You are on page 1of 24

BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Pemanfaatan makhluk hidup dalam bidang teknologi menjadi suatu kebutuhan menghadapi tantangan dunia untuk meningkatkan kesejahteraan manusia, perkembangan ilmu dan teknologi menjadi suatu bagian terpenting dalam abad ke-20 yang merupakan zaman molekuler bagi kehidupan manusia. Perkembangan laju populasi manusia menimbulkan berbagai macam permasalahan kompleks yang sulit dipecahkan sehingga butuh penangan yang cepat dan akurat dalam menjawab setiap tantangan global. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir ini, bioteknologi telah mengalami perkembangan sangat pesat. Di beberapa negara maju, bioteknologi mendapatkan perhatian serius dan dikembangkan secara intensif dengan harapan dapat memberi solusi untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi manusia pada saat ini maupun yang akan datang menyangkut kebutuhan pangan, obat-obatan, penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan hidup umat manusia (Roitt, 2000). Kemajuan dan perkembangan bioteknologi tidak dapat terlepas dari kemajuan dan dukungan ilmu-ilmu dasar seperti mikrobiologi, biokimia, biologi molekuler, dan genetika. Kompetensi menguasai bioteknologi tersebut dapat tercapai ketika pembinaan sumber daya manusia diorientasikan pada kompetensi meneliti dan menerapkan metode-metode mutakhir bioteknologi. Kemampuan menguasai dan mengaplikasikan metode-metode mutakhir bioteknologi (current methods of biotecnology) seperti kultur jaringan, rekayasa genetik, hibridoma, kloning, dan polymerase chains reaction (PCR) secara prospektif telah mampu menghasilkan produk-produk penemuan baru (Boenisch, 2001). Sebagai contoh, penemuan-penemuan baru dibidang immunologi (ilmu yang mempelajari sistem kekebalan tubuh) telah berhasil menemukan dan menghasilkan antibodi-monoklonal (MAb) secara massal. Penemuan MAb dengan metode klonasi (clone) memiliki kelebihan antara lain peka (sensitivitas), khas (spesifitas), dan akurat. Selain itu, MAb dapat pula digunakan untuk

memberikan jasa pelayanan dalam berbagai hal seperti diagnosis suatu penyakit dengan akurat, pencegahan dan pengobatan penyakit. Kontribusi MAb telah dapat dirasakan manfaatnya khususnya dalam dunia riset ( research) seperti enzymeimmunoassay (EIA), radioimmunoassay (RIA), dan immunositokimia (immunocytochemistry). Oleh karena itu, perkembangan bioteknologi perlu dikaji dan dipelajari agar manusia dapat mengikuti perkembangan zaman (Soedigdo, 2000). 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimanakah sejarah perkembangan bioteknologi? 2. Apa saja produk yang dihasilkan dari aplikasi pemanfataan bioteknologi? 3. Bagaimanakah dampak dari perkembangan bioteknologi bagi manusia? 1.3 Tujuan Penulisan 1. 2. 3. Untuk memaparkan sejarah perkembangan bioteknologi. Dapat mengetahui jenis produk yang dihasilkan dari aplikasi bioteknologi. Untuk menjelaskan dampak dari perkembangan bioteknologi bagi manusia.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Sejarah Perkembangan Bioteknologi Istilah bioteknologi pertama kali dikemukakan oleh Karl Ereky, seorang insinyur Hongaria pada tahun 1917 yang mendeskripsikan produksi babi dalam skala besar dengan menggunakan bit gula sebagai sumber pakannya (Suwanto, 1998). Bioteknologi berasal dari dua kata, yaitu 'bio' yang berarti makhuk hidup dan 'teknologi' yang berarti cara untuk memproduksi barang atau jasa. Dari paduan dua kata tersebut European Federation of Biotechnology (1989) mendefinisikan bioteknologi sebagai perpaduan dari ilmu pengetahuan alam dan ilmu rekayasa yang bertujuan meningkatkan aplikasi organisme hidup, sel, bagian dari organisme hidup, dan/atau analog molekuler untuk menghasilkan produk dan jasa (Primose, 2003). Pemanfaatan mikroba untuk kepentingan manusia telah ada sejak zaman sebelum masehi. Hingga sekarang manusia telah mengalami tiga periode perkembangan bioteknologi, yaitu sebagai berikut. a. Periode bioteknologi tradisional (sebelum abad ke-15 M) Pada periode ini telah ada teknologi pembuatan minuman bir dan anggur menggunakan ragi (6000 SM), pengembangan pembuatan roti dengan ragi (4000 SM), dan pemanfaatan ganggang sebagai sumber makanan yang dilakukan oleh bangsa Aztek (1500 SM ). b. Periode bioteknologi ilmiah (abad ke-15 sampai ke-20 M) Periode ini ditandai dengan adanya beberapa peristiwa. Tahun 1670 : usaha penambangan biji tembaga dengan bantuan mikrob di Rio Tinto, Spanyol. Tahun 1686 : Penemuan mikrosop oleh Antony van Leeuwenhoek yang juga menjadi manusia pertama yang dapat melihat mikrob. Tahun 1800-an : ahli botani dan tanaman, Gregor Mendel mempelajari prinsip hereditas. Bereksperimen dengan kacang polong. Tahun 1870 : Louis pasteur menemukan adanya mikrob dalam makanan dan minuman.

Tahun 1890 : alkohol dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar motor. Tahun 1897 : penemuan enzim dari ekstrak ragi yang dapat mengubah gula menjadi alkohol oleh Eduard Buchner. Tahun 1912 : pengelolahan limbah dengan menggunakan mikrob. Tahun 1915 : produksi aseton, butanol, dan gliserol dengan menggunakan bakteri. Tahun 1928 : penemuan zat antibiotik penisilin oleh Alexander Fleming Tahun 1994 : produksi besar-besaran penisilin Tahun.1953 : penemuan struktur asam deoksiribo nukleat ( ADN ) oleh Crick dan Watson . c. Periode bioteknologi modern (abad ke-20 M sampai sekarang) Periode ini diawali dengan penemuan teknik rekayasa genetik pada tahun 1970-an. Era rekayasa genetik dimulai dengan penemuan enzim endonuklease restiksi oleh Dussoix dan Boyer. Dengan adanya enzim tersebut memungkinkan kita dapat memotong DNA pada posisi tertentu, mengisolasi gen dari kromosom suatu organisme, dan menyisipkan potongan DNA lain (teknik DNA rekombinan). Setelah penemuan enzim endonuklease restriksi, dilanjutkan dengan program bahan bakar alkohol dari brazil, teknologi hibridoma yang menghasilkan antibodi monoklonal (1976), serta diberikannya izin untuk memasarkan produk jamur yang dapat dikonsumsi manusia kepada Rank Hovis Mc. Dougall (1980). Peran teknologi rekayasa genetik pada era ini semakin terasa dengan diizinkannya penggunaan insulin hasil percobaan rekayasa genetik untuk pengobatan penyakit diabetes di Amerika Serikat pada tahun 1982. Insulin buatan tersebut diproduksi oleh perusahaan Eli Lilly dan Company. Hingga saat ini penelitian dan penemuan yang berhubungan dengan rekayasa genetik terus dilakukan. Misalnya dihasilkan organisme transgenik penelitian genom makhluk hidup (Takayama, 2000). Bioteknologi memiliki gradien perkembangan teknologi dimulai dari penerapan bioteknologi tradisional yang telah lama dan secara luas dimanfaatkan hingga teknik-teknik bioteknologi baru dan secara terus menerus berevolusi.

Gambar 1. Gradien Bioteknologi (dimodifikasi dari Doyle dan Presley, 1996).

Sebagai contoh, pemanfaatan biodecomposer. Biodecomposer dapat mempercepat proses pengomposan menjadi 2-3 minggu. Selain itu, sebagian mikroba bahan aktif biodecomposer yang masih tertinggal di dalam kompos juga berperan sebagai musuh alami penyakit jamur akar atau busuk pangkal batang. Aplikasi biofertilizer ke dalam tanah dapat meningkatkan aktivitas mikroba di dalam tanah, sehingga ketersediaan hara berlangsung optimum dan dosis pupuk konvensional dapat dikurangi tanmpa menimbulkan penurunan produksi tanaman dan tanah. Mikroba juga telah dimanfaatkan untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Aplikasi mikroba untuk biokontrol hama dan penyakit tanaman meliputi mikroba liar yang telah diseleksi maupun mikroba yang telah mengalami rekayasa genetika. Upaya untuk memperbaiki kondisi lingkungan yang terkena polusi herbisida tersebut telah dilakukan. Salah satu teknologi alternatif untuk tujuan tersebut adalah melalui bioremediasi. Bioremediasi didefinisikan sebagai proses penguraian limbah organik/anorganik polutan secara biologi dalam kondisi terkendali (Heru N, 2002).

Berdasarkan hasil dari tiap penemuannya, biotegnologi dibedakan berdasarkan jenis warna. a. Bioteknologi merah (red biotechnology) adalah bioteknologi yang mempelajari aplikasi bioeknologi di bidang medis. Contoh penerapannya adalah pemanfaatan organisme untuk menghasilkan obat dan vaksin. b. Bioteknologi putih/abu-abu (white/gray biotechnology) adalah bioteknologi yang diaplikasikan dalam industri seperti pengembangan dan produksi senyawa baru serta pembuatan sumber energi terbarukan dengan memanipulasi mikroorganisme seperti bakteri dankhamir/ragi. c. Bioteknologi hijau (green biotechnology) mempelajari aplikasi bioteknologi di bidang pertanian dan peternakan. Sementara itu, di bidang peternakan, binatang-binatang telah digunakan sebagai bioreaktor untuk menghasilkan produk penting seperti ayam telah digunakan sebagai penghasil antibodiprotein protektif yang membantu sel tubuh mengenali dan melawan senyawa asing (antigen). 2.2 Jenis Produk Yang Dihasilkan Dari Aplikasi Bioteknologi 2.2.1 Aplikasi pada bidang pertanian Adanya perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan teknik modifikasi genetik dengan bioteknologi melalui rekayasa genetika untuk memperoleh varietas unggul, produksi tinggi, tahan hama, patogen, dan herbisida. Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa perbaikan genetis melalu pemuliaan tanaman konvensional telah memberikan kontribusi yang sangat besar dalam penyediaan pangan dunia. Dalam bidang pertanian telah dapat dibentuk tanaman dengan memanfaatkan mikroorganisme dalam fiksasi nitogen yang dapat membuat pupuknya sendiri sehingga dapat menguntungkan pada petani. Demikian pula terciptanya tanaman yang tahan terhadap tanah gersang. Mikroba yang direkayasa secara genetik dapat meningkatkan hasil panen pertanian. Demikian juga dalam cara lain, seperti meningkatkan kapasitas mengikat nitrogen dari bakteri Rhizobium. Keturunan bakteri yang telah disempurnakan atau diperbaiki dapat meningkatkan hasil panen kacang kedelai sampai 50%. Rekayasa genetik lain mencoba mengembangkan turunan dari bacteri Azetobacter yang melekat pada

akar

tumbuh

bukan

tumbuhan

kacang-kacangan

(seperti

jagung)

dan

mengembangbiakan, membebaskan tumbuhan jagung dari ketergantungan pada kebutuhan pupuk amonia (pupuk buatan). Hama tanaman merupakan salah satu kendala besar dalam budidaya tanaman pertanian. Untuk mengatasinya, selama ini digunakan pestisida. Namun ternyata pestisida banyak menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain matinya organisme nontarget, keracunan bagi hewan dan manusia, serta pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, perlu dicari terobosan untuk mengatasi masalah, tersebut dengan cara yang lebih aman. Kita mengetahui bahwa mikroorganisme yang terdapat di alam sangat banyak, dan setiap jenis mikroorganisme tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda. Dari sekian banyak jenis mikroorganisme, ada suatu kelompok yang bersifat patogenik (dapat menyebabkan penyakit) pada hama tertentu, namun tidak menimbulkan penyakit bagi makhluk hidup lain. Contoh mikroorganisme tersebut adalah bakteri Bacillus thuringiensis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bacillus thuringiensis mampu menghasilkan suatu protein yang bersifat toksik bagi serangga, terutama seranggga dari ordo Lepidoptera. Protein ini bersifat mudah larut dan aktif menjadi menjadi toksik, terutama setelah masuk ke dalam saluran pencemaan serangga. Bacillus thuringiensis mudah dikembangbiakkan dan dapat dimanfaatkan sebagai biopestisida pembasmi hama tanaman. Pemakaian biopestisida ini diharapkan dapat mengurangi dampak negatif yang timbul dari pemakaian pestisida kimia. Dengan berkembangnya bioteknologi, sekarang dapat diperoleh cara yang lebih efektif lagi untuk membasmi hama. Pada saat ini dikembangkan tanaman transgenik yang resisten terhadap hama. Tanaman transgenik diperoleh dengan cara rekayasa genetika. Gen yang mengkode pembentukan protein toksin yang dimiliki oleh B. thuringiensis dapat diperbanyak dan disisipkan ke dalam sel beberapa tanaman budidaya. Dengan cara ini diharapkan tanaman tersebut mampu menghasilkan protein yang bersifat toksis terhadap serangga sehingga pestisida tidak diperlukan lagi. Aplikasi bioteknologi untuk pertanian menawarkan berbagai keuntungan. Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan teknik modifikasi genetik dengan

bioteknologi melalui rekayasa genetika. Keuntungan potensial bioteknologi pertanian antara lain: 1. potensi hasil panen yang lebih tinggi, 2. mengurangi penggunaan pupuk dan pestisida, 3. toleran terhadap cekaman lingkungan, 4. pemanfaatan lahan marjinal, 5. identifikasi dan eliminasi penyakit di dalam makanan ternak, 6. kualitas makanan dan gizi yang lebih baik, dan perbaikan defisiensi mikronutrien, 7. peningkatan kualitas bahan tanam melalui bioteknologi berdasarkan pada empat kategori peningkatan: peningkatan kualitas pangan, resistensi terhadap hama atau penyakit, toleransi terhadap stress lingkungan, dan manajemen budidaya. Sehingga dapat:

Meningkatkan produksi pangan misalnya dengan menciptakan kultivar unggul seperti tanaman padi dan tanaman semusim sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.

Meningkatkan produksi dan kualitas melalui transgenik antara lain kapas, jagung, dll. Mempercepat swasembada jagung. Jagung yang dihasilkan mempunyai kualitas yang lebih baik dan kebal terhadap hama. Produk yang dihasilkan untuk peningkatan produksi pangan antara lain:

1) 2) 3)

Tanaman tahan hama. Pengolahan makanan; tempe, tape, oncom, kecap. Pengolahan minuman; anggur, bir, yoghurt, tuak, brem, dsb.

2.2.2 Aplikasi pada bidang peternakan dan perikanan Penerapan bioteknologi pada peternakan contohnya adalah hewan transgenik dan hormon bovin somatotropin. Hewan transgenik merupakan hewan yang diberi perlakuan rekayasa genetika. Pada hewan-hewan tersebut disisipkan gen-gen tertentu yang dibutuhkan manusia. Sebagai contoh adalah domba transgenik. DNA domba tersebut telah disisipi dengan gen manusia yang disebut

dengan faktor VII (merupakan protein pembeku darah). Dengan adanya penyisipan tersebut domba mneghasilkan susu yang mengandung faktor VIII yang dapat dimurnikan untuk menolong penderita hemofilia. Rekayasa genetika pada hewan juga dapat membantu melestarikan spesies langka. Sebagai contoh sel telur zebra yang sudah dibuahi lalu ditanam pada kuda spesies lain. Spesies lain yang dipinjam rahimnya disebut Surrogate. Anak zebra akan lahir dari kuda Surrogate. Hal yang sama sudah diterapkan pada keledai yang hampir punah di Australia. Teknik pelestarian dengan rekayasa genetika sangat berguna karena (a) induk dari spesies biasa dapat melahirkan spesies langka, (b) telur hewan langka yang sudah dibuahi dapat dibekukan lalu disimpan bertahun-tahun bahkan setelah induknya mati. Jika sudah ditemukan surrogate yang sesuai, telur tadi ditransplatasikan. Aplikasi bioteknologi dalam bidang peternakan menawarkan berbagai keuntungan antara lain: 1. Meningkatkan produksi peternakan. 2. Meningkatkan efisiensi dan kualitas pakan seperti manipulasi mikroba rumen. 3. Menghasilkan embrio yang banyak dalam satu kali siklus reproduksi. 4. Menciptakan jenis ternak unggul. Dalam bidang perikanan, kebutuhan adanya penerapan teknologi sangat dinantikan, mengingat adanya penangkapan ikan yang melebihi potensi lestari (over fishing), banyaknya terumbu karang yang rusak dan dengan adanya peningkatan konsumsi ikan. Penelitian bioteknologi dalam bidang perikanan, diutamakan pada tiga kelompok, yaitu akuakultur, pemanfaatan produksi alam, dan prosesing bahan makanan yang bernilai ekonomi tinggi. Pengembangan bioteknologi dibidang akuakultur meliputi seleksi, hibridasi, rekayasa kromosom, dan pendekatan biologi molekuler seperti transgenik sangat dibutuhkan untuk menyediakan benih dan induk ikan. Pada akuakultur, program peningkatan sistem kekebalan ikan telah dilakukan dengan menggunakan vaksin, imunostimulan, probiotik, dan bioremediasi. Vaksin dapat memacu produksi antibiotik spesifik dan hanya efektif

untuk mencegah

satu patogen tertentu. Imunostimulan merupakan teknik

meningkatkan kekebalan yang non spesifik, misalnya lipopolysaccharide dan Bglucan yang telah diterapkan untuk ikan dan udang di Indonesia. Sedangkan probiotik diaplikasikan pada pakan atau dalam lingkungan perairan budidaya sebagai penyeimbang mikroba dalam pencernaan dan lingkungan perairan. Pada tahun 1980 penelitian transgenik pada ikan telah dimulai dengan mengintroduksi gen tertentu kepada organisme hidup lainnya serta mengamati fungsinya secara in vitro. Dalam teknik ini, gen asing hasil isolasi diinjeksi secara makro ke dalam telur untuk memproduksi galur ikan yang mengandung gen asing tersebut. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan ikan transgenik, yaitu: 1) isolasi gen (clone DNA) yang akan diinjeksi pada telur, 2) identifikasi gen pada anak ikan yang telah mendapatkan injeksi gen asing tadi, dan 3) keragaman dari turunan ikan yang diinjeksi gen asing tersebut. 2.2.3 Aplikasi pada bidang kesehatan dan pengobatan Aplikasi bioteknologi dalam bidang kesehatan dan pengobatan telah mandatangkan manfaat antara lain: 1) Para ilmuwan mengatakan mereka menemukan gen yang dapat digunakan untuk mengembangkan pil kontrasepsi baru bagi pria. Mereka mengubah kode genetika pada tikus untuk melihat apakah binatang ini menjadi mandul. Mereka kemudian meneliti mutasi yang menyebabkan kemandulan, yang membuka jalan ditemukannya Katnal1. (PLoS Genetics, 2012; 8) 2) Menurut para ilmuwan University of California Irvine, persilangan antar nyamuk akan menghalangi terjadinya infeksi parasit malaria pada manusia. Penemuan ini merupakan pendekatan yang menarik untuk membantu mengatasi salah satu masalah yang paling mendesak di dunia kesehatan masyarakat yaitu penyakit malaria. 3) Memproduksi obat-obatan terhadap penyakit infeksi (antibiotik) seperti penisilin, streptomysin. Obat-obatan yang berbasis molekul biologis besar atau biasa disebut obat biologis, telah diproduksi di dalam sel binatang, yeast (ragi) dan bakteri melalui rekayasa genetika selama lebih dari dua decade. Insulin merupakan salah satu

produk obat biologis yang dibuat melalui bakteri Escherichia coli yang dimodifikasi secara genetik.

Teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan biotek Protalix Biotherapeutics telah memungkinkan untuk memproduksi obat di dalam sel tanaman (Credit: PROTALIX BIOTHERAPEUTICS)

Selain itu juga para ilmuwan melaporkan adanya cara baru yang lebih baik untuk mengobati penyakit, yaitu dengan menggunakan minute capsules atau kapsul menit. Kapsul menit tidak mengandung obat-obatan, tetapi berisi DNA dan mesin biologi lainnya yang akan membuat obat di dalam tubuh. 4) Memproduksi vaksin untuk pencegahan jenis penyakit tertentu sesuai dengan jenis vaksinnya seperti polio, cacar, hepatitis-B, TBC dsb. Selain pada manusia, vaksin juga digunakan untuk melindungi ternak (ayam, sapi, dsb) dari serangan berbagai penyakit menular. 5) Memproduksi zat kebal antibodi untuk diagnosis penyakit, penelitian dan terapi antibodi monoklonal. 6) Untuk terapi gen misalnya untuk terapi penyakit genetis (bawaan). 7) Untuk memproduksi hormone insulin untuk terapi penderita kencing manis. 8) Untuk terapi gen; Sel somatis (somatic gene therapy); sel darah atau otot, terapi penyakit genetis (bawaan). Sel embrional (Germ line gene therapy). 9) Untuk menumbuhkan cangkok tulang.

Peneliti dari laboratorium The New York Stem Cell Foundation (NYSCF) menunjukkan bahwa sel punca (stem cell) embrio manusia dapat digunakan untuk menumbuhkan cangkok jaringan tulang.

Sebuah langkah signifikan dalam menggunakan sel induk pluripoten untuk memperbaiki dan mengganti jaringan tulang pada pasien (Foto: Marco Desscouleurs / Fotolia)

2.2.4 Aplikasi pada bidang lingkungan Aplikasi bioteknologi dalam bidang lingkungan antara lain: 1. Untuk pengolahan limbah Pengolahan air limbah dengan bioteknologi pengolahan limbah menjadi lebih terkontrol dan efektif. Pemrosesan air limbah oleh pabrik bertujuan untuk menghilangkan zat pencemar, baik pencemar biologis maupun kimiawi yang mungkin membahayakan manusia atau lingkungan. 2. Pelestarian plasma nutfah Contohnya nanoflowers lebih efektif digunakan untuk mendeteksi polutan beracun dalam aliran limbah pabrik daripada teknik yang digunakan saat ini. Kelopak tersebut melakukan dua fungsi penting. Pertama, berfungsi menstabilkan protein sehingga terhindar dari kerusakan. Kedua, jika protein tersebut memiliki sifat katalitik (mempercepat suatu reaksi kimia), lalu nanoflower membungkus protein tersebut, hal ini akan meningkatkan efektifitas katalis protein tersebut.

Nanoflowers (Jen Gu et al., 2012/Nature Nanotechnology)

2.2.5 Aplikasi Pada Bidang Hukum Teknologi DNA menawarkan aplikasi bagi kepentingan forensik. Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dalam jumlah kecil dapat tertinggal di tempat kejadian perkara. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil dapat ditemukan dalam tubuh korban. Melalui pengujian sidik jari DNA (DNA finngerprint) dapat diidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang tinggi karena urutan DNA setiap orang itu unik (kecuali untuk kembar identik). Sampel darah atau jaringan lain yang dibutuhkan dalam tes DNA sangat sedikit (kira-kira 1000 sel). DNA fingerprint merupakan satu langkah lebih maju dalam proses pengungkapan kejahatan di Indonesia. Keakuaratan hasil yang hampir mencapai 100% menjadikan metode DNA fingerprint selangkah lebih maju dibandingkan dengan proses biometri yang telah lama digunakan kepolisian untuk identifikasi. 2.3 Dampak perkembangan bioteknologi 2.3.1 Dampak Positif Bioteknologi 1) Keanekaragaman hayati merupakan modal utama sumber gen untuk keperluan rekayasa genetik dalam perkembangan dan perkembangan industri bioteknologi. Baik donor maupun penerima (resipien) gen dapat terdiri atas virus, bakteri, jamur, lumut, tumbuhan, hewan, juga manusia. Pemilihan donor/resipien gen bergantung pada jenis produk yang dikehendaki dan nilai ekonomis suatu produk yang dapat dikembangkan menjadi komoditis bisnis (Yalow, 2000).

2) Meningkatnya sifat resistensi tanaman terhadap hama dan penyakit tanaman, misalnya tanaman transgenik kebal hama. 3) Meningkatnya produk-produk (baik kualitas maupun kuantitas) pertanian, perkebunan, peternakan maupun perikanan. Dengan temuan bibit unggul. Contohnya domba transgenik pertama di dunia diproduksi dengan teknik sederhana dengan menggunakan kloning buatan tangan, domba tersebut berhasil lahir di Xinjiang daerah Otonomi Uygur, Cina.

Domba Peng Peng yang dikloning dengan teknik Handmade Cloning (HMC) (Foto : Image courtesy of BGI Shenzhen)

4) Meningkatnya nilai tambah bahan makanan. Pengolahan bahan makanan tertentu, seperti air susu menjadi yoghurt, mentega, keju. Contohnya Ilmuwan menciptakan genetically modified (GM) atau rekayasa genetika pada sapi untuk menghasilkan susu berkualitas tinggi. Para peneliti juga meyakini bahwa susu yang dihasilkan sapi GM mengandung konsentrasi kalsium tingkat tinggi ketimbang susu sapi biasa.

5) Membantu proses pemurnian logam dari bijinya pada pertambangan logam (biohidrometalurgi). Contohnya seorang profesor di bidang seni elektronik dan intermedia, menemukan sebuah bakteri bernama Cupriavidus metallidurans yang bersifat toleran terhadap logam dan dapat tumbuh pada konsentrasi gold chloride/klorida emas (emas cair, suatu senyawa kimia beracun yang ditemukan di alam) yang tinggi. Kemampuan ini merupakan kunci untuk menciptakan 24 karat emas (Science Daily).

Sebuah bioreaktor yang menggunakan bakteri untuk mengubah emas cair menjadi emas 24 karat. (Credit: Photo by G.L. Kohuth)

Contoh lain, para peneliti di University of Leeds telah menggunakan jenis bakteri yang memakan besi untuk membuat medan magnet. Bakteri tersebut mencerna besi kemudian menciptakan menciptakan medan magnet kecil dalam dirinya sendiri.

Bakteri penghasil magnet dapat digunakan untuk membuat komputer di masa depan dengan kapasitas hard drive yang lebih besar dan koneksi yang lebih cepat cepat. (Foto: phys.org)

6) Membantu manusia mengatasi masalah-masalah pencemaran lingkungan. Seperti: bakteri pemakan plastik dan parafin, bakteri penghasil bahan plastik biodegradable. 7) Membantu manusia mengatasi masalah sumber daya energi. Misalnya: bioethanol, biogas. 8) Membantu dunia kedokteran dan medis mengatasi penyakit-penyakit tertentu. Contoh peneliti dari Weill Cornell Medical College telah berhasil memahami kode saraf retina tikus dan memasukkan informasi di dalamnya ke perangkat prostetik. Teknik ini berhasil memulihkan penglihatan tikus buta. Para peneliti mengatakan bahwa mereka juga berhasil memahami kode syaraf retina monyet, dimana kode tersebut pada dasarnya identik dengan kode syaraf retina manusia. Dengan adanya temuan ini, para peneliti berharap untuk segera merancang dan menguji perangkat yang dapat digunakan oleh manusia yang buta.

(Credit: Delphimages / Fotolia)

9) Mengatasi masalah pelestarian species langka dan hampir punah. Dengan teknologi transplantasi nukleus, hewan / tumbuhan langka bisa dilestarikan. 2.3.2 Dampak Negatif Bioteknologi Bioteknologi mengandung resiko akan dampak negatif. Timbulnya dampak yang merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh potensi terjadinya aliran gen ketanaman sekarabat atau kerabat dekat. Di bidang kesehatan manusia terdapat kemungkinan produk gen asing, seperti gen cry dari

Bacillus thuringiensis maupun Bacillus sphaeericus dapat menimbulkan reaksi alergi pada tubuh manusia. Perlu dicermati pula bahwa insersi (penyisipan) gen asing ke genom inang dapat menimbulkan interaksi antar gen asing dan inang produk bahan pertanian dan kimia yang menggunakan bioteknologi (Shupnik, 2000). 1) Di bidang etika/ moral. Ada masyarakat yang menganggap bahwa menyisipkan gen suatu mahluk hidup ke mahluk hidup lain bertentangan dengan nilai budaya dan melanggar hukum alam. Misalnya kerusakan tatanan sosial masyarakat, ketika cloning pada manusia tidak terkendali. menimbulkan pertentangan berkepanjangan antara tokoh ilmuwan bioteknologi dengan tokoh-tokoh kemanusiaan dan agama. 2) Di bidang sosial ekonomi, menimbulkan kesenjangan antara negara/ perusahaan yang memanfaatkan bioteknologi dengan yang belum memanfaatkan bioteknologi. Persaingan internasional dalam perdagangan dan pemasaran produk bioteknologi. Persaingan tersebut dapat menimbulkan ketidakadilan bagi negara berkembang karena belum memiliki teknologi yang maju. Misalnya, sangat terasa dalam produk pertanian transgenik yang sangat merugikan bagi agraris berkembang. Hak paten yang dimiliki produsen organisme transgenik juga semakin menambah dominasi negara maju (tersingkirnya berbagai plasma nutfah alami/lokal. Flora dan fauna lokal "terdesak" oleh kehadiran flora dan fauna transgenik). 3) Di bidang kesehatan manusia terdapat kemungkinan produk gen asing seperti gen cry dari Bacillus thuringiensis maupun Bacillus sphaeericus, dapat menimbulkan reaksi alergi pada tubuh manusia, perlu di cermati pula bahwa insersi (penyisipan) gen asing ke genom inang dapat menimbulkan interaksi antar gen asing dan inang produk bahan pertanian dan kimia yang menggunakan bioteknologi serta munculnya penyakit-penyakit baru dan kerentanan terhadap penyakit akibat pemanfaatan tanaman / hewan transgenik. Dampak terhadap kesehatan Produk-produk hasil rekayasa genetika memiliki resiko potensial sebagai berikut: Gen sintetik dan produk gen baru yang berevolusi dapat menjadi racun dan atau imunogenik untuk manusia dan hewan.

Rekayasa genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom bermutasi dan bergabung, adanya kelainan bentuk generasi karena racun atau imunogenik, yang disebabkan tidak stabilnya DNA rekayasa genetik. Virus di dalam sekumpulan genom yang menyebabkan penyakit mungkin diaktifkan oleh rekayasa genetik. Penyebaran gen tahan antibiotik pada patogen oleh transfer gen horizontal, membuat tidak menghilangkan infeksi. Meningkatkan transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur utama penyebab penyakit. DNA rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan sebagai promoter sintetik yang dapat mengakibatkan kanker dengan pengaktifan oncogen (materi dasar sel-sel kanker). Tanaman rekayasa genetik tahan herbisida mengakumulasikan herbisida dan meningkatkan residu herbisida sehingga meracuni manusia dan binatang seperti pada tanaman. d. Dampak terhadap lingkungan Saat ini manusia mampu memasukkan gen ke dalam organisme lain dan membentuk "makhluk hidup baru" yang belum pernah ada. Pengklonan, transplantasi inti, dan rekombinasi DNA dapat memunculkan sifat baru yang belum pernah ada sebelumnya. Pelepasan organisme-organisme transgenik ke alam telah menimbulkan dampak berupa pencemaran biologis di lingkungan kita. Setelah 30 tahun Organisme Hasil Rekayasa Genetik (OHRG) atau Genetically Modified Organism (GMO) menimbulkan kerusakan yang ditimbulkannya terdokumentasikan dalam laporan International Specialty Products. Di antaranya: a. Tidak ada perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa genetik menurun sampai 20 persen dibandingkan dengan kedelai non-rekayasa genetik. Bahkan kapas Bt di India gagal sampai 100 persen. b. Tidak ada pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya penggunaan pestisida tanaman rekayasa genetik meningkat 50 juta pound dari 1996 sampai 2003 di Amerika Serikat.

c. Tanaman rekayasa genetik merusak hidupan liar, sebagaimana hasil evaluasi pertanian Kerajaan Inggris. d. Area hutan yang luas hilang menjadi kedelai rekayasa genetik di Amerika Latin, sekitar 15 hektar di Argentina sendiri, memperburuk kondisi karena adanya permintaan untuk biofuel. Meluasnya kasus bunuh diri di daerah India, meliputi 100.000 petani antara 1993-2003 dan selanjutnya 16.000 petani telah meninggal dalam waktu setahun. e. Pangan dan pakan rekayasa genetik berkaitan dengan adanya kematian dan penyakit di lapangan dan di dalam tes laboratorium. f. Herbisida roundup mematikan katak, meracuni plasenta manusia dan sel embrio. Roundup digunakan lebih dari 80 persen semua tanaman rekayasa genetik yang ditanam di seluruh dunia. g. Kontaminasi transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan menemukan penyerbukan tanaman rekayasa genetik pada non-rekayasa genetik sejauh 21 kilometer.

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 1. Pemanfaatan mikroba untuk kepentingan manusia telah ada sejak zaman sebelum masehi. Hingga sekarang manusia telah mengalami tiga periode perkembangan bioteknologi, yaitu periode bioteknologi tradisional, periode bioteknologi ilmiah, periode bioteknologi modern 2. Jenis produk yang dihasilkan dari aplikasi bioteknologi, pada bidang pertanian, bidang peternakan, bidang perikanan, bidang kesehatan dan pengobatan, pada bidang lingkungan, Pada Bidang Hukum. 3. Dampak perkembangan bioteknologi ada yang positif yaitu untuk kesejahteraan hidup manusia dan lingkungan, sedangkan dampak yang merugikan terhadap keanekaragaman hayati disebabkan oleh potensi terjadinya aliran gen ketanaman sekarabat atau kerabat dekat. 3.2 Saran Perkembangan bioteknologi dari masa ke masa selalu berkembang disesuaikan dengan kebutuhan hidup manusia serta perkembangan ilmu dan teknologi yang ada. Diharapkan para ilmuwan dan masyarakat lebih bijak dalam mengaplikasikan bioteknologi pada kehidupan dengan melihat sisi positif dan negative dari masing-masing produk bioteknologi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA Anonim (-). Manual of Progesterone Enzyme Immunoassay Kit . USA: Cayman Chemical Company. (2000). Instruction Manual OmniTags: Universal Streptavidin/Biotin Affinity Immnunostaining Systems. USA: Lipshaw. -, & Soejono, S.K. 2001. Pengaruh Curcumin dan Pentagamavunon-0 (PGV0) terhadap Steroidogenesis yang Dihasilkan oleh Kultur Sel Granulosa Berbagai Ukuran Folikel. Mediagama. Vol. III, No. 3. Hal.: 111. Artama, W.T. (2000). Teknik Hibridoma untuk Porduksi Antibodi Monoklonal. Makalah Kursus Immuno-bioteknologi. Yogyakarta: PAU UGM. A. T. Isaacs, N. Jasinskiene, M. Tretiakov, I. Thiery, A. Zettor, C. Bourgouin, A. A. James. 2012. PNAS Plus: Transgenic Anopheles stephensi coexpressing single-chain antibodies resist Plasmodium falciparum development. Proceedings of the National Academy of Sciences, 2012; DOI: 10.1073/pnas.1207738109 Avi Schroeder, Michael S. Goldberg, Christian Kastrup, Yingxia Wang, Shan Jiang, Brian J. Joseph, Christopher G. Levins, Sneha T. Kannan, Robert Langer, Daniel G. Anderson. Remotely Activated Protein-Producing Nanoparticles. Nano Letters, 2012; 12 (6): 2685 DOI:10.1021/nl2036047 Boenisch, T. (2001). Immunochemical Staining Methods. USA: Dako Corps. Carlson, Daniel F. 2012. Proceedings of the National Academy of Sciences . DOI:10.1073/pnas.1211446109 Galloway, J. M. 2012. Biotemplated Magnetic Nanoparticle Arrays.Small, 8: 204208. (online) (http://onlinelibra 627/abstract), diakses tanggal 24 Januari 2013. Nurcahyo, Heru. 2002. Strategi Pengembangan Sumber Daya Manusia Berorientasi pada Penguasaan Bioteknologi. Cakrawala Pendidikan. Edisi Khusus Dies Mei , 2002. Primrose, S.B. 2003. Modern Biotechnology. Oxford: Blackwell Scientific Publications. Pringgo, Soedigdo. 2000. Menyiapkan Para Ahli Biologi Guna Dapat Ikut dalam Pembangunan Bioteknologi di Indonesia. Makalah Seminar Biologi Molekuler 2000. Bandung: Kerjasama ITB dan Dirjen Dikti.

Roitt, I.M. 2000. Pokok-pokok Ilmu Kekebalan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Shupnik, M.A. 2000. Introduction to Molecular Biology. In: Fauser, B.C.J.M., Rutherford, A.J., Strauss, III., J.F., and Van Steirteghem, A. (eds.) Molecular Biology in Reproductive Medicine. The Parthenon Publishing Group. Smith, Lee B, Laura, Milne. 2012. Regulation of Sertoli Cell Microtubule Dynamics Is Essential for Spermiogenesis and Male Fertility . PLoS Genetics, 2012; 8 (5): e1002697 DOI: 10.1371/journal.pgen.1002697 Takayama, K., Fukaya, T., Sasano, H., Funayama, Y., Suzuki, T., Takaya, R., Wada, Y., and Yajima, A. 2000. Immunohistochemical Study of Steroidogenesis and Cell Proliferation in Polycystic Ovarian Syndrome. Hum. Reprod. Vol. 11, No.7. pp.: 1387-92. Tanaka, M., Critchley, K., Matsunaga, T., Evans, S. D. and Staniland, S. S. 2012. Fabrication of Lipid Tubules with Embedded Quantum Dots by Membrane Tubulation Protein. Small. (online) (http://onlinelibra 446/abstract), diakses pada tanggal 24 Januari 2013. Yalow, R.S. 2000. Radioimmunoassay of Hormones. In: Wilson, J.D., & Foster, D.W. (eds.) Williams Textbook of Endocrinology. 8th.ed. W.B. Saunders Company.

PERKEMBANGAN BIOTEKNOLOGI

MAKALAH Disusun untuk memenuhi tugas Bioteknologi yang dibina oleh Dr. Umie Lestari, M.Si

Oleh Kelompok 2 Moh. Imam S. Pristiana AFH Utari Minangkaning Putri Restuning Ropika Putri (120341521831) (120341521879) (120341521859) (120341521857)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JANUARI 2013

You might also like