You are on page 1of 26

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Pada Mata Kuliah

Metode Pengembangan Dakwah

Oleh : Hadi Wijaya

NIM : 2001710129

Fakultas Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan

Jurusan Kesehatan Masyarakat

Program Studi Administrasi Kebijakan Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Jakarta

2009
Contents

Pendahuluan ................................................................................................................... 3
Pengertian Dakwah ......................................................................................................... 4
Secara Etimologi.......................................................................................................... 4
Menurut Istilah (Terminologi)...................................................................................... 5
Definisi Dakwah Menurut Ahli ..................................................................................... 8
Hukum Dakwah............................................................................................................... 8
Tujuan Dakwah ............................................................................................................. 14
Dalil Dakwah ................................................................................................................. 15
Contoh Dakwah dari Nabi Muhammad SAW ................................................................. 16
Metode Dakwah............................................................................................................ 17
Tiga Prinsip Umum Tentang Metode Dakwah Islam................................................ 18
Tiga Tahapan Metode................................................................................................ 19
Materi Dakwah ............................................................................................................. 20
Obyek dan Subyek Dakwah ........................................................................................... 21
Daftar Pustaka .............................................................................................................. 25

2
Pendahuluan

Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan memanggil

orang untuk beriman dan taat kepada Allah Subhaanahu wa ta'ala sesuai dengan

garis aqidah, syari'at dan akhlak Islam. Kata dakwah merupakan masdar (kata

benda) dari kata kerja da'a yad'u yang berarti panggilan, seruan atau ajakan.

Ilmu dakwah adalah suatu ilmu yang berisi cara-cara dan tuntunan untuk

menarik perhatian orang lain supaya menganut, mengikuti, menyetujui atau

melaksanakan suatu ideologi, agama, pendapat atau pekerjaan tertentu. Orang

yang menyampaikan dakwah disebut "Da'i" sedangkan yang menjadi obyek

dakwah disebut "Mad'u". Setiap Muslim yang menjalankan fungsi dakwah Islam

adalah "Da'i".

Pengertian dakwah bagi umat Islam merupakan suatu istilah yang tidak

asing, namun dikalangan masyarakat pemahamannya mengalami pendangkalan

dan tidak semua dapat dimengerti secara baik dan benar, seolah-olah dakwah itu

hanya berceramah di atas mimbar. Padahal pengertian dakwah bukan itu saja,

maka untuk mendapatkan pengertian yang jelas dan cermat akan ditinjau dari tiga

segi (etimologi), secara istilah (terminologi) dan menurut para ahli (ulama).

3
Pengertian Dakwah

Pengertian dakwah di bedakan menjadi tiga macam, pengertian dakwah

menurut bahasa (etimologi), menurut istilah (terminologi), dan pengertian dakwah

menurut pendapat para ahli.

Secara Etimologi

Secara etimologi, kata dakwah sebagai bentuk mashdar dari kata do’a (fi’il madhi)

dan yad’u (fi’il mudhari’) yang artinya memanggil (to call). Mengundang ( to in

vite), menggaak (to summer), menyeru (to propo), mendorong (to urge) dan

memohon (to pray). Dakwah dalam pengertian ini dapat dijumpai dalam Al

Qur’an yaitu pada surat Yusuf:33 dan Surat Yunus:25.

             

    

Yusuf berkata: "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka

kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan

cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang

bodoh." (QS Yusuf : 33)

           

4
“Allah menyeru (manusia) ke darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya

kepada jalan yang Lurus (Islam”1) (QS Yunus : 25)

Menurut Istilah (Terminologi)

Secara termologis pengertian dakwah dimanai dari aspek positif ajakan tersebut,

yatu ajakan kepada kebaikan dan keselamatan dunia dan akhirat.

Dalam Al Qur’an, dakwah dalam arti mengajak ditemukan sebanyak 46 kali, 39

kali dalam arti mengajak kepada Isalam dan kebaikan, 7 kali kepada neraka dan

kejahatan.

Beberapa dari ayat tersebut:

1. Mengajak manusia kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran ( QS. Ali

Imran:104)

           

   

dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh

kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar2; merekalah orang-orang yang beruntung.

1
Arti kalimat darussalam Ialah: tempat yang penuh kedamaian dan keselamatan. pimpinan
(hidayah) Allah berupa akal dan wahyu untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat
2
Ma'ruf: segala perbuatan yang mendekatkan kita kepada Allah; sedangkan Munkar ialah segala
perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya

5
2. Mengajak manusia kepada jalan Allah (QS an-Nahl:125)

             

           

serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah3 dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.

3. Mengajak manusia kepada agama Islam (QS as-Shaf:7)

              

  

dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang mengada-adakan Dusta terhadap Allah

sedang Dia diajak kepada Islam? dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang zalim.

4. Mengaak manusia kepada jalan yang lurus (QS al-Mukminun:73)

     

dan Sesungguhnya kamu benar-benar menyeru mereka kepada jalan yang lurus.

3
Hikmah: ialah Perkataan yang tegas dan benar yang dapat membedakan antara yang hak dengan
yang bathil.

6
5. Memutuskan perkara dalam kehidupan umat manusia, kittabullah dan

sunnaturrasul (QS an-Nur:48 dan 51, serta QS Ali Imran:23)

           

dan apabila mereka dipanggil kepada Allah4 dan Rasul-Nya, agar Rasul menghukum (mengadili)

di antara mereka, tiba-tiba sebagian dari mereka menolak untuk datang.

            

       

tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bahagian Yaitu Al kitab (Taurat),

mereka diseru kepada kitab Allah supaya kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian

sebahagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran).

6. Menggajak kesurga (QS al-Baqarah:122)

           

Hai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah Ku-anugerahkan kepadamu dan aku telah

melabihkan kamu atas segala umat5.

4
Maksudnya: dipanggil utnuk bertahkim kepada Kitabullah.
5
Maksudnya: umat yang semasa dengan Bani Israil.

7
Definisi Dakwah Menurut Ahli

Para ahli memiliki definisi yang berbeda beda tentang pengertian dakwah,

walaupun persepsi dan pendapat mereka berbeda namun tujuannya tentang

pengertian dakwah adalah sama. Dengan demikian Dr. H. K. Suheimi

menyimpulkan bahwa dakwah adalah suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan

oleh seseorang atau organisasi secara sadar dan penuh keyakinan untuk mengajak

orang lain agar mentaati ajaran Islam dan berbuat serta bertingkah laku sesuai

dengan petunjuk Al-qur'an dan Sunnah. Dengan sendirinya pengertian dakwah itu

sangat luas yang menyangkut segala segi kehidupan manusia baik itu dibidang

politik, ekonomi, sosial, kesehatan dan sebagainya.

Hukum Dakwah

Adapun hukumnya, ada sejumlah dalil dari Kitabullah dan as-Sunnah yang

menunjukkan atas wajibnya berdakwah kepada Allah Azza wa Jalla, dan

bahwasanya dakwah itu termasuk kewajiban serta dalil-dalil tentangnya sangatlah

banyak. Diantaranya firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

           

   

8
”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh

kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang

beruntung.” (QS Ali ’Imran : 104)

Firman-Nya Jalla wa ’Ala :

             

           

”Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS an-Nahl : 125)

Allah Subhanahu menjelaskan bahwa para pengikut

Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam, mereka adalah para du’at yang menyeru

kepada Allah dan mereka adalah ahlul basho`ir (orang-orang yang memiliki

hujjah yang nyata, pent.). Maka merupakan kewajiban –sebagaimana telah

maklum- adalah mengikuti beliau dan meniti di atas manhaj beliau ’alaihi ash-

Sholatu was Salam, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

              

  

9
”Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi

orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut

Allah.” (QS al-Ahzaab : 21)

Para ulama menerangkan bahwa dakwah kepada Allah Azza wa Jalla itu

hukumnya fardhu kifayah, selama negeri-negeri itu memiliki para du’at yang

tinggal di dalamnya. Karena sesungguhnya setiap negeri dan wilayah,

memerlukan dakwah dan memerlukan antusiasme di dalam dakwah. Dengan

demikian, dakwah hukumnya fardhu kifayah apabila telah ada orang yang

menegakkannya dan jika telah memadai maka gugur kewajiban dakwah bagi

lainnya dan dakwah pada saat itu menjadisunnah mu’akkadah dan termasuk

amal shalih yang mulia.

Apabila para penduduk suatu wilayah atau negeri tertentu belum dapat

menegakkan dakwah secara sempurna, maka semuanya berdosa dan hukumnya

menjadi wajib atas seluruhnya, dan wajib bagi setiap orang untuk menegakkan

dakwah sebatas kemampuan dan sebisanya.

Adapun tinjauan terhadap negeri-negeri secara umum,

maka wajiblah kiranya ada sekelompok orang yang memiliki andil di dalam

menegakkan dakwah kepada Allah Jalla wa ’Ala di seluruh penjuru dunia, yang

menyampaikan risalah Allah dan menerangkan perintah Allah Azza wa

Jalla dengan segala cara yang memungkinkan. Karena Rasulullah Shallallahu

’alaihi wa Salam telah mengutus para delegasi dan mengirim surat-surat kepada

manusia, kepada kerajaan-kerajaan dan para pembesar, beliau mengajak mereka

kepada Allah Azza wa Jalla.

10
Terkadang berdakwah itu hukumnya menjadi fardhu ’ain apabila anda

berada di suatu tempat yang tidak ada seorang pun yang melaksanakannya kecuali

anda. Seperti amar ma’ruf dan nahi munkar, maka hukumnya adalah fardhu

’ain dan acap kali dakwah itu berubah hukumnya menjadi fardhu kifayah.

Apabila anda bersemangat dan berantusias di dalam dakwah, maka anda dengan

demikian telah berlomba-lomba di dalam kebaikan dan berlomba-lomba di dalam

ketaatan. Diantara dalil yang dijadikan sebagai hujjah bahwa dakwah itu fardhu

kifayah adalah firman Allah Jalla wa ’Ala :

           

   

”Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan.” (QS Ali

’Imran : 104)

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata menjelaskan ayat ini yang maknanya

sebagai berikut : Hendaklah ada diantara kalian sekumpulan orang yang

memberikan andil di dalam urusan yang agung ini, menyeru kepada Allah dan

menyebarkan agama-Nya serta menyampaikan perintah-Nya Subhanahu wa

Ta’ala.

Di saat sedikitnya para du’at dan banyaknya kemungkaran serta

mendominasinya kebodohan – sebagaimana keadaan kita pada hari ini-, maka

dakwah menjadi fardhu ’ain atas setiap orang sebatas kemampuannya.

11
Apabila seseorang berada di suatu tempat yang terbatas (kecil) seperti di

suatu desa, kota atau semisalnya, dan ia mendapatkan adanya orang yang

menjalankan dakwah di dalamnya, yang menegakkan dan menyampaikan perintah

Allah, maka hal ini telah memadai dan hukum tabligh bagi orang itu

adalah sunnah. Karena hujjah telah ditegakkan dan perintah Allah telah

ditunaikan melalui upaya orang selain dirinya.

Akan tetapi, berkenaan dengan bumi Allah dan manusia lainnya, maka

wajib bagi para ulama dan para penguasa dengan segenap kemampuan mereka,

menyampaikan perintah Allah ke setiap negeri dan setiap orang sebisanya, dan hal

ini merupakan fardhu ’ain atasnya sebatas kemampuannya.

Dengan demikian, dapatlah diketahui bahwa dakwah itu bisa jadi

berhukum fardhu ’ain dan bisa jadi fardhu kifayah. Hal ini adalah suatu hal

yang nisbi (relatif) yang berbeda-beda. Dakwah kadang kala menjadi fardhu

’ain atas suatu kaum atau individu, dan terkadang pula menjadi sunnah atas

individu atau kaum lainnya, dikarenakan didapatkan di tempat atau daerah mereka

ada orang yang menegakkan dakwah sehingga telah mencukupi bagi mereka.

Adapun yang berkaitan dengan para penguasa dan orang-orang yang

memiliki kemampuan yang lebih luas, maka kewajiban atas mereka lebih banyak.

Wajib bagi mereka menyebarkan dakwah ke negeri-negeri yang mereka sanggupi,

dengan segenap kemampuan dan dengan segala cara yang memungkinkan, dengan

bahasa sehari-hari yang manusia berbicara dengannya. Wajib bagi mereka

menyampaikan perintah Allah dengan bahasa-bahasa tersebut, sehingga

12
tersampaikan agama Allah kepada semua orang dengan bahasa yang difahaminya,

baik dengan bahasa Arab atau selainnya.

Mencermati penyebaran dakwah yang menyeru kepada ideologi yang

membinasakan dan kepada ilhad (penistaan agama), yang mengingkari eksistensi

Rabb semua makhluk, mengingkari risalah kenabian dan mengingkari akhirat,

serta mencermati penyebaran dakwah kristiani di banyak negara dan dakwah-

dakwah lain yang menyesatkan. Mencermati ini semua, maka sesungguhnya

dakwah kepada Allah Azza wa Jalla pada hari ini adalah wajib secara umum :

wajib bagi seluruh ulama dan para penguasa yang beragama Islam, wajib atas

mereka menyampaikan agama Allah dengan segenap kemampuan dan kekuatan,

baik dengan tulisan maupun lisan, dengan media informasi dan semua sarana yang

mereka sanggupi, dan janganlah mereka bersikap pasif dan melemparkan

tanggung jawab ini kepada Zaid atau ’Amr, karena sesungguhnya yang

diperlukan, bahkan sangat mendesak dibutuhkan pada hari ini, adalah adanya

ta’awun (saling bekerjasama) dan berserikat serta saling bahu membahu di dalam

urusan yang agung ini, lebih banyak daripada sebelumnya.

Karena sesungguhnya musuh-musuh Allah, mereka saling bahu membahu

dan bekerjasama dengan segala sarana yang ada untuk menghalang-halangi dari

jalan Allah, menyebarkan keragu-raguan tentang agama Allah dan mengajak

manusia untuk keluar dari agama Allah Azza wa Jalla.

13
Tujuan Dakwah

Jamaluddin Kafie memberikan beberapa dari tujuan dakwah :

1. Tujuan utama dari dakwah itu adalah untuk membangun akhlaq seseorang,

akhlaq masyarakat, akhlaq negara dan akhlaq manusia.

2. Tujuan hakiki dari dakwah adalah untuk mengenal tuhan dan

mempercayainya sekaligus mengikuti jalan-Nya.

3. Tujuan umum untuk menyeru manusia kepada mengindahkan seruan Allah

serta memenuhi panggilan-Nya di dunia dan akhirat.

4. Tujuan khusus dari dakwah adalah menginginkan dan berusaha bagaimana

membentuk suatu tatanan masyarakat Islam yang utuh.

5. Tujuan urgen adalah agar tingkah laku manusia yang berakhlaq secara

eksis tercermin dalam fakta hidup dan lingkungannya serta dapat

mempengaruhi pikirannya.

6. Tujuan insidental adalah untuk meringankan beban manusia dengan jalan

memberikan pemecahan permasalahan yang sedang berkembang atau

memberikan jawaban atas berbagai persoalan hidup.

7. Tujuan final dari dakwah adalah amar ma'ruf nahi munkar.

Dengan demikian tujuan dakwah itu mengajak manusia ke jalan tuhan

yaitu Islam. Disamping itu dakwah juga bertujuan untuk mempengaruhi cara

berfikir manusia, cara merasa, cara bersikap dan cara bertingkah laku agar

manusia bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Dan juga tujuan dakwah

14
itu untuk meringankan beban manusia dengan jalan memberikan pemecahan-

pemecahan permasalahan yang sedang dihadapi dari berbagai persoalan hidup.

Yang pada akhirnya manusia itu memiliki akhlaq dan moral yang tinggi serta

mampu untuk menegakkan amar ma'ruf nahi munkar yang merupakan tujuan

akhir dari dakwah Islam.

Dalil Dakwah

Menurut Syaikh Abdul ’Aziz bin Abdullah bin Baaz dalil-dalil dakwah sangatlah

banyak, diantaranya :

           

   

“dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh

kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.”

(QS Ali ’Imran : 104)

             

           

15
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.” (QS an-Nahl : 125)

Masih menurut beliau Allah Subhanahu menjelaskan bahwa para pengikut

Rasulullah Shallallahu ’alaihi wa Salam, mereka adalah para du’at yang menyeru

kepada Allah dan mereka adalah ahlul basho`ir (orang-orang yang memiliki

hujjah yang nyata). Maka merupakan kewajiban – sebagaimana telah maklum-

adalah mengikuti beliau dan meniti di atas manhaj beliau ’alaihi ash-Sholatu was

Salam, sebagaimana firman Allah Ta’ala :

              

  

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi

orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut

Allah.” (QS al-Ahzaab : 21)

Contoh Dakwah dari Nabi Muhammad SAW

Nabi Muhammad SAW mencontohkan dakwah kepada umatnya dengan

berbagai cara melalui lisan, tulisan dan perbuatan. Dimulai dari istrinya,

16
keluarganya, dan teman-teman karibnya hingga raja-raja yang berkuasa pada saat

itu. Di antara raja-raja yang mendapat surat atau risalah Nabi SAW adalah kaisar

Heraklius dari Byzantium, Mukaukis dari Mesir, Kisra dari Persia (Iran) dan Raja

Najasyi dari Habasyah (Ethiopia).

Metode Dakwah

Metode dakwah Rasulullah SAW pada awalnya dilakukan melalui

pendekatan individual (personal approach) dengan mengumpulkan kaum

kerabatnya di bukit Shafa. Kemudian berkembang melalui pendekatan kolektif

seperti yang dilakukan saat berdakwah ke Thaif dan pada musim haji.

Metode dakwah adalah cara mencapai tujuan dakwah, untuk

mendapatkan gambaran tentang prinsip-prinsip metode dakwah harus

mencermati firman Allah Swt, dan Hadits Nabi Muhammad Saw :

             

           

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan

bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui

tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang

mendapat petunjuk.” (QS an-Nahl : 125)

17
Tiga Prinsip Umum Tentang Metode Dakwah Islam

Dari ayart tersebut dapat difahami prinsip umum tentang metode

dakwah Islam yang menekankan ada tiga prinsip umum metode dakwah

yaitu ; Metode hikmah, metode mau’izah khasanah, dan meode mujadalah

billati hia ahsan, banyak penafsiran para Ulama terhadap tiga prinsip metode

tersebut antara lain :

1. Metode hikmah menurut Syeh Mustafa Al-Maroghi dalam tafsirnya

mengatakan bahwa hikmah yaitu; Perkataan yang jelas dan tegas

disertai dengan dalil yang dapat mempertegas kebenaran, dan dapat

menghilangkan keragu-raguan.

2. Metode mau‟izah khasanah menurut Ibnu Syayyidiqi adalah memberi

ingat kepada orang lain dengan fahala dan siksa yang dapat menaklukkan

hati.

3. Metode mujadalah dengan sebaik-baiknya menurut Imam Ghazali dalam

kitabnya Ikhya Ulumuddin menegaskan agar orang-orang yang

melakukan tukar fikiran itu tidak beranggapan bahwa yang satu

sebagai lawan bagi yang lainnya, tetapi mereka harus menganggap

bahwa para peserta mujadalah atau diskusi itu sebagai kawan yang saling

tolong-menolong dalam mencapai kebenaran.

Demikianlah antara lain pendapat sebagian Mufassirin tentang tiga

prinsip metode tersebut.

18
Tiga Tahapan Metode

Selain metode tersebut Nabi Muhammad Saw bersabda:

“Siapa di antara kamu melihat kemunkaran, ubahlah dengan tangannya, jika tidak mampu,

ubahlah dengan lisannya, jika tidak mampu, ubahlah dengan hatinya, dan yang terakhir inilah

selemah-lemah iman.” [ H.R. Muslim ].

Dari hadis tersebut terdapat tiga tahapan metode yaitu ;

a. Metode dengan tangan [bilyadi], tangan di sini bisa difahami

secara tektual ini terkait dengan bentuk kemunkaran yang dihadapi, tetapi

juga tangan bisa difahami dengan kekuasaan atau power, dan metode

dengan kekuasaan sangat efektif bila dilakukan oleh penguasa yang

berjiwa dakwah.

b. Metode dakwah dengan lisan [billisan], maksudnya dengan

kata kata yang lemah lembut, yang dapat difahami oleh mad'u,

bukan dengan kata-kata yang keras dan menyakitkan hati.

c. Metode dakwah dengan hati [bilqolb], yang dimaksud dengan

metode dakwah dengan hati adalah dalam berdakwah hati tetap ikhlas,

dan tetap mencintai mad'u dengan tulus, apabila suatu saat mad'u atau

objek dakwah menolak pesan dakwah yang disampaikan, mencemooh,

mengejek bahkan mungkin memusuhi dan membenci da'i atau muballigh,

maka hati da'i tetap sabar, tidak boleh membalas dengan kebencian,

19
tetapi sebaliknya tetap mencintai objek, dan dengan ikhlas hati da’i

hendaknya mendo’akan objek supaya mendapatkan hidayah dari Allah

SWT.

Selain dari metode tersebut, metode yang lebih utama lagi adalah bil

uswatun hasanah, yaitu dengan memberi contoh prilaku yang baik dalam

segala hal. Keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW banya ditentukan

oleh akhlaq belia yang sangat mulia yang dibuktikan dalam realitas

kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Seorang muballigh harus menjadi

teladan yang baik dalam kehidupan sehar-hari.

Materi Dakwah

Menurut Prof. Dr. Achmad Mubarok MA, jika yang dimaksud materi

dakwah itu tentang apa, maka begitu luas materi dakwah karena ajaran Islam

sangat luasnya. Tetapi jika yang dimaksud sumbernya itu apa maka materi

dakwah tak lain adalah ajaran al Qur’an dan hadis. Ia bisa inaturanya (ayat-ayat

dan matan hadis) bisa juga yang sudah diramu dalam bentuk ilmu yang sitematis,

bisa juga dalam bentuk nasehat dan maqalah, bisa juga dalam bentuk kisah-kisah

masyarakat yang diteropong dengan kacamata Qur’an hadis. Jika materi itu

dimisalkan makanan, ada lapisan asyarakat yang tertarik dengan beras untuk

dimasak sendiri, tetapi ada juga yang tidak mau repot-repot mengetahui bahannya

apa, yang penting dalam sajian makanan yang menarik dan enak. Mereka tidak

20
tertarik dengan teks Al Qur’an, tetapi sangat bergairah terhadap tamsil-tamsil dan

maqolah yang indah.

Sedangkan menurut dr. H. K. Suheimi materi dakwah merupakan bahan-

bahan yang akan disampaikan kepada mad'u. Materi dakwah yang diberikan harus

sesuai dengan situasi dan kondisi objek dakwah. Apabila keadaan objek dakwah

sudah diketahui, maka seorang da'i tinggal mempersiapkan materi yang sesuai,

sudah barang tentu saja gaya bahasa maupun materi hendaknya dapat dipahami

dan diteirma oleh objek dakwah.

Dengan demikian materi dakwah itu bersumberkan kepada Al-qur'an dan

Sunnah yang berisikan tentang masalah aqidah, syari'ah dan akhlaq yang

dijabarkan dan dipaparkan kepada objek dakwah dengan berbagai cabang ilmu

dan seorang da'i itu dalam menyampaikan materi dakwah harus sesuai dengan

bidang keahliannya.

Obyek dan Subyek Dakwah

Salah satu hal terpenting dalam dakwah adalah memahami siapa pelaku

(subyek) dan ladang garap (obyek) dakwah. Ini berkaitan dengan tujuan yang

hendak dicapai dan cara dakwah yang akan ditempuh.

Secara ringkas, pelaku atau subyek dakwah bisa dibagi menjadi tiga,

yakni: individu, jamaah dan daulah (negara). Sedang ladang garap (obyek)

dakwah ada dua: orang kafir (sebagai individu dan negara) dan muslim.

21
Dakwah kepada individu kafir bertujuan untuk mengubah aqidahnya

menjadi aqidah Islam. Dakwah seperti ini bisa dilakukan oleh individu muslim

dengan mengajak secara langsung individu kafir, melalui berbagai cara, untuk

masuk Islam. Dakwah semacam ini akan lebih efektif bila dilakukan oleh sebuah

jamaah. Dengan jumlah orang dan sumber daya (dana, pikiran dan tenaga) yang

lebih besar, kemampuan untuk melakukan dakwah kepada orang-orang kafir tentu

lebih besar pula. Hasilnya juga tentu akan lebih baik ketimbang dakwah yang

dilakukan sendiri. Tapi yang paling efektif adalah dilakukan oleh negara. Melalui

penerapan hukum Islam di tengah masyarakat, orang kafir yang hidup dalam

masyarakat Islam sebagai ahludz dzimmah -- orang kafir yang dibiarkan dalam

kekafirannya tapi hidup dalam daulah Islam sebagaimana warga negara muslim

yang lain -- akan melihat secara langsung kehidupan Islam dan merasakan sendiri

kerahmatannya. Sementara, penjelasan terus menerus yang dilakukan oleh negara

melalui media massa tentang ajaran Islam dan kesalahan aqidah kufur, ditambah

dengan pendekatan yang dilakukan oleh orang-orang Islam secara individual dan

kegiatan jamaah dakwah yang ada, membuat ahludz dzimmah akan menilai

aqidah yang dipeluknya untuk kemudian terdorong menggantinya dengan aqidah

Islam. Sekalipun begitu, andai ia tidak juga mau berubah, tetap saja tidak boleh

dipaksa untuk memeluk Islam. Sementara, dakwah kepada kaum kufar sebagai

negara tentu saja hanya bisa dilakukan oleh negara. Daulah Islam melalui para

dutanya, akan mengajak para pemimpin dari berbagai negara kufur untuk masuk

Islam. Juga kepada para penduduk negeri itu, melalui para da'i yang resmi sebagai

utusan negara ataupun bukan, diserukan untuk memeluk Islam. Dijelaskan kepada

22
mereka dengan hujjah (argumen) yang nyata, dalil yang kuat dan bukti yang tak

terbantah tentang kebenaran Islam, sehingga menggugah akal mereka, menyentuh

perasaan dan menggetarkan jiwa mereka. Bila mereka menolak untuk masuk

Islam, mereka diminta tunduk kepada daulah Islam sebagai ahludz dzimmah

dengan kewajiban membayar jizyah. Mereka diperlakukan sama dengan orang

Islam. Bila ajakan untuk membayar jizyah dan tunduk kepada daulah juga ditolak,

barulah mereka diperangi.

           

           

     


“Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak (pula) kepada hari

Kemudian, dan mereka tidak mengharamkan apa yang diharamkan oleh Allah dan RasulNya dan

tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), (Yaitu orang-orang) yang diberikan Al-

Kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah6 dengan patuh sedang mereka dalam

Keadaan tunduk.”

Sedang dakwah kepada orang Islam bertujuan untuk meningkatkan iman

dan taqwanya, mempertinggi kualitas kepribadian (syakhsiyyah) Islamnya serta

memperkuat ketundukannya pada aturan Islam. Dakwah ini dapat dilakukan oleh

individu muslim melalui dakwah fardiyah, baik dengan pendekatan personal

maupun kelompok dalam berbagai forum. Tapi, sama seperti dakwah kepada

6
Jizyah ialah pajak per kepala yang dipungut oleh pemerintah Islam dari orang-orang yang bukan
Islam, sebagai imbangan bagi keamanan diri mereka.

23
orang kafir, akan lebih efektif bila dilakukan secara berjamaah. Dan yang paling

efektif tentu saja dilakukan oleh negara.

Dakwah oleh negara kepada setiap muslim dilaksanakan dengan cara

menerapkan hukum Islam secara murni dan konsekuen, disertai penjelasan

tentang berbagai asperk ajaran Islam secara terus menerus melalui berbagai media

massa dan contoh para pemimpin Islam. Maka, setiap muslim akan melihat secara

langsung kehidupan Islam dan merasakan sendiri kerahmatannya. Kebaikan,

kemuliaan dan kerahmatan ajaran Islam akan terujud secara nyata. Sementara

terlihat pula para pemimpin Islam adalah figur-figur yang pantas diteladani,

karena mereka juga konsekuen dengan keIslaman mereka. Ini juga merupakan

dakwah buat siapa saja di seluruh penjuru dunia, yang mendengar dan melihat

kehidupan Islam melalui media massa. Secara demikian umat Islam akan semakin

mantap memeluk Islam dan bergairah hidup secara Islamy. Dan orang-orang yang

hidup di luar daulah Islam tergerak hatinya untuk hidup dalam kehidupan Islam

itu. Wallahu 'alam bi al-shawab.

24
Daftar Pustaka

Drs. H. E. Dachlan, HMA, Teori Praktis Reorika Dan Manajemen Dakwah,


Mitrah Amanah, Jakarta, 1993.

Sunarto, Tuntunan Dakwah Dan Pembina Pribadi Muslim, Pustaka Amani


Jakarta 1983.

Pengertian dan Objek Kajian Filsafat Dakwah


http://www.scribd.com/doc/2911007/Pengertian-dan-Objek-Kajian-Filsafat-Dakwah

Al-Ustaz Mustafa Masyhur, Jalan Dakwah, KONSIS Media, 1997


http://www.scribd.com/doc/2672756/Jalan-Dakwah-Mustafa-Masyhur

Modul Dan Kurikulum Pendidikan Dakwah Transformatif, PP LAKPESDAM


NU, 2006
http://www.scribd.com/doc/7398953/Modul-Dan-Kurikulum-Pendidikan-Dakwah-Transform-at-If

Taufik Irpansyah, Ilmu Dakwah Dilihat Dari Segi Ontologi, Epistimologi, Dan
Aksiologi, Institut Agama Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung, 2004.
http://www.scribd.com/doc/3011593/Filsafat-Dakwah

Sudirman, Metode Dakwah; Solusi Untuk Menghadapi Problematika Dakwah


Masa Kini, Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.
http://www.uinsuska.info/dakwah/attachments/093_08metodedakwah.pdf

dr. H. K. Suheimi, Dakwah Suheimi


http://ksuheimi.blogspot.com/2008/08/dakwah-suheimi_23.html

Prof. Dr. Achmad Mubarok MA , Tentang Materi Dakwah


http://mubarok-institute.blogspot.com/2007/07/tentang-materi-dakwah.html

Dakwah
http://id.wikipedia.org/wiki/Dakwah

Syekh Ali Abdul Halim Mahmud, Dakwah Ilallah bagi Muslimah, 2009.
http://arsip.kotasantri.com/duniamuslimah.php?aksi=Cetak&sid=302

Metode Dakwah Rasulullah SAW


http://ardy46.wordpress.com/2009/01/30/metode-dakwah-rasulullah-saw/

Obyek Dan Subyek Dakwah, 2009.


http://asyari-agama-online.blogspot.com/2009/02/obyek-dan-subyek-dakwah.html

Pengertian Dakwah, 2007.

25
http://tri1405.blogsome.com/2007/05/07/apengertian-dakwah/

Hukum Dakwah
http://norashidaahmad.blogspot.com/2007/04/hukum-dakwah.html

Syaikh Abdul ’Aziz bin Abdullah bin Baaz, Hukum Dakwah, 2008.
http://belajarislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=171:hu
kum-dakwah&catid=3:belajar-dakwah&Itemid=136

A. Mustofa Bisri (Gus Mus), Hukum Dakwah, 2006.


http://www.gusmus.net/page.php?mod=interaksi&sub=1&id=143

26

You might also like