You are on page 1of 10

PROYEK PEMBUATAN KOMPOS PADAT

D3 TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN 44


IPB

Disusun Oleh:
TIM KOMPOS PADAT MAHASISWA
D3 TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN 44
IPB

PROSEDUR
STANDAR
OPERASIONAL

Desember 2008
HALAMAN PENGESAHAN

Sekretaris Ketua Tim

Andrianur Hanafi Reza Azis Setyo P.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Ir. Haruki Agustina, M.Sc.

Daftar Isi
Halaman Pengesahan .............................................................................. i
Daftar Isi ................................................................................................. ii
1. Pendahuluan
Latar Belakang Kompos .................................................................... 1
Bahan Baku Kompos ......................................................................... 1
2. Alat, Bahan dan Tahapan ................................................................ 2
Lampiran 1. Perkiraan Kadar Zat Hara Sampel Pertama .............. iii
Lampiran 2. Standar Kualitas Kompos Dalam SNI 19-7030-2004
Tentang Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik ........ iv

1. PENDAHULUAN
Latar Belakang Kompos
Kompos juga dikenal sebagai pupuk coklat (brown manure), adalah sisa-sisa
bahan organik yang terdekomposisi secara aerob. Digunakan dalam penataan
lanskep, pertanian dan hortikultura sebagai pupuk dan pelembab tanah. Juga
bermanfaat untuk mengendalikan erosi, reklamasi arus dan daratan, konstruksi
lahan basah, dan sebagai penutup landfill.
Kompos bertindak sebagai suatu media tumbuh, atau suatu pori, bahan
penyerap yang menjaga kelembaban dan mineral terlarut, menyediakan bahan gizi
dan pendukung di mana kebanyakan tanaman akan tumbuh dengan subur. Untuk
memaksimalkan pertumbuhan tanaman, kadang-kadang diperlukan untuk
“mengencerkan” kompos dengan tanah atau peat untuk mengurangi salinitas atau
untuk menambahkan penetral yang menjadikan pH semakin mendekati 7, atau
nutrisi tambahan seperti fertiliser atau manure, agen pembasah, dan material
untuk meningkatkan aerasi dan drainase, seperti pasir, debu, kepingan kulit kayu,
vermikulit, perlit, atau butir liat.

Bahan Baku Kompos


• Limbah yang dapat • Sisa kompos jamur
terbiodegradasi • Kulit kayu
• Hasil gilingan kopi • Kulit telur
• Tempurung kelapa • Limbah coklat (brown waste)
• Limbah hijau (green waste) • Buah-buahan
• Kotoran manusia • Sayur-sayuran
• Hancuran daun • Tambahan anorganik (tanah liat,
• Rabuk pasir, urea, vermikulit dan perlit)
2. ALAT, BAHAN DAN TAHAPAN

• Bahan
1. Serasah di sekitar IPAL kampus Cilibende
2. Kotoran sapi dari kandang peternakan sapi kampus Gunung Gede
3. Mikroorganisme untuk pembusukan (bioaktivator)

• Alat
1. Drum yang diberi lubang aerasi
2. Sapu lidi
3. Serokan
4. Kotak sampah
5. Garpu tanah atau sekop
6. Kapur atau abu dapur (jika diperlukan)

• Tahap Pembuatan
1. Pengumpulan serasah dan kotoran sapi dibagi menjadi beberapa orang
dalam 3 kelompok kecil tergantung dari jenis kompos yang akan dibuat
apakah sampel pertama, sampel kedua, sampel ketiga atau blanko.
2. Setiap kelompok kecil tersebut diberi shift setiap harinya dalam
pengumpulan bahan kompos masing-masing dan pengomposannya.
3. Untuk sampel pertama, bahan utama yang digunakan adalah kotoran sapi.
Bahan utama ini kemudian diberi filler berupa serbuk gergaji dan
bioaktivator sebanyak 0,1% dari berat total bahan kompos. Setiap
minggunya dilakukan pengadukan sebanyak 3 kali. Pengadukan tersebut
dilakukan 2 – 3 minggu tergantung pada kematangan kompos. Pengadukan
dilakukan + selama 15 – 20 menit. Jika wadah/tempat pupuk padat tertutup
maka dibuka selama 5 – 10 menit sebelum dan sesudah pengadukan.
Temperatur kompos diusahakan selalu berkisar 35 – 55oC, kecuali pada 3 –
5 hari pertama temperatur dapat mencapai 55 – 70oC. Setiap hari campuran
tersebut diperiksa kelembabannya agar selalu berada dalam kisaran 50 –
60 % dengan tingkat terbaik pada 50%. Jika campuran terlalu kering maka
campuran tersebut disiram secara merata. Selain itu, pH kompos juga
selalu dipertahankan pada kondisi optimal yakni 6,0 – 8,0. Jika derajat
keasaman terlalu rendah bisa ditingkatkan dengan menambahkan kapur
dan abu dapur ke dalam bahan kompos. Kompos yang telah matang
memiliki tanda-tanda yaitu: jika diraba maka terasa dingin, jika diremas
maka kompos mudah rapuh, wujudnya telah berubah dari wujud aslinya
dan bau aslinya (bau kotoran) telah hilang. Jika hasil pengomposan ini
masih basah maka dilakukan proses penjemuran sampai didapat kadar air
yang diinginkan.
4. Untuk sampel kedua, komposisi yang dibutuhkan adalah 3 bagian serasah
dan 1 bagian kotoran sapi. Bahan-bahan ini dicampur secara merata. Ke
dalam campuran kompos ditambahkan serbuk gergaji (filler) dan
bioaktivator sebanyak 0,1% berat total bahan-bahan kompos. Selanjutnya,
campuran kompos ini diperlakukan seperti sampel pertama.
5. Untuk sampel ketiga, komposisi yang dibutuhkan sama dengan sampel
kedua yakni 3 bagian serasah dan 1 bagian kotoran sapi. Bahan-bahan ini
dicampur merata dan diberi filler berupa serbuk gergaji. Namun, campuran
ini tidak diberi bioaktivator. Langkah selanjutnya sama dengan yang
dilakukan pada sampel-sampel lainnya.
6. Untuk blanko, bahan yang digunakan hanya serasah. Kemudian, campuran
diberi perlakuan yang sama dengan sampel.
7. Pada saat analisis, setiap kelompok kecil menganalisis kadar air,
temperatur, warna, bau, ukuran partikel, kemampuan ikat tanah, pH, bahan
asing, bahan organik, nitrogen, karbon, fosfor (P2O5), rasio C/N, Kalium
(K2O), unsur mikro, unsur lain dan bakteri yang terdapat pada kompos.
Parameter-parameter yang diuji dipaparkan pada Lampiran 2.
8. Waktu analisis diupayakan seminimal mungkin.
9. Setelah proses pengomposan selesai maka pengujian tanaman yaitu jagung
dimulai. Kompos diberikan pada polybag bersamaan dengan waktu
penanaman. Selanjutnya, kompos dapat disebar pada permukaan tanah dan
dicampur dengan tanah permukaan tersebut.
10. Setiap kelompok melakukan perawatan terhadap jagung yang menjadi
tanaman uji komposnya setiap hari.
11. Analisis pengaruh kompos (blanko dan sampel) dilakukan setiap 3 kali
seminggu selama 2 – 3 minggu. Setiap perubahan yang terjadi pada
tanaman tersebut dicatat.

• Tahapan Pengujian
Dalam pengolahan ini, pengujian dilakukan pada 3 sampel dan 1 blanko.
Sampel yang pertama adalah kotoran sapi yang dicampur dengan filler berupa
serbuk gergaji dan bioaktivator. Sampel kedua adalah serasah dan kotoran sapi
yang dicampur dengan filler berupa serbuk gergaji dan bioaktivator. Sampel
ketiga adalah serasah dan kotoran sapi yang dicampur dengan filler saja
berupa serbuk gergaji tanpa penambahan bioaktivator. Sedangkan untuk
blanko yang digunakan hanya serasah dan filler berupa serbuk gergaji.
Pada tahap pengujian, sebaiknya dilakukan sampai saat jagung sudah
memasuki masa panen. Hal ini dikarenakan dampak yang timbul pada biji
jagung harus dilihat. Selain itu, pengujian juga dilakukan pada saat jagung
masih muda untuk mengetahui dampak yang terjadi pada daun. Alasannya
adalah daun jagung banyak dipergunakan sebagai makan ternak.
Pengumpulan bahan

Pengomposan sekitar 2 – 3 minggu Setiap 3 kali seminggu


dilakukan pengadukan

Analisis kandungan kompos

Jagung yang ditanam


Pengujian terhadap tanaman pada polybag

Lakukan pengamatan setiap


minggu sampai masa panen

Diagram 1. Proses Kerja Tim Kompos


Lampiran 1. Perkiraan Kadar Zat Hara Sampel Pertama
Kadar Zat Hara dan Air
Nitrogen Fosfor Kalium Kalsium Magnesium Mangan Seng Boron Air
(%) (%) (%) (%) (%) (mg/Kg) (mg/Kg) (mg/Kg) (%)
2,33 0,61 1,58 1,040 0,38 1792,0 70,5 3,69 85
Lampiran 1. Standar Kualitas Kompos Dalam SNI 19-7030-2004 Tentang
Spesifikasi Kompos dari Sampah Organik Domestik

You might also like