You are on page 1of 27

SKRINING GANGGUAN PERKEMBANGAN

CLINICAL SCIENCE SESSION

Disusun oleh: Santi Nursita S.B 12100109049 Preseptor Lia Marlia, dr., SpA

BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG RUMAH SAKIT AL ISLAM 2010

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Pertumbuhan 1.1.1 Definisi Setiap perubahan tubuh yang berhubungan dengan bertambahnya ukuran tubuh, baik fisik (anatomis) maupun structural dalam arti sebagian atau keseluruhan.

1.1.2

Periode Pertumbuhan Perkiraan Umur 0-180 hari 0-14 hari 14 hari-9 minggu 9 minggu-lahir Trimester 2 Trimester 3 23-37 minggu

Periode Pertumbuhan Pre natal Ovum Embrio Fetus : Fetus dini Fetus akhir

Bayi premature Lahir Rata-rata 280 hari (37-42 minggu)

Post natal Bayi : Neonatus Bayi dini Bayi lanjut Tahun 1 1 2 tahun Lahir 2 tahun 4 minggu pertama setelah lahir

Masa kanak-kanak : Prasekolah (masa anak awal) Sekolah (masa anak akhir)

2 6 tahun 6 12 tahun

Masa Remaja : Prepubertas (remaja awal) Pubertas (remaja pertengahan) Remaja akhir (dewasa muda) : 10 18 tahun. : 12-20 tahun : 10 - 12 tahun. : 12 14 tahun : 12 14 tahun. : 14 16 tahun : 14 18 tahun. : 16 20 tahun

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan 1. Genetik 2. Prenatal : Kesakitan Penyakit infeksi Keadaan uterus yang abnormal Maturitas/umur kehamilan

Faktor imunologi Anoxia Trauma Obat-obatan Nutrisi maternal Gangguan endokrin Kehamilan multipel Umur ibu

3. Post natal : Faktor genetik Potensi pertumbuhan Ukuran lahir/umur kehamilan Gizi Defisiensi mental Gangguan endokrin Keterlambatan konstitusional Nilai keluarga Deprivasi sosial

1.1.3

Ciri-ciri Pertumbuhan Proses pertumbuhan dan perkembangan tidak dapat dipisahkan satu dengan yang

lainnya, tetapi masing-masing mempunyai cirri-ciri/karakteristik. Dalam masa petumbuhan anak, secara garis besar terdapat 4 kategori perubahan sebagai cirri pertumbuhan, yaitu : 1. Perubahan ukuran

Perubahan ini terihat secara jelas pada pertumbuhan fisik, dengan bertambahnya umur anak terjadi pola penambahan berat badan, tinggi badan, lingkaran kepala, dan lain-lain. Alat-alat tubuh seperti jantung, paru-paru atau usus akan bertambah besar, sesuai dengan peningkatan kebutuhan tubuh. 2. Perubahan Proporsi Selain bertambahnya ukuran-ukuran tubuh juga memperlihatkan perubahan proporsi. Tubuh anak memperlihatkan perbedaan proporsi bila dibandingkan dengan dewasa. Proporsi tubuh seorang bayi baru lahir sangat berbeda dibanding tubuh anak ataupun orang dewasa. Pada bayi baru lahir, kepala relatif mempunyai proporsi yang lebih besar dibanding dengan umur-umur lainnya. Titik pusat tubuh bayi baru lahir kurang lebih setinggi umbilicus, sedangkan pada orang dewasa titik pusat tubuh terdapat kurang lebih setinggi simfisis pubis. 3. Hilangnya ciri-ciri lama Seperti menghilangnya kelenjar timus, tanggalnya gigi susu, dan hilangnya reflek-reflek primitif. 4. Timbulnya ciri-ciri baru Mulai munculnya gigi tetap,dan mulai timbulnya tanda-tanda seks sekunder (munculnya rambut-rambut halus di axilla dan pubis, tumbuhnya payudara pada wanita).

1.2.

Perkembangan

1.2.1. Definisi Bertambahnya kemampuan (skill), struktur, dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Perkembangan bersifat kualitatif, merupakan sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang

berkelanjutan, teratus, dan saling terkait. Perkembangan merupakan hasil maturasi dari organ-organ tubuh, terutama sistem saraf pusat. Perkembangan akan dipengaruhi oleh lingkungan, biopsikososial, dan faktor genetik.

1.2.2

Penilaian Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan

secara berkala, apakah sesuai dengan usia atau telah terjadi penyimpangan perkembangan normal. Pemantauan perkembangan anak dapat dilakukan dengan melihat pola perkembangan (milestone) atau dengan beberapa tahap antara lain: Tahap awal dengan melakukan skrining, bila ditemukan kecurigaan gangguan perkembangan kemudian dilakukan penilaian selanjutnya untuk menegakkan diagnosis.

1.2.3

Ciri Ciri dan Prinsip Perkembangan Proses tumbuh kembang anak memiliki ciri-ciri yang saling berkaitan. Ciri-ciri

tersebut adalah sebagai berikut : a. Perkembangan menimbulkan perubahan Perkembangan terjadi bersamaan dengan pertumbuhan. Setiap pertumbuhan disertai dengan perubahan. Misalnya perkembangan sistem reproduksi disertai dengan perubahan pada alat-alat kelamin, perkembangan intelegensia disertai dengan perubahan otak dan serabut saraf. Perubahan ini meliputi perubahan ukuran tubuh secara umum, perubahan proporsi tubuh, hilangnya sifat lama, dan timbulnya sifat baru sebagai tanda kematangan suatu organ tubuh tertentu.

b. Pertumbuhan dan perkembangan tahap awal menentukan menentukan perkembangan selanjutnya Setiap anak tidak akan bisa melewati satu tahap perkembangan sebelum melewati tahapan sebelumnya. Sebagai contoh seorang anak tidak akan bisa berjalan sebelum dia bisa berdiri, seorang anak tidak akan bisa berdiri jika pertumbuhan kaki dan bagian tubuh lain yang berkaitan dengan fungsi berdiri anak terhambat. Oleh karena itu perkembangan awal merupakan masa kritis karena akan menentukan perkembangan selanjutnya. c. Pertumbuhan dan perkembangan memiliki kecepatan yang berbeda Sebagaimana pertumbuhan, perkembangan mempunyai kecepatan yang berbeda-beda, baik dalam pertumbuhan fisik ataupun perkembangan fungsi organ dan perkembangan pada masing-masing anak. d. Perkembangan berkorelasi dengan pertumbuhan Pada saat pertumbuhan berlangsung cepat, perkembangan pun akan berlangsung cepat, terjadi peningkatan mental, memori, daya nalar, asosiasi dan lainlain. Sehingga ketika anak sehat, bertambah umur, bertambah berat, dan tinggi badan, bertambah pula kepandaiannya. e. Perkembangan memiliki pola yang tetap Perkembangan fungsi organ tubuh terjadi menurut dua hukum yang tetap, yaitu perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah kepala kemudian mengarah ke bagian kaudal (pola sefalokaudal), yang kedua perkembangan terjadi lebih dahulu di daerah proksimal (gerak kasar) lalu berkembang ke bagian distal seperti jari-jari yang memiliki kemampuan gerak halus (pola proksimodistal) f. Perkembangan memiliki tahap yang berurutan

Tahap perkembangan seorang anak mengikuti pola yang teratur dan berurutan. Tahapan-tahapan tersebut tidak bisa terjadi terbalik, misalnya anak terlebih dahulu mampu membuat lingkaran sebelum mampu membuat gambar kotak, anak mampu berdiri sebelum berjalan, dll.

Proses tumbuh kembang anak juga mempunyai prinsip-prinsip yang saling berkaitan, prinsip-prinsip tersebut adalah sebagai berikut : a. Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar Kematangan merupakan proses intrinsik yang terjadi dengan sendirinya, sesuai dengan potensi yang ada pada individu. Belajar merupakan perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar, anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan dan potensi yang dimiliki anak. b. Pola perkembangan dapat diramalkan Terdapat persamaan pola perkembangan bagi semua anak. Dengan demikian perkembangan seorang anak dapat diramalkan.perkembangan berlangsung dari tahapan umum ke tahapan spesifik, dan terjadi berkesinambungan. 1.2.4 Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tumbuh Kembang Anak Pada umumnya anak memiliki pola pertumbuhan dan perkembangan normal yang merupakan hasil interaksi banyak faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Faktor-faktor tersebut antara lain : a. Faktor internal Ras Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka anak tersebut tidak akan memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia begitupun sebaliknya.

Keluarga Ada kecenderungan keluarga yang memiliki postur tinggi, pendek, gemuk, ataupun kurus.

Umur Perkembangan terjadi cepat pada masa periode prenatal, tahun pertama kehidupan, dan usia remaja.

Jenis kelamin Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada anak laki-laki. Akan tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat.

Genetik Genetik (Hederokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi cirri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang, seperti kretinisme.

Kelainan kromosom Kelainan kromosom umumnya disertai dengan kegagalan pertumbuhan seperti pada sindroma down, dan sindroma turner.

b. Faktor eksternal i. Faktor prenatal Gizi Nutrisi ibu hamil terutama pada trimester akhir kehamilan akan

mempengaruhi pertumbuhan janin. Mekanik Posisi fetus yang abnormal dapat menyebabkan kelainan kongenital

Toksin Beberapa obat-obatan yang bersifat teratogenik, seperti Aminopetrin, dan Thalidomid dapat menyebabkan kelainan kongenital.

Endokrin Diabetes mellitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, dan hyperplasia adrenal.

Radiasi Paparan radium dan sinar rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental, dan deformitas anggota gerak, kelainan kongenital mata, dan kelainan jantung.

Infeksi Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH dapat menyebabkan kelainan pada janin, seperti katarak, bisu tuli, mikrosefali, retardasi mental, dan kelainan jantung kongenital.

Kelainan imunologi Eritoblastosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan kern ikterus yang akan menyebabkan keruskaan jaringan otak.

Anoksia Embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta akan menyebabkan pertumbuhan terganggu.

Psikologi ibu

Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain. ii. Faktor persalinan Komplikasi persalinan pada bayi seperti, trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak. iii. Faktor pasca salin Gizi Penyakit kronis/ kelainan congenital Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan janin. Lingkungan fisik/kimia Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat-zat kimia tertentu memiliki dampak negatif terhadap pertumbuhan anak. Psikologis Endokrin Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. Sosial ekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang buruk dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak. Lingkungan pengasuhan Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Stimulasi

Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak. Obat-obatan Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang akan menyebabkan terhambatnya produksi hormone pertumbuhan. 1.2.5 Penilaian Perkembangan Deteksi dini perkembangan anak dilakukan dengan cara pemeriksaan perkembangan secara berkala, sehingga dapat dilihat apakah perkembangannya sesuai dengan usia atau telah terjadi penyimpangan perkembangan normal. Pemantauan perkembangan anak dapat dilakukan dengan melihat pola perkembangan (milestone) atau dengan beberapa tahap antara lain : Tahap awal dengan melakukan skrining, bila ditemukan kecurigaan gangguan perkembangan kemudian dilakukan penilaian selanjutnya untuk menegakan diagnosis. 1.2.5.1 Aspek-Aspek Perkembangan Yang Dipantau 1. Motorik Kasar Merupakan suatu proses kemampuan sefalokaudal dalam mengontrol kelompok otototot besar untuk mengatur kepala, duduk, berdiri, berjalan, perubahan posisi. Berfungsi juga dalam mempertahankan keseimbangan, cara, dan gaya berjalan. 2. Motorik Halus Merupakan suatu proses kemampuan proksimodistal dalam memanipulasi ekstremitas atas jari tangan dan koordinasi mata dan tangan. Berhubungan dengan kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otototot kecil, tetapi memerlukan koordinasi yang cermat, seperti mengamati sesuatu, menjimpit, menulis, dan sebagainya.

3. Bahasa Aspek yang berhubungan dengan kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, bicara, berkomunikasi, mengikuti perintah, dan sebagainya. Bidang bahasa ini dapat mencerminkan kemampuan intelektual. Beberapa hal dini yang dapat dilihat dari aspek bahasa, yaitu : - perkembangan produksi bahasa - kapasitas untuk mengulang bahasa - keinginan untuk berkomunikasi - kemampuan untuk mengingat dan menyimpan dalam ingatan Keempat hal tersebut merupakan 4. Sosialisasi dan kemandirian Aspek yang berhubungan dengan kemampuan mandiri anak, seperti makan sendiri, membereskan mainan. Anak juga sudah dapat berpisah dari ibu/pengasuh, bersosialisasi dan berinteraksi dengan lingkungan dan sebagainya. 5. Kognitif Aspek perkembangan ini berhubungan dengan kemampuan untuk belajar, mengerti, dan menyelesaikan masalah melalui intuisi,pengertian verbal dan non-verbal.

1.2.5

Gangguan Perkembangan Gangguan perkembangan adalah berbagai jenis masalah perkembangan yang

potensial terjadi pada masa kanak-kanak dalam rentang usia anak 0-12 tahun. Pada dasarnya tiap-tiap tahap perkembangan memiliki potensi gangguan perkembangan yang berbeda-beda, tergantung tugas perkembangan yang diemban masing-masing usia. Gangguan perkembangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Keterlambatan

Merupakan hasil yang digambarkan sebagai ketinggalan yang signifikan dalam rangkaian perkembangan. Keterlambatan perkembangan terjadi apabila seorang anak tidak mencapai milestone yang seharusnya sesuai umurnya. Keterlambatan perkembangan ini dapat terjadi pada salah satu (spesifik) atau semua aspek pertumbuhan dan perkembangan (global).

2. Disosiasi Penyimpangan yang muncul jika dalam suatu urutan perkembangan tidak sesuai dalam urutan tersebut. 3. Deviasi Merupakan penilaian perkembangan yang terjadi pada anak melewati suatu tahapan perkembangan, tidak melalui tahapan perkembangan yang semestinya.

1.2.6. Penilaian Perkembangan Penilaian perkembangan anak meliputi identifikasi masalah-masalah perkembangan anak dengan skrining, dan survelliance ukuran standard ataupun non-standard, yang juga digabungkan dengan informasi tentang perkembangan sosial, riwayat keluarga, riwayat medik, dan hasil pemeriksaan. Deteksi dini gangguan pemeriksaan dapat dilakukan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut : 1. Anamnesa Keluhan orang tua dan riwayat tumbuh kembang (lisan/tertulis/kuesioner praskrining perkembangan anak).

2. Pemeriksaan Observasi dan pemeriksaan (bentuk muka, tubuh, tindak tanduk anak, hubungan anak dengan orang tuanya/pengasuh, sikap anak terhadap pemeriksa). 3. Penilaian pertumbuhan 4. Penilaian maturitas 5. Penilaian perkembangan Skrining dengan instrument DENVER II, Munchen, Bayley, Stanford, Binnet, dan yang lainnya. 6. Pemeriksaan lain yang diperlukan atas indikasi Radiologi Laboratorium Pemeriksaan fungsi pendengaran Pemeriksaan fungsi penglihatan

7. Klasifikasi/Diagnosis kerja Setelah dilakukan skrining, kemudian perlu ditetapkan apakah anak termasuk kategori normal atau menyimpang dari milestone perkembangan. 8. Rujukan Menetapkan indikasi rujukan

1.2.7. Skrining Perkembangan Skrining perkembangan merupakan prosedur yang didesain untuk

mengidentifikasi anak yang harus mendapatkan penilaian yang lebih intensif. Skrining digunakan untuk mendeteksi deviasi yang tak terduga dari perkembangan normal yang tidak seharusnya ada. Tujuan utama dari skrining adalah untuk mengidentifikasikan secepatnya disabilitas perkembangan pada anak yang beresiko tinggi sehingga penanganan dapat

dilakukan pada usia dini dimana penanganan paling efektif. Skrining bukan merupakan tes yang hanya dilakukan pada satu waktu, tetapi lebih merupakan proses dan prosedur yang digunakan pada periode waktu tertentu. Tujuan skrining untuk memisahkan anak yang diduga mempunyai gangguan perkembangan, dapat dilakukan dengan 1 atau 2 tahap. Skrining 2 tahap terdiri dari : Praskrining menggunakan kuesioner yang diisi oleh orang tua dan tahapan kedua adalah skrining yang dilakukan apabila hasil praskrining meragukan/abnormal. Tes skrining yang ideal harus mempunyai sensitivitas (mendeteksi hampir semua masalah pada anak) dan spesifitas (dapat mendeteksi anak dengan keterlambatan) yang tinggi. Tes tersebut juga harus dapat mengukur apa yang seharusnya terukur (validitas), memberikan hasil yang sama pada penggunaan berulang oleh pemeriksa yang berbeda, murah dan cepat digunakan. Skrining perkembangan yang ideal tidak sepenuhnya ada. Perlu dipisahkan antara skrining perkembangan, penilaian perkembangan maupun survailans perkembangan. Penilaian perkembangan ditujukan kepada pemeriksaan yang lebih detail dari perkembangan yang tertunda. Di satu sisi, survailans perkembangan merupakan tes yang berkelanjutan, fleksibel, dan proses yang komprehensif dimana termasuk aktifitas yang berhubungan pada deteksi dari masalah perkembangan dan promosi perkembangan selama kunjungan primer kesehatan anak. Survailans perkembangan termasuk identifikasi dari keadaan keluarga, observasi anak, skrining, dan imunisasi. Terdapat tiga pendekatan pada proses skrining, yaitu skrining perkembangan informal, skrining perkembangan rutin dan skrining perkembangan terfokus. Skrining perkembangan informal berdasarkan observasi pada saat pemeriksaan rutin anak dan menanyakan orang tua mengenai perhatian mereka terhadap perkembangan anaknya. Ahli anak, bagaimanapun juga perlu membiasakan diri dengan berbagai variasi milestone perkembangan anak pada berbagai tingkat usia. Hal ini bukanlah tugas mudah untuk para klinisi umum. Nilai batas atas normal telah dipergunakan sebagai panduan untuk

mengidentifikasikan keterlambatan. Sebagai tambahan, beberapa penelitian juga melaporkan bahwa ahli anak seringkali tidak akurat dalam memprediksikan status perkembangan anak. Hampir setengah dari keterlambatan perkembangan tidak teridentifikasi oleh ahli anak. Terlebih lagi, pengetahuan orang tua mengenai perkembangan anak sangat mempengaruhi, dikarenakan orang tua tidak mengindahkan pentingnya keterlambatan perkembangan. Daya ingat orang tua dari milestone perkembangan seringkali tidak akurat dan telah dilaporkan bahwa orang tua terlihat terlalu berlebihan dalam menilai perkembangan bahasa dari anak dan tidak mengindahkan kemampuan motorik halus dari anak. Didalam permasalahan ini seorang ahli penyakit anak tidak mungkin mampu mengidentifikasi secara benar anak yang mempunyai keterlambatan perkembangan pada mayoritas anak dengan keterlambatan perkembangan melalui metode skrining informal. Skrining perkembangan formal dilakukan secara sistematis dengan menggunakan insrumen skrining yang telah terstandarisasi. Bagaimanapun juga pendekatan ini membutuhkan waktu yang banyak dan orang yang terlatih. Dan tidak dapat pula menjamin untuk dapat menurunkan insiden dari masalah perkembangan pada populasi anak dengan resiko rendah. Meskipun di negara berkembang, kegunaan dari skrining perkembangan rutin masih tetap dipertanyakan. Di swedia, dimana telah mempunyai sistem skrining yang sangat terorganisasi pada pusat pusat kesehatan anak, penelitian telah membuktikan bahwa pemeriksaan rutin pada pusat kesehatan hanya membuat perbedaan kecil dalam deteksi dini cerebral palsi. Skrining perkembangan yang terfokus melibatkan dua kelompok anak, yaitu (a) anak dengan orang tua yang memberi perhatian yang lebih pada perkembangan anak dan guru atau dokter yang mencurigai adanya masalah, (b) neonatus dengan kondisi resiko tinggi untuk terjadinya keterlambatan perkembangan,

1.2.7.1 Alat Skrining Perkembangan 1. DENVER II Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak usia < 6 tahun. Berisi 125 gugus tugas yang disusun dalam formulir menjadi 4 sektor untuk menjaring fungsi berikut, yaitu : a. Sosial personal (Personal Social) Penyesuaian diri dengan masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan. b. Motorik halus adaptif (Fine motor adaptive) Koordinasi mata tangan, memainkan, dan menggunakan benda-benda kecil. c. Bahasa (language) Mendengar, mengerti, dan menggunakan bahasa. d. Motorik kasar (Gross motor) Duduk, jalan, melompat, dan gerakan umum otot-otot besar. Bahan-bahan yang diperlukan antara lain (Denver Kit) : Benang wol Kismis Kerincingan dengan gagang kecil Balok-balok berwarna dengan luas ukuran 10 inci Botol kaca kecil dengan lubang 5/8 inci Bel kecil Bola tenis Pinsil merah Boneka kecil dengan botol susu Cangkir plastic dengan pegangan Kertas-kertas kosong

Pencatatan hasil : 1. Koreksi faktor prematuritas Tarik garis usia dari garis atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung atas garis usia. 2. Semua ujicoba dilakukan untuk setiap sector dimulai dengan ujicoba yang terletak disebelah kiri garis usia, kemudian dilanjutkan sampai ke kanan garis usia. 3. Pada setiap sektor dilakukan minimal 3 kali ujicoba yang paling dekat di sebelah kiri garis usia serta tiap ujicoba yang ditembus garis usia 4. Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu ujicoba pada langkah 3, maka lakukan ujicoba tambahan ke sebelah kiri pada sector yang sama sampai anak dapat lewat 3 ujicoba.

Skor penilaian : Skor dari setiap ujicoba ditulis pada kotak segi empat ujicoba dekat dengan tanda garis 50%. P : Pass/lewat. Anak melakukan ujicoba dengan baik, atau ibu/pengasuh anak memberikan laporan tepat/dapat dipercaya bahwa anak dapat melakukannya. F : Fail/gagal. Anak tidak dapat melakukan ujicoba dengan baik atau ibu/pengasuh anak member laporan tepat bahwa anak tidak dapat melakukannya dengan baik. No : No opportunity/tidak ada kesempatan. Anak tidak mempunyai kesempatan untuk melakukan ujicoba karena ada hambatan. Skor ini hanya boleh dipakai pada ujicoba dengan tanda R. R : Refusal/menolak. Anak menolak untuk melakukan ujicoba. Penolakan dapat dikurangi dengan mengatakan kepada anak apa yang harus dilakuka jika tidak

menanyakan kepada anak apakah dapat melakukannya (ujicoba yang dilaporkan oleh ibu/pengasuh anak tidak diskor sebagai penolakan). Interpretasi penilaian individual 1. Lebih (advanced) Bilamana seorang anak lewat pada ujicoba yang terletak disebelah kanan garis usia, dinyatakan perkembangan anak lebih pada ujicoba tersebut.

2. Normal Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan ujicoba disebelah kanan garis usia. 3. Caution/peringatan Bila seorang anak gagal atau menolak ujicoba, garis usia terletak pada atau antara persentil 75 dan 90 skornya. 4. Delayed/keterlambatan Bila seorang anak gagal atau menolak melakukan ujicoba yang terletak lengkap di sebelah kiri garis usia. 5. Opportunity/tidak ada kesempatan ujicoba yang dilaporkan orang tua. Interpretasi Denver II Normal Dikatakan normal apabila tidak ada kesempatan dan atau paling banyak satu caution. Lakukan ulangan pada control berikutnya. Suspek Bila didapatkan 2 caution dan/atau 1 keterlambatan. Lakukan uji ulang dalam1-2 minggu, untuk menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit, atau kelelahan. Tidak dapat diuji

Bila skor menolak pada 1 ujicoba terletak di sebelah kiri garis usia atau menolak pada > 1 ujicoba yang ditembus garis usia pada daerah 75-90%. Uji ulang dalam 12 minggu. Bila ulangan hasil ujicoba didapatkan suspek atau tidak dapat diuji,maka dipikirkan untuk dirujuk (referral consideration).

2. Bayley Infant Neurodevelopmental Screener (BINS) Alat skrining ini digunakan untuk mengidentifikasi bayi berusia 3-24 bulan yang mengalami keterlambatan tumbuh kembang atau mengalami gangguan neurologis. Aspek perkembangan yang diuji oleh BINS meliputi : 1) Fungsi neurologi dasar Mengukur kelengkapan perkembangan system saraf pusat. 2) Fungsi penerimaan (reseptif) 3) Fungsi ekspresif 4) Fungsi pengertian (kognitif) Dalam format pencatatan, hasil skor total bayi disesuaikan dengan distribusi skor yang disesuaikan dengan usia kronologis bayi. Setiap usia memiliki titik potong yang terbagi dalam 3 klasifikasi yang mengindikasikan besarnya risiko untuk terjadinya keterlambatan dalam perkembangan atau gangguan neurologis, yaitu : 1) Risiko rendah Dianggap memiliki risiko minimal atau tidak memiliki risiko terjadinya hambatan perkembangan. Walaupun demikian tetap harus diingat adanya variabel yang tidak dapat diukur oleh BINS namun dapat mempengaruhi perkembangan, mislanya faktor lingkungan. 2) Risiko sedang Direkomendasikan uji BINS sekitar 3 bulan yang akan dating. Selama itu orang tua diberi petunjuk untuk memberikan stimulasi sebagai latihan perkembangan anak. Bila dari pemeriksaan selanjutnya didapatkan adanya keterlambatan, maka diperlukan pemeriksaan lain untuk mendiagnosis penyebab keterlambatan perkembangan.

3) Risiko tinggi Dibutuhkan uji diagnostik yang lebih lanjut. Interpretasi hasil BINS : Risiko tinggi Risiko sedang Risiko rendah

3. Diagnostik Perkembangan Fungsi Munchen Tujuan utama untuk mendeteksi keterlambatan dalam perkembangan dengan cara mengukur tahap perkembangan bidang fungsi tertentu. Digunakan untuk usia 0-3 tahun. Aspek perkembangan yang dinilai Usia 0-12 bulan Merangkak Duduk Berjalan Memegang Persepsi Berbicara Pengertian bahasa Sosialisasi Usia 2-3 tahun Pengertian berbahasa Berbicara (aktif berbahasa) Persepsi

Ketrampilann tangan Berjalan Persyaratan pelaksanaan Anak dalam keadaan bangun, tidak dalam keadaan ngantuk, lelah, menangis, dan lapar. Ruangan tenang, cukup cahaya. Pemeriksaan harus tenang, tidak tergesa-gesa. Bahan yang diperlukan - lonceng - kerincingan merah - gelang dengan garis tengah 12 cm - beberapa kubus kayu berwarna polos dengan sisi 3 cm - kepingan plastic bulat berwarna, dengan garis tengah 26 mm - kepingan boneka - kepingan kubus terbuka dengan sisi 7,5 cm - selembar popok bayi - mobil kayu disertai tali penarik sepanjang 14 cm - selembar kertas emas

Pencatatan Untuk keperluan pencatatan hasil tes dipakai formulir penilaian. Sebelum dilakukan pemeriksaan, lakukan pengoreksian usia prematuritas. Sebagai prinsip, pemeriksaan dimulai pada tingkatan usia yang lebih rendah dan berangsur-angsur meningkat ke tahapan yang lebih tinggi.

Grafik perkembangan

Sesudah mendapat angka untuk masing-masing bidang fungsi, kemudian buat grafik perkembangan pada formulis khusus. Penafsiran hasil pemeriksaan Pertana perhatikan apakah grafik menunjukan penyimpangan yang negative ( usia perkembangan dalam bidang tertentu berada di bawah usia kronologis) 2 Diagnostik Perkembangan Merupakan tindak lanjut dari skrining. Tujuannya untuk menetukan secara tepat tingkat perkembangan anak dan penyebab terjadinya gangguan tersebut. Pemeriksaan meliputi anamnesis/riwayat penyakit, pemeriksaan fisis umum, penglihatan, pendengaran, neurologic, gangguan metabolic/genetic, gangguan bicara/bahasa, serta gangguan fungsi perkembangan intelektual/kecerdasan. Integrasi dari hasil penemuan tersebut kemudian ditetapkan untuk penatalaksanaan, konsultasi, dan prognosisnya.

DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman RE., Kliegman RM., Jenson HB. 2004. Nelson textbook of pediatrics 17th ed. Saunders. Philadelphia. 2. Garna.H, Nataprawira HMD, editors. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Kesehatan Anak.edisi ke 3 Fakutas Kedokteran Universitas Padjadjaran:Bandung; 2005.

You might also like