You are on page 1of 10

RUMAH MURAH UNTUK RAKYAT ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

1.

PERMASALAHAN Tanggung jawab pemerintah terhadap masyarakat seperti yang diamanatkan dalam

UUD 1945 adalah melindungi segenap bangsa Indonesia, memajukan kesejahteraan umum. Tugas ini terbilang cukup luas cakupannya, karena mengandung pengertian bahwa masyarakat harus merasa aman dan nyaman untuk hidup dan beraktivitas, serta terlepas dari belenggu kemiskinan. Rasa aman dan nyaman itu dapat terwujud jika kebutuhan pokok masyarakat yang terdiri atas sandang, pangan dan papan yang merupakan kebutuhan dasar setiap individu telah terpenuhi. Kebutuhan akan rumah (papan) merupakan salah satu kebutuhan dasar setiap umat manusia. Dengan memiliki rumah maka perasaan aman dan mandiri akan terpenuhi, di samping itu juga, rumah merupakan perwujudan jati diri dan ungkapan kualitas hidup setiap orang. Kebutuhan rumah di Indonesia saat ini mengalami peningkatan setiap tahunnya seiring dengan peningkatan jumlah penduduk. Berdasarkan hitungan Real Estate Indonesia (REI), total kebutuhan rumah per tahun bisa mencapai 2,6 juta akibat dorongan oleh pertumbuhan penduduk, perbaikan rumah rusak dan yang kekurangan rumah (backlog). Sementara versi pemerintah terdapat 13 juta penduduk Indonesia masih belum memiliki rumah tinggal, dan sebanyak empat juta rumah tidak layak huni (Neraca.co.id). Pemerintah berusaha untuk memenuhi kebutuhan akan rasa aman ini melalui berbagai program. Salah satu program pemerintah dalam penanggulangan kemiskinan adalah Masterplan Program Perencanaan Penanggulangan Kemiskinan Indonesia (MP3KI), dimana di dalamnya terdapat Program Pembangunan Rumah Sehat Sederhana, yang merupakan kelanjutan dari program-program pengadaan perumahan untuk rakyat yang telah ada sebelumnya. Sasaran program ini adalah masyarakat yang memiliki pendapatan kurang dari Rp. 2 juta per bulan, termasuk juga pegawai negeri sipil (PNS) golongan rendah. Target total tahun 2012 adalah pembangunan 200.000 rumah pada 49 wilayah kabupaten/kota (Inilah.com, 28 Februari 2012). Menurut Menteri Perumahan Rakyat, perumahan murah untuk PNS golongan rendah disiapkan di 50 kabupaten/kota, sedangkan perumahan murah untuk golongan buruh dan rakyat miskin telah disiapkan di 49 kabupaten/kota di 33 Propinsi. Setiap kabupaten akan dibangun 1000 unit rumah dengan menggunakan APBN 2012 sebesar Rp. 8 triliun. Rumah murah tersebut akan

ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 1

dibangun dengan tipe 36, yang per unitnya akan dijual seharga Rp. 25 juta. Harga jual yang sangat murah ini juga masih menimbulakan berbagai pertanyaan. Program ini membutuhkan keterlibatan aktif semua stakeholder-nya, yaitu pemerintah, pengembang (developer), perbankan dan masyarakat. Mekanisme pengadaan rumah murah bagi rakyat ini mengikuti mekanisme yang ditetapkan pemerintah dalam Peraturan Menteri Perumahan Rakyat No. 4 tahun 2012 tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Secara ringkas mekanismenya adalah sebagai berikut (disadur dari Permen 4/2012): Bank Umum, Bank Umum Syariah, dan Unit Usaha Syariah mengajukan Surat Pernyataan Minat menjadi Bank Pelaksana Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) ditujukan kepada Menteri cq. Deputi Bidang Pembiayaan dengan tembusan kepada Pemimpin Satker BLU-Kemenpera. Jika memenuhi persyaratan dan disetujui, Bank pelaksana akan menandatangani Kesepakatan Bersama. Kelompok sasaran mengajukan KPR Sejahtera ke Bank Pelaksana dengan melengkapi berbagai dokumen seperti yang dipersyaratkan.

Program Pembangunan Rumah Sehat Sederhana yang dicanangkan pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan ini bukannya tanpa masalah. Berbagai masalah yang muncul dapat diutarakan sebagai berikut : a. Proses administrasi yang berjalan lambat dalam hal penyediaan tanah, penerbitan sertifikat tanah, penerbitan IMB, pencairan kredit kronstruksi. b. Verifikasi lokasi belum dilakukan Kemenpera. Verifikasi ini penting bagi pelaksanaan semua program yang masuk dalam Kluster IV pengentasan kemiskinan, karena harus dilakukan secara komprehensif. Program-program tersebut selain pembangunan rumah murah yaitu, kendaraan angkutan umum murah, air bersih untuk rakyat, listrik murah dan hemat, serta peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan. c. Harga jual yang tergolong sangat murah tidak menguntungkan bagi pengembang (developer). d. Regulasi pemerintah tentang suku bunga maupun tipe rumah yang akan dibangun sering berubah, menimbulkan keraguan dari pengembang maupun masyarakat.

ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 2

e.

Sosialisasi pembiayaan rumah melalui KPR LFPP ini belum tersosialisasikan baik kepada masyarakat, sehingga belum banyak masyarakat sasaran (masyarakat berpenghasilan rendah) yang mengetahui mekanisme pelaksanaan program ini.

f.

Pembangunan rumah murah di perkotaan seakan kurang diperhatikan, jika dibandingkan dengan pembangunan rumah mewah yang telah merambah sampai ke perkotaan, yang makin marak dan menjamur. Berdasarkan sejumlah permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan

analisa ekonomi politik program pembangunan rumah sehat sederhana.

2.

TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk lebih memahami keterlibatan stakeholder dalam pelaksanaan program pembangunan rumah sehat sederhana, serta kontribusi masing-masing stakeholder terhadap permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini.

3.

TINJAUAN TEORI

3.1. Pembangunan

Begitu banyak pengertian pembangunan telah dikemukakan oleh para ahli. Pengertianpengertian tersebut selalu berlandaskan pada sudut pandang mereka terhadap topik atau fokus kajian tertentu, dan mengalami perkembangan sepanjang peradaban manusia. Menurut Nugroho dan Rochmin Dahuri (Syamsiah Badruddin, 2009), pembangunan adalah suatu upaya terkoordinasi untuk menciptakan alternatif yang lebih banyak secara sah kepada setiap warga negara untuk memenuhi dan mencapai aspirasinya yang paling manusiawi. Tema pertama adalah koordinasi, yang berimplikasi pada perlunya suatu kegiatan perencanaan. Tema kedua adalah terciptanya alternatif yang lebih banyak secara sah. Hal ini dapat diartikan bahwa pembangunan hendaknya berorientasi kepada keberagaman dalam seluruh aspek kehidupan. Ada pun mekanismenya menuntut kepada terciptanya kelembagaan dan hukum yang terpercaya yang mampu berperan secara efisien, transparan, dan adil. Tema ketiga mencapai aspirasi yang paling manusiawi, yang berarti pembangunan harus berorientasi kepada pemecahan masalah dan pembinaan nilai -nilai moral dan etika. Katz dalam Said Zainal Abidin (2008:21-22) mendefinisikan pembangunan sebagai dynamic change

ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 3

of a whole society from one state of national being to another, with the connotation that the latter state is preferable. Artinya bahwa adalah perubahan yang bersifat dinamis, yang terjadi pada seluruh masyarakat dan berlangsung secara bertahap, dari suatu keadaan ke keadaan yang lebih baik. Sejalan dengan pengertian tersebut, Soetomo (2009:8) mendefinisikan pembangunan sebagai proses perubahan menuju kondisi yang ideal, atau kondisi kehidupan yang lebih baik sebagai konsep netral. Perkembangan atau pembangunan masyarakat ( development) lebih dimaksudkan untuk menggambarkan realitas sosial berupa perubahan kualitatif dalam hal struktur dan fungsi dalam kehidupan sosial yang membawa masyarakat berada dalam kondisi yang lebih baik dalam memenuhi tujuan dan harapannya. Terdapat kesamaan dari defenisidefenisi pembangunan seperti yang dikemukakan di atas, juga beberapa defenisi pembangunan oleh para ahli, bahwa pembangunan adalah suatu proses perubahan terhadap seluruh aspek kehidupan dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat, mampu memecahkan masalah dalam masyarakat menuju pada keadaan yang lebih baik.

3.2. Peran Pemangku Kepentingan (stakeholder) Pembangunan

Dalam upaya mencapai keberhasilan pembangunan, maka penyusunan konsep pembangunan tersebut haruslah menjadi proses lintas pelaku, dimana setiap unsur pembangunan harus terlibat di dalam proses tersebut. Pelaku-pelaku pembangunan yang lazimnya disebut pemangku kepentingan (stakeholder) memiliki saling keterkaitan dan saling ketergantungan. Secara sederhana defenisi stakeholder adalah kelompok-kelompok yang mempengaruhi dan/atau dipengaruhi oleh organisasi tersebut sebagai dampak dari aktivitasaktivitasnya (Tanari dalam Rahmatullah dan Trianita Kurniati, 2011:11). Hummels (Nor Hadi, 2011:94) mendefenisikan (stakeholder are) individuals or groups who have legitimate claim on organization to participate in the decision making process simply because they are affected by the organizations practice, policies and actions. Batasan stakeholder tersebut menyatakan bahwa stakeholder harus diperhatikan, karena mereka adalah pihak yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung atas aktivitas serta kebijakan yang diambil dan dilakukan. Dalam implementasi program pembangunan, pemangku kepentingan memiliki defenisi dan pengertian yang beraneka ragam. Istilah pemangku kepentingan digunakan untuk mendeskripsikan komunitas atau organisasi yang secara permanen menerima dampak dari aktivitas atau kebijakan, dimana mereka berkepentingan terhadap hasil aktivitas atau kebijakan tersebut. Hal ini perlu disadari, mengingat masyarakat tidak selalu menerima dampak secara adil. Sebagian masyarakat mungkin menanggung biaya dan sebagian masyarakat lainnya justru

ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 4

memperoleh manfaat dari suatu kegiatan atau kebijakan (Race dan Millar dalam Muhammad Iqbal, 2007). Dari berbagai defenisi dan pemaparan di atas, peran stakeholder (pemangku kepentingan) sangatlah penting, karena secara langsung maupun tidak langsung mereka mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pengambilan dan pelaksanaan kebijakan. Dampak yang diterima mungkin saja berbeda, tapi ketiadaan suatu komponen akan mempengaruhi keseluruhan proses pembangunan. Dalam konteks pembangunan rumah sejahtera sehat ini, stakeholder pembangunan adalah Pemerintah, Pihak Pengembang (Developer), Bank Pelaksana dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).

3.3. Keterlibatan Pemerintah dalam Pembangunan

Konsep keterlibatan pemerintah dalam pembangunan (perekonomian) telah dikemukakan sejak dulu. Abad ke-14 dikenal dengan aliran merkantilis yaitu aliran pertama yang menghendaki adanya campur tangan negara dalam perekonomian. Campur tangan negara dalam perekonomian bisa dilakukan dengan banyak cara, misalnya dengan memberikan berbagai fasilitas bagi industri yang masih bayi, memonopoli perdagangan, atau mengenakan pajak impor. Tujuan campur tangan negara tidak lain adalah untuk memperbesar surplus. Jika surplus yang dibayarkan dalam bentuk batangan emas lebih banyak diperoleh, otomatis negara makin jaya (Deliarnov, 2006:23). Perlunya campur tangan pemerintah pada masa merkantilis adalah untuk mengakumulasikan surplus, agar Negara semakin jaya. Sayangnya, praktik campur tangan negara tersebut lebih banyak dinikmati oleh pengusaha yang berkolaborasi dengan penguasa. Konsep keterlibatan pemerintah dalam pembangunan (perekonomian) selanjutnya lebih luas diterapkan sejak era tahun 60-an sebagai dampak dari ajaran Keynes, yang menyatakan bahwa depresi perekonomian terjadi karena permintaan agregat jauh lebih kecil daripada penawaran agregat, menyebabkan perekonomian berada pada posisi ketidakseimbangan dalam pemanfaatan sumberdaya (low level equilibrium). Ajaran Keynes ini memicu keterlibatan pemerintah bukan hanya terbatas dalam mengatasi kegagalan pasar saja tapi merambah juga ke sektor-sektor lain. Pemerintah telah terlibat dalam membuat kebijakan-kebijakan ekonomi (fiskal, moneter, perdagangan internasional); membuat peraturan dan undang-undang (seperti undang-undang anti monopili untuk memerangi praktik bisnis yang tidak adil); UU ketenagakerjaan dan UU perburuhan untuk melindungi buruh; UU perlindungan konsumen dari praktik-praktik bisnis yang merugikan konsumen; UU pelestarian atau perlindungan lingkungan, HAM, dan sebagainya; menciptakan iklim usaha yang kondusif; dan bahkan juga tidak sedikit yang terlibat sebagai pelaku ekonomi dengan mendirikan BUMN/BUMD (Deliarnov, 2006:58-59).

ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 5

Dari teori keterlibatan pemerintah dalam pembangunan di atas dapat terlihat bahwa tujuannya adalah menstabilkan pasar, melindungi konsumen dan menghindari monopoli pasar. Dalam perkembangannya, ternyata tidak berjalan mulus, karena campur tangan pihak lain dalam keterlibatan pemerintah ini juga turut mempengaruhi arah kebijakan pemerintah.

4.

ANALISIS

Kebutuhan akan rumah sederhana sehat bagi masyarakat berpenghasilan rendah dipenuhi pemerintah dengan menyediakan akses untuk pembiayaan rumah melalui penerbitan Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 04 Tahun 2012, tentang Pengadaan Perumahan Melalui Kredit Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), dan Permenpera No 05 Tahun 2012, tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengadaan Perumahan Melalui Kredit atau Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera dengan FLPP, yang selanjutnya diubah dengan Permenpera No 7 & 8 tahun 2012. Perubahan ini terjadi setelah Mahkamah Konstitusi membatalkan ketentuan batas minimal ukuran rumah seperti diatur Pasal 22 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman. Dalam pasal itu disebutkan, luas lantai rumah tunggal dan rumah deret memiliki ukuran paling sedikit 36 meter persegi. Dengan ketentuan ini, pemerintah mensyaratkan perumahan yang berhak menerima subsidi pembiayaan dalam bentuk fasilitas likuditas pembiayaan perumahan (FLPP) minimal berukuran sama. Beberapa ketentuan yang berubah dapat di lihat pada tabel berikut :

Table 1. Daftar Perubahan Batas Maksimal Harga Rumah & Batas Maksimal KPR Wilayah I. Jawa, Sumatera, Sulawesi (kecuali Jabodetabek) II. Kalimantan, Maluku, NTB, NTT III. Papua dan Papua Barat IV. Jabodetabek, Batam, Bali Sumber: Kemenpera Maksimal Harga Rumah (Juta/Unit) Lama Baru 70 70 70 70 88 95 145 95 Maksimal KPR FLPP (Juta Rupiah) Lama Baru 63 63 63 63 79,2 85,5 126,875 85,5 Minimal Uang Muka 10% dari Harga Rumah 10% 12,5% 10%

Dengan skema pembiayaan 70:30, dimana pemerintah menyediakan dana 70%, dan pihak bank 30%, suku bunga yang diterapkan flat 7,25 persen bertenor 20 tahun, sampai akhir Agustus 2012, tercatat ada 7 bank yang mengelola KPR FLPP ini, kebanyakan adalah BUMN, yaitu:

ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 6

BTN, BTN Syariah, BUKOPIN, BNI, BRI Syariah, BRI, Mandiri, dengan realisasi pengeluaran dana sebesar Rp. 631.317.642.692,- (daftar pada Tabel 2), dari rencana anggaran tahun 2012 sebesar Rp. 4,7 triliun. Sementara target rumah KPR oleh Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) setiap tahun antara 130 ribu hingga 250 ribu unit di seluruh Indonesia.

Tabel 2. Perbandingan Realisasi Dana dan Dana Bergulir FLPP per Agustus 2012 Realisasi Rp BTN 613,047,705,674 BTN Syariah 68,242,788,900 BUKOPIN 4,846,068,118 BNI 2,842,200,000 BRI Syariah 423,250,000 BRI 436,500,000 Mandiri 1,479,130,000 Total 691,317,642,692 Sumber: Rumah.com Bank % 88.7 9.9 0.7 0.4 0.1 0.1 0.2 100 Dana Bergulir Rp 468,550,206,432 198,908,550,849 175,636,664 399,775,013,826 49,578,183,409 299,664,278,300 398,702,092,328 1,815,353,961,808 % 25.8 11.0 0.0 22.0 2.7 16.5 22.0 100

Dari tabel realisasi di atas, terlihat bahwa dana yang menganggur di bank masih cukup besar, dan target pemerintah untuk membangun 200.000 rumah tapak sederhana dalam tahun 2012 ini akan sulit tercapai. Hal ini dapat terjadi karena : a. Regulasi yang berubah-ubah membuat pengembang tidak memperoleh kepastian yang jelas tentang tipe rumah yang akan dibangun. b. Masih kurangnya sosialisasi yang dilakukan pemerintah tentang sistem kepemilikan rumah dengan bantuan FLPP. c. Kebutuhan perumahan di kota jauh lebih besar dari kebutuhan perumahan di luar kota, sementara harga tanah di kota sangat tinggi, di samping biaya-biaya lain yang harus dikeluarkan pengembang cukup besar. Ini menjadi faktor pembatas pembangunan perumahan di kota, sementara banyak masyarakat dari golongan MBR tinggal di kota. d. Program ini haruslah diselaraskan dengan program-program lain yang pro poor, seperti kendaraan angkutan umum murah; air bersih untuk rakyat; listrik murah dan hemat; serta peningkatan kehidupan masyarakat miskin perkotaan, yang ada dalam cluster empat MP3KI, sehingga bukan hanya rumah yang disediakan tapi juga fasilitas lain, sehingga masyarakat mau membeli dan menempati rumah-rumah tersebut. e. Kebijakan pemerintah pusat ini belum diikuti dengan peraturan-peraturan teknis di tingkat daerah secara merata, sehingga membatasi pengembang dalam implementasi kebijakan tersebut.

ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 7

Dari penyusunan sampai pada implementasi program pembangunan rumah sederhana sehat dengan bantuan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) ini, berbagai pihak telah memperoleh keuntungan, maupun kerugian, diantaranya: Dengan pelibatan banyak BUMN dalam implementasi program ini, maka keuntungan akan dirasakan oleh BUMN, yang notabene juga dihuni oleh orang-orang titipan partai politik. Hal ini sejalan dengan teori George Stigler yang menyatakan bahwa: Regulation is the results of pressure group action and results in laws and politics to support business and protect consumers, workers, and environment . Dengan penyediaan dana dari pemerintah melalui kebijakan ini, akan melindungi Bank (terutama BUMN) dari resiko persaingan antar Bank yang sangat dinamis. Masih banyaknya dana bergulir yang menganggur di Bank-Bank pelaksana FLPP, tidak tertutup kemungkinan bagi Bank untuk menempatkan dana tersebut pada pendapatan giro, sehingga menaikan pendapatan Bank tersebut. Skema pembiayaan 70:30 dengan bunga 7.25%, pemerintah akan meminta pembagian keuntungan sebesar 3%, sisanya 4.25% untuk pihak Bank. Pembagian keuntungan tersebut dapat menjadi lahan atau sumber masalah, jika tidak jelas pengaturannya. Pihak pengembang (developer) akan memperoleh margin keuntungan cukup besar pada daerah-daerah yang memiliki ketersediaan lahan yang cukup, pengurusan perijinan yang tidak berbelit-belit dan murah dan didukung Perda dari Pemerintah Daerah. Sebaliknya, pada daerah-daerah dengan harga tanah cukup tinggi dan proses perijinan yang berbelit-belit (high cost), para pengembang tidak bersedia untuk membangun perumahan. Masyarakat miskin (MBR) memperoleh peluang mendapatkan rumah dibawah Tipe 36 dengan cicilan bulanan yang rendah. Akan tetapi dengan suku bunga 7.25% flat dengan tenor 30 tahun, siapa yang akan menjamin bahwa regulasi tersebut tidak akan berubah? Karena bank harus memiliki sumber pendanaan jangka panjang yang cukup kuat, terutama dari pihak ketiga. Pada kondisi inilah, kerugian bisa dirasakan oleh masyarakat jika suku bunga kredit berubah.

5.

KESIMPULAN

Berdasarkan pemaparan dan analisa di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 8

Setiap kebijakan yang dibuat pemerintah, jika dianalisa lebih jauh tidak lepas dari campur tangan pihak lain, dengan tujuan untuk melindungi bahkan memperkuat kepentingan pihak tersebut.

Kurangnya pelibatan berbagai pemangku kepentingan dalam penyusunan regulasi, akan membuat regulasi tersebut rentan terhadap perubahan, yang tentunya akan menghambat pelaksanaan regulasi tersebut.

Program Pembangunan Rumah Sederhana Sehat adalah salah satu program pemerintah yang pro poor dan harus memperoleh perhatian serius dan dikerjakan secara berkesinambungan. Namun program ini hanya akan menumbuhkan budaya ego sectoral dari Kementerian Perumahan Rakyat, jika tidak dikoordinasikan dengan program-program lain yang pro rakyat, sehingga penyediaan fasilitas lain juga akan memperoleh perhatian yang sama.

Pengelolaan dana bantuan pemerintah untuk dijadikan dana bergulir di bank-bank pelaksana FLPP belum dilakukan secara transparan dan tidak dievaluasi secara serius. Hal ini menyebabkan beberapa bank tidak termotivasi untuk mengejar target penyaluran dana bergulir dan cenderung memanfaatkan dana tersebut untuk tujuan yang lain.

Kurangnya sosialisasi dan koordinasi dengan pemerintah daerah menyebabkan program ini tidak berjalan secara seirama di seluruh Indonesia. Penetapan target yang terus berubah-ubah juga merupakan indikasi kurangnya kesiapan pemerintah dalam implementasi program ini.

6.

REKOMENDASI

Usulan atau rekomendasi terhadap Program Pembangunan Rumah Sederhana Sehat: Perlu dukungan Peraturan Daerah, yang memudahkan proses perijinan dan penyediaan lahan, juga untuk memberikan sanksi kepada pengembang yang tidak melakukan pekerjaan dengan baik. Perlu jaminan pemerintah dalam penyediaan dana jangka panjang untuk mengurangi resiko perubahan angka bunga kredit. Koordinasi antar pemerintah sangat dibutuhkan, agar pemenuhan fasilitas lain seperti listrik, air, ruang publik, dan sarana umum lainnya dapat dilakukan. Transparansi dan evaluasi yang dilakukan pemerintah akan menjamin program ini dilaksanakan tepat sasaran.

ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 9

DAFTAR PUSTAKA Abidin, Said Z (2008), Strategi Kebijakan dalam Pembangunan dan Ekonomi Politik, Jakarta, Suara Bebas. Badruddin, Syamsiah (2009), Pengertian Pembangunan. 19 Maret 2009. http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/03/19/pengertian-pembangunan/ Deliarnov (2006), Ekonomi Politik, Jakarta, Erlangga. Muhammad, Iqbal (2007), Analisis Peran Pemangku Kepentingan Dan Implementasinya Dalam Pembangunan Pertanian, Jurnal Litbang Pertanian 26,(3),2007. Nabhani, Ahmad (2012), Rumah Murah Untuk Rakyat, 9 Oktober 2012. http://neraca.co.id/2012/10/09/rumah-murah-untuk-rakyat/ Nor Hadi (2011), Corporate Social Responsibility, Yogyakarta, Graha Ilmu. Peraturan Menteri Perumahan Rakyat Nomor 04 Tahun 2012, Tentang Pengelolaan Perumahan Melalui Kredit Pembiayaan Pemilikan Rumah Sejahtera Dengan Dukungan Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP). Rahmatullah dan Kurniati, Trianita (2011), Panduan Praktis Pengelolaan CSR (Corporate Social Responsibility), Yogyakarta, Samudra Biru. Soetomo (2009), Pembangunan Masyarakat. Merangkai Sebuah Kerangka , Yogyakarta, Pustaka Pelajar. Tranghanda, Ali (2012), Titik Nadir Kinerja Perumahan Rakyat, 4 September 2012. http://rumah.com/berita-properti/2012/9/1697/titik-nadir-kinerja-perumahan-rakyat. Zahra, Laela (2012), Inilah Rumah Murah Untuk Rakyat, 28 februari 2012. http://nasional.inilah.com/read/detail/1835205/inilah-rumah-murah-untuk-rakyat.

ANALISIS EKONOMI POLITIK PROGRAM PEMBANGUNAN RUMAH SEDERHANA SEHAT

Page 10

You might also like