You are on page 1of 6

Rencana tata ruang wilayah (RTRW) perlu dipahami sebagai acuan spasial dalam pelaksanaan pembangunan nasional serta

pentingnya implementasi RTRW tersebut secara konsisten Dalam rangka menghadapi kondisi keterbatasan ruang wilayah Nusantara, sementara di sisi lain kebutuhan terhadap ruang semakin meningkat, maka diperlukan pendekatan pengelolaan ruang wilayah nasional secara bijaksanauntuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam lingkungan yang berkelanjutan, yang kemudian kita kenal dengan pendekatan penataan ruang. Lahirnya UUPR pada tahun 2007 beserta peraturan pelaksanaannya merupakan era baru dalam penyelenggaraan penataan ruang di Indonesia. Rencana tata ruang sebagai produk utama penataan ruang merupakan matra spasial dalam pengembangan wilayah dan kota yang dibentuk atas dasar kesepakatan semua pihak, baik sektor maupun daerah. Atas dasar kesepakatan tersebut, maka rencana tata ruang seyogyanya secara konsisten menjadi acuan dalam pelaksanaan pembangunan di Indonesia. Pelaksanaan pembangunan nasional tentunya tidak akan hanya berjalan dengan implementasi Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)beserta rencana rincinya pada tataran spasial yang makro. Oleh karena itu, untuk mewujudkan tujuan pembangunan nasional danmendorong investasi di segala bidang, diperlukan rencana tata ruang pada tataran yang lebih operasional. Untuk itu, penetapan RTRW Provinsi maupun RTRW Kabupaten/Kota beserta rencana rincinya perlu menjadi perhatian kita bersama. Selain perlu upaya untuk menetapkan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota menjadi sebuah dokumen

peraturan daerah (perda), hal yang tak kalah pentingnya adalah implementasi secara konsisten dari RTRW tersebut. Saat ini, kita diharapkan tidak lagi hanya berada dalam tahap perencanaan, namun secara simultan seyogyanya sudah masuk ke dalam tahap implementasipengembangan wilayah yang sesuai dengan rencana tata ruang. Selanjutnya, dalam rangka mewujudkan tertib tata ruang, diperlukan pengendalian pemanfaatan ruang secara efektif dan berkeadilan. Persetujuan Subtansi Teknis RTRW UUPR mengamanatkan adanya persetujuan substansi teknis oleh Menteri yang menyelenggarakan urusan dalam bidang penataan ruang sebelum rancangan peraturan daerah (raperda) tentang RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota ditetapkan. Khusus untuk RTRW Kabupaten/Kota, persetujuan substansi diberikan oleh Menteri, apabila sebelumnya telah mendapat rekomendasi dari Gubernur. Untuk menyamakan pemahaman bersama, persetujuan substansi teknis dilakukan oleh Menteri memiliki 4 (empat) prinsip. Pertama, persetujuan substansi teknis RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota dilakukan untuk menjamin kesesuaian/konsistensi RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/ Kota dengan RTRWN dan kebijakan nasional bidang penataan ruang. Persetujuan ini juga dimaksudkan agar RTRWN, RTRW Provinsi, dan RTRW Kabupaten/Kota saling terintegrasi satu sama lain. Kedua, pendekatan self assessment yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah terhadap RTRW Provinsi maupun RTRW Kabupaten/Kota sangat diperlukan dalam proses persetujuan substansi. Hal ini dimaksudkan agar pemerintah daerah betul-betul bertanggung jawab atas kualitas RTRW yang dihasilkan, serta sudah melalui proses yang inklusif di daerah. Selanjutnya yang ketiga, perlu upaya untuk terus mendorong peran Pemerintah sebagai pembina dan pengawas teknis agar seluruh daerah mampu melakukan self assessment secara efektif, dan yang keempat, persetujuan substansi dilakukan apabila sudah melalui pembahasan dan konsensus dalam forum BKPRN. Berdasarkan keempat prinsip tersebut, maka persetujuan substansi teknis RTRW Provinsi maupun RTRW Kabupaten/ Kota merupakan fokus kita bersama sebagai anggota BKPRN, dan juga tentunya pemerintah daerah sebagai penyelenggara penataan ruang di daerah. Sebagaimana yang diamanatkan UUPR bahwa semua perda tentang RTRW Provinsi disusun atau disesuaikan paling lambat 2 (dua) tahun, dan perda tentang RTRW Kabupaten/ Kota disusun atau disesuaikan paling lambat 3 (tiga) tahun sejak UUPR diberlakukan,serta mengingat pelaksanaan amanat tersebut sudah terlewati, maka upaya yang perlu dilakukan saat ini adalahupaya percepatan penetapan RTRW tersebut. Di samping itu, seiring dengan kebutuhan daerah akan RTRW yang lebih operasional sebagai dasar perizinan pelaksanaan pembangunan, maka percepatan penetapannya menjadi perda merupakan suatu keniscayaan yang harus diperjuangkan oleh setiap daerah, sehingga paling lambat pada tahun 2012 semua RTRW Provinsi, Kabupaten/Kota sudah di-perda-kan. Walaupun tidak sesuai sepenuhnya dengan target waktu penyelesaian RTRW seperti yang diamanatkan UUPR, Gubernur, Bupati/Walikota yang pada Tahun 2010-2011 ini telah bekerja keras di dalam percepatan penyelesaian RTRW. Sebagai gambaran, dari 33 (tiga puluh tiga) provinsi, nhanya tinggal Provinsi Aceh yang masih dalam proses revisi RTRW Provinsinya, dan Provinsi Riau sedang dalam proses untuk

persetujuan substansi. Sedangkan 31 (tiga puluh satu) provinsi lainnya telah mendapatkan persetujuan substansi teknis dari Menteri Pekerjaan Umum, namun diantaranya terdapat 16 (enam belas) provinsi yang secara paralel menjalani proses kehutanan, 4 (empat) provinsi yaitu Provinsi Bengkulu, Provinsi Jawa Timur, Provinsi Kalimantan Selatan, dan Provinsi Gorontalo sedang dalam proses penetapan perda di DPRD Provinsi, dan 11 (sebelas) provinsi sudah menetapkan perda RTRW Provinsinya, yaitu Provinsi Sulawesi Selatan, Provinsi Bali, Provinsi D. I. Yogyakarta, Provinsi Jawa Barat, Provinsi Lampung, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Banten, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Provinsi DKI Jakarta, dan Provinsi Sumatera Barat. Khusus untuk 2 (dua) provinsi terakhir ini yaitu Provinsi DKI Jakarta dan Provinsi Sumatera Barat, sudah ada penetapan perda oleh DPRD, dan saat ini sedang dalam proses evaluasi Kementerian Dalam Negeri. Lebih lanjut dari 491 kabupaten/kota, terdapat 96 (20%) kabupaten/kota yang masih dalam tahap proses revisi di daerahnya masing-masing, sedangkan 395 (80%) kabupaten/ kota sudah melakukan pembahasan BKPRN, diantaranya terdapat 129 (26%) kabupaten/kota sedang melakukan perbaikan pasca-sidang BKPRN, dan 266 (54%) kabupaten/ kota telah mendapatkan persetujuan substansi teknis dari Menteri Pekerjaan Umum. Dari 54% kabupaten/kota tersebut, terdapat 67 (14%) kabupaten/kota yang telah menetapkan Perda RTRW Kabupaten/Kota-nya, sedangkan sisanya sejumlah 40% Kabupaten/Kota masih harus kita dorong untuk dapat segera mempercepat proses perda RTRW-nya. Percepatan Penyelesaian RTRW dalam Mendukung Kebijakan MPEI 2011-2025 Dengan kondisi progres penyelesaian RTRW saat ini, kiranya upaya percepatan merupakan langkah yang tepat untuk dilakukan dan hal tersebut dapat terlaksana bersama-sama. Berbagai kebijakan terkait percepatan penetapan perda tentang RTRW Provinsi maupun RTRW Kabupaten/Kota tengah dilakukan. Upaya percepatan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Pusat antara lain adalah percepatan persetujuan substansi teknis RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota, dengan tetap mengawal hingga RTRW tersebut dapat segera ditetapkan menjadi perda. Percepatan persetujuan substansi teknis dalam rangka penetapan RTRW telah dilaksanakan melalui 4 (empat) upaya yang secara inklusif melibatkan berbagai pihak. Pertama, melakukan pembinaan teknis kepada pemerintah provinsi, kabupaten/kota, termasuk mendorong Gubernur untuk segera menetapkan perda tentang RTRW Provinsi, baik melalui suratmenyurat maupun melakukan kegiatan koordinasi secara langsung, serta dengan menguatkan peran Gubernur di dalam mengkoordinasikan upaya percepatan proses perda

RTRW Kabupaten/Kota, khususnya bagi daerah yang telah mendapatkan persetujuan substansi teknis dari Menteri Pekerjaan Umum sehingga dapat segera di-perda-kan. Kedua, melakukan fasilitasi pertemuan antara Sekretariat Daerah Provinsi dan seluruh Sekretariat DaerahKabupaten/Kota serta SKPD Kabupaten/Kota,dalam rangka mendorong percepatan penyelesaian RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/ Kota, terutama untuk mempercepat finalisasi raperda RTRW Kabupaten/Kota dan proses Rekomendasi Gubernur. Selanjutnya, ketiga, menyelenggarakan harmonisasi raperda tentang RTRW Provinsi dengan raperda tentang RTRW Kabupaten/Kota, antara lain untuk mempercepat proses perbaikan RTRW pasca-sidang BKPRN di daerahnya masing-masing, seperti terkait batasan wilayah dan sinkronisasi kebijakan sektoral dan kewilayahan, dan yang terakhir, keempat, melakukan pendampingan teknis percepatan penyelesaian seluruh RTRW Kabupaten/Kota yang masih belum pada tahapan persetujuan substansi dari Menteri Pekerjaan Umum. Lebih lanjut, dalam rangka implementasi UUPR dan proses pengembangan wilayah yang berkelanjutan di tiap daerah, disadari akan pentingnya upaya percepatan persetujuan substansi teknis RTRW, sehingga dengan mekanisme dan efektifitas proses internal di Kementerian Pekerjaan Umum dan forum teknis BKPRN, yang selama ini telah berjalan dan terus diupayakan perbaikannya, maka proses di tingkat Pusat dijamin akan sangat efektif. Saat ini telah ditetapkan 4 (empat) rencana tata ruang kawasan strategis nasional (RTR KSN) sebagai rencana rinci dan operasionalisasi dari RTRWN, yaitu Peraturan Presiden (Perpres) No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Ruang Kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur); Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita); Perpres No. 55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sungguminasa, dan Takalar (Mamminasata); serta Perpres No. 62 Tahun 2011 Tentang Rencana Tata

RTR KSN tersebut berfungsi sebagai penjabaran RTRWN dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi dan kabupaten/kota, termasuk acuan dalam rangka koordinasi investasi pembangunan infrastruktur melalui Rencana Terpadu dan Program Investasi Infrastruktur Jangka Menengah (RPI2JM), serta dapat dijadikan acuan perizinan, terutama apabila RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota masih belum ditetapkan. Selain RTR KSN, saat ini juga sedang diupayakan penetapan 4 (empat) Perpres tentang rencana tata ruang (RTR) pulau/kepulauan sebagai perangkat operasional dari RTRWN dan sebagai alat koordinasi pelaksanaan penataan ruang wilayah provinsi di wilayah pulau tersebut. Keempat RTR Pulau tersebut meliputi RTR Pulau Sumatera, RTR Pulau Jawa-Bali, RTR Pulau Kalimantan, dan RTR Pulau Sulawesi. Dalam waktu dekat, RTR Pulau Sulawesi diharapkan sudah akan segera ditetapkan menjadi Perpres. Terkait dengan percepatan penyelesaian RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota, RTR KSN tersebut merupakan dokumen yang harus diperhatikan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten/kota yang sedang melakukan penyusunan RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota, khususnya untuk daerah yang berada pada cakupan wilayah RTR KSN tersebut. Diharapkan seluruh pemangku kepentingan, baik Pemerintah Pusat, pemerintah daerah, maupun pemangku kepentingan bidang penataan ruang lainnya, untuk membentuk komitmen bersama dalam melakukan percepatan penyelesaian perda tentang RTRW Provinsi dan RTRW Kabupaten/Kota agar pelaksanaan pembangunan di Indonesia menjadi lebih terarah dan konsisten mengikuti rencana tata ruang. Referensi: Bahan Paparan Menteri PU pada Panel Paparan Menteri di Rakernas Badan BKPRN, Manado, 30 November 2011

You might also like