You are on page 1of 17

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Meningkatnya tuntutan dan kebutuhan hidup akan sesuatu yang lebih baik, menyebabkan individu berlomba untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkannya. Tapi pada kenyataannya sesuatu yang diinginkan tersebut kadangkala tidak dapat tercapai sehingga dapat menyebabkan individu tersebut bingung, melamun hingga stres. Stres yang terjadi pada setiap individu berbeda-beda tergantung pada masalah yang dihadapi dan kemampuan menyelesaikan masalah tersebut atau biasa disebut dengan koping yang digunakan. Jika masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik maka individu tersebut akan senang, sedangkan jika masalah tersebut tidak dapat diselesaikan dengan baik dapat menyebabkan individu tersebut marah-marah, frustasi hingga depresi. Berikut akan dijelaskan tentang stres, koping dan adaptasi yang biasa terjadi pada setiap individu, salah satu contoh individu yang akan menghadapi ujian masuk kerja. 1.2 Rumusan Masalah 1.2.1 Apa pengertian stress? 1.2.2 Bagaimana pandangan stress? 1.2.3 Apa macam-macam stress? 1.2.4 Apa saja yang termasuk sumber stresor? 1.2.5 Bagaimana model stress kesehatan? 1.2.6 Apa saja faktor pengaruh respons terhadap stresor? 1.2.7 Bagaimana tahapan stress? 1.2.8 Bagaimana reaksi tubuh terhadap stress? 1.2.9 Bagaimana manajemen stress? 1.2.10 Apa yang dimaksud homeostatis? 1.2.11 Bagaimana konsep adaptasi? 1.2.12 Apa saja macam-macam adaptasi? 1.3 Tujuan Penulisan 1.3.1 Tujuan Umum Agar pembaca mengetahui tentang konsep stress dan adaptasi serta bentuk asuhan keperawatannya. 1

1.3.2 Tujuan Khusus 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Untuk mengetahui pengertian stress Untuk mengetahui pandangan stress Untuk mengetahui macam-macam stress Untuk mengetahui yang termasuk sumber stresor Untuk mengetahui model stress kesehatan Untuk mengetahui faktor pengaruh respons terhadap stresor Untuk mengetahui tahapan stress Untuk mengetahui reaksi tubuh terhadap stress Untuk mengetahui manajemen stress

10. Untuk mengetahui yang dimaksud homeostatis 11. Untuk mengetahui konsep adaptasi 12. Untuk mengetahui macam-macam adaptasi

BAB 2 PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Stres Stres biasanya dipersepsikan sebagai sesuatu yang negatif padahal tidak. Seseorang yang mengalami stres karena sebuah jabatan disebut sebagai eustres. Terjadinya stres dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan stresor. Bentuk stresor ini dapat dari lingkungan, kondisi dirinya serta pikiran. Dalam pengertian stres itu sendiri juga dapat dikatakan sebagai stimulus di mana penyebab stres dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa. Stres juga dapat dikatakan sebagai respons artinya dapat merespons apa yang terjadi, juga disebut sebagai transaksi yakni hubungan antara stresor dianggap positif karena adanya interaksi antara individu dengan lingkungan. Berdasarkan hal tersebut, maka setiap individu akan mengalami stress karena adanya stimulus (stressor), dimana stimulus tersebut dapat menimbulkan perubahan atau masalah (stress) yang memerlukan cara menyelesaikan atau menyesuaikan kondisi terhadap masalah tersebut (koping) sehingga individu dapat menjadi lebih baik atau menjadi adaptif. Stres menurut: 1. Stress adalah realitas kehidupan setiap hari yang tidak dapat dihindari. Stres disebabkan oleh perubahan yang memerlukan penyesuaian (Keliat, B.A., 1999). 2. Stres adalah segala situasi dimana tuntutan non spesifik mengharuskan seorang individu untuk berespon atau melakukan tindakan (Selye, 1976). 3. Stres psikologis sebagai hubungan khusus antara seseorang dengan lingkungannya yang dihargai oleh orang lain tersebut sebagai pajak terhadap sumber dayanya dan membahayakan kemapanannya (Lazarus Folkman, 1994). 4. Stres dianggap sebagai faktor predisposisi atau pencetus yang meningkatkan kepekaaan individu terhadap penyakit (Rahe, 1975). 2.2 Pandangan Stres Dalam memahami tentang stres, para ahli berbeda-beda mendefinisikannya karena memiliki pandangan teori yang tidak sama. Untuk lebih jelas tentang stres sebenarnya, maka dapat diketahui beberapa pandangan diantaranya :

a.

Pandangan Stres Sebagai Stimulus Pandangan ini menyatakan stres sebagai suatu stimulus yang menuntut, di mana

semakin tinggi besar tekanan yang dialami sesorang, maka semakin besar pula stres yang dialami. b. Pandangan Stres Sebagai Respons Mengidentifikasikan stres sebagai respons individu terhadapstresor yang diterima, di mana ini sebagai akibat respons fisiologis dan emosional. c. Pandangan Stres Sebagai Transaksional Pandangan ini merupakan suatu interaksi antara individu dengan lingkungan dengan meninjau dari kemampuan individu dalam mengatasi maslah dan terbentuknya sebuah koping. Dalam interaksi dengan lingkungan ini dapat diukur situasi yang potensial mengandung stres dengan mengukur dari persepsi individu terhadap masalah, mengkaji kemampuan seseorang atau sumber-sumber yang tersedia yang diarahkan mengatasi masalah. 2.3 Macam-Macam Stres Ditinjau dari penyebabnya, maka stres dibagi menjadi tujuh macam, di antaranya : a. Stres fisik Stres yang disebabkan karena keadaan fisik seperti karena temperatur yang tinggi atau yang sangat rendah, suara yang bising, sinar matahari atau karena tegangan arus listrik. b. Stres kimiawi Stres ini disebabkan karena zat kimia seperti adanya obat-obatan, zat beracun asam basa, faktor hormon atau gas dan prinsipnya karena pengaruh senyawa kimia. c. Stres mikrobiologik Stres ini disebabkan karena kuman seperti adanya virus, bakteri, atau parasit. d. Stres fisiologik Stres yang disebabkan karena gangguan fungsi organ tubuh dsiantaranya gangguan dari struktur tubuh, fungsi jaringa, organ dan lain-lain. e. Stres proses pertumbuhan dan perkembangan Stres yang disebabkan karena proses pertumbuhan dan perkemabangan seperti pada pbertas, perkawinan dan proses lanjut usia.

f.

Stres psikis atau emosional Stres yang disebabkan karena gangguan situasi psikologis atau ketidakmampuan

kondisi psikologis untuk menyesuaikan diri seperti hubungan interpersonal, sosial budaya stau faktor keagamaan. 2.4 Sumber Stresor Sumber stresor merupakan asal dari penyebab suatu stres yang dapat mempengaruhi sifat dari stresor seperti lingkungan, baik secara fisik, psikososial maupun spiritual. Sumber stresor lingkungan fisik dapat berupa fasilitas-fasilitas seperti air minum, makan atau tempat-tempat umum sedangkan lingkungan psikososial dapat berupa suara kesehatan atau orang yang ada disekitarnya, sedangkan lingkungan spiritual dapat berupa tempat pelayanan keagamaan seperti fasilitas ibadah atau lainnya. Sumber stresor yang lain adalah diri sendiri yang dapat berupa perubahan fisiologis dalam tubuh, seperti adanya operasi, obat-obatan atau lainnya. Sedangkan sumber stresor dari pikiran adalah berhubungan dengan penilaian seseorang terhadap status kesehatan yang dialami serta pengaruh terhadap dirinya. Selain sumber stresor di atas, stres yang dialami manusia dapat berasal dari berbagai sumber dari dalam diri seseorang, keluarga dan lingkungan. A. Sumber Stres di Dalam Diri Sumber stres dalam diri sendiri pada umumnya dikarenakan konflik yang terjadi antara keinginan dan kenyataan berbeda, dalam hal ini adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya dan tidak mampu diatsi, maka dapat menimbulkan suatu stres. B. Sumber Stres di Dalam Keluarga Stres ini bersumber dari masalah kelurga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga, masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga permasalahan ini akan selalu menimblkan suatu keadaan yang dinamakan stres. C. Sumber Stres di Dalam Lingkungan Sumber stres ini dapat terjadi di lingkungan atau masyarakat pada umumnya, seperti lingkungan pekerjaan, secara umum disebut sebagai stres pekerja karena lingkungan fisik, dikarenakan kurangnya hubungan interpersonal serta kurangnya adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang.

2.5 Model Stres Kesehatan Model stres kesehatan merupakan suatu model di mana stres dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang, model ini terdiri dari beberapa unsur di antaranya : Unsur langsung di mana stres dapat menghasilkan atau mempengaruhi secara langsung dari perubahan fisiologis dan psikologis, seperti adanya ketegangan (stres) akan menyebabkan terjadinya proses pelepasan hormon secara langsung yaitu hormon katekolamin dan kortikosteroid yang kondisi jantung berdebar-debar, denyut nadi cepat dan lain-lain 1. Unsur kepribadian, bahwa stres dapat dipengaruhi karena adanya tipe kepribadian yang memudahkan timbulnya kesakitan. 2. Unsur interaktif, stres dapat menyebabkan ketidakkebalan tubuh sehingga tubuh akan menjadi mudah terjadi gangguan pada tubuh baik biologis maupun psikologis. Proses ini dikarenakan adanya interaksi antara faktor dari dalam untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. 3. Unsur perilaku sehat, stres dapat secara tidak langsung mempengaruhi kesakitan akan tetapi dapat merubah perilaku terlebih dahulu seperti adanya peningkatan konsumsi alkohol, rokok, dan lain-lain. 4. Unsur perilaku sakit, stres dapat mempengaruhi secara langsung terhadap kesakitan tanpa menyebabkan adanya perilaku sakit seperti mencari bantuan pengobatan.

2.6 Faktor Pengaruh Respons Terhadap Stresor Respons terhadap stresor yang diberikan setiap individu akan berbeda berdasarkan faktor yang akan mempengaruhi dari stresor tersebut, dan koping yang dimiliki individu, di antara stresor yang dapat mempengaruhi respons tubuh antara lain : 1. Sifat stresor Sifat streor merupakan faktor yang dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap stresor. Sifat stresor ini dapat berupa tiba-tiba atau berangsur-angsur, sifat ini pada setiap individudapat berbeda tergantung dari pemahaman tentang arti stresor. 2. Durasi stresor Lamanya durasi stresor yang dialami klien akan mempengaruhi respons tubuh. Apabila stresor yang dialami lebih lama, maka respons yang dialaminya juga akan lebih lama dan dapat mempengaruhi dari fungsi tubuh yang lain.

3.

Jumlah stresor Jumlah stresor yang dialami seseorang dapat menentukan respons tubuh. Semakin

banyak stresor yang dialami seseorang , dapat menimbulkan dampak yang besar bagi fungsi tubuh juga sebaliknya dengan jumlah stresor yang dialami banyak dan mampu menghadapinya, maka semakin baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya akan semakin baik pla. 4. Pengalaman masa lalu Pengalaman ini juga dapat mempengaruhi respons tubuh terhadap stresor yang dimiliki. Semakin banyak stresor dan pengalaman yang dialami dan mampu menghadapinya, maka semakin baik dalam mengatasinya sehingga kemampuan adaptifnya akan semakin baik pula. 5. Tipe kepribadian Tipe kepribadian seseorang juga dapat mempengaruhi respons terhadap stresor. Apabila seseorang yang memiliki tipe kepribadian ambisius, agresif, kompetitif, kurang sabar, mudah tegang, mudah tersinggung, mudah marah, bekerja tidak kenal waktu, bicara cepat, pandai berorganisai dan memimpin, lebih suka bekerja sendirian bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, ramah, berpendirian kuat akan lebih rentan terkena stres dibandingkan seseorang yang tipe kepribadian tidak agresif, penyabar, senang, tidak mudah tersinggung, lebih suka kerjasama, mudah bergaul, dan lain-lain. 6. Tingkat perkembangan Semakin matang perkembangan seseorang, maka semakin baik pula kemampuan untuk mengatasinya. Dalam perkembangannya kemampuan individu dalam mengatasi stresor dan respons terhadapnya berbeda-beda dan stresor yang dihadapinya pun berbeda yang dapat digambarkan sebagai berikut : Tahap Perkembagan Anak Jenis Stresor Konflik mandiri dan ketergantungan orang tua Mulai sekolah Hubungan dengan teman sebaya Kompetisi dengan teman Remaja Perubahan tubuh Hubungan dengan teman Seksualitas Mandiri

Dewasa muda

Menikah Meninggalkan rumah Mulai bekerja Melanjutkan pendidikan Membesarkan anak

Dewasa tengah

Menerima proses menua Satus sosial

Dewasa tua

Usia lanjut Penyesuaian diri masa pensiun Proses kematian

2.7 Tahapan Stres Tahapan stres menurut Van Amberg tahun 1979, yang terbagi enam tahapan di antaranya: 1. Tahap pertama Merupakan tahap yang ringan dari stres yang ditandai dengan adanya semangfat bekerja besar, pengelihatannya tajam tidak seperti pada umumnya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan yang tidak tidak biasanya, kemudian merasa senang akan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang dimilikinya semakin berkurang. 2. Tahap Kedua Pada stres tahap ini seseorang memiliki ciri sebagai berikut adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang semestinya segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang sore, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman, denyut jantung berdebar-debar lebih dari biasanya, otot-otot punggung dan tengkuk semakin tegang dan tidak bisa santai. 3. Tahap Ketiga Pada tahap ini apabila seseorang mengalami gangguan seperti pada lambung dan usus seperti adanya keluhan gastritis, buang air besar tidak teratur ketegangan otot semakin terasa, perasaan tidak tenang, gangguan pola tidur seperti sukar mulai untuk tidur, terbangun tengah malam dan sukar kembali tidur, lemah, terasa seperti tidak memiliki tenaga. 4. Tahap Keempat Tahap ini seseorang akan mengalami gejala seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa membosankan, kehilangan kemmampuan untuk merespons secara 8

adekuat, tidak mampu melaksanakan kegiatan sehari-hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan karena tidak bergairah, kemampuan mengingat dan konsentrasi menurun karena adanya perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya. 5. Tahap Kelima Stres tahap in ditandai dengan adanya kelelahan fisik secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan ketakutan dan kecemasan semakin meningkat. 6. Tahap Keenam Tahap ini merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan perasaan takut mati dengan ditemukan gejala seperti detak jantung semakin keras, susah bernafas, terasa gemetar seluruh tubuh dan berkeringat, kemungkinan terjadi kolaps atau pingsan. 2.8 Reaksi Tubuh Terhadap Stres Stres yang dialami seseorang dapat menimbulkan reaksi yang ada pada tubuh baik secara fisiolgis maupun psikologis. Di antara reaksi tubuh tersebut seperti terjadi perubahan warna rambut, menurunnya ketajaman mata karena kekenduran pada otot-otot mata, pada telinga terjadi gangguan seperti adanya suara berdenging, penurunan konsentrasi, sering sakit kepala, ekspresi wajah tampak tegang, mulut dan bibir terasa kering, kulit sering berkeringat dan kadang-kadang panas, dingin dan juga akan dapat menjadi kering atau gejala lainnya, terjadi sesak nafas, jantung berdebar-debar, pembuluh darah melebar atau menyempit. 2.9 Manajemen Stres Stres merupakan sumber dari berbagai penyakit pada manusia. Apabila stres tidak cepat ditanggulangi atau dikelola dengan baik, maka akan berdampak lebih lanjut seperti mudah terjadi gangguan atau terkena penyakit. Untuk mencegah dan mengatasi stres agar tidak sampai ke tahap yang paling berat, maka dapat dilakukan dengan cara : 1. Pengaturan Diet dan Nutrisi Pengaturan diet dan nutrisi merupakan cara yang efektif dalam mengurangi dan mengatasi stres melalui makan dan minum yang halal dan tidak berlebihan, dengan mengatur jadwal makan secara teratur, menu bervariasi, hindari makan dingin dan monoton karena dapat menurunkan kekebalan tubuh.

2.

Istirahat dan Tidur Istirahat dan tidur merupakan obat yang baik dalam mengatasi stres karena dengan

istirahat dan tidur yang cukup akan memulihkan keadaan tubuh. Tidur yang cukup akan memberikan kegairahan dalam hidup dan memperbaiki sel-sel yang rusak. 3. Olah Raga atau Latihan Teratur Olah raga dan latihan teratur adalah salah satu cara untuk meningkatkan daya tahan dan kekebalan fisik maupun mental. Olah raga dapat dilakukan dengan cara jalan pagi, lari pagi minimal dua kali seminggu dan tidak perlu lama-lama yang penting menghasilkan keringat setelah itu mandi dengan air hangat untuk memulihkan kebugaran. 4. Berhenti Merokok Berhenti merokok adalah bagian dari cara menanggulangi stres karena dapat meningkatkan ststus kesehatan dan mempertahankan ketahanan dan kekebalan tubuh. 5. Tidak Mengkonsumsi Minuman Keras Minuman keras merupakan faktor pencetus yang dapat mengakibatkan terjadinya stres. Dengan tidak mengkonsumsi minuman keras, kekebalan dan ketahanan tubuh akan semakin baik, segala penyakit dapat dihindari karena minuman keras banyak mengandung alkohol. 6. Pengaturan Berat Badan Peningkatan berat badan merupakan faktor yang dapat menyebabkan timbulnya stres karena mudah menurunkan daya tahan tubuh terhadap stres. Keadaan tubuh yang seimbang akan meningkatkan ketahanan dan kekebalan tubuh terhadap stres. 7. Pengaturan Waktu Pengaturan waktu merupakan cara yang tepat dalam mengurangi dan menanggulangi stres. Dengan pengaturan waktu segala pekerjaaan yang dapat menimbulkan kelelahan fisik dapat dihindari. Pengaturan waktu dapat dilakukan dengan cara menggunakan waktu secara efektif dan efisien serta melihat aspek prokdutivitas waktu. Seperti menggunakan waktu untuk menghasilkan sesuatu dan jangan biarkan waktu berlalu tanpa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat. 8. Terapi Psikofarmaka Terapi ini dengan menggunakan obat-obatan dalm mengalami stres yang dialami dengan cara memutuskan jaringan antara psiko neuro dan imunologi sehingga stresor psikososial yang dialami tidak mempengaruhi fungsi kognitifafektif atau psikomotor yang dapat mengganggu organ tubuh yang lain. Obat-obatan yang digunakan biasanya digunakan adalah anti cemas dan anti depresi. 10

9.

Terapi Somatik Terapi ini hanya dilakukan pada gejala yang ditimbulkan akibat stres yang dialami

sehingga diharapkan tidak dapat mengganggu sistem tubuh yang lain. 10. Psikoterapi Terapi ini dengan menggunakan teknik psikologis yng disesuaikan dengan kebutuhan seseorang. Terapi ini dapat meliputi psikoterapi suportif dan psikoterapi redukatif di mana psikoterapi suportif memberikan motivasi atau dukungan agar pasien mengalami percaya diri, sedangkan psikoterapi redukatif dilakukan dengan memberikan pendidikan secara berulang. Selain itu ada psikoterapi rekonstruktif, psikoterapi kognitif dan lain-lain. 11. Terapi Psikoreligius Terapi ini dengan menggunakan pendekatan agama dalam mengatasi permasalahan psikologis mengingat dalam mengatasi permasalahn psikologis mengingat dalam mengatasi atau mempertahankan kehidupan seseorang harus sehat secara fisik, psikis, sosial, dan sehat spiritual sehingga stres yang dialami dapat diatasi. 2.10 Homeostatis Merupakan suatu keadaan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan dalam menghadapi kondisi yang dialaminya. Proses homeostatis ini dapat terjadi apabila tubuh mengalami stres yang ada sehingga tubuh secara alamiah akan melakukan mekanisme pertahanan diri untuk menjaga kondisi yang seimbang, atau juga dapat dikatakan bahwa homeostatis adalah suatu proses perubahaan yang terus menerus untuk memelihara stabilitas dan beradaptasi terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Homeostatis yang terdapat dalam tubuh manusia dapat dikendalikan oleh suatu sistem endokrin dan syaraf otonom. Secara alamiah proses homeostatis dapat terjadi dalam tubuh manusia. Dalam mempelajari cara tubuh melakukan proses homeostatis ini dapat melalui empat cara di antaranya: 1. Self regulation di mana sistem ini terjadi secara otomatis pada orang yang sehat sepserti dalam pengaturan proses sistem fisiologis tubuh manusia. 2. Berkompensasi yaitu tubuh akan cenderung bereaksi terhadap ketidaknormalan dalam tubuh. 3. Dengan cara sistem umpann balik negatif, proses ini merupakan penyimpangan dari keadaan normal segera dirasakan dan diperbaiki dalam tubuh dimana apabila tubuh dalam keadaan tidak normal akan secara sendiri mengadakan mekanisme umpan balik untuk menyeimbangkan dari keadaan yang ada. 11

4.

Cara umpan balik untuk mengkoreksi suatu ketidakseimbangan fisiologis.

2.11 Konsep Adaptasi Adaptasi merupakan suatu proses perubahan yang menyertai individu dalam berespons terhadap perubahan yang ada di lingkungan dan dapat mempengaruhi keutuhan tubuh baik secara fisiologis maupun psikologis yang akan menghasilkan perilaku adaptif. 2.12 Macam-Macam Adaptasi A. Adaptasi Fisiologis Adaptasi ini merupakan proses penyesuaian tubuh secara alamiah atau secara fisilogis untuk mempertahankan keseimbangan dari berbagai faktor yang menimbulkan atau mempengaruhi keadaan menjadi tidak seimbang. Adaptasi fisiologis dibagi menjadi dua yaitu : 1. LAS (Local Adaptation Syndroma), yaitu apabila kejadiannya atau adaptasi bersifat lokal seperti ketika daerah tubuh atau kulit terkena infeksi, maka akan terjadi daerah sekitar kulit tersebut kemerahan, bengkak, nyeri, panas, dan lainlain yang sifatnya lokal atau pada daerah sekitar yang terkena. 2. GAS (General Adaptation Syndroma), yaitu reaksi lokal yang tidak dapat diatasi dapat menyebabkan gangguan secara sistemik tubuh akan melakukan proses penyesuaian. Pada adaptasi fisiologi melalui tiga tahap yaitu tahap alarm reaction, tahap resistensi dan tahap akhir. B. Adaptasi Psikologi Seseorang yang menghadapi stress akan mengalami kondisi-kondisi yang tidak mengenakkan secara psikis seperti timbulnya rasa cemas, frustasi, terancam, tak tentram yang semuanya itu berdampak pada munculnya suatu kontak konflik dalam jiwa mereka. dan konflik tersebut diekspresikan dalam bentuk kemarahan atau ekspresi-ekspresi lain yang dapat membuat orang tersebut merasa sedikit nyaman atau terlepas dari stress yang dihadapinya. C. Adaptasi Sosial Budaya Setiap lingkungan sosial masyarakat mempunyai tatanan budaya masing-,masing. Antara lingkungan satu dan yang lainnya tentu memiliki budaya berbeda-beda. Perbedaan tersebut yang akhirnya menuntut setiap orang beradaptasi jika hal itu dapat dilakukan dengan baik maka akan tercipta keseimbangan. Namun jika hal tersebut tidak dapat

12

dilakukan bukanlah suatu hal yang tidak mungkin jika orang tersebut akan mengalami stress. D. Adaptasi Spiritual Setiap agama dan kepercayaan mengandung ajaran yang hendaknya harus dijalankan oleh penganutnya. Ajaran-ajaran ini tentunya juga harus turut andil dalammengatur perilaku manusia ini. Oleh karena itu dalam rangka memenuhi ajaran-ajaran tersebut pasti terjadi perubahan dalam perilaku manusia.

13

BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Perawat dapat mengumpilkan data dengan cara observasi, wawancara, dan pemeriksaan. Data yang didapat dapat dikelompokkan: a. Data Fisiologis 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Peningkatan tekanan darah Ketegangan otot meningkat Peningkatan denyut nadi dan frekuensi napas Kringat dingin pada telapak tangan Tangan dan kaki dingin Sakit kepala Sakit perut (gangguan pencernaan) Suara nada tinggi dan cepat Nafsu makan berubah

10. Frekuensi miksi bertambah 11. Sukat tidur atau sering terbangun 12. Dilatasi pupil 13. Gula darah meningkat b. Data psiko-sosial 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Cemas dan ragu-ragu Depresi Bosan Penggunaan obat dan zat meningkat Pola makan berubah Perubahan pola tidur dan kegiatan Kelelahan mental Perasaan tidak mampu Harga diri kurang dan hilang

10. Mudah tersinggung dan cepat marah 11. Motivasi hilang 12. Menangais 13. Produktivitas dan kualitas kerja menurun 14

14. Cenderung melakukan kesalahan atau daya nilai buruk 15. Pelupa dan sering blocking 16. Sering melamun 17. Tidak konsentrasi pada tugas 18. Meningkat absen dan sering sakit 19. Minat hilang 3.2 Diagnosa Data yang dikumpulkan dapat dikelompokkan dalam masalah keperawtan (potensial atau aktual) dan etiologoi dari masalah. Berikut diagnosa keperawtan pada stres dan adaptasi : a. Koping individu tidak efektif berhubungan dengan : 1. 2. 3. 4. b. Perubahan pola hidup Sistem pendukung tidak adekuat Koping yang tidak ampuh Stress yang berkepanjangan

Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan : 1. 2. 3. Masalah ekonomi Kercacatan yang berkepanjangan Stress berkepanjangan (fisiologis, psikososial, dan situasi)

c.

Gangguan aktivitas berhubungan dengan : 1. 2. Stress fisiologis Krisis emosi atau situasi

3.3 Rencana keperawatan Tujuan keperawatan pada klien stres yaitu: a. b. c. Klien dapat menangani berbagai dalam kehidupan Klien dapat mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah Klien menerima beberapa dukungan yang adekuat

Intervensi a. Mendukung klien dan keluarga R : sering klien dan keluarga memerlukan seseorang untuk mengekspresikan perasaan,kekhawatiran,dan masalahnya. Ungkapan perasaan merupakan salah satu cara mengurangi stres.

15

b.

Mengorientasikan klien R : mengorientasikan klien tentang rumah sakit, fasilitas dan peraturan yang berlaku. Informasi tentang rumah sakit dibutuhkan klien dan keluarga untuk dapat beradaptasi dengan situasi rumah sakit yang berbeda dengan situasi rumah sendiri.

c.

Mempertahankan identitas klien R : mempertahankan identitas klien dengan memanggil nama klien, memberi kesempatan menggunakan peralatan sendiri selama tidak bertentangan dengan kondisi klien.

d.

Memberi informasi yang dibutuhkan klien R : sering stres timbul karena informasi yang tidak jelas.Misalnya : prosedur pemeriksaan dan tindakan keperawatan.

e.

Mengulangi informasi jika klien sukar mengingat R : dapat diberikan berupa leaflet, brosur, booklet agar dapat di baca dan di pelajari lebih lanjut.

f.

Meningkatkan harga diri klien R : libatkan klien dalam tindakan keperawatan. Beri penghargaan pada perilaku positif.

g.

Membantu latiohan menejemen stress R : a. Latihan nafas dalam Latihan relaksasi ( anggota badan, perut, dada, kepala dan leher) Latihan lima jari ( hipnose diri sendiri )

16

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan Bahwasannya stress itu ada dan berasal dari lingkungan, kondisi dirinya, serta pikiran. Penyebab stress dianggap suatu hal yang biasa dimana didalamnya dapat merespon apa yang terjadi pada hubungan stresor, dianggap positif karena adanya interaksi individu dan lingkungan. Stress dapat mempengaruhi sifat dari stresor seperti lingkungan baik secara fisik, psikososial maupun spiritual serta dapat mempengaruhi status kesehatan seseorang. Stress yang dialami seseorang tidak mungkin secara langsung beberapa tahap akan muncul dalam diri seesorang tersebut, apabila stress tidak dapat ditanggulangi maka akan berdampak lebih lanjut. Oleh, sebab itu terapkanlah sebuah manajemen agar keadaan seesorang tersebut masih bisa terkontrol. 4.2 Saran Hendaknya sebagai perawat mampu menguasai tentang stress dan adaptasi serta bentuk asuhan keperawatannya, agar mampu mengatasi masalah stress adaptasi yang sering terjadi pada klien dengan berbagai keadaannya.

17

You might also like