You are on page 1of 20

HAK ASASI MANUSIA

Dikdik Baehaqi Arif, M.Pd


Jakarta (ANTARA News) - Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas
HAM) melihat indikasi pelanggaran HAM dalam kasus pidana pencemaran
nama baik dengan tersangka Prita Mulyasari (32) yang telah ditahan di LP
Tangerang sejak 13 Mei 2009.
"Ya, saya melihat bahwa hak kebebasan menyampaikan pendapat ibu Prita
sedang diadili," kata Komisioner Sub Komisi Pemantauan dan Penyelidikan,
Nur Kholis, kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.
Nur Kholis menuturkan hal tersebut ketika ditanya apakah terdapat indikasi
pelanggaran HAM dalam kasus pidana tentang pencemaran nama baik yang
dilancarkan RS Omni Internasional kepada Prita.
Menurut dia, tidak boleh ada satu pihak pun yang boleh menghalang-halangi
hak asasi seseorang untuk berekspresi dan berpendapat.
Ia juga mengatakan, tidak layak bila seseorang yang menuliskan surat
keluhan lalu mendapat ancaman hukuman hingga enam tahun penjara."Itu
Komnas HAM: Ada adalah hal yang berlebihan," katanya.
Indikasi Pelanggaran Senada dengan Nur Kholis, Direktur Eksekutif LSM Indonesia Resources
Legal Center (ILRC) Uli Parulian Sihombing pada Selasa (2/6) mengatakan,
HAM pada Kasus Prita pemidanaan kasus pencemaran nama baik itu adalah tindakan yang sangat
berlebihan.
"Sangat berlebihan bila sampai harus dipidanakan," kata Uli.
Menurut Uli, penyampaian keluhan dari Prita terhadap pelayanan RS Omni
seharusnya merupakan bagian dari kebebasan dalam berekspresi dan
1. HAM? menyampaikan pendapat yang dilindungi oleh Undang-Undang Nomor 12
Tahun 2005 tentang Pengesahan Kovenan Internasional tentang Hak-Hak
2. Pelanggaran Sipil dan Politik.
Kovenan ini mengukuhkan pokok-pokok HAM di bidang sosial dan politik
HAM? antara lain menetapkan hak orang untuk menyampaikan pendapat tanpa
campur tangan pihak lain dan hak atas kebebasan untuk menyampaikan

?
pendapat (Pasal 19).
Kasus pidana pencemaran nama baik itu rencananya akan mulai digelar di
PN Tangerang pada Kamis (4/6) esok.(*)
PENGERTIAN
Human rights could be
generally defines as those right
which area inherent in our
natural and without we can not
live as human being.
HAM adalah hak-hak yang

secara inheren melekat dalam


diri manusia, dan tanpa hak itu
manusia tidak dapat hidup
sebagai manusia. Jan
Materson
Tap MPR
Nomor XVII/MPR/1998
tentang Hak Asasi Manusia

Hak asasi manusia adalah


hak dasar yang melekat
pada diri manusia yang
sifatnya kodrati dan
universal sebagai karunia
Tuhan Yang Maha Esa dan
berfungsi untuk menjamin
kelangsungan hidup,
kemerdekaan,
perkembangan manusia
dan masyarakat, yang tidak
boleh diabaikan, dirampas,
atau diganggu oleh siapa
pun.
UU No. 39 Tahun 1999 tentang
Hak Asasi Manusia
Seperangkat hak yang melekat pada hakikat
keberadaan manusia sebagai makhluk
Tuhan Yang Maha Esa dan merupakaan
anugerah-Nya yang wajib dihormati,
dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah, dan setiap orang demi
kehormatan serta perlindungan harkat dan
martabat manusia.
(Pasal 1 UU No. 39 Tahun 1999)
Karakteristik HAM
2. HAM adalah hak.
3. hak-hak ini dianggap bersifat universal, yang dimiliki oleh manusia semata-mata
karena ia adalah manusia.
4. HAM dianggap ada dengan sendirinya, dan tidak bergantung pada pengakuan dan
penerapannya di dalam sistem adat atau sistem hukum di negara-negara tertentu.
5. HAM dipandang sebagai norma-norma yang penting.
6. hak-hak ini mengimplikasikan kewajiban bagi individu maupun pemerintah.
7. hak-hak ini menetapkan standar minimal bagi praktek kemasyarakatan dan
kenegaraan yang layak. James W. Nickel (1996)
Sejarah Perkembangan HAM

 Magna Charta(1215) di Inggris


 Habeas Corpus Act(1679) di Britania Raya
 Bill of Rights(1689) di Britania Raya
 Delaration of Independence(1776) di Amerika
 Declaration des Droits de L’homme et Du Citoyen
(1789) di Perancis
 Atlantic Charter (1941) plopornya FD. Roosevelt
 Universal Declaration of Human Rights (1948), yaitu
pernyataan sedunia tentang hak asasi manusia
 Pembukaan UUD 1945, merupakan piagam Hak
asasi manusia di Indonesia
Perjuangan HAM di Indonesia
 Kebangkitan Nasional, 20 Mei 1908
 Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928
 Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, 17 Agustus 1945
 Rumusan HAM secara eksplisit telah dicantumkan dalam
UUD RIS dan UUDS 1950.
 Sidang Umum MPRS tahun 1966 telah ditetapkan Tap MPRS
No. XIV/MPRS/1966 tentang Pembentukan Panitia Ad Hoc
untuk menyiapkan Dokumen Rancangan Piagam Hak Asasi
Manusia dan Hak-hak serta Kewajiban Warga Negara.
 Terbentuknya Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993
Instrumen HAM Nasional
 UUD 1945
 UU No 39 Tahun 1999 tentang HAM
 UU No 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
 UU No 11 Tahun 2005 tentang Ratifikasi ICESCR
 UU No 12 Tahun 2005 tentang Ratifikasi ICCPR
 UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
 UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
 UU No 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi CAT
 UU No 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta
 UU No 20 Tahun 1999 tentang Ratifikasi Konvensi ILO No 138 tentang Usia
Minimum untuk Bekerja
 UU No 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
 UU No 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi Korban
 UU No 40 Tahun 2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras & Etnis
 UU No 29 Tahun 1999 tentang Ratifikasi CERD
HAM dalam UUD 1945
berkewajiban menghargai hak untuk hidup serta membentuk keluarga dan
orang dan pihak lain serta tunduk mempertahankan melanjutkan keturunan, hak anak atas
kepada pembatasan yang hidup dan kehidupan kelangsungan hidup, tumbuh, dan
ditetapkan UU (Pasal 28A) ** berkembang serta perlindungan dari
(Pasal 28J) ** kekerasan dan diskriminasi
(Pasal 28B) **

perlindungan, pemajuan, mengembangkan diri, mendapat


penegakan, dan pemenuhan pendidikan, memperoleh manfaat
HAM adalah tanggung jawab dari IPTEK, seni dan budaya,
negara, terutama pemerintah HAK memajukan diri secara kolektif
(Pasal 28I) **
ASASI (Pasal 28C) **
MANUSIA
hidup sejahtera lahir dan batin, pengakuan yang sama di
memperoleh pelayanan kesehatan, dalam hadapan hukum, hak untuk
mendapat kemudahan dan UUD 1945 bekerja dan kesempatan yg sama
perlakuan khusus untuk dalam pemerintahan, berhak atas
memperoleh kesempatan dan status kewarganegaraan
manfaat guna mencapai (Pasal 28D) **
persamaan dan keadilan
(Pasal 28H) **
kebebasan memeluk agama,
berkomunikasi, meyakini kepercayaan, memilih
perlindungan diri pribadi, memperoleh, mencari, kewarganegaraan, memilih tempat
keluarga, kehormatan, martabat, memiliki, menyimpan, tinggal, kebebasan berserikat,
harta benda, dan rasa aman serta mengolah dan berkumpul dan berpendapat
untuk bebas dari penyiksaan menyampaikan informasi, (Pasal 28E) **
(Pasal 28G) ** (Pasal 28F) **
Pelanggaran HAM

Pelanggaran hak asasi manusia adalah setiap


perbuatan seseorang atau kelompok orang
termasuk aparat negara baik disengaja
maupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara melawan hak hukum, mengurangi,
menghalangi, membatasi, dan atau mencabut
hak asasi manusia seseorang atau kelompok
orang yang dijamin oleh Undang-Undang ini,
dan tidak mendapat, atau dikhawatirkan tidak
akan memperoleh penyelesaian hukum yang
adil
(Pasal 1 butir 7 UU No. 39/1999 tentang HAM)
Pelanggaran HAM di Indonesia
(Perspektif Pelaku dan Korban)

1. Pelanggaran hak asasi manusia dilakukan


oleh negara lewat, acts of
commission maupun act of ommision yang
terjadi di Indonesia dilihat dari kegagalan
negara dan/atau pemerintah memenuhi
kewajibannya sebagaimana yang
disebutkan di dalam undang-undang.
2. Pelanggaran hak asasi manusia di
Indonesia yang dilakukan oleh pelaku bukan
negara.
Pelanggaran HAM
Perspektif Peristiwa
Peristiwa satu-
tindakan: kasus
pembunuhan buruh
Marsinah; kasus
peledakan bom di
gedung WTC, gereja
di berbagai tempat,
rumah Dubes
Filipina;
Peristiwa banyak tindakan
1) Rangkaian tindakan yang berkaitan: kasus penyiksaan Pengurus
BEM IAIN Ar Raniry Banda Aceh, dilanjutkan pengambilan secara
paksa, penangkapan, pemenjaraan, pangawasan oleh satuan polisi dan
Brimob Banda Aceh; kasus pemeriksaan tanpa surat, dilanjutkan
dengan penculikan, penyiksaan, dan pembunuhan terhadap guru Ngaji
(ustadz) Muzakir Abdullah (disangka Muzakir Manaf Panglima GAM)
oleh satuan militer di Nisam, Aceh Utara; kasus penangkapan secara
paksa, dilanjutkan dengan pemerkosaan, penganiayaan, terhadap
perempuan di Aceh oleh satuan Brimob dan TNI; kasus penggrebegan,
dilanjutkan dengan penggledahan tanpa surat, pemeriksaan,
penangkapan beberapa personel NGO koalisi HAM di Banda Aceh oleh
satuan-satuan polisi.
2) Tindakan serentak: kasus pembunuhan tujuh orang (termasuk
anak-anak dan remaja) penjaga tambak di Aceh; kasus pemukulan dan
penendangan para demonstran yang melakukan protes;
3) Kombinasi tindakan berurutan dan serentak; kasus penangkapan di
luar hukum dan pemeriksaan berbagai aktivis HAM di Banda Aceh
Pelanggaran HAM bukan Berat
Pelanggaran hak asasi manusia
yang bersifat non derogable.
HAM yang tidak dapat dikurangi
dalam keadaan apapun oleh siapapun
adalah: (a) hak untuk hidup, (b) hak
untuk tidak disiksa, (c) hak kebebasan
pribadi, pikiran hati nurani, (d) hak
beragama, (e) hak untuk tidak
diperbudak, (f) hak untuk diakui
sebagai pribadi dan persamaan di
hadapan hukum, dan (g) hak untuk
tidak dituntut atas dasar hukum yang
berlaku surut.
(Pasal 4 UU. No. 39 /1999)
Pelanggaran HAM bukan Berat
Pelanggaran hak asasi manusia yang deregoble:
2. pelanggaran atas untuk berkumpul, berapat, dan berserikat (pasal 24):
pelarangan pertemuan “Paguyuban Korban Orde Baru” di solo.
3. Pelanggaran hak untuk menyampaikan pendapat dimuka umum, hak untuk
mogok (pasal 25): penerapan kembali “pasal karet”.
4. Pelanggaran hak untuk bebas bergerak dan bertempat tinggal dalam
wilayah negara RI (pasal 17,40): kasus “cegah-tangkal” (cekal).
5. Pelanggaran hak atas rasa aman (pasal 30, 35): sweeping KTP orang Aceh
di Jakarta.
6. Pelanggaran atas hak reproduksi perempuan (pasal 49): pelarangan atas
hak cuti karena haid, pelecehan seksual (penggeledahan buruh perempuan
pabrik).
7. Pelanggaran atas hak anak (pasal 58, 63, 66): perdagangan anak,
pelacuran anak, perekruitan anak sebagai ‘cantoi’.
8. Pelanggaran atas hak partisipasi dalam pemajuan, penegakan HAM (pasal
101): Maklumat PDMD yang melarang NGOs asing dan NGOs nasional
bergiat di Aceh.
Pelanggaran HAM Berat
 Pelanggaran berat HAM mengandung unsur
kesengajaaan dan sikap membiarkan suatu
perbuatan yang seharusnya dicegah (act of
ommission), unsur sistematis yang
menimbulkan akibat meluas dan rasa takut
luar biasa, dan unsur serangan terhadap
penduduk sipil.
 Pelanggaran HAM yang berat meliputi a.
Kejahatan genosida, dan b. Kejahatan
terhadap kemanusiaan.
1. Genosida
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan
dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan
seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis,
kelompok agama, dengan cara:
membunuh anggota kelompok;
mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat
terhadap anggota-anggota kelompok;
menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan
mengakibatkan kemusnahan secara fisik baik seluruh atau
sebagiannya;
memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah
kelahiran di dalam kelompok; atau
memindahkan secara paksa anak-anak dan kelompok
tertentu ke kelompok lain
Pasal 8 UU No. 26/2000 tentang Pengadilan HAM
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan
adalah salah satu perbuatan yang dilakukan sebagian dari serangan meluas
atau sistematik yang diketahuinya bahwa serangan tersebut ditujukan secara
langsung terhadap penduduk sipil, berupa:

q pembunuhan, q pelacuran secara paksa,


q pemusnahan, q pemaksaan hamil,
q perbudakan, q pemandulan atau sterilisasi
q pengusiran atau pemindahan secara paksa atau bentuk-bentuk
penduduk secara paksa, kekerasan seksual lain yang
q perampasan kemerdekaan atau setara,
perampasan kebebasan fisik q penganiayaan terhadap suatu
lain secara sewenang-wenang kelompok tertentu atau
yang melanggar (asas-asas) perkumpulan yang didasari telah
ketentuan pokok hukum diakui secara universal sebagai
internasional, hal yang dilarang menurut
q penyiksaan, hukum Internasional,
penghilangan orang secara
q perkosaan, paksa, atau kejahatan apartheid.
q perbudakan seksual (Pasal 9 UU. No.26/2000)
3. Kejahatan Perang
q Kejahatan perang termasuk dalam
pelanggaran berat HAM karena merupakan
bagian dari satu rencana atau kebijakan
besar, dan melanggar konvensi Jenewa 12
Agustus 1949, pasal 3 konvensi ini khususnya
melindungi penduduk sipil dan personel militer
yang tidak lagi secara aktif mengambil bagian
dalam permusuhan selama terjadinya konflik
bersenjata internal.
q Konvensi ini melarang pembunuhan,
penyiksaan, perlakuan kejam, penyanderaan,
perlakuan mempermalukan dan
mendegradasikan, penghukuman dan
pembunuhan ekstra-yudisial.
q Konvensi ini mendesak perlindungan minimal
atas proses pengadilan yang jujur dan satu
kewajiban yang memaksa untuk
mengumpulkan dan merawat yang terluka dan
sakit.

You might also like