Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
beberapa tahun ini. Salah satu komoditas budidaya laut yang dapat diandalkan adalah
rumput laut. Rumput laut mudah dibudidayakan, dan empunyai prospek pasar yang baik
ini merupakan salah satu komoditas perdagangan internasional yang telah diekspor lebih
30 negara. Dengan potensi yang dimiliki Indonesia yaitu 17.504 pulau dan panjang garis
pantai mencapai 81.000 km, maka usaha budidaya rumput laut mempunyai prospektif
yang cerah untuk dikembangkan dalam rangka meningkatkan pendapatan dan perolehan
devisa Negara.
rumput laut kurang lebih 555 jenis (ekspedisi Laut Siboga 1899-1900 oleh Van Bosse).
Jnis-jenis rumput laut yang memiliki nilai ekonomis dan telah dibudidayakan
adala Eucheuma spp dan Gracilaria sp yaitu dari jenis alga merah. Selain itu dari jenis
alga merah yang bernilai ekonomis tetapi belum dapat dibudidayakan adalah Gelidium sp,
Sargassumsp, dan Turbunaria sp. Eucheuma sp, dibudidayakan dui perairan laut atau
pengental, pembentuk gel, pengemulsi, pengontrol tekstur dan kelembaman, penetral, dan
pemadat. Misalnya pembiatan bir, wine, susu coklat, ice cream, dessert gel, saus, beef
daging kaleng, ikan kaleng, pasta gigi, air freshener, cream, coffee creamer, serta
berfungsi sebaga pupuk. Selain itu jenis Eucheuma spp adalah jenis rumput laut yang
mudah di budidayakan di perairan pantai atau laut Indonesia. Sebagai contoh ekstrak
Jenis rumput laut yang juga termasuk ekonomis penting adalah jenis Gracilaria
dan Sargassum. Agar-agar yang dihasilkan dari Gracilaria, Gelidium, dan Geliopsis
dimanfaatkan sebgai media tumbuh, industry tekstil, industry kulit dan makanan. Algin
atau alginat dihasilkan dari Sargassum, Turbinaria, Dictyota, dan Laminaria digunakan
sebagai stabilisator dalam produk susu dan bir, pengemulsi dan pengental bumbu salad,
pengempuk struktur dalam candy gels, industri farmasi, kosmetik, dan industry kertas
serta tekstil.
Pengembangan budidaya rumput laut jenis ini di Indonesia telah dirintis sejak
tahun 1980-an dalam rangka mengubah kebiasaan penduduk pesisir dari pengambilan
3
sumberdaya alam ke budidaya rumput laut yang ramah lingkungan. Usaha budidaya ini
Budidaya rumput laut cocok diterapkan dengan skala rumah tangga karena
perputaran usahanya relatif cepat, merupakan kegiatan yang terus menerus dan tidak
memerlukan kerja secara penuh, serta dapat melibatkan wanita atau keluarga nelayan.
Berdasarkan kenyataan yang ada saat ini, budidaya rumpit laut telah menjadi mata
pencaharian sebagian besar pembudidaya yang tinggal di daerah pesisir. Kegiatan ini
dapat berlanjut tanpa terpengaruh oleh krisis moneter yang melanda Indonesia, bahkan
melalui program INBUDKAN rumput laut, mulai dari segi teknis produksi sampai pada
penanganan pasca panennya. Untuk mendukung keberhasilan usaha budidaya rumput laut
BAB II
tidak teratur sehingga merupakan lingkaran, ujungnya runcing berwarna coklat ungu atau
hijau kuning.
Spina Eucheuma cottonii tidak teratur, menutupi thallus dan cabang- cabangnya.
Ujung cabangnya runcing atau tumpul dan percabangannya tidak teratur. Thallus
silindris, permukaan licin, cartilaginous, warna hijau, hijau kuning, abu-abu atau merah.
Duri-duri pada thallus mirip seperti pada E spinosum tetapi tidak tersusun
membentuk rumpun yang rimbun sengan ciri khusus mengarah kea rah datangnya sinar
matahari. Cabang-cabang tersebut ada yang memanjang atau melengkung seperti tanduk.
Ada dua cara dalam pengembangbiakan rumput laut Eucheuma spp. Yaitu secara
kawin dan tidak kawin. Perkembangbiakan secara vegetative dapat dilakukan dengan
cara stek.
kepulauan Maluku, Nusa Tenggara, Irian Jaya, dan kepulauan Riau. Jenis ini hidup di
daera pasang surut dengan kedalaman air antara 30-50 cm saat pasang surut terendah.
5
Cara hidupnya dengan cara menempel pada substrat (batu karang, kulit kerang, ataupun
bagi proses fotosintesisnya, sehingga rumput laut lebih baik hidup di perairan dangkal
Rumput laut mendapatkan makanan dari nutrisi yang terkandung dalam air dan
tumbuh dengan baik pada daerah yang mempunyai gerakan air yang memadai dan sinar
besar dari pada jenis Eucheuma lainnya, sehingga rumpun tampak lebih kokoh tetapi
Habitat Eucheuma edule biasanya tumbuh di alam dengan menempel pada batu
di perairan rataan terumbu karang. Kelimpahannya rendah, nilai dan potensi ekonomi
nya yaitu sebagai penghasil kappa karaginan yang merupakan komoditas ekspor seperti
halnya dengan Kappaphycus alvarezii hasil budidaya. Produksinya masih bersifat alami,
yang rimbun.
Rumput laut jenis ini banyak ditemukan tumbuh pada perairan yang selalu kena
gerakan air, di bagian ujung luar terumbu, melekat pada batu. Banyak terdapat tumbuh di
perairan Bali dan Lombok. Jenis ini belum banyak dimanfaatkan secara komersial.
secara morfologis adalah memiliki duri yang tumbuh berderet melingkari thallus dengan
interval yang bervariasi sehingga membentuk ruas-ruas thallus diantara lingkaran duri.
Pada deretan duri antar ruas serta merupakan kepanjangan dari duri tersebut. Cabang dan
duri ada juga yang tumbuh pada ruas thallus tetapi agak pendek. Ujung percabangan
meruncing dan setiap percabangan mudah melekat pada substrat yang merupakan ciri
khas E spinosum.
7
BAB III
PEMILIHAN LOKASI
budidaya menjadi kunci keberhasilan usaha tersebut. Dalam pemilihan lokasi untuk
budidaya rumput laut ada 3 faktor yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor resiko,
mempengaruhi.
di wilayah tersebut. Daya dukung perairan untuk kegiatan budidaya laut dapat diartikan
rumput laut secara maksimal, sehingga diperoleh produksi biomassa yang optimal dan
berkelanjutan. Daya dukung budidaya rumput laut dapat dinyatakan dalam biomassa atau
3.1.1 Keterlindungan
Untuk menghindari kerusakan fisik sarana budidaya dan tumbuhan rumput laut,
maka diperlukan lokasi yang terlindung dari pengaruh angin dan gelombang yang besar.
Lokasi yang terlindung biasanya didapatkan di perairan teluk atau perairan terbuka tetapi
3.1.2 Keamanan
8
Pemilik usaha harus menjalin hubungan baik dengan masyarakat sekitar lokasi budidaya
kegiatan non perikanan (pariwisata, perhubungan laut, industri, taman nasional laut)
Pemilik usaha budidaya rumput laut biasanya memilih lokasi yang berdekatan
dengan tempat tinggal, sehingga kegiatan monitoring dan penjagaan keamanan dapat
dilakukan dengan mudah. Lokasi diharapkan berdekatan dengan prasarana jalan, karena
dapat mempermudah dalam pengangkutan bahan, sarana budidaya, bibit, dan hasil
Parameter ekologis yang perlu diperhatikan antara lain: arus, kondisi dasar
3.3.1 Arus
melalui aliran air yang melewatinya. Gerakan air yang cukup dapat membawa nutriens
yang cukup pula sekaligus mencuci kotoran yang menenmpel pada thallus, membantu
pengudaraan, dan mencegah adanya fluktuasi suhu air yang besar. Suhu yang baik untuk
pertumbuhan rumput laut adalah 20-280C. Besarnya kecepatan arus air yang ideal antara
9
20-40 cm3/ detik. Indikator suatu lokasi yang memiliki arus yang baik yaitu adanya
tumbuhan karang lunak dan padang lamun yang bersih dari kotoran dan miring ke satu
arah.
Perairan yang memiliki pecahan karang dan pasir kasar, dipandang baik untuk
budidaya rumput laut Eucheuma spp. Kondisi dasar perairan yang demikian merupakan
petunjuk adanya gerakan air yang baik. Jenis dasar perairan dapat dijadikan indikator
gerakan air laut. Dasar perairan yang terdiri dari karang yang keras menunjukkan dasar
itu dipengaruhi oleh gelombang yang besar sebaliknya bila dasar perairan terdiri dari
Kedalaman perairan yang baik untuk bididaya rumput laut Eucheuma spp adalah
0,3-0,6 m pada waktu surut terendah (lokasi yang berarus kencang) untuk metode lepas
dasar, dan 2-15 m untuk metode rakit apung, 5-20 m untuk metode rawai (long line) dan
sisitem jalur. Kondisi ini untuk menghindari rumput laut mengalami kekeringan dan
3.3.4 Salinitas
Eucheuma spp adala rumput laut yang bersifat stenohaline. Ia tidak dapat
bertahan terhadap fluktuasi salinitas yang tinggi. Salinitas yang baik untuk rumput laut
ini berkisar antara 28-35 ppt. Untuk memperoleh perairan denga kondisi salinitas
3.3.5 Kecerahan
10
dengan penetrasi cahaya matahari. Kecerahan perairan yang ideal lebih dari 1 m. Air
yang keruh dapat menghalangi tembusnya matahari ke dalam air sehingga proses
thallus, dan menyebabkan thallus tersebut membusuk dan patah. Secara keseluruhan
3.3.6 Pencemaran
Perairan yang telah tercemar oleh limbah rumah tangga, industri, maupun limbah
kapal laut harus dihindari. Semua bahan cemaran dapat menghambat pertumbuhan
rumput laut.
Bibit rumput laut yang baik harus tersedia. Apabila di lokasi budidaya tidak
terdapat sumber bibit, maka harus didatangkan dari lokasi lain. Pada lokasi di mana
Eucheuma cottonii bisa tumbuh, biasanya terdapat pula jenis lain seperti Gracilaria,
Tenaga kerja sebaiknya dipilih yang bertempat tinggal berdekatan dengan lokasi
Berikut ini adalah persyaratan lokasi budidaya laut menurut Kep. Men
02/MenKLH/I/1998 tentang kualitas air laut untuk budidaya laut, akan tetapi ubtuk
11
budidaya rumput laut ada perbedaan parameter yang harus disesuaikan dengan lokasi
dan metode budidaya yang digunakan. Sebagai contoh budidaya rumput laut dengan
metode lepas dasar, kedalaman perairan cukup 0,5-1 meter pada saat surut terendah.
BAB IV
4.1 Bibit
Bibit sebaiknya dikumpulkan dari perairan pantai sekitar lokasi kegiatan usaha dan
jumlahnya disesuaikan sengan luas area budidaya. Jika tidak memungkinkan dapat
Pada saat pengangkutan diupayakan agar bibit tetap terendam di dalam air laut.
Apabila pengangkutan dilakukan melaui udara dan darat, bibit sebaiknya dimasukkan ke
dalam kotak karton yang berlapis plastik. Kemudian bibit disusun secara berlapis dan
berselang-seling yang dibatasi dengan lapisan kapas atau kain yang dibasahi air laut. Bibit
dijaga agar tidak terkena minyak, kehujanan, ataupun terhindar dari kekeringan.
Dalam menjaga kualitas produksi rumput laut sebaiknya dilakukan penggantian bibit.
Apabila tanaman sudah terlihat kurus, maka sebaiknya bibit diganti dengan yang baru.,
sedangkan untuk mendapatkan bibit yang berkualitas baik, sebaiknya bibit yang akan ditanam
4.3 Penanaman
tempat-tempat tertentu, misalnya keranjang atau jaring dengan ukuran mata jaring yang kecil.
Pada saat penyimpanan, sebaiknya bibit terhindar dari minyak, kehujanan, maupun
kekeringan.
Setelah bibit tersedia maka dilanjutkan dengan kegiatan penanaman. Untuk metoda
lepas dasar, penanaman bibit langsung dilakukan di lokasi budidaya, sedangkan untuk metode
jalur, rakit apung dan long line kegiatan penanaman rumput laut dilakukan di rumah apung
atau di darat pada tempat sejuk sehingga tidak terkena sinar matahari langsung.
14
Pada saat pengikatan, bibit harus terus dalam keadaaan basah. Agar mendapatkan
keseragaman pertumbuhan, sebaiknya bibit ditimbang terlebih dahulu. Setelah dipotong dan
ditimbang bibit diikatkan pada tali PE 0,2 mm ata tali rafia dan seterusnya diikatkan pada
BAB V
PERAWATAN TANAMAN
Kegiatan yang harus dilakukan terhadap tanaman rumput laut selama perawatan adalah
sebagai berikut:
tumbuhan pengganggu dan menyulam atau menyisip tanaman yang mati dan
terlepas yang dilakukan pada minggu pertama setelah rumput laut ditanam.
2. membersihkan tali tanam dan tanaman dari tumbuhan pengganggu dan hewan
pengganggu yang dapat menghalangi sinar matahari, arus air, serta makanan
bagi tanaman.
3. mengganti tali yang sudah lapuk atau rusak, atau kuatkan jangkar yang sudah
goyah.
4. menguatkan tali ikatan tanam, karena tali tanaman yang lepas atau longgar,
dapat saling kait satu dengan yang lain dan mengakibatkan tanam menjadi
patah.
15
5. mengguncang atau bersihkan lumpur yang melekat pada tanaman dan tali.
sedang sakit akan memutih lunak (ice-ice) yang dapat menularkan penyakit
secepat mungkin.
Monitoring pertumbuhan rumput laut perlu dilakukan beberapa kali dengan cara
sampling. Sampling dilakukan setiap dua minggu. Penentuan sampel dilakukan secara acak.
Suatu kegiatan budidaya Eucheuma cottonii dikatakan baik jika laju pertumbuhan rata-rata
harian minimal > 3 %. Untuk mengetahui persentase laju pertumbuhan harian dapat
Keterangan:
G= Laju pertumbuhan
t = Waktu pengujian
16
BAB VI
METODA BUDIDAYA
rumput laut itu sendiri. Sampai saat ini telah dikembangkan 5 metode budidaya rumput laut
berdasarkan pada posisi tanaman terhadap dasar perairan. Metode- metode tersebut meliputi:
metoda lepas dasar, metoda rakit apung, metoda longline, metode jalur, dan metoda keranjang
(kantung).
Namun dalam penerapan semua macam metoda tersebut harus disesuaikan dengan
kondisi perairan di mana lokasi budidaya rumput laut akan dilaksanakan. Uraian metoda-
Metode rakit apung adalah cara membudidayakan rumput laut dengan menggunakan
rakit yang terbuat dari bambu / kayu. Metode ini cocok diterapkan pada peraira berkarang
menggunakan metode ini umumnya lebih baik dibanding dengan metode lepas dasar karena
pergerakan air dan intensitas cahaya cukup memadai bagi pertumbuhan rumput laut.
Metode Longline adalah metode budidaya dengan menggunakan tali panjang yang
dibentangkan. Metode budidaya ini banyak diminati oleh masyarakat karena alat dan bahan
pelampung utama yang terbuat dari drum plastik. Pada setiap jarak 5 m diberi pelampung
Metode ini merupakan kombinasi dari metode rakit dan metode longline.
18
Metode kantong jaring adalah metode budidaya rumput laut dengan menggunakan
jaring sebagai wadah produksi. Kantong jaring tersebut digantungkan pada tambang apung
(longline) atau rakit. Metode ini merupakan solusi budidaya rumput laut dalam mengatasi
BAB VII
7.1 Hama
laut yang memangsa rumput laut sehingga akan menimbulkan kerusakkan fisik terhadap
thallus, dimana thallus akan mudah terkelupas, patah, atau pun habis dimakan hama.
Hama penyerang rumput laut dibagi menjadi 2 menurut ukuran hama yaitu hama
mikro (merupakan organisme laut yang berukuran kurang dari 2 cm) dan hama makro yang
tersebut dapat memakan thallus rumput laut secara langsung dengan cara menyisipkan ujung-
laut ( Protoreaster nodosus), bulu babi (Diademasetosum sp), bulu babi duri pendek
(Tripneustes sp), penyu hijau (Chalonia mydas), da ikan kerapu (Epinephellus sp).
20
areal budidaya yang cukup luas, namun perlu diwaspadai demi keberhasilannya. Penyu hijau
jaring.
7.2 Penyakit
Penyakit terjadi di daerah dengan kecerahan yang tinggi biasanya dikenal dengan ice-
ice dengan gejala timbulnya bintik-bintik atau bercak-bercak pada sebagian thallus, namun
lama- kelamaan akan menyebabkan kehilangan warna sampai menjadi putih dan mudah
terputus. Penyakit ini menyerang pada Eucheuma spp. Terutama disebabkan oleh adanya
perubahan lingkungan (arus, suhu, kecerahan, dan lain-lain) di lokasi budidaya dan berjalan
Cara pencegahan dari penyakit ini adalah dengan memonitor adanya perubahan-
perubahan lingkungan, terutama pada saat terjadinya perubahan lingkungan. Di samping itu
dilakukan penurunan posisi tanaman lebih dalam untuk mengurangi penetrasi cahaya sinar
matahari.
21
22
BAB VIII
Beberapa hal penting yang harus menjadi perhatian saat panen rumput laut adalah
umur dan cuaca. Umur berkaitan erat dengan kualitas rumput laut, jika digunakan untuk bibit
maka baru dipanen setelah berumur 25-30 hari. Agar kandungan karagenan tersedia lebih
Pemotongan tanaman sebaiknya dilakukan dengan alat pemotong yang tajam agar pada bekas
potongan sisa tanaman tersebut dapat tumbuh percabangan baru dengan baik.
Cara panen dengan mengangkat seluruh tanaman (sekaligus) akan memerlukan waktu
kerja lebih singkat. Pelepasan tanaman dari tal ris dilakukan di darat dengan cara memotong
23
tali rafia. Selain itu panen dengan cara ini mempunyai keuntungan tersendiri, yaitu dapat
melakukan penanaman kembali bibit-bibit rumput laut dengan memilih bagian-bagian dari
tanaman yang muda dengan laju pertumbuhan yang tinggi sehingga kandungan karaginan
Jika panen dilakukan pada cuaca yang cerah, maka kualitas rumput laut akan
terjamin, sebaliknya panen pada saat mendung akan mengakibatkan fermentasi sehingga
Proses pengeringan rumput permintaan pasar, yaitu langsung dijemur setelah panen,
laut
terlebih dahulu dicuci dengan air tawar, dilakukan
panen di bawah terik matahari langsung. Diletakan diatas para-para atau dialas agar hasil
panen tersebut tidak tercampur dengan pasir dan tanah ataupun benda-benda asing lainnya.
Dalam keadaan cuaca baik biasanya pengeringan akan berlangsung selama 2-3 hari dengan
kadar air 30-35%. Di samping itu juga dilakukan kegiatan sortasi dan membersihkan rumput
laut dari benda-benda asing yang menempel seperti hypnea, Sargassum, Ulva, dan lain-lain.
Pasir dan garam akan dipisahkan melalui pengayakan, yaitu setelah selesainya proses
pengeringan. Ciri atau warna rumput laut yang sudah kering adalah ungu keputihan dilapisi
kristal garam. Setelah kering disimpan dalam gudang yang tidak lembab. Hasil pengeringan
Pengeringan rumput laut dengan cara fermentasi dengan cara membersihan rumput
laut terlebih dulu, kemudian dibungkus dengan plastik dan direndam atau dijemur 2-3 hari
sehingga menjadi putih transparan. Selannjutnya diletakan dan dijemur di atas para atau alas
selama 3-4 hari sampai berwarna putih krem dilapisi kristal garam dengan kadar air 20-25 %.
Hasil ini disebut dengan kering putih disimpan dalam gudang yang tidak lembab.
DAFTAR PUSTAKA
nn. 2005. Petunjuk Teknis Budidaya Laut Rumput Laut. Direktorat Jendral Budiddaya:
Jakarta
Winarno, F. G. 1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta
KATA PENGANTAR
Pertama-tama penulis mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah swt. Karena atas
berkat rahmatnya lah paper ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya.
Tujuan disusunnya paper ini adalah sebagai prasayrat untuk mengikuti seminar yang
diadaka oleh program studi akuakultur. Selain itu juga untuk mengetahui dasar-dasar teknik
budidaya rumput laut jenis Eucheuma cottonii.
Banyak sekali halangan dan hambatan dalam proses penyusunan paper ini. Namun
karena dukungan dari berbagai pihak, maka akhirnya paper ini dapat terselesaikan. Oleh
karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Rahmatun selaku dosen pengampu mata kuliah dasar-dasar budidaya;
2. Ir. Hj. Effi A. Thaib, M.Si selaku dosen pengampu mata kuliah dasar-dasar
budidaya dan sekaligus sebagai ketua jurusan Teknologi Pengelolaan Sumberdaya
Perairan
Dan semua pihak yang telah membantu menyukseskan penyusunan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan dalam penulisan paper
yang akan dating. Akhirnya penulis berharap bahwasanya paper ini dapat berguna bagipara
pembaca yang membutuhkan literature mengenai dasar-dasar budidaya rumput laut
Eucheuma cottonii.
Penyusun
27
DAFTAR ISI
Kata Pengantar……………………………………………………………………… i
Daftar isi………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………… 1
3.1.1 Keterlindungan……………………………………………………………… 7
3.1.2 Keamanan…………………………………………………………………… 8
3.3.1 Arus……………………………………………………………………… 8
3.3.4 Salinitas…………………………………………………………………… 9
3.3.5 Kecerahan…………………………………………………………… 10
3.3.6 Pencemaran…………………………………………………………… 10
4.1 Bibit…………………………………………………………………………… 12
4.3 Penanaman…………………………………………………………………… 13
7.1 Hama……………………………………………………………………………… 19
7.2 Penyakit…………………………………………………………………………… 20
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………… 25
29
DISUSUN OLEH:
Rifandi Nugroho
Suryana
Zamzami
Willyarta Yidisti