Professional Documents
Culture Documents
Beberapa orang menganggap leadership (kepemimpinan) itu sama dengan manajemen (pengaturan) namun kedua hal tersebut memiliki arti yang berbeda. Kepemimpinan merupakan suatu hubungan interpersonal, dimana seorang pemimpin memilki suatu sikap dan tingkah laku tertentu yang dapat mempengaruhi individu dan kelompok untuk dapat mencapai tujuan dalam suatu situasi tertentu. Berbeda dengan manajemen, yang lebih mengacu pada koordinasi dan integrasi sumber daya melalui perencanaan, pengaturan, pengawasan, pengontrolan, agar dapat tercapainya tujuan institusional khusus. Dengan demikian, seorang manajer lebih terkait pada masalah penjadwalan dan koordinasi sumber daya dan berbagai macam tugas. Sebuah prasyarat mutlak untuk sebuah manajemen yang efektif adalah pembentukan sikap dan gaya kepemimpinan sehingga tujuan yang diinginkan dapat tercapai. Pengawasan (supervision) adalah koordinasi kegiatan dasar organisasi dengan rencana dan prosedur. Hal ini melibatkan pengawasan orang lain dan secara langsung terkait dengan interaksi antara pimpinan/bawahan. Manajemen mangacu pada tugas tertentu yang berorientasi pada suatu kegiatan dalam sebuah pekerjaan. Sedangkan pengawasan mengacu pada orang tertentu yang berorientasi pada suatu kegiatan dalam sebuah pekerjaan. Maka dibutuhkan kombinasi yang efektif dalam manajemen dan pengawasan untuk mencapai suatu tujuan.
Defenisi Kepemimpinan Kepemimpinan adalah interaksi diantara sekolompok orang, sebuah proses yang mempengaruhi seluruh tindakan mengenai pengaturan tujuan dalam sebuah kelompok dan cara untuk mencapai tujuan tersebut. Seorang perawat manajer adalah seseorang yang mengatur semua aktivitas di unitnya, termasuk membuat penugasan mengenai perawatan pasien, mengatur jadwal dinas, dan merencanakan pendidikan (edukasi) bagi pegawai yang sedang bertugas. Kepemipinan mebutuhkan kehadiran orang lain (pengikut) dan hubungan orang tersebut dengan pemimpinnya. Kepemimpinan bukan berarti dominasi, tapi merupakan tugas seorang pemimpin agar pekerjaan tersebut dapat terselesaikan. Kepemipinan dapat berupa sesuatu yang formal ataupun informal, tanpa memperhatikan posisi hirarki atau status staff perawat yang termasuk di dalamnya.
Dasar-Dasar Kewenangan 6 dasar-dasar kewenangan (French and Raven, 1960; Mitchell, 1982) : 1. Reward power : berdasarkan jumlah insentiv yang dapat diberikan seorang pemimpin kepada anggota kelompoknya dan derajat anggota kelompok dinilai berdasarkan jumlah insentiv ini. Sebagai contoh, seorang manajer perawat yang memiliki pengaruh cukup besar untuk menentukan gaji dan waktu liburan bagi stafnya. Dengan demikian, reward power itu berdasarkan tanggung jawab formal seorang pemimpin. 2. Punishment atau coercive power, didasarkan pada hal-hal negative yang mungkin dilakukan seorang pemimpin kepada anggota ataupun kelompok secara keseluruhan. Contohnya, manajer perawat memberikan pekerjaan yang tidak menyenangkan pada bawahannya, sebuah teguran, memotong gaji, bahkan memecat anggotanya. 3. Information power. Seorang manajer perawat biasanya melakukan pertemuan informal dengan pengawas perawat, sehingga ada beberapa informasi yang tidak diketahui oleh perawat lain. Maka dengan information power, manajer perawat dapat memberiakan informasi pada seluruh anggotanya. 4. Legitimate power, berasal dari persepsi anggota kelompok bahwa manajernya memiliki hak yang sah untuk membuat permintaan, kekuasaan ini berdasarkan kewenangan yang dilimpahkan
kepada manajer perawat berdasarkan pekerjaannya dan posisi dalam hirarki manajemen
5. Expert power, berdasarkan pengetahuan dan keterampilan khusus yang tidak dipengaruhi oleh para
staf. Berdasarkan pengalaman atau mungkin pendidikan lanjutan yang dimiliki oleh seorang perawat manajer, maka ia merupakn orang yang tepat untuk dimintai pendapat akan sesuatu tang terbaik untuk dilakukan. Contohnya, seorang perawt yang baru tamat dapat meminta nasihat kepada perawat manajer mengenai prosedur penting atau cara menggunakan peralatan tertentu di unitnya.
6. Referent power didasarkan atas rasa hormat terhadap individu sebagai pribadi. Sebagai contoh,
seorang perawat muda meminta nasihat dari manajer perawat mengenai masalah pribadi di rumah. Jadi referent power sebagian besar fungsi dari kualitas pribadi pemimpin.
produktivitas. Sebaliknya, menjadi jelas bahwa situasi memiliki pengaruh besar menentukan sumber antara perilaku dan kinerja kepemimpinan
Fokus lebih awal mengenai sikap kepemimpinan merupakan perkembangan yang significan dalam memahami keefektivan kepemimpinan tersebut. Pencarian mengenai gaya dan sikap kepemimpinan merupakan usaha untuk mengidentifikasi pola atau gaya kepemimpinan yang dapat efektif di banyak situasi
Gaya Kepemimpinan a. Gaya kepemimpinan otoriter atau otokrasi, yang mana menunjukan suatu sikap yang membuat keputusan sendiri dan, walaupun mereka mungkin pada dasarnya benar dalam pemikiran merekadan tidak memberikan kesempatan pada kelompok untuk membuat keputusan secara bersamasama..Pemimpin seperti ini sedkit sekali mendorong inisiatif individu atau kerja sama antara anggota staf. Seorang pemimpin yang otoriter lebh berpusat pada dirinya (self centered), acuh tak acuh dengan kebutuhan organisasi, menolak perubahan, tidak terlalu bijaksana, dan tidak kreatif (Mc Gregor 1960). Tipe pemimpin seperti ini akan mendapatkan kepercayaan yang rendah dari pekerjanya. b. Gaya kepemimpinan demokratis. Dalam gaya kepemimpinan demokratis atau partisipatif, pemimpinnya berorientasi pada masyarakat, yang berfokus pada hubungan manusia, kerjasama, dan membangun sebuah kelompok kerja yang efektif. Dalam hal ini "kebersamaan" sangat ditekankan dan pemimpin dipandang sebagai seseorang yang dapat membantu yang dimilki kelompok dan merupakan pengatur dalam sebuah kelompok kerja. Contohnya, seorang pasien dangan infark miokard didapati berulang kali berjalan di ruangannya, padahal dia seharusnya bed rest. Seorang perawat manajer, yang demokratif , dapat menggunakan metode eksplorasi kolaboratif untuk menangani kasus ini, sehingga dapat mendorong pasien tsb untuk lebih meningkatkan partisipasi dalam proses pemulihannya. c. Permisif atau gaya kepemimpinan laissez-faire. Seorang pemimpin tidak menetapkan tujuan atau kebijaksanaan dan dapat dengan bebas abstain dalam memimpin staffnya. Gambaran umum dari gaya kepemimpinan ini adalah kebebasan tanpa adanya control atau pusat tujuan. Pemimpin menginginkan setiap orang merasa lebih baik, mengusahakan kemerdekaan bagi setiap orang, dan menghindari tanggung jawab dengan melepaskan kekuasaan pada staffnya. d. Para otokrat mollifying adalah perpaduan antara pemimpin birokrasi dan demokratis, yang mana terkait mengenai kemerdekaan staf, tetapi juga terkait mengenai staf sebagai manusia. Perawat manajer berkomunikasi dengan baik dengan para staffnya, mendengarkan, dan meminta ide-ide
mereka. Setelah memiliki kesempatan untuk bicara, pemimpin ini melakukan apa yang dia telah merencanakan sebelumnya saat berdiskusi dengan staf. e. Gaya parental menggambarkan pemimpin yang tidak pernah disiplin dan terlalu baik untuk staf mereka. Ketergantungan dan ketaatan staff mengacu pada pengembangan dan reward.. Komunikasi biasanya terjadi secara downward, tetapi beberapa terjadi secara upward. Kontrol yang longgar ketika semuanya berjalan lancar tetapi, ketika masalah terjadi, para manajer perawat tidak efektif. f. Multicratic gaya kepemimpinan menggabungkan poin terbaik dari tiga gaya tradisional: otokratis, demokratis, dan laissez-faire.Pemimpin multicratic menggabungkan fleksibilitas pendekatan dan kepedulian orang untuk mencapai tujuan administrasi yang efektif.
Teori Kepemimpinan Teori kontingensi Pertengahan tahun 1960, Fiedler mempublikasikan teori kontigensi dari kepemimpinan yang efektif, yang menyarankan bahwa gaya seorang pemimpin harus cocok dengan permintaan situasi agar memimpin dengan efektif. Fiedler membagi 2 gaya kepemimpinan, yaitu : relationship-oriented dan task oriented leadership. Sejak Fiedler (1967) mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu prosess untuk mempengaruhi, situasi kepemimpinan digambarkan sebagai suatu dimensi yang menunjukkan seorang mpemimpin mempengaruhi masing-masing anggota kelompoknya. Dimensi ini disebut Situation Favorability, yang terdiri dari 3 komponen : a. Hubungan anggota-pemimpin : sejauh mana seorang pemimpin memiliki dukungan dan loyalitas kepada anggotanya dan membina hubungan yang ramah dan kooperatif. b. Struktur tugas : sejauh mana tugas standar dapat didokumentasikan dan dikendalikan. c. Posisi kekuasaan : sejauh mana pemimpin memiliki kewenangan untuk menilai kinerja anggotanya dan memberikan penghargaan atau hukuman.
Teori Path-Goal Diungkapkan oleh House, merupakan usaha untuk mengapliksikan teori motivasi manusia dan pelaksanaan tugas terhadap kepemimpinan yang efektif. Pemimpin pada teori ini berfungsi sebagai pelatih, pembimbing, dan memberikan insentif untuk meningkatakn kinerja pegawainya. 4 dasar pembentukan sikap kepemimpinan : a. Supportif leadership: sebuah sikap yang mencakup pemahaman terhadap kebutuhan staffnya dan menciptakan iklim pertemanan dalam sebuah tim.
b. Directive leadership : sebuah sikap bimbingan yang diberikan manajer kepada bawahan tentang prosedur, peraturan, jadwal dan koordinasi dalam pekerjaannya yang tujuannya untuk mengurangi kerancuan dalam bekerja. Achievment-oriented leadership : sebuah sikap penghargaan yang diberikan oleh manajer kepada bawahannya yang memiliki prestasi sehingga bawahan yang lainnya lebih termotivasi dalam meningkatkan kinerja yang tinggi. c. Participatve- leadership : suatu sikap melibatkan anggota tim dalam pembuatan keputusan. Hal ini terutama penting saat pemikiran kreatif diperlukan untuk memecahkan masalah yang kompleks atau membuat keputusan yang akan berdampak pada anggota tim
Model Normatif dalam Partisipasi Pembuatan Keputusan Vroom dan Yetton mengemukakan model normative atau prescriptif untuk menentukan jumlah partisipasi dalam pembuatan keputusan pada situasi yang berbeda. Vroom dan Yetton menyarankan : 1. Keputusan manajer dapat dibuat berdasarkan angka partisipasi staff 2. Jumlah partisipasi tergantung pada penerimaan staaf tersebut terhadap keputusan. Ada atau tidaknya manajer seluruh informasi di buat untuk membuat keputusan.
Pendekatan Sosial dalam Pembelajaran Kepemimpinan Seorang perawat manajer merupan contoh teladan bagi staffnya. Maka, ia dapat memimpin staffnya sehingga dapat menyelesaikan tugas-tugas tertentu, dengan berbekal pengetahuan yang dimilikinya. Ia harus menunjukkan prilaku dan sikap yang tepat di depan staffnya, memberikan umpan balik pada setiap tindakan staffnya , sehingga kepemimpinannya dapat berjalan efektif.
Efek Pygmalion
Efek Pygmalion adalah jika seseorang atau sekelompok orang yang sadar tentang harapan yang tinggi dari mereka, mereka akan menunjukkan kinerja lebih baik dan mencapai hasil yang lebih baik. Menurut teori ini, manajer jauh dapat meningkatkan hasil dan efektivitas karyawan mereka dengan percaya di dalam mereka dan mengharapkan keberhasilan mereka. Efek ini bekerja dalam lingkungan dan kondisi apapun.
Team Building
Kekompakan adalah proses interaksi interpersonal, dan interaksi ini dipengaruhi oleh sejumlah karakteristik. Misalnya, kedekatan fisik beberapa anggota kelompok membuat mungkin bahwa mereka
akan menjadi teman. Lebih jauh lagi, frekuensi interaksi dan harapan meningkatkan interaksi masa depan kemungkinan bahwa individu akan mulai menyukai orang-orang yang dekatnya. Sangat penting adalah bahwa struktur dari proses komunikasi dapat digunakan oleh manajer perawat untuk memfasilitasi efektivitas unit. Dalam kelompok partisipatif, setiap individu memiliki kesempatan dan didorong, sering berkomunikasi dengan siapa pun dan semua orang dalam kelompok.