilaku tertentu, misalnya script yakni perilaku yang otomatis, baik sebagai pernyataan atas identitas pribadi maupun identitas kelompok budaya.

2) Kebiasaan untuk menggambarkan maksud komunikasi yang diinginkan, bahwa apakah suatu tindakan komunikasi itu bersifat memberi informasi, memberi instruksi, atau sekedar menghibur atau menyenangkan orang lain. 3) Kebiasaan untuk menggambarkan seluruh perasaan, emosi yang kita miliki. Jadi ada tindakan simbolis untuk menyatakan bahwa kita memiliki pengetahuan, pengalaman yang cukup, persepsi dan perasaan yang positif terhadap sesama.

Identifikasi Variabel Komunikasi Antarbudaya Pelbagai penelitian komunikasi antarbudaya selalu mempersoalkan variabel-variabel komunikator, komunikan, pesan, media, efek atau umpan balik, serta konteks komunikasi. Komunikator Kita bicara mengenai tiga kompenen penting bagi penciptaan kompentensi komunikator, yakni motivasi berkomunikasi antarbudaya, pengetahuan dan keterampilan berkomunikasi antarbudaya. Pesan Kita bicara tentang pesan dalam komunikasi antarbudaya yaitu pesan yang berisi maksud, pikiran dan gagasan seorang komunikator. Pesan-pesan itu bisa berbentuk verbal dan non verbal yang dapat dipahami bersama. Media Kita berbicara mengenai media antarbudaya, yang oleh komunikator dapat dilakukan melalui pemilihan media yang menghubungkan perbedaan dua atau lebih budaya. Komunikan Kita berbicara mengenai komunikan, yakni sasaran komunikasi yang berbeda kebudayaan dengan komunikator. Efek Kita bebicara tentang efek atau umpan balik komunikasi antarbudaya berarti berbicara tentang bentuk-bentuk dari dampak. Kita bicara tentang konteks/ setting komunikasi antarbudaya, yakni bentuk-bentuk komunikasi yang berbeda satu sama lain karena peranan dan fungsi unsur-unsur komunikasi. Keterampilan Komunikasi dan Manusia Terisolaso Ada empat faktor yang membentuk keterampilan berkomunikasi antarbudaya, yakni: (1) bagaimana mengubah diri menjadi lebih sadar tentang hakikat interaksi antarbudaya; (2) bersikap toleran terhadap interaksi dan pesan-pesan yang seringkali bersikap mendua; (3) bersikap empati; dan (4) kemampuan untuk mengurangi tingkat ketidakpastian dalam interaksi antarbudaya.

3. Bagaimana Menerangkan Efektivitas Antarbudaya Hammer (1989), Ruben 1977, Olebe dan Koester 1989, Wiseman Hammer dan Nishida 1989, Dinges dan Lieberman 1989, Kealey 1989 mengemukakan bahwa paling tidak ada dua faktor yang paling berpengaruh terhadap komunikasi antarbudaya, yakni (1) variabel kognitif dan (2) variabel gaya pribadi; dan (3) variabel-variabel lain.

Variabel Kognitif Seseorang yang bekerja dalam suatu organisasi, melaksanakan komunikasi antarbudaya secara intensif hanya jika dia mempunyai apresiasi terhadap pekerjaan dan tugas yang dibebankan kepadanya. Yang terpenting adalah bagaimana dia menampilkan kekuatan untuk membangun kebudayaan pribadinya melalui gaya antarpribadi, dan kerjasama antarbudaya. Variabel Gaya Pribadi Studi self-oriented itu mengacu pada pendapat Kealey bahwa komunikasi antarbudaya yang berdasarkan orientasi diri dapat mengubah efektivitas komunikasi menjadi komunikasi yang disfungsional. Beberapa bentuk gaya pribadi berikut ini sering kali tampil dalam komunikasi antarpribadi. 1) Etnosentrisme Etnosentrisme adalah suatu perasaan superior atau keunggulan dari suatu kelompok orang yang menganggap kelompok lain lebih inferior dan kurang unggul. 2) Toleransi, Sikap Mendua dan Keluwesan Komunikasi antarbudaya mengandung sifat mendua, karena kita menghadapi dua ketidakpastian kebudayaan, yakni kebudayaan sendiri maupun kebudayaan orang lain. 3) Empati Dengan tindakan empati dimaksudkan agar anda mulai mengerti dan memahami orang lain dari dalam, dar kerangka pikir (gagasan yang dia komunikasikan), perasaan dan perbuatan (Rogers, 1983). 4) Keterbukaan Dengan keterbukaan bukan berarti bahwa setiap orang harus membuka diri seluasluasnya, namun membuka kesempatan untuk sama-sama mengetahui informasi tentang diri maupun tentang lawan bicara. 5) Kompleksitas Kognitif Secara umum dapat dikatakan bahwa kompleksitas kognitif individu membuat seseorang semakin akurasi menentukan dan mengembangkan kesan terhadap orang lain. 6) Kenyamanan Antarpribadi Pelbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kita dapat merasa hubungan antarpribadi dalam keadaan nyaman dan tenang jika perasaan itu dikaitkan dengan penyesuaian interaksi antarbudaya dari taraf minimum hingga ke taraf yang maksimum. 7) Kontrol Pribadi Efektivitas komunikasi antarbudaya sangat tergantung pada sejauhmana anda mengontrol pribadi terhadap lingkungan sekitar.

Peraga 16.1 Model Kemampuan Komunikasi Antarbudaya

Kondisi pendahulu

dihubungkan oleh iklim komunikasi

efektivitas yang dihasilkan Efisiensi tugas Relasi antarpribadi

Gaya pribadi dan pengetahuan tentang budaya

Sistem kepribadian Sistem antarpribadi Sistem sosial Sistem budaya organisasi Sistem budaya makro

Peraga 16.1 di atas menunjukkan bahwa efektivitas yang dihasilkan dalam suatu tugas antarpribadi ditentukan oleh penciptaan efisiensi tugas dan relasi antarpribadi. Namun hasil akhir itu harus didukung oleh iklim komunikasi (communication sphere). 8) Kemampuan Inovasi Jika konsep inovasi dihubungkan dengan difusi (Everet M. Rogers) maka kemampuan inovasi meliputi kemampuan seorang yang kita sebut inovator guna menerima dan menyebarluaskan informasi yang kemudian dengan metode dan teknik tertentu disebarluaskan ke sasaran yang dituju. 9) Harga Diri Betapa sering ketika seorang komunikator berkomunikasi dengan seorang komunikan dari suatu kebudayaan lain maka komunikator berada dalam keadaan ambigu. Kerapkali dia mempertahankan harga dirinya. Manakala pertahanan harga diri itu makin tinggi maka komunikator makin sulit berkomunikasi dengan komunikan, sebaliknya juga, jika perasaan rendah diri menyelimuti komunikator maka keadaan psikologis itu dapat menghambat komunikasi antarbudaya. 10) Keprihatinan dan Kecemasan Komunikasi Penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat keprihatinan terhadap komunikasi maka semakin rendah efektivitas komunikasi antarbudaya (Dodd, 1987)

Variabel-variabel Lain Variabel-variabel lain yang turut mempengaruhi efektivitas komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antarpribadi, keramahtamahan, motivasi, akulturasi, umur, pekerjaan, keanggotaan dalam suatu organisasi, kemampuan berbahasa (Kim, 1977).

1) Faktor Keramahtamahan Kata-kata yang anda gunakan saat pertama kali berjumpa dengan seseorang sangat menentukan keseluruhan kesan yang anda buat, orang menilai anda: ramah atau tidak ramah. 2) Faktor Motivasi Pelbagai fakta menunjukkan bahwa keberhasilan komunikasi ditentukan oleh orang yang memperhatikan faktor-faktor psikologis, atau memperhatikan faktor-faktor apa yang mendorong komunikasi. Beberapa di antaranya adalah harapan-harapan, keinginan, kebutuhan yang memerlukan bantuan orang lain sehingga membuat kita dapat berkomunikasi antarbudaya. 3) Faktor Akulturasi Dalam sosiologi kita kenal ada akulturasi yang bersifat antagonistik, bilateral, terkontrol, akulturasi langsung, bahasa, marginal, terencana, dan akulturasi unilateral. Apapun namanya, ternyata akulturasi berpengaruh terhadap efektivitas komunikasi antarbudaya. Hal ini karena proses perubahan dan penerimaan tidak berlangsung secara menyeluruh. 4) Faktor Umur Dalam beberapa kebudayaan, penghargaan antarmanusia sangat ditentukan oleh umur. Perbedaan usia tidak saja menghambat komunikasi antarpribadi yang berbeda jenis kelamin tetapi juga yang berjenis kelamin sama. 5) Faktor Pekerjaan Faktor pekerjaan turut menghambat efektivitas komunikasi. Pada masyarakat yang secara ketat membagi pekerjaan atas kerah putih (white colour job) dengan kerah biru (blue colour job) maka hubungan antarpekerja sangat ditentukan oleh aturan-aturan organisasi.

4. Adaptasi Perilaku Komunikasi ke dalam Efektivitas Antarbudaya Ada 3 sasaran komunikasi antarbudaya yang selalu dikehendaki dalam proses komunikasi antarbudaya, yakni agar kita berhasil melaksanakan tugas-tugas yang berhubungan dengan orang-orang dari latar belakang kebudayaan yang berbeda, agar kita dapat meningkatkan hubungan antarpribadi dalam suasana antarbudaya, dan terakhir agar tercapai penyesuaian antarpribadi. Pertanyaannya adalah bagaimana mengembangkan keterampilan komunikasi antarbudaya? Bagaimana anda tampil secara baik dalam konteks antarbudaya? 1) Anggaplah beban komunikasi yang sedang anda lakukan itu adalah milik anda. 2) Cobalah untuk melihat kondisi tampilan luar.

3) Pandai-pandailah melihat variasi komunikasi yang dibangun oleh persepsi kelompok, keluarga, kawan, media, dan lembaga pendidikan yang meneruskan informasi yang mempengaruhi kita. 4) Temukan langkah atau cara-cara berkomunikasi yang mempengaruhi isi yang kemudian mempengaruhi hubungan. 5) Batasilah pandangan, perasaan dan bahkan kebudayaan anda dari perasaan asing ke dalam perasaan kolektif atau kebersamaan. 6) Tatkala suatu unit perilaku yang negatif itu muncul dari kelompok tertentu maka anda harus bekerja atau menampilkan hal yang seimbang dengan apa yang harus anda tampilkan. 7) Hindari dominasi anda dalam percakapan, dengarkan sewaktu anda berkomunikasi dengan kelompok. 8) Ungkapkan pesan-pesan verbal dan non verbal anda secara konsisten. Tabel 16.1 Beberapa Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Komunikasi Komunikasi yang Efektif Sangat memperhatikan manusia dan kurang memperhatikan tugas Hanya sedikit memperhatikan kepentingan diri Etnosentrisme rendah Toleransi tinggi terhadap situasi yang mendua Empati tinggi, sangat mendengarkan Keterbukaan tinggi, dogmatis yang rendah Kognitif yang kompleks Puas dengan relasi antarpribadi, percaya Komunikasi yang Tidak Efektif Lebih memperhatikan tugas dan kurang memperhatikan manusia Banyak memperhatikan diri Etnosentrisme tinggi Toleransi rendah terhadap situasi yang mendua Empati rendah, kurang mendengarkan Kurang terbuka, dogmatis yang tinggi Kognitif yang sederhana Kurang nyaman dalam relasi antarpribadi, kurang percaya Kontrol pribadi yang rendah dan sikap fatalisme tinggi Sikap inovasi yang rendah, harga diri rendah Keprihatinan terhadap komunikasi rendah

Kontrol pribadi tinggi, sikap fatalisme rendah Sikap inovasi yang tinggi, harga diri tinggi Keprihatinan terhadap komunikasi tinggi

You might also like