You are on page 1of 45

Review Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2008 Dalam Undang-undang No.

10 Tahun 2008 BAB I Ketentuan Umum, sudah disebutkan bahwa Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dan pada BAB II juga disebutkan bahwa Pemilu dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil. A. Perlengkapan Pemungutan Suara

Perlengakapan dan pemungutan suara diatur Undang-undang No. 10 Tahun 2008 pada Bab IX. Untuk melaksanakan pemungutan suara dalam Pemilu, diperlukan berbagai jenis perlengkapan, yaitu : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Kotak suara Surat suara Tinta Bilik pemungutan suara Segel Alat untuk memberi tanda pilihan Tempat pemungutan suara (pasal 142 (1))

Mengenai bentuk, ukuran dan spesifikasi teknis perlengkapan pemungutan suara, ditetapkan dengan peraturan KPU. Pengadaan perlengkapan pemungutan suara, berupa kotak suara, surat suara, tinta, bilik pemungutan, segel, dilaksanakan oleh Sekretariat Jendral KPU, dengan berpedoman kepada ketentuan peraturan perundang-undangan. Untuk pengadaan perlengkapan pemungutan suara, berupa bilik pemungutan suara, alat pemberi tanda pilihan, dan perlengkapan lainnya, Sekretaris Jendral KPU dapat melimpahkan wewenangnya kepada Sekretaris KPU Provinsi. Pendistribusian perlengkapan pemungutan suara, yang pengadaannya dilakukan oleh Sekretariat Jendral, yaitu berupa kotak suara, surat suara, tinta, bilik pemungutan suara, dilakukan oleh KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, paling lama 1 (satu) bulan sebelum hari pemungutan suara. Pendistribusian dan pengamanan

perlengkapan pemungutan suara dilakukan oleh KPU, bekerja sama dengan Pemerintah, Pemerintah Daerah, TNI dan POLRI. (pasal 142) Surat suara calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, memuat tanda gambar partai politik, nomor urut partai politik, nomor urut calon, dan nama calon tetap Partai Politik untuk setiap daerah pemilihan dari alokasi kursi anggota DPRD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, pada setiap daerah pemilihan. Sedangkan surat suara untuk calon anggota DPD berisi pas foto diri terbaru dan nama calon tetap anggota DPD untuk setiap daerah pemilihan. (pasal 143) Mengenai jumlah, jenis, bentuk, ukuran, warna, dan spesifikasi teknis lain dari surat suara, ditetapkan dalam peraturan KPU (pasal 144). Dalam perencanaan, pengadaan, dan distribusi perlengkapan pemungutan suara, yang bertanggung jawab adalah KPU, KPU Provinsi, dan KPU Kabupaten/Kota, sedangkan dalam pelaksanaan teknis pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan suara yang bertanggung jawab adalah Sekretaris Jendral KPU, Sekretaris Jendral KPU Provinsi dan Sekretaris Jendral KPU Kabupaten/Kota. Pengadaan surat suara dilakukan dalam negeri, dengan mengutamakan kapasitas cetak yang sesuai dengan kebutuhan surat suara, dan hasil cetak yang berkualitas baik. Jumlah surat suara yang dicetak sama dengan jumlah pemilih tetap ditambah 2% (dua perseratus) dari jumlah pemilih tetap sebagai cadangan, yang ditetapkan dengan keputusan KPU. Selain menetapkan pencetakan surat suara untuk Pemilu biasa, KPU juga menentukan besarnya junlah suarat suara untuk pemungutan ulang. Surat suara untuk pemungutan suara ulang ditetapkan oleh KPU untuk setiap Daerah Pemilihan sebanyak 1.000 (seribu) surat suara, dengan diberi tanda khusus, masing-masing surat suara untuk anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. (pasal 145) Perusahaan pencetak surat suara dilarang mencetak surat suara lebih dari jumlah yang ditetapkan oleh KPU, menjaga kerahasiaan, keamanan dan kebutuhan surat suara. KPU meminta bantuan POLRI untuk mengamankan surat suara selama proses pencetakan, penyimpanan, dan pendistribusian. KPU memverifikasi jumlah surat suara yang telah dicetak, jumlah yang sudah dikirim dan/atau jumlah yang masih tersimpan, dengan membuat Berita Acara, yang ditandatangani oleh petugas percetakan dan petugas KPU. Tata cara pengamanan terhadap percetakan, penghitungan, penyimpanan, pengepakan dan pendistribusian surat suara ke tempat tujuan, ditetapkan dengan peraturan KPU. (pasal 146)

Pengawasan atas pelaksanaan tegas dan wewenang KPU, KPU Provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, serta Sekretariat Jendral KPU, Sekretariat KPU Provinsi dan Sekretariat KPU Kabupaten/Kota, mengenai pengadaan dan pendistribusian perlengkapan pemungutan suara, dilaksanakan oleh Bawaslu dan BPK. (pasal 147)

B.

Pemungutan Suara

Bab X dalam Undang-undan No. 10 Tahun 2008 menerangkan tentang pemungutan suara. Pemungutan suara merupakan kegiatan puncak dan paling menentukan dalam proses pemilu. Hasil dan kualitas pemilu, sangat ditentukan oleh pemungutan suara ini. Pemungutan suara anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, diselenggarakan secara serentak. Mengenai hari, tanggal dan waktu pemungutan suara pemilih, untuk semua Daerah Pemilihan, ditetapkan dengan keputusan KPU. (pasal 148) Sesuai dengan pasal 149, pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara di TPS, yaitu : 1. 2. 3. Pemilih yang terdaftar dalam DPT pada TPS yang bersangkutan. Pemilih yang terdaftar pada Daftar Pemilih Tambahan. Pemilih yang oleh karena keadaan terpaksa tidak dapat menggunakan

hak pilihnya di TPS yang bersangkutan terdaftar. Yang dimaksud dengan keadaan terpaksa meliputi, keadaan menjalankan tugas pelayanan masyarakat yang tidak dapat dihindari pada saat pemungutan suara, atau karena kondisi tidak terduga di luar kemauan pemilih, antara lain menjadi pasien rawat inap, menjadi tahanan di rumah tahanan/LP, atau tertimpa bencana alam. Pemilih tersebut dapat menggunakan hak pilihnya di TPS lain, dengan menunjukkan surat pemberitahuan untuk memberikan suara di TPS dari KPPS. KPPS mencatat dan melaporkannya ke PPS yang bersangkutan. Umlah pemilih di setiap TPS berbeda dengan Pemilu 2004, ditetapkan palin banyak 500 pemilih (pasal 150 (1)). Dalam rangka pelaksanaan pemungutan suara, KPPS melakukan kegiatan : 1. Memastikan semua persiapan pemungutan suara telah dilaksanakan.

2. 3.

Mengadakan rapat pemungutan suara Pengucapan sumpah atau janji anggota KPPS dan petugas

ketentraman, ketertiban, dan keamanan TPS. 4. 5. Penjelasan kepada pemilih, tentang tata cara pemungutan suara. Pelaksanaan pemberian suara. (pasal 152 (2))

Pemberian suara untuk pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, dilakukan dengan memberi tanda satu kali pada surat suara (pasal 153 (1)). Sedangkan pemberian surat suara untuk Pemilu anggota DPD, dilakukan dengan memberi tanda pada foto salah satu calon DPD dalam surat suara. Sesuai dengan pasal 154, sebelum melaksanakan pemungutan suara, KPPS melakukukan : 1. 2. 3. 4. Pembukaan kotak suara Mengeluarkan seluruh isi kotak suara Pengidentifikasian jenis dokumen dan peralatan Penghitungan jumlah jenis dokumen dan peralatan.

Kegiatan KPPS tersebut dapat dihadiri oleh peserta Pemilu, Pengawas Pemilu, Pemantau Pemilu dan warga masyarakat. Untuk kegiatan KPPS ini dibuatkan Berita Acara, yang ditandatangani oleh ketua KPPS dan paling sedikit 2 (dua) orang anggota KPPS dan dapat pula ditandatangani oleh saksi peserta Pemilu. Untuk pemilih tuna netra, tuna daksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain, saat akan meberikan suara di TPS, dapat dibantu oleh anggota KPPS atau orang lain atas permintaan pemilih. Anggota KPPS atau orang lain yang membantu pemilih, wajib merahasiakan pilihan pemilih yang dibantunya. (pasal 156) Pemungutan suara bagi warga negara Indonesia yang berada di luar negeri, hanya memilih calon anggota DPR. Pemungutan suara dilakukan di Kantor Perwakilan Republik Indonesia dan dilakukan pada waktu yang sama dengan waktu pemungutan suara Pemilu di Indonesia. Apabila pemilih tidak dapat memberikan suara di TPSLN yang telah ditentukan,

pemilih dapat memberikan suara melalui Pos, yang disampaikan kepada Perwakilan Republik Indonesia. (pasal 157) Pemilih yang berhak mengikuti pemungutan suara di TPSLN, adalah : 1. 2. 3. Pemilih terdaftar pada DPT pada TPSLN yang bersangkutan. Pemilih yang terdaftar pada Daftar Pemilih Tambahan. Pemilih yang oleh karena keadaan terpaksa tidak dapat menggunakan hak pilihnya di TPSLN yang bersangkutan terdaftar. Yang dimaksud dengan keadaan terpaksa meliputi, keadaan menjalankan tugas pelayanan masyarakat yang tidak dapat dihindari pada saat pemungutan suara, atau karena kondisi tidak terduga di luar kemauan pemilih, antara lain menjadi pasien rawat inap, menjadi tahanan di rumah tahanan/LP, atau tertimpa bencana alam. Pemilih tersebut dapat menggunakan hak pilihnya di TPSLN lain, dengan menunjukkan surat pemberitahuan untuk memberikan suara di TPSLN dari KPPSLN. KPPSLN mencatat dan melaporkannya ke PPLN yang bersangkutan. Warga negara Indonesia yang berada di luar negeri yang tidak terdaftar sebagai pemilih, tidak dapat menggunakan hak pilihnya. Dalam pasal 161, pemungutan suara di TPSLN dipimpinoleh Ketua KPPSLN. Dalam rangka persiapan pemungutan suara, KPPSLN melakukan kegiatan : 1. 2. 3. Menyiapkan TPSLN Mengumumkan dan menempelkan DPT di TPSLN Menyerahkan DPT kepada saksi yang hadir dan Pengawas Pemilu Luar Negeri. Selanjutnya kegiatan pemungutan suara terdiri dari : 1. 2. 3. Memastikan semua persiapan pemungutan suara telah dilaksanakan. Mengadakan rapat pemungutan suara Pengucapan sumpah atau janji anggota KPPSLN dan petugas ketentraman, ketertiban, dan keamanan TPSLN. 4. Penjelasan kepada pemilih, tentang tata cara pemungutan suara.

5.

Pelaksanaan pemberian suara.

Dalam pelaksanaan pemberian suara, pemilih tidak boleh membubuhkan tulisan dan/atau catatan lain pada surat suara. Apabila pada surat suara ditemukan tulisan dan/atau catatan lain, maka surat suara tersebut dinyatakan tidak sah. Pemilih yang telah memberikan suara, diberi tanda khusus oleh KPPS atau KPPSLN, yang mana tanda khusus tersebut ditetapkan dalam peraturan KPU dan biasanya dalam bentuk tinta sidik jari (pasal 166). KPPS dan KPPSLN dilarang melaksanakan penghitungan suara sebelum pemungutan suara berakhir dan mengenai waktu berakhirnya pemungutan suara, ditetapkan dalam peraturan KPU (pasal 167). Dalam pelaksanaan pemungutan suara, KPPS, dan KPPSLN bertanggung jawab atas ketertiban dan kelancaran pemungutan suara, sedangkan para pemilih berkewajiban melakukan pemberian suara dengan tertib dan bertanggung jawab. Di samping itu, para saksi berkewajiban melakukan tugasnya dengan tertib dan bertanggung jawab pula (pasal 168). Anggota masyarakat yang tidak memiliki hak pilih atau yang tidak sedang melaksanakan pemberian suara, dilarang berada dalam TPS atau TPSLN, demikian juga para Pemantau Pemilu (pasal 169). Apabila terjadi pelanggaran ketertiban dan ketentraman dalam pelaksanaan pemungutan suara oleh anggota masyarakat dan/atau Pemantau Pemilu, petugas keamanan melakukan penanganan secara memadai. Seandainya anggota masyarakat dan/atau Pemantau Pemilu tidak mematuhi penanganan oleh petugas keamanan, anggota masyarakat dan/atau Pemantau Pemilu yang bersangkutan diserahkan kepada petugas Kepolisian (pasal 171).

C.

Penghitungan Suara

Penghitungan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam proses pemilu. Hal ini tertuang dalam Undang-undang No. 10 Tahun 2008 BAB XI. Kegiatan ini akan menentukan hasil akhir dari proses pemilu. Di sini kemungkinan bisa terjadi kecurangankecurangan, keributan dan malah bisa menimbulkan bentrok fisik antara sesama pendukung peserta Pemilu, akhirnya bisa bermuara pada proses hukum di Mahkamah Konstitusi. Penghitungan suara Pemilu anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, dilaksanakan oleh KPPS dan disaksikan oleh saksi peserta Pemilu. Saksi peserta Pemilu membawa surat mandat dari peserta Pemilu yang bersangkutan dan menyerahkannya kepada ketua KPPS. Penghitungan suara di TPS diawasi oleh Pengawas

Pemilu Lapangan dan dipantau oleh Pemantau Pemilu, serta warga masyarakat. Penghitungan suara di TPS dan TPSLN dilaksanakan setelah pemungutan suara berakhir (pasal 173). KPPS melakukan penghitungan suara di TPS masing-masing, disaksikan oleh para saksi peserta Pemilu dan Pengawas Pemilu Lapangan yang berada dalam TPS. Sedangkan Pemantau Pemilu dan warga masyarakat menyaksikan penghitungan suara yang dilakukan oleh KPPS dari luar TPS. Pada pasal 175 dijelaskan, sebelum melaksanakan penghitungan suara

KPPS/KPPSLN, menghitung terlebih dahulu : 1. 2. 3. 4. Jumlah pemilih yang memberikan suara berdasarkan salinan DPT. Jumlah pemilih dari TPS/TPSLN lain. Jumlah surat suara yang tidak terpakai. Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilih, karena rusak atau kesalahan mencoblos. 5. Sisa surat suara cadangan.

Penggunaan surat suara cadangan dibuatkan Berita Acara yang ditandatangani oleh ketua KPPS/KPPSLN dan paling sedikit 2 (dua) orang anggota KPPS/KPPSLN. Suara untuk pemilu anggota DPR, DPRD Provinsi an DPRD Kabupaten/Kota dinyatakan sah apabila : 1. 2. Surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS. Pemberian tanda satu kali pada kolom nama Partai Politik atau kolom nomor calon atau kolom nama calon anggota DPR, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota. Sedang suara untuk pemilu anggota DPD dinyatakan sah apabila : 1. 2. Surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS. Pemberian tanda satu kali pada foto salah satu calon anggota DPD. (pasal 176)

Dalam melakukan penghitungan suara, Ketua KPPS/KPPSLN, suaranya harus jelas dan terdengar oleh yang menyaksikan, selanjutnya penghitungan suara dicatat pada papan penghitungan dengan tulisan yang jelas dan mudah terbaca, hal ini sesuai dengan azaz-azaz Pemilu. Dalam penghitungan suara, ketua KPPS/KPPSLN melakukan penghitungan suara dengan suara yang jelas dan terdengar dengan memperlihatkan surat suara yang dihitung. Penghitungan suara dilakukan secara terbuka dan di tempat yang terang atau yang mendapat penerangan cahaya cukup. Penghitungan suara dicatat pada lembar/papan/layar penghitungan dengan tulisan yang jelas dan terbaca. Format penulisan penghitungan suara sebagaimana dimaksud ditetapkan dalam peraturan KPU (pasal 177). Semua yang dilakukan ini sudah sesuai dengan azaz pemilu jujur dan adil. Jadi diharapkan tercipta pemilu yang sesuai azaz yang ada. Selanjutnya hasil penghitungan suara di TPS/TPSLN dituangkan dalam Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara, dengan menggunakan format yang ditetapkan dalam peraturan KPU. Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara dan Sertifikat Penghitungan Suara tersebut ditandatangani oleh seluruh anggota KPPS/KPPSLN. Apabila ada anggota KPPS/KPPSLN yang tidak bersedia menandatangani, maka Berita Acara dan Sertifikat tersebut cukup ditandatangani oleh anggota KPPS/KPPSLN yang bersedia saja, seandainya tidak seorangpun yang bersedia, maka dalam waktu 2 (dua) jam setelah penghitungan suara selesai, Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara dan Sertifikat Penghitungan Suara tersebut dinyatakan sah dan berlaku (pasal 179). Setelah ditandatangani, KPPS wajib memberikan 1 (satu) eksemplar Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara dan Sertifikat Penghitungan Suara kepada saksi peserta Pemilu, Pengawas Pemilu Lapangan, PPS dan PPK melalui PPS pada hari yang sama, sedangkan KPPSLN hanya wajib memberikan 1 (satu) eksemplar Berita Acara Pemungutan dan Penghitungan Suara dan Sertifikat Penghitungan Suara kepada saksi peserta Pemilu. Setelah penghitungan suara selesai, KPPS/KPPLN, wajib menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara dan disegel, selanjutnya KPPS/KPPSLN wajib menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara kepada PPK melalui PPS atau kepada PPLN bagi KPPSLN, pada hari yang sama (pasal 180). Terakhir, PPS, PPSLN wajib mengumumkan hasil penghitungan suara dari seluruh TPS/TPSLN di wilayah kerjanya masing-masing (pasal 181).

D.

Rekapitulasi Penghitungan Perolehan Suara

1. Rekapitulasi di Tingkat Kecamatan Dalam rekapitulasi di tingkat ini, diatur oleh Undang-undang dalam pasal 182 sampai 185. Rekapitulasi penghitungan suara dilakukan secara berjenjang mulai dari PPK. Setelah menerima hasil penghitungan suara anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota, dari TPS melalui PPS, maka PPK membuat Berita Acara penerimaannya. Setelah itu PPK melakukan rekapitulasi hasil perhitungan yang dimaksud, dalam rapat yang dihadiri saksi peserta Pemilu. Kemudian PPK membuat Berita Acara rekapitulasi hasil penghitungan suara anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota, dan membuat Sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara. Hasil rekapitulasi tersebut diumumkan oleh PPK kepada masyarakat. Di samping itu, PPK juga menyerahkan Berita Acara dimaksud kepada saksi peserta Pemilu, Panwaslu Kecamatan dan KPU Kabupaten/Kota. Berbeda dengan Pemilu 2004, rekapitulasi penghitungan suara di PPS ditiadakan. Hasil penghitungan suara di TPS, rekapitulasinya langsung dilakukan PPK. Saksi dan Panwaslu Kecamatan, dapat menyampaikan laporan atas dugaan adanya pelanggaran, penyimpangan dan/atau kesalahan dalam pelaksanaan rekapitulasi kepada PPK. Kemudian PPK menindaklanjuti laporan dimaksud pada hari yang sama dengan hari dilakukannya rekapitulasi tersebut. Rekapitulasi hasil penghitungan suara di PPK, dituangkan dalam Berita Acara hasil rekapitulasi penghitungan suara dan Sertifikat hasil rekapitulasi penghitungan suara, dengan menggunakan format yang ditetapkan dalam peraturan KPU. Berita Acara dan Sertifikat tersebut, ditandatangani oleh seluruh anggota PPK. Apabila ada anggota PPK yang tidak bersedia menandatangani. Demikian pula, apabila tidak seorang pun anggota PPK yang bersedia menandatanganinya, dalam waktu 2 (dua) jam setelah rekapitulasi penghitungan suara selesai, Berita Acara dan Sertifikat tersebut dinyatakan sah dan berlaku. Terakhir PPK menyerahkan kotak suara yang berisi surat suara anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota tersebut, dalam keadaan disegel, kepada KPU Kabupaten/Kota. PPLN melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara berdasarkan Berita Acara hasil penghitungan suara dan Sertifikat hasil penghitungan suara dari seluruh KPPSLN di wilayah kerjanya, serta melakukan penghitungan suara yang diterima melalui pos. Sekanjutnya PPLN menyerahkan Berita Acara hasil penghitungan suara dan Sertifikat hasil

penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara dari seluruh KPPSLN di wilayah kerjanya kepada KPU (pasal 186).

2. Rekapitulasi di Tingkat Kabupaten/Kota Setelah menerima hasil rekapitulasi penghitungan suara anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dari PPK, maka KPU Kabupten/Kota membuat Berita Acara penerimaannya. Setelah itu KPU Kabupaten/Kota melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara tersebut dalam rapat yang dihadiri saksi peserta Pemilu. Kemudian KPU Kabupaten/Kota membuat Berita Acara rekapitulasi hasil penghitungan suara anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi dan DPRD Kabupaten/Kota dan membuat Sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara. Hasil rekapitulasi tersebut diumumkan oleh KPU Kabupaten/Kota, kepada masyarakat. KPU Kabupaten/Kota melalui rapat pleno mnetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara anggota DPRD Kabupaten/Kota. Lebih lanjut KPU Kabupaten/Kota menyerahkan Berita Acara dan Sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota kepada saksi peserta Pemilu, Pnawaslu Kabupaten/Kota dan KPU Provinsi. Dalam hal timbul dugaan adanya pelanggaran, penyimpangan dan/atau kesalahan dalam pelaksanaan rekapitulasi hasil penghitungan suara DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, saksi dan Panwaslu Kabupaten/Kota menyampaikan laporan kepada KPU Kabupaten/Kota. KPU Kabupaten/Kota harus menindaklanjuti laporan tersebut pada hari yang sama dengan hari dilakukannya rekapitulasi tersebut. Rekapitulasi hasil penghitungan suara di KPU Kabupaten/Kota, dituangkan dalam Berita Acara hasil reakapitulasi penghitungan suara dan Sertifikat hasil rekapitulasi penghitungan suara anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dengan menggunakan format yang ditetapkan dalam peraturan KPU. Berita Acara dan Sertifikat tersebut ditandatangani oleh seluruh anggota KPU Kabupaten/Kota. Tugas selanjutnya dari KPU Kabupaten/Kota, adalah menyimpan, menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara, setelah pelaksanaan rekapitulasi penghitungan anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota (pasal 187 sampai 190). 3. Rekapitulasi di Tingkat Provinsi

Rekapitulasi di tingkat provinsi diatur dalam pasal 191 sampai 193, pasal ini merupakan kelanjutan dari penjelasan sebelumnya. Setelah menerima hasil rekapitulasi penghitungan suara anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, maka KPU Provinsi membuat Berita Acara penerimaannya. Setelah itu KPU Provinsi melakukan rekapitulasi hasil penghitungan suara, dalam rapat yang dihadiri saksi peserta Pemilu. Kemudian KPU Provinsi membuat Berita Acara rekapitulasi suara dan Sertifikat rekapitulasi Penghitungan suara anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi. Hasil rekapitulasi tersebut diumumkan oleh KPU Provinsi kepada masyarakat. KPU Provinsi melalui rapat pleno menetapkan hasil rekapitulasi suara anggota DPRD Provinsi. Lebih lanjut KPU Provinsi menyerahkan Berita Acara dan Sertifikat rekpitulasi penghitungan suara anggota DPR dan DPD kepda saksi peserta Pemilu, Panwaslu Provinsi dan KPU. Dalam hal timbul dugaan adanya pelanggaran, penyimpangan, dan/atau kesalahan dalam pelaksanaan rekapitulasi suara DPR, DPD, DPRD Provinsi, Panwaslu Provinsi menyampaikan laporan ke KPU Provinsi. KPU Provinsi harus menindaklanjuti laporan tersebut, pada hari yang sama dengan hari dilakukannya rekapitulasi. Rekapitulasi penghitungan suara di KPU Provinsi, dituangkan dalam Berita Acara dan Sertifikat hasil rekapitulasi penghitungan suara anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, dengan menggunakan format yang ditetapkan dalam peraturan KPU. Berita Acara dan Sertifikat tersebut, ditandatangani oleh seluruh anggota KPU Provinsi. 4. Rekapitulasi di Tingkat Nasional Setelah menerima hasil rekapitulasi penghitungan suara anggota DPR dan DPD dari KPU Provinsi, KPU membuat Berita Acara penerimaannya. Setelah itu KPU melakukan rekapitulasi hasil rekapitulasi penghitungan suara DPR dan DPD, dalam rapat yang dihadiri saksi peserta pemilu. Kemudian KPU membuat Berita Acara rekapitulasi suara dan membuat Sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara tersebut. Hasil rekapitulasi tersebut diumumkan oleh KPU kepada masyarakat. Lebih lanjut KPU menyerahkan Berita Acara rekapitulasi penghitungan suara dan Sertifikat rekapitulasi hasil penghitungan suara anggota DPR dan DPD kepada saksi peerta Pemilu dan Bawaslu. Dalam hal timbul dugaan adanya pelanggaran, penyimpangan dan/atau keslahan dalam pelaksanaan rekapitulasi penghitungan suara anggota DPR dan DPD, saksi dan Bawaslu, menyampaikan laporan kepada KPU, KPU harus menindaklanjuti laporan tersebut, pada hari yang sama dengan hari dilakukannya rekapitulasi.

Rekapitulasi hasil penghitungan suara di KPU dituangkan dalam Berita Acara hasil rekapitulasi suara dan Sertifikasi hasil rekapitulasi suara anggota DPR dan DPD, dengan menggunakan format yang ditetapkan dalam peraturan KPU. Berita Acara dan Sertifikat tersebut ditandatangani oleh seluruh anggota KPU. Kemudian KPU melalui rapat pleno menetapkan hasil rekapitulasi penghitungan suara seluruh anggota DPR dan DPD. Para saksi peserta pemilu dalam rapat rekapitulasi penghitungan suara anggota DPR, DPD, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, di PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi, dan KPU, harus mendapat/membawa mandat secara tertulis dari peserta pemilu yang bersangkutan (pasal 194 sampai 197).

Penyelenggara Pemungutan dan Penghitungan Suara 1. KPU Kota Surabaya 2. Pelaksana: PPK (Panitia Pemilihan Kecamatan) PPS (Panitia Pemungutan Suara) KPPS (Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara)

Kelompok Penyelenggaran Pemungutan Suara A. Tugas, Wewenang, dan KPPS Tugas , wewenang, dan kewajiban KPPS dalam penyelenggara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah: 1. Mengumumkan dan menempelkan daftar pemilih tetap di TPS. 2. Menyerahkan daftar pemilih tetap kepada saksi peserta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah yang hadir dan Pengawas Pemilu Lapangan. 3. Melaksanakan pemungutan dan penghitungan suara di TPS. 4. Mengumumkan hasil penghitungan suara di TPS. 5. Menindaklanjuti dengan segera hasil temuan dan laporan yang disampaikan oleh saksi, pengawas lapangan, dan masyarakat yang hadir pada hari dan tanggal pemungutan suara. 6. Menjaga dan mengamankan keutuhan kotak suara dan isi setelah penghitunga suara dan setelah kotak suara disegel.

7. Membuat

berita

acara

pemungutan

dan

penghitungan

suara

serta

wajib

menyerahkannya kepada saksi peserta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Daerah, Pengawas Pemilu Lapangan, dan PPK melalui PPS. 8. Menyerahkan kotak suara tersegel yang berisi surat suara dan sertifikasi hasil penghitungan suara kepada PPK melalui PPS pada hari yang sama. 9. Melaksanakan tugas, wewenang, dan kewajiban lain yang diberikan oleh KPU Kota Surabaya, PPK, dan PPS sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

B. Keanggotaan KPPS 1. Keanggotaan KPPS sebanyak 7 (tujuh) orang berasal dari anggota masyarakat di sekitar TPS yang memenuhi syarat, terdiri dari: a. 1 (satu) orang ketua merangkap anggota. b. 6 (enam) orang anggota. 2. KPPS dibentuk oleh PPS atas nama Ketua KPU Kota Surabaya. 3. Ketua KPPS dipilih dari dan oleh anggota KPPS. 4. Pengangkatan dan pemberhentian anggota KPPS wajib dilaporkan kepada KPU Kota Surabaya.

C. Tata Kerja KPPS 1. Tugas ketua KPPS dalam persiapan penyelenggaran pemungutan suara dan penghitungan suara dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah: a. Member penjelasan tentang tugas-tugas yang harus dilaksanakan kepada anggota KPPS. b. Mengumumkan tempat dan waktu pelaksanaan pemungutan suara.

c. Menandatangani surat pemberitahuan/panggilan untuk memberikan suara kepala pemilih terdaftar yang tercantum dalam daftar pemilih tetap untuk tiap TPS (Formulir Model C-6 KWK). d. Memimpin kegiatan penyiapan TPS. e. Menerima saksi yang memiliki surat mandat yang ditandatangani oleh pasangan calon yang akan bertugas di PPS. 2. Tugas ketua KPPS dalam rapat pemungutan suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di TPS adalah: a. Memimpin kegiatan KPPS. b. Menerima saksi yang memiliki surat mandat yang akan ditandatangani oleh pasangan calon yang akan bertugas di TPS. c. Melakukan pemeriksaan bersama-sama petugas keamanan TPS dan saksi yang hadir terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan persiapan pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS. d. Memimpin pelaksanaan kegiatan pemungutan suara. e. Membuka rapat pemungutan suara tepat pukul 07.00 waktu setempat (setelah ada pemilih yang hadir). f. Mengambil sumpah/janji para anggota KPPS dan saksi yang hadir. g. Menandatangani berita acara dan surat suara tambahan sebanyak 2,5% (dua setengah persen) bersama-sama sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota KPPS. h. Menghitung dan menandatangani surat suara. i. Mengakhiri kegiatan pemungutan suara pada pukul 13.00 waktu setempat. 3. Tugas ketua KPPS dalam rapat penghitungan suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah di TPS adalah: a. Mempersilahkan para pemilih untuk duduk dengan tertib bagi yang akan mengikuti penghitungan suara.

b. Memimpin pelaksanaan penghitungan suara di TPS. c. Menandatangani berita acara dan sertifikat hasil penghitungan suara bersama-sama sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota KPPS serta dapat ditandatangani oleh saksi yang memiliki surat mandat dari ketua dan sekretaris atau pimpinan dengan sebutan lainnya partai politik tingkat kecamatan peserta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah atau sesuai dengan tingkatannya di TPS. d. Melaksanakan tugas kewenangan berdasarkan peraturan perundang-undangan. 4. Dalam melaksanakan tugas, ketua KPPS bertanggung jawab kepada PPS melalui ketua PPS. 5. Tugas anggota KPPS dalam Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah adalah: a. Membantu ketua KPPS dalam melaksanakan tugas. b. Melaksanakan tugas yang ditentukan oleh ketua KPPS. 6. Dalam melaksanakan tugas, anggota KPPS bertanggung jawab kepada ketua KPPS.

Tugas KPPS Sebelum Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara A. 1. Pembentukan dan Pengucapan Sumpah atau Janji KPPS Pembentukan dan pengisian keanggotaan KPPS sebanyak 7 (tujuh) orang anggota berasal dari anggota masyarakat sekitar TPS yang memenuhi syarat berdasakan peraturan perundang-undangan, dan diangkat serta diberhentikan oleh PPS atas nama Ketua KPU Kota Surabaya. 2. Pembentukan dan pengisian keanggotaan KPPS sesuai dengan ketentuan: adalah 7 (tujuh) orang. 3. Pembentukan dan pengisian keanggotaan KPPS dilaksanakan selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara. 4. Ketua KPPS dipilih dari anggota KPPS yang dilakukan secara demokratis.

5.

Sebelum melaksanakan tugasnya, PPS memandu pengucapan sumpah/janji ketua KPPS di seluruh wilayah kerja PPS, dilanjutkan dengan sosialisasi mengenai tugas dan kewenangan KPPS serta bimbingan teknis mengenai tata cara pemungutan dan penghitungan suara di TPS.

6.

Ketua KPPS memandu pengucapan sumpah/janji anggota KPPS lainnya pada hari dan tanggal pemungutan suara di TPS, sebelum pelaksaan pemungutan suara.

B. 1.

Perlengkapan TPS KPPS menerima perlengkapan untuk keperluan pemungutan dan penghitungan suara di TPS dari PPS, terdiri dari: - Kotak suara sebanyak 1 (satu) buah dengan diberi label Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah. - Surat suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebanyak jumlah pemilih yang tercantum dalam daftar pemilih tetap untuk TPS, dan ditambah 2,5% (dua setengah persen). - Tanda khusus/tinta sebanyak-banyaknya 2 (dua) botol. - Alat pencoblos dan alas pencoblosan surat suara masing-masing 2 (dua) buah (dalam bilik). - Segel Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah sebanyak 15 (lima belas) buah. - Formulir berita acara pemungutan dan penghitungan suara di TPS (formulir seri CKWK beserta lampirannya) - Alat kelengkapan lainnya terdiri dari lem, karet/tali pengikat, label, spidol hitam, sampul kertas, kantong plastic, dan ballpoint.

2.

Kelengkapan administrasi lainnya yang tidak dimasukkan dalam kotak suara, meliputi:

- Bilik suara sebanyak 2 (dua) buah. - Daftar pasangan calon sebanyak 1 (satu) lembar untuk ditempatkan di dekat pintu masuk TPS. - Salinan daftar pemilih tetap untuk TPS sebanyak 3 (tiga) rangkap yang dibuat oleh PPS dengan ketentuan: a.Untuk pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS sebanyak 1 (satu) rangkap. b. Untuk disampaikan kepada saksi tiap pasangan calon peserta Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota masing-masing sebanyak 1 (satu) rangkap. c.Untuk disampaikan kepada Pengawas Pemilu Lapangan Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Kota sebanyak 1 (satu) rangkap. - Tanda pengenal KPPS sebanyak 7 (tujuh) buah dan tanda pengenal saksi sebanyak yang diperlukan. - Surat pemberitahuan untuk memberikan suara di TPS (Form Model C6-KWK) sebanyak jumlah pemilih dalam daftar pemilih tetap untuk TPS. - Panduan teknis pengisian formulir pemungutan dan penghitungan suara di TPS termasuk naskah sumpah/janji KPPS. - Gembok dan anak kunci sebanyak 1 (satu) buah dalam kantong plastik transparan. 3. Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS lainnya, bertanggung jawab terhadap keamanan perlengkapan untuk keperluan pemungutan dan penghitungan suara di TPS. 4. Untuk keamanan perlengkapan untuk keperluan pemungutan dan penghitungan suara di TPS, sebelum hari dan tanggal pemungutan suara, disimpan di kantor Rukun Warga/ Rukun Tetangga atau tempat lain yang dapat dijamin keamanannya.

C. 1.

Pembagian Tugas Ketua KPPS memberikan bimbingan teknis kepada anggota KPPS mengenai:

a. b. 2.

Pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS. Pembagian tugas anggota KPPS dan pengamanan TPS. Pembagain tugas anggota KPPS dan petugas keamanan TPS, sebagaimana dimaksud pada angka 1 (satu) huruf b, ditentukan:

a.

Apabila KPPS terdiri dari 7 (tujuh) orang: - Ketua KPPS sebagai anggota KPPS pertama bertugas memimpin rapat pemungutan suara. - Anggota KPPS kedua dan KPPS ketiga bertugas membantu Ketua KPPS di meja pimpinan termasuk menyiapkan berita acara serta lampirannya. - Anggota KPPS keempat bertugas menerima pemilih yang akan masuk TPS dengan memeriksa kesesuaian antara nama dalam surat pemberitahuan dan kartu pemilih dengan daftar pemilih tetap, membubuhkan nomor urut kedatangan pada surat pemberitahuan untuk memberikan suara di TPS, memeriksa tanda khusus pada jarijari tangan pemilih. Dalam melaksanakan tugasnya, anggota KPPS keempat berada di dekat pintu masuk TPS. - Anggota KPPS kelima bertugas mengatur pemilih yang menunggu giliran untuk memberikan suara dan pemilih yang akan menuju ke bilik pemberian suara, dalam melaksanakan tugasnya berada di dekat tempat duduk pemilih. - Anggota KPPS keenam bertugas mengatur pemilih yang akan memasukkan surat suara ke dalam kotak suara, dan adalam melaksanakan tugasnya berada di kotak suara. - Anggota KPPS ketujuh bertugas mengatur pemilih yang akan keluar TPS dan dalam melaksanakan tugasnya berada di dekat pintu keluar TPS serta diharuskan memberikan tanda khusus kepada pemilih sebagai bukti bahwa pemilih telah memberikan suaranya. - Apabila KPPS terdiri dari 6 (enam) orang, anggota KPPS keenam merangkap melaksanakan tugas anggota KPPS ketujuh.

- Apabila KPPS terdiri dari 5 (lima) orang, anggota KPPS kelima merangkap melaksanakan tugas anggota KPPS keenam dan anggota KPPS ketujuh. - Petugas keamanan TPS bertugas mengadakan penjagaan ketertiban dan keamanan di TPS yang dalam melaksanakan tugasnya satu orang berada di depan pintu masuk TPS, dan satu orang berada di depan pintu keluar TPS, bisa juga dilaksanakan oleh anggota KPPS keempat dan anggota KPPS ketujuh atau berdasarkan keputusan ketua KPPS. 3. Bimbingan teknis dan pembagian tugas anggota KPPS harus sudah selesai paling lambat 1 (satu) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara.

D.

Mengumumkan dan Memberitahukan Hari, Tanggal, Waktu, dan Tempat Pemungutan Suara di TPS

1.

Ketua KPPS mengumumkan hari, tanggal, waktu, dan tempat pemungutan suara di TPS kepada pemilih di wilayah kerjanya untuk memberikan suara di TPS, selambatlambatnya 5 (lima) hari sebelum hari dan tanggal pemberian suara.

2.

Pengumuman hari, tanggal, dan waktu pemungutan suara di TPS dilakukan menurut cara yang lazim digunakan di Desa/Kelurahan atau sebutan lainnya.

3.

Ketua KPPS menyampaikan surat pemberitahuan untuk memberikan suara di TPS (Model C-6 KWK) kepada pemilih di wilayah kerjanya selambat-lambatnya 3 (tiga) hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara.

4.

Pemilih setelah menerima pemberitahuan untuk memberikan suara di TPS, menandatangani tanda terima surat pemberitahuan untuk untuk memberikan suara di TPS.

5.

Apabila pemilih tidak berada di tempat, ketua KPPS dapat menyampaikan surat pemberitahuan untuk memberikan suara di TPS kepada kepala keluarga atau anggota keluarga lainnya, serta menandatangani tanda terima.

6.

Dalam formulir (Model C-6 KWK) disebutkan adanya kemudahan bagi penyandang cacat untuk memberikan suara di TPS.

7.

Pemilih yang sampai dengan 3 (tiga) hari sebelum dan tanggal pemungutan suara belum menerima formulir (Model C-6 KWK), diberi kesempatan untuk meminta kepada ketua KPPS dan PPS selambat-lambatnya 24 jam sebelum hari dan tanggal pemungutan suara, dengan menunjukkan kartu pemilih.

8.

Ketua KPPS dan ketua PPS berdasarkan kartu pemilih tersebut meneliti nama pemilih dimaksud dalam daftar pemilih tetap untuk TPS atau daftar pemilih tetap untuk wilayah PPS.

9.

Apabila nama pemilih tersebut tercantum dalam daftar pemilih tetap, ketua KPPS berdasarkan keterangan ketua PPS memberikan formulir (Model C-6 KWK).

10.

Penduduk Surabaya yang tidak terdaftar sebagai pemilih dalam daftar pemilih tetap tidak dapat menggunakan hak memilihnya.

E. 1.

Penyiapan TPS Ketua KPPS dibantu oleh anggota KPPS lainnya mengatur penyiapan TPS di lokasi yang telah ditetapkan.

2.

Penyiapan TPS harus sudah selesai selambat-lambatnya 1 (satu) hari sebelum dan hari dan tanggal pemungutan suara.

3.

Untuk melaksanakan pemungutan suara di TPS, KPPS berkewajiban menyiapkan: a.Tempat untuk duduk pemilih yang menampung sebanyak-banyaknya 25 (dua puluh lima) orang, ditempatkan di dekat pintu masuk TPS. b. Meja panjang dan tempat duduk untuk ketua KPPS, anggota KPPS kedua, dan anggota KPPS ketiga. c.Meja dan tempat duduk untuk duduk anggota KPPS keempat, di dekat pintu masuk TPS. d. Tempat duduk untuk anggota KPPS kelima yang ditempatkan diantara tempat duduk pemilih dan bilik suara. e.Tempat duduk untuk anggota KPPS keenam di dekat kotak suara.

f. Tempat duduk untuk anggota KPPS ketujuh di dekat pintu keluar TPS. g. h. Meja dan tempat duduk untuk saksi pasangan calon. Tempat duduk untuk pemantau dan Pengawas Pemilu Lapangan, masingmasing sebanyak yang diperlukan. i. Meja untuk tempat kotak suara ditempatkan di dekat pintu keluar TPS, jaraknyakurang lebih 3 (tiga) meter dari tempat duduk ketua KPPS berhadapan dengan tempat duduk pemilih. j. Meja untuk bilik pemberian suara ditempatkan berhadapan dengan tempat duduk ketua KPPS dan saksi pasangan calon, dengan ketentuan jarak antara bilik pemberian sekurang-kurangnya 1 (satu) meter. k. Papan untuk pemasangan daftar pasangan calon sebanyak 1 (satu ) buah dipasang di dekat pintu masuk TPS. l. Papan untuk menempelkan formulir catatan penghitungan suara (formulir Model C-2 KWK) ukuran besar. m. Papan nama TPS ditempelkan di dekat pintu masuk TPS di sebelah luar TPS. n. Meja atau papan untuk menempatkan bilik suara dan alat pencoblosan serta alat pencoblos surat suara. o. 4. 5. Tambang, kayu atau bamboo untuk membuat batas TPS. KPPS bertanggung jawab atas pengamanan TPS yang sudah disiapkan. Selambat-lambatnya satu hari sebelum hari dan tanggal pemungutan suara, saksi pasangan calon sudah harus menyerahkan surat mandat dari Tim Pelaksana Kampanye tingkat Kota kepada ketua KPPS. 6. Dalam hal Tim Pelaksana Kampanye tidak terbentuk di Kota Surabaya, surat mandat dapat diberikan oleh pimpinan partai politik atau gabungan partai politik yang mengajukan pasangan calon di tingkat Kota.

7.

Ketua KPPS member tanda terima penyerahan mandat kepada saksi pasangan calon sebagai bukti untuk menghadiri pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS.

8.

Pembuatan TPS berpedoman pada ukuran panjang sekurang-kurangnya 8 (delapan) meter dan lebar 10 (sepuluh) meter dengan menampung peralatan di TPS.

9. 10.

Bentuk dan ukuran TPS harus dapat menjamin akses gerak bagi penyandang cacat. TPS dapat diadakan di ruang terbuka dan/atau ruang tertutup, dengan ketentuan: a. Apabila di ruang terbuka, tempat duduk anggota KPPS, pemilih, dan saksi pasangan calon dapat diberi pelindung terhadap panas matahari dan hujan serta setiap orang dilarang berada di belakang pemilih ketika memberikan suara di bilik suara. b. Apabila di ruang tertutup, luas TPS harus mampu menampung pelaksanaan pemungutan dan penghitungan suara di TPS, dan untuk pemilih ketika memberikan suara akan melatarbelakangi tembok/dinding.

11. 12.

TPS diberi tanda batas dengan menggunakan tali atau tambang/bahan lain. Lokasi TPS dapat menggunakan ruang gedung sekolah atau tempat pendidikan lainnya, balai pertemuan masyarakat, gedung/kantor milik pemerintah dan non pemerintah termasuk halamannya, dengan ketentuan terlebih dahulu harus mendapat ijin dari pengurus gedung atau tempat tersebut.

13.

Tempat ibadah, termasuk halamannya tidak dibenarkan untuk digunakan sebagai tempat pemungutan suara.

Tugas KPPS dalam Pelaksanaan Pemungutan dan Penghitungan Suara A. 1. Pemungutan Suara Persiapan a. Sebelum melaksanakan pemungutan suara, ketua KPPS bersama-sama anggota KPPS, dan saksi apsangan calon yang hadir melakukan kegiatan: - Memeriksa TPS dengan perlengkapannya.

- Memasang daftar pasangan calon di tempat yang ditentukan. - Menempatkan 1 (satu) kotak suara yang berisi surat suara beserta kelengkapan administrasinya di depan meja ketua KPPS. - Memanggil pemilih yan sudah hadir untuk menempati tempat duduk yang telah disediakan. - Kegiatan tersebut diatas dilaksanakan selambat-lambatnya pukul 06.00 waktu setempat. 2. Pelaksanaan a. Pelaksanaan pemungutan suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah dilaksanakan pada hari dan tanggal pemungutan suara, dimulai pukul 07.00 waktu setempat. b. Apabila pelaksanaan pemungutan suara yang sudah dibuka, pemilih belum ada yang hadir, pelaksanaan pemungutan suara ditunda sampai dengan adanya pemilih yang hadir. c. Apabila dalam pelaksanaan pemungutan suara sudah ada pemilih yang hadir, pelaksanaan pemungutan suara dilanjutkan. d. Ketua KPPS memberikan daftar pemilih tetap kepada saksi pasangan calon yang hadir di TPS dan Pengawas Pemilu Lapangan. e. Dalam pelaksanaan pembukaan rapat pemungutan suara, ketua KPPS melakukan kegiatan: Memandu pengucapan sumpah/janji anggota KPPS dan saksi pasangan calon yang hadir yang sudah menyerahkan surat mandat dari tim kampanye pasangan calon. Membuka kotak suara, mengeluarkan semua isinya, meletakkannya di atas meja secara tertib dan teratur, selanjutnya mengidentifikasi dan menghitung jumlah setiap jenis dokumen dan kelengkapan administrasi dan dicatat dalam formulir (Model C-4 KWK).

Memperlihatkan kepada pemilih dan saksi pasangan calon yang hadir bahwa kotak suara benar-benar kosong, kemudian menutup kembali dan mengunci kotak suara serta meletakkannya di tempat yang telah ditentukan.

Memperlihatkan kepada pemilih dan saksi pasangan calon yang hadir bahwa sampul yang berisi surat suara masih dalam keadaan disegel.

Menghitung jumlah surat suara termasuk jumlah cadangan surat suara sebanyak 2,5% (dua setengah persen) dari jumlah pemilih yang tercantum dalam daftar pemilih tetap untuk TPS.

Mengumumkan jumlah pemilih yang namanya tercantum dalam daftar pemilih tetap untuk TPS yang bersangkutan.

f. Semua kegiatan ketua KPPS sebagaimana dimaksudkan pada huruf e dibantu oleh anggota KPPS lainnya serta disaksikan oleh Pengawas Pemilu Lapangan, pemantau, dan warga masyarakat. g. Setelah melaksanakan kegiatan tersebut, ketua KPPS memberikan penjelasan kepada pemilih mengenai: Tujuan pemberian suara. Pemeriksaan surat suara oleh pemilih di bilik pemberian suara. Pemilih pada waktu memberikan suara dalam keadaan menghadap meja ketua KPPS dan saksi pasangan calon. Cara memberikan suara yang benar pada surat suara dengan mencoblos. Kesempatan penggantian surat suara bagi yang menerima surat suara rusak atau surat suara yang keliru dicoblos hanya sebanyak satu kalo dan pemeriksaannya dilakukan oleh pemilih di hadapan ketua KPPS. Sah dan tidak sah suara pada surat suara. Pemberian tanda khusus/tinta pada jari-jari tangan pemilih setelah pemilih memberikan suara. h. Penjelasan ketua KPPS sebagaimana tersebut diatas hanya dilakukan 1 (satu) kali.

i. Ketua KPPS dalam memberikan penjelasan kepada pemilih mengenai surat suara yang dinyatakan sah ditentukan sebagai berikut: Surat suara ditandatangani oleh ketua KPPS. Tanda coblos hanya terdapat dalam salah satu kolom yang memuat nomor, foto, dan nama pasangan calon yang telah ditentukan. Tanda coblos lebih dari satu, tetapi masih di dalam satu kolom yang memuat nomor, foto, dan anama pasangan calon. Tanda coblos terdapat pada salah satu kolom yang memuat nomor, foto, dan nama pasangan calon. j. Hasil pencoblosan surat suara yang tidak memenuhi ketentuan diatas, suaranya dinyatakan tidak sah. k. Setelah melaksanakan kegiatan penjelasan sebagaimana dimaksud dalam huruf g, KPPS melaksanakan kegiatan berikutnya, yaitu: Ketua KPPS menandatangani surat suara pada tempat yang telah ditentukan oleh pemilih yang akan dipanggil. Apabila pemilih yang terdaftar dalam daftar pemilih tetap untuk TPS tidak membawa kartu pemilih, yang bersangkutan menyerahkan surat pemberitahuan serta memperlihatkan identitas sah lainnya kepada ketua KPPS. Memanggil pemilih untuk memberikan suaranya berdasarkan prinsip urutan kehadiran pemilih, dan pemilh yang bersangkutan menyerahkan surat pemberitahuan untuk memberikan suara kepada ketua KPPS serta memperlihatkan kartu pemilih. Anggota KPPS kedua mencocokkan nomor dan nama pemilih tersebut dengan nomor dan nama yang tercantum dalam daftar pemilih tetap untuk TPS. Apabila cocok di depan nomor dan nama pemilih pada daftar pemilih tetap untuk TPS diberi tanda contreng. Ketua KPPS memberikan 1 (satu) lembar surat suara Pemilu Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah kepada pemilih.

l. KPPS dalam kegiatan pemungutan suara di TPS wajib mendahulukan melayani terhadap pemilih yang namanya tercantum dalam daftar pemilih tetap untuk TPS. m. Pemilih terdaftar yang karena sesuatu hal terpaksa tidak dapat menggunakan hak pilihnya di TPS lain dengan menggunakan kartu pemilih, dengan ketentuan: Anggota KPPS mencatat nama pemilih, nomor kartu pemilih, dan asal TPS terhadap pemilih dalam formulir (Model C-8 KWK). 3. Tata cara pemberian suara, meliputi: a. Pemilih yang telah menerima surat suara, menuju bilik pemberian suara untuk memberikan suara. b. Dalam memberikan suara, pemilih mencoblos salah satu pasangan calon pada kotak segi empat yang disediakan dalam surat suara. c. Sebelum mencoblos surat suara, pemilih meletakkan surat suara dalam keadaan terbuka lebar-lebar di atas alas pencoblosan surat suara, selanjutnya surat suara dicoblos dengan alat pencoblos yang telah disediakan. d. Pemilih dilarang membubuhkan tulisan dan/atau catatan lain pada surat suara, karena akan berakibat suaranya menjadi tidak sah. e. Setelah mencoblos surat suara, pemilih dapat melipat kembali surat suara seperti semula sehingga tanda tangan ketua KPPS tetap dalam keadaan terlihat, dan tanda coblosan tidak dapat dilihat. f. Pemilih setelah memberikan suaranya, menuju ke tempat kotak suara dan memperlihatkan kepada ketua KPPS, selanjutnya surat suara dimasukkan ke dalam kotak suara. g. Pemilih sebelum keluar TPS wajib diberikan tanda khusus/tinta pada salah satu jari tangan. h. Ketentuan pemberian suara sebagaimana tersebut di atas, berlaku bagi pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain.

i. Pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain pada saat memberikan suara di TPS dapat dibantu oleh petugas KPPS atau orang lain atas permintaan pemilih yang bersangkutan. j. Petugas KPPS atau orang lain yang membantu pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain, wajib merahasiakan pilihan pemilih yang dibantunya. k. Untuk keperlua bantuan petugas KPPS atas permintaan pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempunyai mempunyai halangan fisik lain. Ketua KPPS menugaskan anggota KPPS kelima dan anggota KPPS keenam untuk memberikan bantuan menurut cara sebagai berikut: Pemilih yang tidak dapat berjalan , anggota KPPS kelima dan keenam membantu pemilih menuju bilik pemberian suara, dan pencoblosan surat suara dilakukan oleh pemilih sendiri. Pemilih yang tidak mempunyai kedua belah tangan dan tunanetra, anggota KPPS kelima membantu melakukan pencoblosan surat suara sesuai kehendak pemilih dengan disaksikan anggota KPPS keenam dengan tetap menjaga kerahasiaan pemilih. l. Untuk bantuan orang lain atas permintaan pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain, pencoblosan surat suara dilakukan oleh pemilih sendiri dengan bantuan orang lain tersebut. m. Anggota KPPS atau orang lain yang membantu pemilih tunanetra, tunadaksa, atau yang mempunyai halangan fisik lain, wajib merahasiakan pilihan pemilih yang bersangkutan, dengan menandatangani surat pernyataan dengan menggunakan formulir (Model C-7 KWK). n. Pada pukul 13.00 waktu setempat, ketua KPPS mengumumkan bahwa yang diperbolehkan memberikan suara hanya pemilih terdaftar yang telah hadir di TPS dan menunggu giliran untuk memberikan surat suara serta anggota KPPS, saksi pasangan calon yang membawa surat pemberitahuan untuk memberikan suara di TPS yang bersangkutan serta memilih dari TPS lain. o. Setelah semua anggota KPPS, saksi pasangan calon, dan pemilih dari TPS lain sebagaimana tersebut di atas selesai memberikan suaranya, ketua KPPS mengumukan

kepada yang hadir di TPS bahwa acara pelaksanaan pemungutan suara telah selesai dan dilanjutkan acara pelaksanaan penghitungan suara di TPS. p. KPPS tidak dibenarkan mengadakan penghitungan suara, sebelum pukul 13.00 waktu setempat.

Perhitungan Suara 1. Persiapan a. Sebelum pelaksanaan perhitungan suara di TPS, Ketua KPPS dibantu oleh semua anggota KPPS melakukan kegiatan: - Mengatur susunan tempat perhitungan suara termasuk memasang formulir (Model C2 KWK) berukuran besar, dan tempat duduk saksi diatur sedemikian rupa, sehingga pelaksanaan penghitungan suara dapat diikuti oleh semua yang hadir dan jelas. - Mengatur alat keperluan administrasi yang disediakan sedemikian rupa, sehingga mudah digunakan untuk keperluan perhitungan suara, yaitu formulir pemungutan dan penghitungan suara, sampul kertas/ kantong plastic pembungkus serta segel Kepala Daerah dan peralatan TPS lainnya. - Menempatkan kotak suara di dekat meja pimpinan KPPS serta menyiapkan anak kuncinya. b. Pelaksanaan penghitungan suara dimulai pada pukul 13.00 waktu setempat sampai dengan selesai. c. Sebelum penghitungan suara dimulai, KPPS menghitung: Jumlah pemilih berdasarkan Daftar Pemilih Tetap untuk TPS. Jumlah pemilih yang hadir menggunakan hak pilih berdasarkan Daftar Pemilih Tetap untuk TPS. Jumlah pemilih dari TPS lain. Jumlah surat suara yang tidak terpakai.

Jumlah surat suara yang dikembalikan oleh pemilik karena rusak atau keliru dicoblos.

d. Penghitungan suara dilakukan di TPS oleh KPPS dan dapat dihadiri oleh Saksi Pasangan Calon, Pengawas Pemilu Lapangan, pemantau, dan warga masyarakat. e. Penggunaan surat suara tambahan/ cadangan dalam penghitungan suara dibuatkan Berita Acara dan ditandatangani oleh Ketua KPPS dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota KPPS (Form Model C5 KWK). f. Saksi pasangan calon dalam penghitungan suara harus membawa surat mandate dari Tim Kampanye yang bersangkutan dan menyerahkan kepada Ketua KPPS sehari sebelumnya. g. Penghitungan suara, dilakukan dengan cara yang memungkinkan saksi pasangan calon, pengawas pemilu lapangan, pemantau dan warga masyarakat yang hadir dapat menyaksikan secara jelas proses penghitungan suara. h. Pasangan calon dan warga masyarakat melalui saksi pasangan calon yang hadir, dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan suara oleh KPPS apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 2. a. Pelaksanaan. Penghitungan suara di TPS dilaksanakan segera setelah selesai pelaksanaan persiapan penghitungan suara. b. Ketua KPPS mengatur pembagian tugas Anggota KPPS untuk pelaksanaan penghitungan suara di TPS. c. Dalam hal KPPS terdiri dari 7 (tujuh) anggota, pembagian tugas ditetapkan: Ketua KPPS dengan dibantu Anggota KPPS kedua dan Anggota KPPS ketiga memimpin pelaksanaan penghitungan suara di TPS. Anggota KPPS ketiga bertugas mencatat jumlah pemilih, surat suara dan sertifikat hasil penghitungan suara dengan menggunakan formulir (Model C-1 KWK); Anggota KPPS keempat dengan dibantu Anggota KPPS kelima, bertugas mencatat hasil penelitian terhadap tiap lembar surat suara yang diumumkan oleh Katua

KPPS dengan menggunakan formulir hasil penghitungan suara di TPS (Model C-2 KWK) ukuran besar; Anggota KPPS keenam, bertugas menyusun surat suara yang sudah diteliti oleh Ketua KPPS dalam susunan sesuai suara yang diperoleh masing-masing pasangn calon; dan Anggota KPPS ketujuh, bertugas melakukan kegiatan lain atas petunjuk Ketua KPPS, antara lain jika dibutuhkan merangkap menjadi petugas keamanan TPS d. Dalam hal KPPS terdiri dari 6 (enam) orang anggota, pembagian tugas diantara keenam orang anggota tersebut harus tetap berfungsi sebagaimana dimaksud angka 1, angka 2, angka 3, angka 4, dan angka 5. e. Dalam hal KPPS terdiri dari 5 (lima) orang anggota, pembagian tugas antara lima orang anggota tersebut adalah sebagaimana angka 1, angka 2, angka 3, angka 4 di atas. f. Dalam pelaksanaan penghitungan suara di TPS, Ketua KPPS dibantu oleh Anggota KPPS, melakukan kegiatan: - Menyatakan pelaksanaan pemungutan suara di TPS ditutup dan pelaksanaan penghitungan suara di TPS dimulai; - Membuka kotak suara dengan disaksikan oleh semua hadir - Mengeluarkan surat suara dari kotak suara satu demi satu dan meletakkan di meje KPPS - Menghitung jumlah surat suara dan memberitahu jumlah tersebut kepada yang hadir serta mencatat jumlah yang diumumkan - Membuka tiap lembar surat suara, meneliti hasil pencoblosan yang terdapat pada surat suara, dan mengumumkan kepada yang hadir perolehan suara untuk setiap pasangan calon yang dicoblos - Mencatat hasil pemeriksaan yang diumumkan sebagaimana dimaksud pada angka 5 dengan menggunakan formulir catatan penghitungan suara (Model C-2 KWK)

- Dapat memutuskan apabila suara yang diumumkan berbeda dengan yang disaksikan oleh yang hadir dan / atau saksi pasangan calon. g. Ketua KPPS harus cermat dalam meneliti dan menentukan sah dan tidak sah hasil pencoblosan pada surat suara yang dinyatakan sah. h. Pemilih dengan sepengetahuan KPPS dapat hadir pada penghitungan suara di TPS, dan kehadirannya tidak dibenarkan mengganggu proses penghitungan suara di TPS. i. Saksi pasangan calon, Pengawas Pemilu Lapangan, wartawan dan warga masyarakat sebagai pemilih yang hadir dapat menyaksikan proses penghitungan suara di TPS. j. Warga masyarakat melalui saksi pasangan calon yang hadir dapat mengajukan keberatan terhadap jalannya penghitungan suara oleh KPPS apabila ternyata terdapat hal-hal yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan. k. Dalam hal tidak terdapat saksi pasangan calon di TPS, keberatan warga masyarakat sebagai pemilih dapat disampaikan langsung kepada ketua KPPS. l. Dalam hal keberatan yang diajukan oleh saksi pasangan calon dapat diterima, KPPS seketika itu juga mengadakan pembetulan. m. Keberatan saksi pasangan calon dicatat dengan menggunakan formulir (Model C-3 KWK). n. Apabila tidak ada keberatan saksi pasangan calon atau warga masyarakat atau tidak terdapat kejadian khusus yang berhubungan dengan hasil pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS, ketua KPPS tetap mengisi formulir (Model C-3 KWK) dengan tulisan pada formulir (Model C-3 KWK) NIHIL. o. Keberatan yang diajukan oleh atau melalui saksi pasangan calon terhadap proses penghitungan suara di TPS, tidak menghalangi proses penghitungan suara di TPS. p. Setelah kegiatan penghitungan, ketua KPPS dengan dibantu oleh anggota KPPS keempat melakukan kegiatan: Menyusun/menghitung dan memisahkan surat suara yang sudah diperiksa dan dinyatakan sah untuk masing-masing pasangan calon Kepala Daerah dan Wakil

Kepala Daerah dan memasukkan ke dalam sampul yang disediakan (Sampul Model V.S.4 KWK). Menyusun/menghitung dan memisahkan surat suara yang sudah diperiksa dan dinyatakan tidak resmi atau dipalsukan, serta surat suara yang suaranya tidak sah, rusak dan keliru coblos kemudian memasukkan ke dalam sampul yang disediakan (Model V.S.3 KWK). Menyusun/menghitung dan memisahkan surat suara sisa (tidak terpakai) ke dalam sampul yang disediakan (Model V.S.2 KWK). q. Segera setelah penghitungan suara di TPS, KPPS membuat berita acara beserta lampirannya yang berisi laporan kegiatan pelaksanaan pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS serta membuat sertifikat hasil penghitungan suara di TPS. r. Berita acara pemungutan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara ditandatangani oleh ketua KPPS dan sekurang-kurangnya 2 (dua) orang anggota KPPS serta ditandatangani oleh saksi pasangan calon yang hadir. s. Berita acara beserta kelengkapannya dimasukan dalam sampul (model V.S.1 KWK) khusus yang disediakan dan dimasukan ke dalam kotak suara yang pada bagian luar ditempel label serta segel. t. Berita acra penmungutan suara dan sertifikat hasil penghitungan suara dimasukkan ke dalam kotak suara, pada bagian luar ditempel lebel serta segel. u. KPPS menyerahkan kotak suara yang telah dikunci dan disegel, berisi berita acara, sertikat hasil penghitungan suara, surat suara, dan alat kelengkapan administrasi pemungutan dan penghitungan suara kepada PPK melalui PPS pada hari yang sama dengan menggunakan surat pengantar/ tanda terima (Model C-9 KWK). v. KPPS memberikan salinan berita acara ( Model C KWK), catatan hasil penghitungan suara (lampiran C-1 KWK) kepada saksi masing-masing pasangan calon yang hadir, pengawas pemilu lapangan, dan PPK dan PPS masing-masing sebanyak 1 (satu rangkap serta menempelkan 1 (satu) rangkap (lampiran model C-1 KWK) ditempat umum.

w.

KPPS selain memberikan salinan berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara dan menempelkan lampiran model C-1 KWK ditempat umum dengan cara menempelkannya pada TPS dan / atau lingkungan TPS, KPPS juga menyampaikan lampiran model C-1 KWK kepada PPS untuk keperluan pemungutan hasil perhitungan suara dari seluruh TPS diwilayah kerja PPS dengan cara menempelkan pada sarana pengumuman/ kelurahan.

x.

Salinan berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara disampaikan kepada masing-masing saksi yang hadir, dapat berupa hasil foto copy atau salinan yang ditulis dengan tangan.

y.

Apabila salinan berita acara dan sertifikat hasil perhitungan suara ditulis dengan tangan, salinan tersebut disusun oleh ketua dan anggota KPPS yang bersangkutan.

Penghitungan Suara dan Pemungutan Suara Ulang

A. Penghitungan Suara Ulang Penghitungan ulang surat suara di TPS dilakukan apabila dari hasil penelitian dan pemeriksaaan terbukti terdapat satu atau lebih penyimpangan yaitu: 1. Penghitungan suara dilakukan secara tertutup. 2. Penghitung suara dilakukan di tempat yang kurang mendapat penerangan cahaya 3. Saksi pasangan calon, Pengawas Pemilu Lapangan, pemantau, dan warga masyarakat tidak dapat menyaksikan proses perhitungan suara secara jelas. 4. Penghitungan suara dilakukan di tempat lain, di luar tempat dan waktu yang telah disediakan. 5. Terjadi ketidakkonsistenan dalam menentukan suara yang sah dan surat suara tidak sah.

B. Pemungutan Suara Ulang Pemungutan suara ulang di TPS dapat diulang apabila terjadi: a. Kerusuhan yang mengakibatkan hasil pemungutan suara tidak dapat digunakan atau penghitungan suara suara tidak dapat dilakukan. b. Hasil penelitian dan pemeriksaan Pengawas Pemilu Lapangan terbukti terdapat satu atau lebih keadaan: Pembukaan kotak suara dan/atau berkas pemungutan dan penghitungan suara tidak dilakukan menurut tata cara yang ditetapkan dalam peraturan perundangundangan. Petugas KPPS meminta pemilih memberikan tanda khusus, menandatangani, atau menulis nama atau alamatnya pada surat suara yang digunakan. Lebih dari seorang pemilih menggunakan hak pilih lebih dari satu kali, pada TPS yang sama atau pada TPS yang berbeda. Petugas KPPS merusak lebih dari 1 (satu) surat suara yang sudah digunakan oleh pemilih sehingga surat suara tersebut tidak sah. Lebih dari seorang pemilih yang tidak terdaftar dalam DPT sebagai pemilih, mendapat kesempatan memberikan suara pada TPS tersebut. Penghitungan suara dan pemungutan suara ulang diputuskan oleh PPK dalam rapat pleno PPK dengan keputusan PPK dan dilaksanakan selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari setelah hari pemungutan suara.

Analisa dan Kesimpulan Proses Pemungutan dan Penghitungan Suara terhadap AsasAsas Pemilu yang Demokratis Proses ini merupakan proses puncak dari proses pemilu, karena segala persiapan dan unsur-unsur lain berakhir pada proses ini. Dalam proses ini, menurut UUD 1945, pemilu diterapkan melalui asas-asas yang ada.

Asas-asas yg dimaksud adalah: 1. Langsung 2. Umum 3. Bebas 4. Rahasia 5. Jujur dan Adil 6. Transparan 7. Akuntabel Langsung berarti rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya, tanpa perantara. Umum berarti pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia, yaitu sudah berumur 17 (tujuh belas) tahun atau telah/pernah kawin berhak ikut memilih dalam pemilihan umum. Warga negara yang sudah berumur 21 (dua puluh satu) tahun berhak dipilih. Jadi, pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara yang telah memenuhi persyaratan tertentu tanpa diskriminasi (pengecualian) berdasar acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, dan status sosial. Bebas berarti setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Di dalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya, sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya. Rahasia berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pemilihnya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan papun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada suaranya diberikan. Asas rahasia ini tidak berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat pemungutan suara dan secara sukarela bersedia mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun.

Jujur berarti dalam menyelenggarakan pemilihan umum; penyelenggaraan/pelaksana, pemerintah dan partai politik peserta Pemilu, pengawas dan pemantau Pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung, harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Adil berarti dalam menyelenggarakan pemilu, setiap pemilih dan partai politik peserta Pemilu mendapat perlakuan yang sama, serta bebas dari kecurangan pihak manapun. Transparansi diharuskan dalam proses penghitungan suara, wakil-wakil partai politik dan calon harus diperbolehkan untuk menyaksikan dan/atau berpartisipasi dalam proses, dan diizinkan untuk menyalin pernyataan dari hasil proses penghitungan. Pengamat pemilihan nasional dan internasional juga akan diizinkan untuk menyaksikan proses dan diizinkan untuk menyalin pernyataan dari hasil proses penghitungan. Selain itu, warga negara juga sangat disarankan untuk menyaksikan proses penghitungan. Akuntabilitas untuk setiap tahap proses penghitungan sangatlah penting. Di tingkat nasional, badan manajemen pemilihan harus bertanggung jawab. Di tingkat distrik pemilihan, mungkin petugas pemilihan senior atau komisi resmi. Pada tempat pemungutan suara, petugas tempat pemungutan suara tertentu mungkin bertanggung jawab atas pemungutan suara dan menghitung. Jelas proses keluhan dan banding juga penting. Harus ada struktur di tempat dengan otoritas dan kompetensi untuk mengajukan keluhan dan naik banding. Ini mungkin termasuk komite penghubung partai politik, pengelolaan konflik dan resolusi tubuh dan struktur hukum. Membuat aturan, termasuk kriteria untuk menolak surat suara, harus jelas, disepakati di hadapan umum dan dipahami oleh semua orang yang terlibat dalam pemilu, termasuk pejabat pemilihan umum publik, partai politik, calon, organisasi nonpemerintah, dan pengamat pemilihan nasional dan internasional. Jejak audit jelas sangat penting dalam menentukan akuntabilitas. Selain berdasarkan asas-asas pemilihan umum yang demokratis, pemungutan dan penghitungan suara juga harus dilaksanakan berdasarkan prinsip melayani pemilih dalam memberikan suaranya. Pada Pemilu 2004, KPU menggunakan jargon ini sebagai pegangan oleh seluruh aparat KPU. Jargon ini tidak datang dari khayalan tetapi merupakan wujud dari penghormatan terhadap kedaulatan rakyat. Berikut disampaikan sejumlah wujud pelayanan kepada pemilih dalam memberikan suaranya.1
1

Ramlan Surbakti, Perekayasaan Sistem Pemilu untuk Pembangunan Tata Politik Demokratis, Kemitraan bagi Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia, 2008, halaman 180.

Pertama, pemberian informasi kepada pemilih tidak hanya mengenai tanggal, hari, jam dan tempat pemberian suara (undangan kepada setiap pemilih terdaftar) tetapi juga sosialisasi mengenai tata cara pemungutan dan penghitungan suara. Kedua, desain surat suara, cara memberikan suara, dan kriteria keabsahan surat suara juga disusun berdasarkan pertimbangan kemudahan bagi pemilih dalam memberikan suara. Ketiga, lokasi dan tata letak TPS menjamin akses bagi pemilih yang masuk kategori difabel dan pemilih usia lanjut dalam memberikan suara. Keempat, penyediaan sarana khusus pemberian suara bagi kaum difabel. Kelima, pemungutan suara tidak hanya dilaksanakan pada hari libur atau yang diliburkan sehingga memungkinkan semua pemilih datang ke TPS memberikan suara tetapi juga diadakan dalam waktu yang cukup. Keenam, larangan bagi media dan siapa saja menyampaikan pemberitaan mengenai hasil Jajak Pendapat atau hasil Hitungan Cepat (Quick Count) pada saat pemungutan suara tengah berlangsung di beberapa wilayah. Ketujuh, kesempatan memberikan suara di TPS dilaksanakan berdasarkan prinsip siapa yang lebih dahulu datang, lebih dahulu mendapatkan kesempatan memberikan suara (first come, first serve). Kedelapan, mengadakan TPS khusus bagi kelompok pemilih yang karena suatu hal tidak bisa memberikan suara di TPS tempat dia terdaftar, seperti di Rumah Sakit, Panti Jompo, rumah tahanan dan Lembaga Pemasyarakatan. Kesembilan, memberi kesempatan satu kali kepada pemilih untuk mengganti surat suara yang rusak atau salah dalam memberikan tanda. Kesepuluh, memberi kesempatan bagi pemilih terdaftar untuk memberikan suara walaupun pada hari pemungutan suara tidak bisa memberikan suara pada TPS tempat dia terdaftar, baik dalam bentuk absentee voting dan mail voting maupun dalam bentuk pemberian suara di TPS lain. Karena berdasarkan ketentuan (Pasal 2 UU Pemilu), pemilihan umum dilaksanakan secara efektif dan efisien berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil, maka prinsip efisiensi juga harus dilaksanakan dalam semua tahapan penyelenggaraan

pemilihan umum, termasuk pada tahap pemungutan dan penghitungan suara. Efisiensi memang sangat penting tetapi dalam penyelenggaraan pemilihan umum pada khususnya dan demokrasi pada umumnya, prinsip efektivitas harus mengalahkan efisiensi ketika pilihan efisiensi berseberangan dengan prinsip efektivitas. Peningkatan jumlah maksimal pemilih pada suatu TPS ataupun penghapusan rekapitulasi hasil perhitungan suara pada tingkat PPS tetap tidak boleh mengabaikan efektivitas dalam arti pencapaian tujuan pemilihan umum berdasarkan asas-asas pemilihan umum yang demokratis dan prinsip melayani pemilih memberikan suara. Salah satu TPS yang kami teliti adalah TPS yang berada di sekitar rumah anggota kelompok kami. Salah satu TPS tersebut berada di desa Bangah, Sidoarjo. TPS itu digunakan salah satu anggota kami dalam menyalurkan suaranya pada pemilu legislatif. Menurut keterangan salah satu anggota kelompok kami, pada saat menyalurkan suaranya, terdapat tahapan-tahapan yang mungkin bisa dibilang berbeda. Awalnya, sebelum hari H pemungutan suara, tiap penduduk mendapat Kartu Pemilih yang dibagikan 2-3 hari sebelumnya. Dan tidak hanya itu, pemilih juga mendapat undangan yang menunjukkan tempat TPS mana ia harus menyalurkan suaranya serta nomor pemilih juga sudah tercantum di undangan itu. Pada saat hari H, pemilih datang ke TPS yang telah ditentukan, pemilih datang ke meja pendaftaran dengan menunjukkan undangan yang telah dibagikan kemarin. Petugas pendaftaran dengan membawa catatan daftar pemilih mencari nama pendaftar dan memberi tanda pada catatan tersebut serta undangannya. Oleh petugas yang lain, undangan tersebut di bawa kepada KPPS dan KPPS melakukan hal yang sama oleh petugas pendaftar, yaitu mencari nama yang tertera pada undangan tersebut dan memberi tanda pada undangannya. Setelah itu, pemilih dipanggil dengan diberi surat suara dan baru boleh memberikan hak suaranya pada bilik yang telah disediakan. Setelah itu, pemilih memasukkan kertas suara kepada kotak yang telah disediakan dan mencelupkan kelingking kirinya pada tinta. Dan selesai. Namun ada yang janggal dalam proses ini, yaitu kartu pemilih yang telah dibagikan sebelum hari H tidak dipergunakan sama sekali. Panitia hanya memperhatikan undangan yang telah dibawa oleh pemilih.

Proses penghitungan suara dimulai sekitar jam 1 siang, setelah istirahat, sholat, dan makan siang. Selesai pada malam harinya. Penghitungan suara dimulai dengan membuka kotak suara dan menyiapkan berita acara. Kemudian Ketua KPPS menghitung surat suara, disesuaikan dengan jumlah pemilih yang melakukan pemungutan suara di TPS tersebut. Kemudian Ketua KPPS juga menunjukkan satu per satu surat suara dengan mengeluarkannya dari kotak suara untuk menentukan sah tidaknya, dan hasilnya. Segala keberatan ditulis dalam form yang sudah disediakan, dan di TPS ini tidak ada keberatan yang tidak terselesaikan pada saat penghitungan suara. Di TPS lain yang juga melaksanakan pemilu legislatif yaitu TPS di daerah Janti, Waru, proses pemungutan dan penghitungan suaranya juga tidak jauh berbeda. Pemilih masuk membawa surat undangan dan kartu pemilih yang kemudian dicocokkan dengan daftar pemilih tetap yang ada di anggota KPPS maupun Ketua KPPS, kemudian diberikan nomor urut untuk selanjutnya dipanggil berdasarkan nomor urut dan diberi surat suara, kemudian dipandu ke bilik suara. Setelah memberikan suara, pemilih memasukkan surat suara ke kotak suara yang dijaga oleh anggota KPPS. Sebelum meninggalkan TPS, pemilih juga diharuskan mencelupkan kelingking kirinya ke dalam tinta yang disediakan di meja anggota KPPS ketujuh. Proses penghitungan suaranya juga berjalan sangat lancar dengan proses yang sama seperti di daerah Bangah, Sidoarjo. Tidak ada keberatan yang diajukan ke tingkat yang lebih tinggi. Seluruh keberatan diselesaikan di TPS tersebut. Hasil penghitungan suara juga ditempel di TPS tersebut. Sedangkan di TPS lainnya, daerah Tambaksari, Surabaya, kami melakukan wawancara pada salah satu anggota KPPS di TPS tersebut, yaitu Bapak Didit Iryono. TPS ini menyelenggarakan pemilihan umum walikota dan wakil walikota pada tahun 2010. Proses pemungutan dan penghitungan suara di TPS ini tidak jauh berbeda dengan TPS lainnya. Pemilih datang membawa surat undangan dan kartu pemilih yang telah dibagikan beberapa hari sebelumnya, kemudian anggota KPPS keempat mencocokkan surat undangan serta kartu pemilih dengan daftar pemilih tetap, kemudian memberikan nomor urut kepada pemilih.

Pemilih masuk ke dalam TPS, lalu ketika nomor urutnya dipanggil, pemilih diberi surat suara oleh anggota KPPS kelima dan dipandu menuju bilik suara untuk melakukan pemungutan suara. Setelah mencoblos, pemilih memasukkan surat suara ke kotak suara, kemudian sebelum keluar TPS, jari kelingking kirinya dicelupkan ke dalam tinta oleh anggota KPPS ketujuh. Dalam proses penghitungan suaranya, di TPS ini berjalan cukup lancar, tidak banyak keberatan dari pengawas pemilu lapangan dan saksi pasangan calon sehingga proses penghitungan suara dapat selesai dalam waktu yang singkat, tidak sampai larut malam. Pada jam yang telah ditetapkan dalam peraturan, Ketua KPPS membuka kotak suara, sementara anggota KPPS lainnya menyiapkan berita acara dan mencatat apabila ada keberatan. Keberatan yang umumnya dipermasalahkan oleh saksi pasangan calon adalah sah tidaknya surat suara. Dan anggota KPPS telah mencatatnya dalam formulir keberatan. Di TPS daerah Jemur Wonosari juga tidak jauh berbeda. Pemilih membawa kartu pemilih dan surat undangan ke TPS, diterima oleh anggota KPPS, dicocokkan dengan daftar pemilih tetap kemudian diberi nomor urut untuk mengambil surat suara dan menuju bilik suara. Setelah melakukan pemungutan suara di bilik suara, pemilih juga langsung memasukkan surat suara ke dalam kotak suara kemudian memasukkan kelingking kirinya ke dalam tinta, dipandu oleh petugas KPPS ketujuh sebelum meninggalkan TPS. Proses penghitungan suara di TPS ini juga berlangsung lancar, sama seperti di TPS di kawasan Pacar Kembang, Tambak Sari. Proses penghitungannya tidak memakan waktu lama. Secara keseluruhan berdasarkan analisa kami, seluruh proses pemungutan suara dan penghitungan suara di TPS yang kami teliti sudah sesuai dengan asas-asas demokratis yang tercantum dalam undang-undang pemilihan umum seperti yang telah kami jelaskan diatas. Hanya saja, kendala dari jalannya proses pemungutan dan penghitungan suara ini adalah, minimnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui proses penentuan hasil, yakni proses penghitungan suara. Di seluruh TPS yang kami teliti, sangat sedikit masyarakat yang mau mengikuti proses penghitungan suara hingga selesai.

Solusi dari masalah ini adalah, harus ditanamkannya kesadaran untuk memantau transparansi penghitungan suara kepada masyarakat, tidak hanya kesadaran untuk memilih. Dengan tingginya tingkat kehadiran pemilih dalam proses penghitungan suara, hal ini dapat mengontrol dan memastikan bahwa suara mereka benar-benar tersalurkan sesuai dengan asasasas demokratis.

Daftar Pustaka

Abdullah, Rozali. 2009. Mewujudkan Pemilu yang Berkualitas. Jakarta: Rajawali Pers.

Surbakti, Ramlan. 2008. Perekayasaan Sistem Pemilu untuk Pembangunan Tata Politik Demokratis. Jakarta: Kemitraan bagi Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia. . 2010. Panduan KPPS. Surabaya: Komisi Pemilihan Umum Kota Surabaya.

Masalah Pemilu

PROSES PEMUNGUTAN DAN PENGHITUNGAN SUARA

Finta Nurhadiyanti Rizkal Ula Demita Widhiani Meyrza Ashrie Tristyana

070913012 070913014 070913029 070913042

Departemen Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga 2012

You might also like