You are on page 1of 10

Daftar Isi

I. Pengertian Etika Profesi.............................................................................2


1.1 Pengertian Etika dan Etika Profesi........................................................2
1.2 Etika dan Estetika.................................................................................2
1.3 Etika dan Etiket....................................................................................2
II. Peranan Etika dalam Dunia Modern...........................................................4
III. Etika Pemanfaatan Teknologi Informasi...................................................5
I. Pengertian Etika Profesi

I.1 Pengertian Etika dan Etika Profesi

Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos (bahasa Yunani)
yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu
subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh
individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan
yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin [1993], etika didefinisikan sebagai “the discipline
which can act as the performance index or reference for our control
system”. Etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self
control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan
untuk kepentingan kelompok sosial(profesi) itu sendiri.
Kehadiran organisasi profesi dengan perangkat “built-in
mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini jelas akan
diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan
di sisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk
penyimpangan maupun penyalah-gunaan keahlian (Wignjosoebroto,
1999).
Sebuah profesi hanya dapat memperoleh kepercayaan dari
masyarakat, bilamana dalam diri para elit profesional tersebut ada
kesadaran kuat untuk mengindahkan etika profesi pada saat
mereka ingin memberikan jasa keahlian profesi kepada masyarakat
yang memerlukannya.

I.2 Etika dan Estetika


Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang
berbicara tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak
mempersoalkan keadaan manusia, melainkan mempersoalkan
bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan manusia ini
ditentukan oleh bermacam-macam norma.
Norma ini masih dibagi lagi menjadi norma hukum, norma moral,
norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari
hukum dan perundang- undangan, norma agama berasal dari
agama sedangkan norma moral berasal dari suara batin. Norma
sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari sedangkan norma
moral berasal dari etika.

I.3 Etika dan Etiket


Etika (ethics) berarti moral sedangkan etiket (etiquette) berarti
sopan santun. Persamaan antara etika dengan etiket yaitu:
• Etika dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah
tersebut dipakai mengenai manusia tidak mengenai binatang
karena binatang tidak mengenal etika maupun etiket.
• Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normatif
artinya memberi norma bagi perilaku manusia dan dengan
demikian menyatakan apa yag harus dilakukan dan apa yang
tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya normatif maka
kedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.
Perbedaan antara etika dengan etiket
1. Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket
menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan
serta ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu.Etika tidak
terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika memberi
norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut masalah
apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh
dilakukan.
2. Etiket hanya berlaku untuk pergaulan.Etika selalu berlaku
walaupun tidak ada orang lain. Barang yang dipinjam harus
dikembalikan walaupun pemiliknya sudah lupa.
3. Etiket bersifat relatif. Yang dianggap tidak sopan dalam sebuah
kebudayaan, dapat saja dianggap sopan dalam kebudayaan
lain.Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan
berbohong”, “jangan mencuri” merupakan prinsip etika yang
tidak dapat ditawar-tawar.
4. Etiket hanya memadang manusia dari segi lahiriah saja
sedangkan etika memandang manusia dari segi dalam. Penipu
misalnya tutur katanya lembut, memegang etiket namun
menipu. Orang dapat memegang etiket namun munafik
sebaliknya seseorang yang berpegang pada etika tidak mungkin
munafik karena seandainya dia munafik maka dia tidak bersikap
etis. Orang yang bersikap etis adalah orang yang sungguh-
sungguh baik.
II. Peranan Etika dalam Dunia Modern
Peranan etika dalam dunia modern menyababkan adanya
pluralism moral. Timbulnya masalah-masalah etis batu, seperti
seorang pengusaha saos yang lebih mementingkan uang dibanding
dengan memikirkan nasib para konsumen saos yang akan
merasakan akibat saos yang dibuat secara ‘curang’. Masalah seperti
ini muncul karena tidak adanya etika yang baik dari seorang
pengusaha saos uang menyalahgunakan pengembangan teknologi.
Masalah – masalah seperti ini menjadi tantangan bagi agamawan,
karena masalah – masalah tersebut berkaitan dengan moral dan
ajaran agama.
Etika perlu dibedakan dari moral. Ajaran moral memuat
pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat pada
sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang
harus hidup. Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap
anggapan tentang apa yang bernilai serta kewajiban manusia.
Etika merupakan ilmu tentang norma, nilai dan ajaran moral.
Etika merupakan filsafat yang merefleksikan ajaran moral.
Pemikiran filsafat mempunyai 5 ciri khas yaitu bersifat rasional,
kritis, mendasar, sistematik dan normatif (tidak sekadar melaporkan
pandangan moral melainkan menyelidiki bagaimana pandangan
moral yang sebenarnya).
Pluralisme moral diperlukan karena:
1. pandangan moral yang berbeda-beda karena adanya perbedaan
suku,daerah budaya dan agama yang hidup berdampingan;
2. modernisasi membawa perubahan besar dalam struktur dan nilai
kebutuhan masyarakat yang akibatnya menantang pandangan
moral tradisional;
3. berbagai ideologi menawarkan diri sebagai penuntun kehidupan,
masing-masing dengan ajarannya sendiri tentang bagaimana
manusia harus hidup.
Etika sosial dibagi menjadi:
• Sikap terhadap sesama;
• Etika keluarga;
• Etika profesi, misalnya etika untuk dokumentalis, pialang
informasi;
• Etika politik;
• Etika lingkungan hidup; serta
• Kritik ideologi.
Moralitas
Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral
yang terdapat di antara sekelompok manusia. Adapun nilai moral
adalah kebaikan manusia sebagai manusia.
Norma moral adalah tentang bagaimana manusia harus hidup
supaya menjadi baik sebagai manusia. Ada perbedaan antara
kebaikan moral dan kebaikan pada umumnya. Kebaikan moral
merupakan kebaikan manusia sebagai manusia sedangkan kebaikan
pada umumnya merupakan kebaikan manusia dilihat dari satu segi
saja, misalnya sebagai suami atau isteri.
Moral berkaitan dengan moralitas. Moralitas adalah sopan
santun, segala sesuatu yang berhubungan dengan etiket atau
sopan santun. Moralitas dapat berasal dari sumber tradisi atau
adat, agama atau sebuah ideologi atau gabungan dari beberapa
sumber.
Pluralisme moral
Etika bukan sumber tambahan moralitas melainkan merupakan
filsafat yang mereflesikan ajaran moral. Pemikiran filsafat
mempunyai lima ciri khas yaitu rasional, kritis, mendasar,
sistematik dan normatif.
Rasional berarti mendasarkan diri pada rasio atau nalar, pada
argumentasi yang bersedia untuk dipersoalkan tanpa perkecualian.
Kritis berarti filsafat ingin mengerti sebuah masalah sampai ke akar-
akarnya, tidak puas dengan pengertian dangkal. Sistematis artinya
membahas langkah demi langkah. Normatif menyelidiki bagaimana
pandangan moral yang seharusnya.

III. Etika Pemanfaatan Teknologi Informasi

Menjalani profesi dibidang IT, banyak orang yang melakukannya. Tapi


bagaimana menjadi seorang profesional IT sendiri, masih banyak yang
belum menjalaninya.
IT adalah ladang kerja yang saat ini mulai dilirik oleh pencari kerja.
Maraknya lembaga pelatihan dan pendidikan formal maupun non-formal
yang mendidik dan menghasilkan lulusan di bidang IT, adalah salah satu
contoh makin digemarinya lahan kerja yang satu ini. Meski boleh dibilang
tidak murah namun banyak lulusan SMU/sederajat yang akhirnya memilih
pendidikan lanjutan di bidang IT. Berikut adalah dampak pemanfaatan
teknologi informasi yang kurang tepat sebagai berikut (I Made Wiryana):
• Rasa takut;

• Keterasingan;

• Golongan miskin informasi dan minoritas;

• Pentingnya individu;

• Tingkat kompleksitas serta kecepatan yang sudah tidak dapat


ditangani;
• Makin rentannya organisasi;

• Dilanggarnya privasi;

• Pengangguran dan pemindahan kerja;

• Kurangnya tanggung jawab profesi;

• Kaburnya citra manusia.

Adapun beberapa langkah untuk menghadapi dampak pemanfaatan


Teknologi Informasi (menurut I Made Wiryana), yaitu :

a) Desain yang berpusat pada manusia;


b) Dukungan organisasi;
c) Perencanaan pekerjaan;
d) Pendidikan;
e) Umpan balik dan imbalan;
f) Meningkatkan kesadaran publik;
g) Perangkat hukum;
h) Riset yang maju.

Hak Sosial dan Komputer (Deborah Johnson) :


1. Hak atas akses komputer, yaitu setiap orang berhak untuk
mengoperasikan komputer dengan tidak harus memilikinya. Sebagai
contoh belajar tentang komputer dengan memanfaatkan software
yang ada;
2. Hak atas keahlian komputer, pada awal komputer dibuat, terdapat
kekawatiran yang luas terhadap masyarakat akan terjadinya
pengangguran karena beberapa peran digantikan oleh komputer.
Tetapi pada kenyataannya dengan keahlian di bidang komputer dapat
membuka peluang pekerjaan yang lebih banyak;
3. Hak atas spesialis komputer, pemakai komputer tidak semua
menguasai akan ilmu yang terdapat pada komputer yang begitu
banyak dan luas. Untuk bidang tertentu diperlukan spesialis bidang
komputer, seperti kita membutuhkan dokter atau pengacara;
4. Hak atas pengambilan keputusan komputer, meskipun masyarakat
tidak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai
bagaimana komputer diterapkan, namun masyarakat memiliki hak
tersebut.
Hak atas Informasi (Richard O. Masson) :
1. Hak atas privasi, sebuah informasi yang sifatnya pribadi baik secara
individu maupu dalam suatu organisasi mendapatkan perlindungan
atas hukum tentang kerahasiannya;
2. Hak atas Akurasi. Komputer dipercaya dapat mencapai tingkat akurasi
yang tidak bisa dicapai oleh sistem nonkomputer, potensi ini selalu
ada meskipun tidak selalu tercapai;
3. Hak atas kepemilikan. Ini berhubungan dengan hak milik intelektual,
umumnya dalam bentuk program-program komputer yang dengan
mudahnya dilakukan penggandaan atau disalin secara ilegal. Ini bisa
dituntut di pengadilan;
4. Hak atas akses. Informasi memiliki nilai, dimana setiap kali kita akan
mengaksesnya harus melakukan account atau izin pada pihak yang
memiliki informasi tersebut. Sebagai contoh kita dapat membaca data-
data penelitian atau buku-buku online di Internet yang harus bayar
untuk dapat mengaksesnya.
Kontrak Sosial Jasa Informasi
? Komputer tidak akan digunakan dengan sengaja untuk menggangu
privasi orang;
? Setiap ukuran akan dibuat untuk memastikan akurasi pemroses data;
? Hak milik intelektual akan dilindungi.
IV. Etika Profesi Dibidang Teknologi Informasi

Secara umum pekerjaan dibidang teknologi informasi setidaknya terbagi


dalam 4 kelompok :
1. Kelompok Pertama, adalah mereka yang bergelut didunia perangkat
lunak (Software), database maupun system aplikasi.
2. Kelompok Kedua, adalah mereka yang bergelut dengan perangkat keras
(Hardware)
3. Kelompok Ketiga, adalah mereka yang berkecimpung dalam operasional
system informasi.
4. Kelompok Keempat, adalah mereka yang berkecimpung di
pengembangan bisnis teknologi informasi.
Mengingat pentingnya teknologi informasi bagi pembangunan bangsa
maka pemerintah pun merasa perlu membuat standarisasi pekerjaan
dibidang teknologi informasi bagi pegawainya. Institusi pemerintah telah
mulai melakukan klasifikasi pekerjaan dalam bidang teknologi sejak 1992,
bagaimanapun juga klasifikasi pekerjaan ini mungkin masih belum dapat
mengakomodasi klasifikasi pekerjaan pada teknologi informasi secara
umum. Terlebih lagi, deskrepsi tentang pekerjaan setiap klasifikasi
pekerjaan masih kurang jelas dalam membedakan setiap sel pekerjaan.
Pegawai Negeri Sipil yang bekerja dibidang teknologi informasi, disebut
juga sebagai pranata komputer. Pranata komputer adalah pegawai negeri
sipil yang diberi tugas, wewenang, tanggung jawab serta hak membuat,
merawat, dan mengembangkan system, dan atau sebagai pengolahan
data dengan komputer.
Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam jabatan pranata computer
ditetapkan oleh Menteri, Jaksa Agung Pimpinan Lembaga Pemerintahan
Nondepartemen dan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I.
Pegawai Negeri Sipil yang diangkat untuk pertama kali dalam jabatan
pranata computer harus memnuhi syarat-syarat sebagai berikut :
• Bekerja pada satuan organisasi instansi pemerintah dan bertugas
pokok membuat, memelihara dan mengembangkan system dan
atau program pengolahan data dengan computer.
• Berijasah serendah-rendahnya Sarjana Muda (S1) atau Diploma
Tiga (D3).
• Memiliki pendidikan atau mempunyai pengalaman melakukan
kegiatan dibidang computer.
• Memilioki pengetahuan atau pengalaman dalam bidang tertentu
yang berhubungan dengan bidang computer.
• Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang-
kurangnya bernilai baik.
Sesuai tugas, tanggung jawab serta nilai-nilai profesionalisme yang
harus dimiliki terdapat jenjang dan pangkat pranata computer. Untuk
tetap berada pada jalur profesionalitas, pemerintah juga menetapkan
bahwa pranata computer harus dapat mengumpulkan angka kredit
minimal. Pembebasan dari jabatan pranata computer ditetapkan dengan
keputusan pejabat yang berwenang mengangkat dan memberhentikan
pejabat pranata computer atau pejabat lain yang ditunjuknya.
Pejabat pranata computer diberhentikan dari jabatannya, apabila
pejabat pranata computer yang telah dibebaskan sementara dari
jabatannya sebagaimana dimaksudkan dalam angka IX angka 2 huruf a.
surat edaran bersama ini tidak dapat mengumpulkan angka kredit yang
diprsyaratkan dalam waktu 3 tahun setelah pembebasan sementara.
Selain itu, pejabat pranata computer juga dapat diberhentikan dari
jabatannya, apabila pejabat tersebut dijatuhi hukuman disiplin Pegawai
Negeri Sipil berdasarkan peraturan pemerintah No.30 Tahun 1980 dengan
tingkat hukumandisiplin berat yang telah mempunyai kekuatan hokum
yang tetap.
Profesionalisme harus dipandang sebagai proses yang terus menerus.
Dalam proses ini pendidikan prajabatan termasuk dalam penataran,
pembinaan dari organisasi profesi dan tempat kerja, penghargaan
masyarakat terhadap profesi, penegakan kode etik profesi, sertifikasi,
peningkatan kualitas pekerja, imbalan, dan sebagainya, secara bersama-
sama menentukan pengembangan profesionalisme pekerja di bidang
teknologi informasi.
Bidang teknologi informasi tergolong bidang baru dibandingkan dengan
bidang-bidang pekerjaan lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya
kelangkaan sumber daya manusia dan tenaga kerja dibidang ini. Untuk
mengatasi kelangkaan tenaga kerja tersebut perlu dilakukan langkah-
langkah terpadu untuk mempersiapkan sumber daya manusia dibidang
tersebut sejak dini. Apalagi Indonesia yang dikenal sebagai pengirim
tenaga kerja ke luar negeri, memiliki potensi untuk mengirimkan tenaga
kerja terlatih.
Beberapa hal yang dilakukan di Indonesia antara lain adalah membuka
berbagai program pendidikan di bidang teknologi informasi, selain tingkat
pendidikan formal, diperlukan juga kegiatan-kegiatan pendidikan
nonformal seperti missal kursus-kursus bidang TI, sampai pada sertifikasi.
Tetapi, pendidikan dalam bentuk training umumnya biayanya cukup
mahal. Oleh karena itu dikembangkan paket-paket pelatihan yang
terjangkau. Dalam hal ini, peran pemerintah sangat diperlukan dalam
rangka membantu proses pendidikan tersebut dari sisi pengurangan biaya
pendidikan maupun penambahan fasilitas yang lebih memadai.
Sertifikasi merupakan salah satu cara untuk melakukan standarisasi
sebuah profesi. Atau paling tidak, sertifikasi merupakan lambang dari
sebuah profesionalisme.
Standarisasi dan sertifikasi dapatdilakukan oleh badan-badan resmi yang
ditunjuk pemerintah atau dilakukan juga oleh industri secara langsung
atau yang disebut vendor certification, memang industrilah yang lebih
mengetahui kebutuhan tenaga kerja atau sumber daya manusia yang
sesuai untuk mereka.
Tujuan umum sebuah profesi adalah memnuhi tanggung jawabnya
dengan standar profesionalisme tinggi sesuai bidangnya, mencapai
tingkat kinerja yang tinggi, dengan orientasi kepada kepentingan public.
Untuk mencapai tujuan tersebut kebutuhan dasar yang harus dipenuhi
sebuah profesi yaitu Kredibilitas, Profesionalisme, Kualitas jasa, dan
Kepercayaan.
Di Indonesia sudah berdiri sebuah orgsanisasi profesi dibidang
computer sejak tahun 1974 yang bernama IPKIN. Pada awal berdirinya
IPKIN memang bukan merupakan organisasi profesi. IPKIN saat itu
merupakan singkatan dari Ikatan Pengguna Komputer Indonesia, yang
beranggotakan para praktisi pengguna computer di Indonesia. Namun
seiring perkembangannya, IPKIN berganti nama menjadi Ikatan Profesi
Komputer dan Informatika Indonesia (Indonesian Computer Sosiety - ICS).

You might also like