You are on page 1of 25

1. JUDUL PENELITIAN http://waskitamandiribk.files.wordpress.com/2009/09/metode-tutor-sebaya-proposaljadi.

doc PENDEKATAN KOOPERATIF TUTORIAL TEMAN SEBAYA UNTUK

MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 3 SUDIMORO SEMESTER GENAP TAHUN 2009 2. PENDAHULUAN Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terjadi begitu pesat sehingga menimbulkan banyak perubahan yang besar dalam berbagai aspek kehidupan manusia dengan kompleksitas yang kian meninggi. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bukan hanya berdampak pada kemudahan akses pemenuhan kebutuhan hidup manusia, namun juga membawa dampak pergeseran tata nilai budaya masyarakat. Informasi menyebar sangat cepat, organisasi birokratis bergeser ke organisasi jaringan (network organization) yang beroperasi melampaui batas negara dan kawasan. Pada sisi lain, perubahan tersebut mempengaruhi dan mengubah berbbagai macam aturan pranata yang sudah ada, cara-cara pekerjaan yang seharusnya dilakukan, ketrampilan, keahlian yang dibutuhkan, tatanan teritorial kenegaraan, hubungan antar bangsa, antar wilayah dan pola interaksi antar manusia. Dewasa ini dunia pendidikan juga mengalami lompatan kemajuan yang luar biasa pesatnya, hal itu dibuktikan dengan banyaknya paradigma baru dalam pendidikan, mulai dari konstruktivieme, quantum teaching, quantum learning, kooperativ learning, konstekstual teaching and learning, pembelajaran autentik, pakem dan masih banyak lagi deretan revolusi pembelajaran yang memberikan warna dan semangat baru terhadap dunia pendidikan. Sejalan dengan kemajuan tersebut di atas, maka perlu adanya pengembangan kualitas layanan pendidikan di sekolah. Sejauh ini pendidikan kita masih didominasi oleh pandangan bahwa pengetahuannya sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Kelas masih berfokus kepada guru sebagai sumber utama pengetahuan, kemudian ceramah menjadi pilihan utama metode pembelajaran. Untuk itu diperlukan strategi dan metode belajar baru yang lebih memberdayakan siswa, yakni sebuah metode belajar yang mendorong siswa untuk lebih dinamis, aktif, dan kreatif dalam menemukan, menyusun dan mengkomunikan hasil belajarnya. Dengan model pembelajaran ini siswa akan berada pada proses penerapan antara

konsep dan realitas yang ada, sehingga siswa dengan mudah dapat mengingat konsep yang diperoleh untuk kemudian diterapkan. Paradigma baru dalam belajar di samping siswa menemukan sendiri pengetahuannya dan menyusunnya kembali, terdapat satu hal yang menarik bahwa keberhasilan belajar bukan sebagai hasil kerja individu melainkan hasil kerjasama dalam satu komunitas belajar (kooperatif) sehingga memungkinkan terjadinya interaksi saling menguntungkan antar subyek belajar. Pola pembelajaran kooperatif ini akan lebih efektif jika masing-masing kelompok individu belajar ditempatkan sebagai subyek yang punya keahlian sesuai dengan potensinya, sehingga peran, kontribusi dan partisipasi belajarnya dalam kelompok akan semakin meningkat. Berangkat dari paparan di atas, maka dipandang perlu dilakukan uji coba pembelajaran dengan melakukan penelitian tindakan kelas tentang Pendekatan Kooperatif Tutorial Teman Sebaya untuk meningkatkan Kedisiplinan Siswa kelas VII A SMP Negeri 3 Sudimoro Semester Genap.Tahun 2009

3.

RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan

kelas ini adalah: 3.1 Apakah pendekatan kooperatif tutorial teman sebaya dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di kelas VII A SMP Negeri 3 Sudimoro Semester Genap.Tahun 2009 ? 4. TUJUAN PENELITIAN Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut: 4.1. Untuk mengetahui pelaksanaan pendekatan kooperatif tutorial teman sebaya dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di kelas VII A SMP Negeri 3 Sudimoro Semester Genap.Tahun 2009. 5. KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS TINDAKAN Hipotesis dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

5.1. Pelaksanaan pendekatan kooperatif tutorial teman sebaya dapat meningkatkan kedisiplinan siswa di kelas VII A SMP Negeri 3 Sudimoro Semester Genap.Tahun 2009..

6. MANFAAT PENELITIAN Manfaat dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas tentang pendekatan kooperatif tutorial teman sebaya pada peningkatan kedisiplinan siswa ini adalah sebagai berikut: 6.1. Bagi Sekolah 6.1.1. Memberikan informasi tentang kemampuan guru dalam memvariasikan bentuk pelayanan pembelajaran kepada siswa. 6.1.2. Memberikan informasi tentang profil guru dan profil siswa dalam belajar. 6.1.3. Memperoleh metode pembelajaran yang memiliki keberpihakan kepada siswa secara lebih dibanding metode belajar yang lain. 6.2. Bagi Guru 6.2.1 Memberikan informasi kepada guru mengenai situasi peningkatan kedisiplinan siswa. 6.2.2 Sebagai bahan evaluasi bagi guru dalam usahanya untuk meningkatkan keberhasilan usahanya dalam mengajar Bimbingan Konseling. 6.2.3 Memberikan informasi kepada guru mengenai kesiapan dan daya kritis serta keberhasilan belajar siswa. 6.3 Bagi Siswa 6.3.1. Sebagai upaya untuk meningkatkan motivasi belajar siswa dalam peningkatan kedisiplinan siswa. 6.3.2. Sebagai upaya untuk meningkatkan kecerdasan dan kemampuan berfikir yang kompleks. 6.3.3. Sebagai umpan balik terhadap kemajuan belajar siswa.

7. KAJIAN PUSTAKA 7.1. Pendekatan Kooperatif Tutorial Teman Sebaya Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) yaitu pembelajaran yang mengacu pada tiga tujuan interaksional yakni hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman dan pengembangan keterampilan sosial (Mustanin, 2000: 6). Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang biasanya dilaksanakan di kelas, karena pembelajaran kooperatif menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerjasama untuk mencapai tujuan yang optimal. Pembelajaran kooperatif meletakkan tanggungjawab individu sekaligus kelompok, sehingga diri siswa tumbuh dan berkembang sikap dan perilaku saling ketergantungan secara optimal. Kondisi ini dapat mendorong siswa untuk belajar, bekerja dan bertanggungjawab secara sungguh-sungguh untuk mencapa tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Muslimin Ibrahim (2000: 6) unsur-unsur pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka sehidup sepenanggungan bersama. 2. Siswa bertanggungjawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya seperti milik mereka sendiri. 3. Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. 4. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya. 5. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. 6. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membuthkan ketrampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya. 7. Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Dalam Dirjen Dikdasmen (2005: 46) ciri-ciri pembelajaran menggunakan model kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya. 2. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. 3. Bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin berbeda-beda. 4. Penghargaan lebih berorientasi kelompok dari pada individu. Metode tutorial teman sebaya adalah metode pembelajaran dimana siswa berkelompok berpasangan dua orang, seorang dari pasangan itu mengulangi menjelaskan materi pelajaran yang diterima dari sajian guru kepada pasangannya, kemudian pasangan yang mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian bergantian peran sampai keduanya jelas dan memahami materi pembelajaran (Ekowati, 2004). Pembelajaran Cooperative Learning dengan metode Tutorial teman sebaya akan memberikan hasil yang sangat memuaskan karena proses belajar terjadi berulang-ulang (operant conditioning). Menurut Skiner, operan conditioning ini cukup efektif karena melalui proses pengulangan yang terus menerus antar pasangan dihadapkan pada masalah yang sama dan pengalaman temporal yang terus menerus maka mereka akan lebih mudah untuk mengenal dan mengingat, karena ada ketergantungan positif antara siswa yang pandai, sedang dan kurang. Menurut Ekowati (2004) langkah-langkah pembelajaran kooperatif tutorial teman sebaya adalah sebagai berikut: 1) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. 2) Guru menyajikan materi pembelajaran. 3) Untuk mengetahui daya serap siswa, dibentuk kelompok berpasangan dua orang. 4) Kemudian, seorang dari pasangan itu menceritakan kembali materi yan baru diterima kepada pasangannya, pasangan yang mendengarkan membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. 5) Kemudian, siswa secara bergiliran dengan cara diacak menyampaikan hasil wawancara dengan teman pasangannya. 6) Guru mengulangi lagi/menjelaskan kembal materi yang belum dipahami siswa. 7) Setelah itu, dilakukan evaluasi untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa.

7.2. Motivasi Belajar Mengenai pengertian motivasi ini beraneka ragam. Ada dua pendekatan yang dapat digunakan untuk meninjau dan memahami motivasi ini, yaitu (1) motivasi dipandang sebagai suatu proses. Sehingga motivasi dapat dijadikan alat untuk menjelaskan tingkah laku dan tingkah laku berikutnya akan akan terjadi pada individu. (2) Motivasi dilihat sebagai petunjukpetunjuk tingkah laku seseorang. Petunjuk tersebut dapat dipercaya apabila tampak kegunaannya untuk meramalkan dan menjelaskan tingkah laku lainnya. Mc Donald (1959) merumuskan motivasi sebagai perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Dalam rumusan tersebut ada tiga unsure yang saling berkaitan, ialah sebagai berikut: 1. Motivasi dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi. Perubahan pribadi tersebut disebabkan oleh perubahan tertentu pada system neurofisiologis dalam organisme manusia. 2. Motivasi ditandai oleh timbulnya perasaan, mula-mula berupa ketegangan psikologis lalu berupa suasana emosi. Susana emosi ini menimbulkan tingkah laku yang bermotif yang dapat diamati dari perbuatannya. 3. Motivasi ditandai oleh reaksi-reaksi untuk mencapai tujuan, sehingga pribadi memberikan respon kearah pencapain tujuan tersebut. Respon tersebut berfungsi untuk mengurangi ketegangan yang disebabkan oleh adanya perubahan energi dalam dirinya. Motivasi belajar pada prinsipnya ada dua macam, yaitu motivasi intstrinsik, dan motivasi ekstrinsik (Hamalik, 2003: 112-119). Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan siswa sendiri. Motivasi ini sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya karena timbul dari dalam diri peserta didik (individu). Motivasi ini timbul tanpa pengaruh dari luar, motivasi ini berpengaruh secara fungsional dalam diri peserta didik yang tidak memerlukan hadiah atau pujian, karena peserta didik belajar bukan untuk memperoleh hadiah atau pujian tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik atau motivasi dari luar adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti akredit, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan, hukuman, sarkasme dan beraneka ragam dorongan lain baik yang positif atau negatif dari luar diri peserta didik. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan oleh

siswa dan sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan siswa sebagai peserta didik. Sangat dimungkinkan pada suatu kondisi atau obyek tertentu peserta belum menyadari betapa pentingnya obyek atau kondisi tersebut bagi kehidupan dan kebutuhan peserta didik. Dalam kondisi seperti inilah arti pentingnya motivasi ekstrinsik, dimana guru berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri. Motivasi instrinsik dan motivasi ekstrinsik dalam konteks kegiatan pembelajaran bagi peserta merupakankomponen penting yang memberikan konstribusi sangat berarti dalam mencapai derajat keberhasilan belajar tertentu. Oleh karena itu tidak dapat disimpulkan mana yang paling dominan pengaruhnya, atau motivasi yang mana yang paling efektif, karena masing-masing memainkan peranan yang sama dalam mendorong minat, perhatian dan pencurahan segala potensi peserta didik dalam kegiatan belajar di kelas maupun di luar kelas, secara individu maupun kelompok. Kemunculan sifat motivasi, baik motivasi instrinsik maupun motivasi ekstrinsik dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Tingkat kesadaran diri siswa atas kebutuhan yang mendorong tingkah laku/perbuatan dan kesadaran atas tujuan belajar yang hendak dicapai. 2. Sikap guru terhadap kelas, guru hendaknya bersikap bijak dan selalu mendorong partisipasi kelas dalam berbuat untuk mencapai tujuan belajar yang jelas dan bermakna bagi kelas. 3. Pengaruh kelompok siswa, bila pengaruh kelompok siswa ini lebih kuat maka akan lebih memungkinkan terjadinya motivasi ekstrinsik. 4. Suasana kelas juga berpengaruh terhadap munculnya sifat tertentu pada motivasi belajar siswa. Suasana kebebasan yang bertanggung jawab tentunya lebih merangsang munculnya motivasi instrinsik dibandingkan dengan suasana penuh tekanan dan paksaan.

7.3. Prestasi Belajar Proses belajar yang dialami oleh murid menghasilkan perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pemahaman, dalam bidang ketrampilan, dalam bidang nilai dan sikap.

Adanya perubahan itu tampak dalam prestasi belajar yang dihasilkan oleh murid terhadap pertanyaan, persoalan, tugas, yang diberikan oleh guru (Winkel, 1984: 102). Menurut Mahmud dalam Mukayatun (1994) nilai mengkomunikasikan harga prestasi siswa di dalam kelasnya. Selain itu nilai hendaknya juga menginformasikan harga dari standar bahan pelajaran suatu mata pelajaran. Menurut Arifin dalam Mukayatun (1994) fungsi utama dari prestasi belajar adalah sebagai berikut: 1. Prestasi belajar dilihat sebagai indikator kualitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik. 2. Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai indikator atau ukuran terhadap daya serap (kecerdasan) anak didik. Pengajaran di sekolah meliputi tiga bidang tujuan belajar, menutu Bloom yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik (Winkel, 1984: 102). Untuk melihat prestasi belajar yang mencakup tiga ranah atau bidang tujuan belajar tersebut dilakukan pengukuran atau evaluasi. Pengukuran berupa suatu deskripsi kuantitatif tentang prestasi yang diberikan oleh seorang siswa. Dalam rangka evaluasi produk, pengukuran tentang prestasi yang diberikan oleh seseorang siswa memegang peranan penting. Dalam pengukuran, termasuk pengukuran hasil belajar, biasanya digunakan ukuran-ukuran tertentu dan angka-angka (Winkel, 1989: 315). Mussen (1984: 195) menyatakan bahwa prestasi (performance) adalah penggunaan yang tepat dari pengetahun serta kemampuan untuk memecahkan masalah. Sedangkan menurut Suryabrata (1985: 5) mengemukakan bahwa untuk mengetahui bahwa suatu proses belajar telah terjadi dalam diri seseorang hanya dapat disimpulkan dari hasilnya, yaitu apa yang dapat dilakukan oleh orang tersebut setelah ia melakukan kegiatan belajar. Winkel (1984: 78) mengemukakan bahwa prestasi belajar adalah suatu rangkaian, artinya prestasi belajar seorang siswa dalam suatu bidang studi lain yang lebih kompleks. Prestasi belajar siswa dibentuk dan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Suryabrata (1989) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah sebagai berikut: 1. Faktor eksternal ialah faktor yang berasal dari luar individu. Faktor eksternal terbagi menjadi dua hal, yaitu (a) faktor lingkungan yang meliputi lingkungan alami, misalnya

keadaan suhu dan kelembaban udara; (b) lingkungan social, misalnya suara mesin pabrik, hiruk pikuk lalu lintas, dan keramaian orang-orang disekitarnya. 2. Faktor instrumental adalah faktor yang adanya dan penggunaannya direncanakan sesuai dedngan hasil belajar yang diharapkan. Misalnya ruang kelas, alat-lat praktikum, kurikulum, program, pedoman belajar dan sebagainya. 3. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri individu. Faktor internal meliputi dua hal, yakni (a) faktor fisiologis, misalnya kesehatan jasmani, kecukupan gizi, kenormalan panca indra, dan lain-lain; (b) faktor psikologis ialah faktor yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan individu, misalnya minat, kecerdasan, bakat, sikap, motivasi dan kemampuan kognitif.

8. METODE PENELITIAN 8.1.Setting Penelitian Penelitian tindakan ini dilakukan di SMP Negeri 3 Sudimoro Kabupaten Pacitan dengan mengambil subyek penelitian kelas VII semester Genap tahun pelajaran 2008/2009 peningkatan kedisiplinan siswa 8.2. Alat Alat dan Teknik Pengumpulan Data Data hasil penelitian tindakan kelas (PTK) dikumpulkan dengan menggunakan teknik sebagai berikut: 1. Observasi, untuk memonitor partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar kooperatif dengan metode tutorial teman sebaya. 2. Tes, untuk mengetahui hasil belajar siswa

8.3.

Rancangan Penelitian Penelitian tindakan ini merupakan penelitian tindakan kelas model Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), (tindakan), action

observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus

berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi

permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut :

Putar an 1 Refleksi Rencana Rencana awal/rancanga awal/rancanga nn nn

Putar an 2

Tindakan/ Observasi Refleksi Tindakan/ Observasi Refleksi Tindakan/ Observasi Rencana yang Rencana yang direvisi direvisi Rencana yang Rencana yang direvisi direvisi

Putar an 3

Gambar 3.1. Alur PTK Penjelasan alur diatas adalah : 1. Rancangan/ rencana awal, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian dan perangkat pembelajaran. 2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai upaya membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari diterapkannya metode pendekatan kooperatif model Cooperative tutor sebaya. Refleksi, peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang diisi oleh pengamat.

10

8.4.

Analisis Data Data hasil penelitian dianalisis menggunakan analisis deskriptif dengan teknik analisis prosentase. Untuk menganalisi tingkat keberhasilan atau presentase keberhasilan siswa setelah proses belajar mengajar setiap putarannya dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir putaran. Analisi ini dihitung dengan menggunakan 11cenario11 sederhana yaitu : 1. Untuk menilai ulangan atau tes formatif Peneliti melakukan penjumlahan nilai yang diperoleh siswa, yang selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa yang ada di kelas tersebut sehingga diperoleh rata-rata tes formatif dapat dirumuskan : X=
x

Dengan

:X X N

= Nilai rata-rata = Jumla semua nilai siswa = Jumlah siswa

2. Untuk ketuntasan belajar Ada dua kategori ketuntasan belajar yaitu secaraa perorangan dan secaraa klasikal. Berdasarkan petunjuk pelaksanaan belajar mengajar kurikulum 1994 (Depdikbud, 1994), yaitu seorang siswa telah tuntas belajar bila telah mencapai skor 65% atau nilai 65, dan kelas disebut tuntas belajar baik dikelas tersebut terdapat 85% yang telah mencapai daya serap lebih dari atau sama dengan 65%. Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar digunakan rumus sebagai berikut : P=
Siswa. yang.tuntas.belajar x 100% Siswa

3. Untuk lembar observasi

11

a. Lembar observasi pengelola metode pembelajarn koooperatif model Bertukar pasangan. Untuk menghitung lembar observasi pengelolaan metode pembelajaran kooperatif model Bertukar pasangan digunakan rumus sebagai berikut : X=
P1 + P 2 2

Dimana P1 = Pengamat 1 dan P2 = Pengamat 2 b. Lembar observasi aktifitas guru dan siswa Untuk menghitung lembar observasi aktifitas guru dan siswa digunakan rumus sebagai berikut : %= X=
x x 100 % dengan x
Jumah.hasil . pengama tan Jumlah. pengama tan

P1 + P 2 2

Dimana :

% X x P1 P2

= Presentase pengamatan = Rata-rata = Jumlah rata-rata = Pengamat 1 = Pengamat 2

9.JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan pada bulan Juni 2009 dengan alokasi waktu 4 x 40 menit, dengan perincian sebagai berikut: Tabel 3.2. Jadwal pelaksanaan PTK No 1 2 3 Kegiatan Persiapan Skenario pembelajaran PTK Pelaksanaan PTK Penyusunan laporan hasil PTK I X Minggu ke . II III IV X X X

10. PERSONALIA Penelitian ini dilaksanakan oleh team berangggotakan : 1. Dra. Sri Maryuni

12

2. Narbuko, S.Pd. 3. Eko Budy Susetya, S.P. 4. Drs. Supriyono 5. Drs. Agus Samiaji 6. Sri Utami, S.Pd. 7. Lilik Indrawati 8. Sahrul Rahma Murdiana 11. No 1 2 3 RENCANA BIAYA PENELITAN Rincian Kegiatan Penelitian Transport Honorarium ATK Jumlah Biaya ( Rp ) 450.000,00 900.000,00 1.500.000,00 2.850.000,00

12. .LAMPIRAN LAMPIRAN 1. DAFTAR PUSTAKA Burton, W.H. 1952. The Gidence of Lerning Activities. New York: Appleton Century Crofts, Inc. Ekowati, Endang. 2004. Model-Model Pembelajaran Inovatif Sebagai Solusi Mengakhiri Dominasi Pembelajaran Guru. Makalah Workshop Rencana Program dan Implementasi Life Skill SMA Jawa Timur tahun 2004. Hamalik, Umar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Mc. Donald. 1959. Educational Psychology. San Francisco: Wardsworth Publishing, Inc. Muslimin, Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Mussen, P.H. Conger. J.J. , Kagan, J. dan Huston, A.C. 1984. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa. 1988. Jakarta: Erlangga. Mustanin, Nur. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: University Press. Suryabrata, S. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali. Suryabrata, S. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset. Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

13

CHEKLIST KEDISIPLINAN SISWA Kelas : VII A Semester : Genap KERAPIAN SERAGAM ATRIBUT L T L T Minggu Ke 1, KELAKUAN KEHADIRAN BERDOA TW TR YA TDK Bulan : Juni 2009 KERAJINAN PERALATAN SEKOLAH TUGAS SEKOLAH L T L T

NO 1

NAMA SISWA A B C D E

2 3 4 5 dst Keterangan : 1. L : Lengkap 2. T: Tidak

3. TW : Tepat Waktu 4.TR. : Terlambat CHEKLIST KEDISIPLINAN SISWA Kelas : VII A Semester : Genap KERAPIAN SERAGAM ATRIBUT L T L T Minggu Ke 2, KELAKUAN KEHADIRAN BERDOA TW TR YA TDK Bulan : Juni 2009 KERAJINAN PERALATAN SEKOLAH TUGAS SEKOLAH L T L T

NO 1

NAMA SISWA A

14

2 3 4 5 dst Keterangan : 1. L : Lengkap 2. T: Tidak

B C D E

3. TW : Tepat Waktu 4. TR. : Terlambat CHEKLIST KEDISIPLINAN SISWA Kelas : VII A Semester : Genap KERAPIAN SERAGAM ATRIBUT L T L T Minggu Ke 3, KELAKUAN KEHADIRAN BERDOA TW TR YA TDK Bulan : Juni 2009 KERAJINAN PERALATAN SEKOLAH TUGAS SEKOLAH L T L T

NO 1

NAMA SISWA A B C D E

2 3 4 5 dst Keterangan : 1. L : Lengkap

15

2. T: Tidak 3. TW : Tepat Waktu 4.TR. : Terlambat

16

PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN BIMBINGAN KONSELING
PENDEKATAN KOOPERATIF TUTORIAL TEMAN SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 3 SUDIMORO SEMESTER GENAP TAHUN 2009

OLEH : KELOMPOK 9 Ketua Anggota : Dra. Sri Maryuni ( SMA N 1 Ngadirojo ) : 1. Eko Budy Susetya, S.P ( SMP N 3 Sudimoro ) 2. Drs. Supriyono ( SMP N 1 Kebonagung ) 3. Narbuko, S. Pd. ( SMP N 1 Ngadirojo ) 4. Drs. Agus Samiaji ( SMA N 1 Pacitan ) 5. Sri Utami, S. Pd. ( SMP N 1 Arjosari ) 6. Sahrul Rahma Murdiana ( STKIP PGRI Pacitan )

MUSYAWARAH GURU PEMBIMBING ( MGP ) KABUPATEN PACITAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.

Hasil Penelitian

4.1.1. Siklus Pertama 1. Perencanaan Peneliti/guru menyiapkan materi tentang kedisiplinan siswa Langkah selanjutnya, kelas dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 6 orang.

b. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan kooperatif learning

menggunakan metode tutorial teman sebaya adalah sebagai berikut: 1. Apersepsi 2 menit 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 3 menit 3. Guru menjelaskan tentang materi kedisiplinan siswa 20 menit

4. Siswa

dibagi

menjadi

10

kelompok,

masing-masing

kelompok

beranggotakan 2 orang. 5. Langkah berikutnya, salah satu siswa menjelaskan kembali materi yang disampaikan guru kepada siswa lain dalam kelompoknya, siswa yang mendengarkan membuat catatan kecil dilakukan secara bergantian sampai jelas, selama 40 menit. 6. Setelah selesai, guru menunjuk siswa secara acak untuk menjelaskan hasil wawancaranya dengan teman satu kelompok selama 20 menit.

c. Pengamatan Hasil pengamatan kolaborator dengan menggunakan instrumen observasi dan berdasarkan catatan lapangan terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dalam belajar yang dapat digambarkan pada tabel berikut ini.

Tabel 4.1. Keadaan aktifitas belajar siswa siklus I No 1 2 3 4 5 Keadaan Siswa Siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok Siswa yang memperhatikan penjelasan guru Siswa yang tidak memperhatikan penjelasan teman dalam kelompok Siswa yang tidak dapat menjelaskan materi kepada teman Siswa yang dapat menjelaskan materi kepada teman Siklus 1 Jml % 24 66 24 20 12 24 66 56 34 66

Berdasarkan hasil tes proses yang dilakukan, juga terjadi peningkatan walaupun peningkatan tersebut relatif sedikit, namun seudah menampakkan suatu kemajuan yang berarti. Gambaran hasil tes proses pada siklus I sebagai berikut: Tabel 4.2. Prosentase ketuntasan belajar siswa siklus I No Perolehan Siswa 1 Prosentase siswa yang tuntas belajar 2 Prosentase siswa yang belum tuntas belajar Jumlah Siklus 1 60 % (21 siswa) 40 % (15 siswa) 100

d. Refleksi Setelah perjalanan siklus pertama dilalui dengan satu kali pertemuan (2 x 40 menit), maka terlihat adanya peningkatan hasil belajar. Kendala yang ditemui pada siklus ini adalah penggunaan waktu yang kurang efektif dan kesiapan belajar siswa yang kurang. Keberhasilan belajar siswa pada siklus I, sebagian besar siswa telah dapat memahami: 1) Kedisiplinan berseragam Berdasarkan hasil pengamatan, sebagian siswa senang terhadap mentode tutorial teman sebaya ini, dengan alas an: 1) Kegiatan belajar sangat manyenangkan 2) Penjelasan lebih kuat dan lebih jelas 3) Kemampuan daya ingatan menjadi lebih baik 4) Selalu konsentrasi pada materi pelajaran Sebagian siswa tidak senang terhadap metode tutorial teman sebaya, karena: ii. iii. Suasana belajar tidak santai Kemampuan komunikasi siswa tidak sama, ada yang lancar ada yang lambat Setelah berkolaborasi dengan teman sejawat diperoleh masukan untuk perbaikan pada siklus berikutnya, yaitu:

1. Mengulang kembali penjelasan cara belajar dan tugas yang harus diselesaikan serta pemanfaatan waktu yang efektif. 2. Merubah komposisi kelompok siswa dengan menyebarkan siswa yang telah tuntas pada siklus pertama.

4.1.2. Siklus Kedua 1. Perencanaan Peneliti/guru menyiapkan materi tentang kedisiplinan mengikuti pelajaran Langkah selanjutnya, kelas dibagi menjadi 6 kelompok, setiap kelompok beranggotakan 6 orang. 2. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan pembelajaran dengan kooperatif learning

menggunakan metode tutorial teman sebaya adalah sebagai berikut: 1. Apersepsi 2 menit 2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai 3 menit 3. Guru menjelaskan tentang materi kasus pelanggaran HAM 25 menit 4. Siswa dibagi menjadi 6 kelompok, masing-masing kelompok

beranggotakan 6 orang. 5. Langkah berikutnya, salah satu siswa menjelaskan kembali materi yang disampaikan guru kepada siswa lain dalam kelompoknya, siswa yang mendengarkan membuat catatan kecil dilakukan secara bergantian sampai jelas, selama 40 menit. Setelah selesai, guru menunjuk siswa secara acak untuk menjelaskan hasil wawancaranya dengan teman satu kelompok selama 20 menit.

3.

Pengamatan Hasil pengamatan kolaborator dengan menggunakan instrumen observasi dan berdasarkan catatan lapangan terjadi peningkatan motivasi belajar siswa dalam belajar yang dapat digambarkan pada tabel berikut ini. Tabel 4.3. Keadaan aktifitas belajar siswa siklus II

No 1 2 3 4 5

Keadaan Siswa Siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok Siswa yang memperhatikan penjelasan guru Siswa yang tidak memperhatikan penjelasan teman dalam kelompok Siswa yang tidak dapat menjelaskan materi kepada teman Siswa yang dapat menjelaskan materi kepada teman

Siklus 2 Jml % 32 90 32 4 4 32 90 10 10 90

Berdasarkan hasil tes proses yang dilakukan, juga terjadi peningkatan walaupun peningkatan tersebut relatif sedikit, namun seudah menampakkan suatu kemajuan yang berarti. Gambaran hasil tes proses pada siklus I sebagai berikut: Tabel 4.4. Prosentase ketuntasan belajar siswa siklus II No Perolehan Siswa 1 Prosentase siswa yang tuntas belajar 2 Prosentase siswa yang belum tuntas belajar Jumlah Refleksi Setelah dilakukan perubahan pada siklus kedua, maka masalah yang muncul pada siklus pertama dapat diatasi dengan memuaskan terutama pada respon siswa dalam mengikuti pembelajaran. Hal tersebut ditunjukkan dengan peningkatan prosentase ketuntasan belajar siswa yang meningkat secara berarti seperti terlihat pada table di atas. Siklus 2 90 % (32 siswa) 10 % (4 siswa) 100

4.

4.2.

Pembahasan Pembelajaran kooperatif dengan metode tutorial teman sebaya menunjukkan adanya

aktivitas belajar yang dinamis, dinamika kelas belajar tinggi, dan terjadi interaksi multi arah, hal tersebut terjadi karena setelah siswa menerima penjelasam guru kemudian menjelaskan keanggota kelompoknya secara bergantian sampai jelas. Dengan metode tutorial teman sebaya minat siswa dalam kedisiplinan siswa meningkat sebagaimana terlihat pada tabel hasil siklus pertama dan siklus kedua.

Pada siklus pertama siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok 24 siswa atau 66%, siswa yang memperhatikan penjelasan guru 24 siswa atau 66%, siswa yang tidak memperhatikan penjelasan teman dalam kelompok 20 siswa atau 56%, siswa yang tidak dapat menjelaskan materi kepada teman 12 siswa atau 34%, siswa yang dapat menjelaskan materi kepada teman 24 siswa atau 66%, siswa yang telah tuntas 21 siswa 60%, dan siswa yang belum tuntas 15 siswa atau 40%. Pada siklus kedua siswa yang aktif dalam kegiatan kelompok 32 siswa atau 90%, siswa yang memperhatikan penjelasan guru 32 siswa atau 90%, siswa yang tidak memperhatikan penjelasan teman dalam kelompok 4 siswa atau 10%, siswa yang tidak dapat menjelaskan materi kepada teman 4 siswa atau 10%, siswa yang dapat menjelaskan materi kepada teman 32 siswa atau 90%, siswa yang telah tuntas 32 siswa 90%, dan siswa yang belum tuntas 4 siswa atau 10%.

BAB V PENUTUP

5.1.

Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dipaparkan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif dengan metode tutorial teman sebaya efektif untuk meningktakan motivasi belajar dan prestasi belajar siswa pada peningkatan kedisiplinan siswa kelas IX SMP Negeri 3 Sudimoro.

5.2.

Saran Berdasarkan temuan hasil penelitian tindakan kelas tentang pembelajaran kooperatif

dengan metode tutorial teman sebaya pada peningkatan kedisiplinan siswa disarankan sebagai berikut: 1. Metode tutorial teman sebaya dapat diterapkan lebih lanjut pada mata pelajaran sejenis atau yang lain dengan mengambil tema yang berbeda.

2. Agar hasil belajar lebih baik disarankan kesiapan belajar siswa ditingkatkan lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Burton, W.H. 1952. The Gidence of Lerning Activities. New York: Appleton Century Crofts, Inc. Ekowati, Endang. 2004. Model-Model Pembelajaran Inovatif Sebagai Solusi Mengakhiri Dominasi Pembelajaran Guru. Makalah Workshop Rencana Program dan Implementasi Life Skill SMA Jawa Timur tahun 2004. Hamalik, Umar. 1994. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Mc. Donald. 1959. Educational Psychology. San Francisco: Wardsworth Publishing, Inc. Muslimin, Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: University Press. Mussen, P.H. Conger. J.J. , Kagan, J. dan Huston, A.C. 1984. Perkembangan dan Kepribadian Anak. Terjemahan oleh Meitasari Tjandrasa. 1988. Jakarta: Erlangga. Mustanin, Nur. 2000. Pengajaran Berpusat Kepada Siswa dan Pendekatan Konstruktivis dalam Pengajaran. Surabaya: University Press. Suryabrata, S. 1985. Psikologi Pendidikan. Jakarta: CV. Rajawali. Suryabrata, S. 1989. Proses Belajar Mengajar di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Andi Offset. Winkel, W.S. 1984. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia.

You might also like