You are on page 1of 16

RESUME

PSIKOLOGI PERKEMBANGAN

DISUSUN OLEH :
1. DUWI CAHYANI 08330011
2. ENDAH PUJI W. 08330012
3. FARIDATUL F. 08330013
4. GINANJAR EKO P. 08330014
5. IMAM KHUDORI 08330015

KELAS: FISIKA I-A

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN


ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
TAHUN 2008
I. PERANAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN ANAK

1. Hakekat anak sebagi manusia


Pada hakekatnya seorang manusia akan mengalami perkembangan.
Dimana di dalam perkembangannya ini juga membutuhkan orang lain. Si anak
membutuhkan orang lain yang membantu memperkembangkan keseluruhan
dirinya, sekalipun ia juga bergantung pada fase perkembangan si anak. Dan
orang lain yang paling utama dan bertanggung jawab adalah orang tua sendiri.
Merekalah yang bertanggung jawab memperkembangkan keseluruhan ekstensi
si anak, termasuk tanggung jawab orang tua ialah memenuhi kebutuhan si
anak baik dari kebutuhan psikis, seperti kebutuhan akan perkembangan
intelektual melalui pendidikan . dengan demikian si anak akan berkembang
tanpa ada gangguan hingga menjadi anak yang sehat ideal. Dari segi
intelektnya si anak memperlihatkan aspek-aspek tingkah laku yang baik.

2. Masalah yng dihadapi orang tua


Dalam kenyataannya sulitkah dapat dicapai sesuai dengan apa yang orang
tua dan masyarakat idam-idamkan, gambaran kepribdian si anak ternyata
berlainan dengan apa yang dicita-citakan orang tua. Kita merasa telah berbuat
seadil-adilnya terhadap semua anak, akan tetapi ternyata keadaan da perbuatan
anak lain sekali dari apa yang sebenarnya kita kehendaki. Hal ini sering timbul
menjadi masalah yang dihadapi orang tua dalam mendidik anak. Tetapi di
pihak lain, banyak orang tua yang bersikap acuh tak acuh dengan
perkembangan si anak. Mereka lebih sibuk dengan pekerjaan dan urusan
mereka. Padahal hal ini malah akan menjadi sumber masalah yang besar
dalam keluarga.

3. Prinsip orang tua dalam menghadapi anak


Peranan orang tua menuntut kita untuk berbuat sesuatu bagi si anak.
Dalam hal ini kita harus berpegang pada prinsip: bahwa dalam menghadapi
anak kita, kita akan selalu menemui cirri-ciri khas yang menyebabkan
perbedaan-perbedaan antara anak yang satu dengan anak yang lain. Jadi,
segala sesuatu yang akan kita berikan dalam bentuk perlakuan-perlakuan
haruslah memperhitungkan keadaan si anak agar bisa menerima bahwa kita
tidak setiap keinginannya dapat terpenuhi. Dengan demikian si anak akan
belajar menghadapi dan mengatasi kekecewaan-kekecewaan.

4. Pendidikan anak sebelum masa sekolah


Pendidikan diartikan bahwa kita sebagai orang tua harus berbuat untuk
perkembangan si anak secara keseluruhan ke arah kepribadian/tingkah laku
yang kita harapkan. Peranan dan tanggung jawab kita sebagai orang tua ini
haruslah dimulai sejak terbentuknya anak yang baru. Karena sejak saat itu si
anak mulai menerima pengaruh rangsangan dari luar. Si anak mulai
mempelajari bagaimana ia harus menerima, mengolah dan beraksi terhadap
suatu rangsangn. Perkembangan mental dan pemasakan fisik itu komponen-
komponen suatu keseluruhan yang integral. Dalam perkembangn mental
inilah anak memerlukan bantuan-bantuan yang intensif, terencana dengan
tepat karena aktifitas-aktifitas mentalnya memberi kemungkinan ada si anak
untuk mengintensifkan pola tingkah lakunya lebih lanjut.

II. DASAR-DASAR AKTIVITAS ANAK


Bila kita perhatikan tingkah laku anak-anak, baik tingkah laku yang
didasarkan oleh kehendak yang nyata, dengan perktaan lain suatu tingkah
laku yang disadari, maupun tingkah laku yang semata-mata merupakan
gerakan otot-otot dan kerangka badan (gerakan motoris). Suatu perbuatan
yakni tingkah laku yang berwujud, mungkin merupakan perbuatan
reflektoris ataupun perbuatan yang nyata didasari kehendak (motive/drive)
dengan demikian ada 3 faktor yang mendasari aktivitas-aktivitas manusia,
dan juga dapat diamati pada anak-anak yakni
a) peranan naluri dalam perbuatan
b) Reflek-reflek dan aktivitas tubuh
c) Kebutuhan kehendak

A. Peranan Naluru dalam Perbuatan


Dari berbagai perumusan yang diperoleh beberapa hal mengenai naluri
ini, yakni :
- Naluri itu sesuatu yang tidak dipelajari
- Naluri itu sebagai dasar timbulnya perbuatan, yang semakin
berkurang, bila anak itu berkembangan semakin dewasa
Bila dirumuskan maka naluri adalah ; pola-pola tingkah laku yang
kompleks yang tidak dipelajari, tetepi diperoleh dari kelahiran, dan
dapat terlihat pada seseorang.
Kemampuan naluruah berbeda dari kemampuan sebagai hasil tahap-
tahap perkembangan fisik domnaniah, perkembangan mental,
perkembangan sosial dan perkembangan karateristisnya, kalau bayi dan
anak lebih banyak perbuatan naluriahnya, maka pada orang dewasa
perbuatan-perbuatan ini sulit dapat diamati, kedulitan disebabkan
adanya kekaburan antara perbuatan-perbuatan refleksitoris, perbuatan-
perbuatan antisipatoris dan bahkan juga perbuatan-perbuatan intuitif.
Sesuai perkembangan yang menyeluruh si anak maka dasar-dasar
naluriah perbuatan-perbuaannya lambat laun berkurang dan sejajar
dengan ini mulailah tumbuh funsi-fungsi fisik yang sederhana sampai
kepada yang kompleks.

B. Refleks dan Aktifitas Tubuh


Pada umumnya gerakan-gerakan rekleksitoris ini bertujuan melindungi
diri dari kemungkinan-kemungkinan menerima rangsang-rangsang, baik
dari luar tubuh maupun dari dalam tubuh sendiri yang mungkin
mengancam kerusakan-kerusakan tubuh. Ataupun sesuatu yang tidak
menimbulkan keuntungan atau kesenangan seseorang ataupun juga
untuk memperoleh keuntungan akibat gerakan-gerakan refleks tersebut.
Dari haril-hasil peneyelidikan (IP Paviov) dibuktikan bahwa gerakan-
gerakan refleks ini berkembangan dan dapat dipindahkan dari satu
reflek ke refleks yang lain. Bertumpu pada pendapat sedemikian ini,
maka sementara ahli mengganggap bahwa tingkah-tingkah laku motoris
pada manusia tidal lain adalahhasil rangkaian perpindahan antara refleks
yang satu dengan refleks-refleks yang lain. Pendapat ini yang disebut
psikoreleksiologi. Menjadi dasar tumbuhnya suatu aliran yang terkenal
dengan nama kovionisme khususnya di Amerika, sekitar tahun 1912

C. Kebutuhan dan Kehendak


Kalau kedua faktor diatas banya sangkut pautnya dengan kehidupan
bayi dan anak kecil, maka faktor ketiga ini banyak menyangkit
aktivitas-aktivitas anak yang lebih besar.
Uraian ini didasrkan pada prinsip bahwa setiapperbuatan manusia selalu
dapat dikembalikan pada pertanyaan-pertanyaan. Dengan demikian
terdapat 3 faktor yang membentuk suatu lingkaran yang dikenal dengan
lingkaran motivasi, yaitu kebutuhan-tingkah laku-tujuan
Karena adanya kebutuhan, maka timbulah dorongan untuk bertingkah
laku dan tingkah laku ini diarahkan untuk mencapai seseuatu tujuan,
sehingga dengan demikian kebutuhan tersebut terpenuhi atau kehendak
itu terpuaskan dan tidak ada lagi dorongan, ketiganya ini dapat
digambarkan dalam suatu lingkaran motibasi sebagai berikut

A. Kebutuhan dan Sistem Kebutuhan


Kebutuhan adalah kekeurangan, artinya ada sesuatu yang kurang dan
oleh karena itu timbul kehendak untuk memenuhi atau mencukupunya,
kehendak ini dapat disampaikan pula dengan tenaga pendorong supaya
berbuat sesuatu , bertingkah laku. Banyak para ahli membagi-bagi atau
mengklasifikasikan sistem kebutuhan pada anak. Sistem kebutuhan ini
pada umumnya dapat diklasifikasikan dalam 2 golongan yakni :
1) Kebutuhan Psikologis – Organik
Kebutuhan fisiologis organis menyebabkan timbulnya semacam
tenaga atau kekuatan dalam bentuk dorongan yang menuntut untuk
bertingkah laku sebagai orang tia yang baik harus mengamati pola
makan anak, kalau akan makan dengan baik bila mereka menaruh 3
atau 4 kali lebih banyak garam dari pada jumlah garam yang
dibutuhkan anak-anak pada umumnya, dan sebagai tambahan
diberikan lagi setiap hari kepada nak tersebut sesendok garan
Contoh diatas ini menunjukkan beberap ahal kepada kita :
a) Tubuh anak laku-laki ini membutuhkan garam seuatu kebutuhan
fisiologis
b) Kebutuhan ini mendorong anak bertingkah laku sebagai usaha
untuk memperolehnya, seperti naik ke atas meja untuk
mengambil temapat garam atau berteriak-teriak
c) Tujuan tingkah laku anak itu adalah garam
Dan bila garam itu diperolehnya, kebutuhan fisiologisnya terpenuhi,
tetapi ini hanya untuk sementara karena pada saat-saat tertentu
kebutuhan ini muncul kembali

2) Kebutuhan Psikis
Kebutuhan ini tidak tersiri dari satu atau dua hal saja, melainkan
terdiri dari serangkaian kebutuhan, suatu sistema kebutuhan, oleh
karena kebutuhan ini mengikut pula pronsip lingkaran motivasi
sebagai mana diuraikan diatas. Maka setiap kebutuhan menciptakan
dorongan untuk bertingkah laku melakukan perbuatan-perbuatan
yang berwujud yang nyata dan bertujuan tertentu. Dan kerena
merupakan rangkaian kebutuhan yang banyak sekali, maka dapat
dimengerti betapa banya bentuk dan pola tingkah laku atau
perbuatan yang dapat diamati dan yang dapat dikembalikan pada
dasar pokoknya, yakni kebutuhan psikis.
Beberapa contoh kebutuhan psikis adalah :
a) Kebutuhan akan kasih sayang
b) Kebutuhan akan rasa aman, terlindungi, jauh dari perasaan takut,
cemas
c) Kebutuhan akan kebebasan menyatakan diri
d) Kebutujan mengadakan hubungan dengans esama teman
pergaulan
e) Kebutuhan akan rasa harga diri
Karena kebutuhan-kebutuhan psikis ini mengikuti pula prinsip-
prinsip lingkaran motivasi tersebut diatas, maka kebutuhan ini
menciptakan pula adanya kekuatan agar individu itu bertingkah laku
dengan demikian sampailah kita pada yang kedua.

B. Tingkah Laku
Yang dimaksud dengan tingkah laku disini ialah :
Setiap tindakan yang dipergunaan sebagai alat atau cara agar dapat
mencapai suatu tujuan. Sehingga kebutuhan terpenuhi atau suatu
kehendak terpuaskan alat atau cara ini dapat berwujud macam-macam.
Misalnya seorang anak yang lapar, ia dapat naik kekursi dan merah
makanan yang terdapat diatas meja dan kemudian memaksanya, tetapi
anak yang lapar ini dapat juga meminta kepada ibunya untuk
mengambilkan makanan, atau meminta uang untuk membeli makanan,
atau menangis dan kemudian berguling-guling di tanah “memaksa”
orang tuanya agar meluluskan kebutuhannya.
Banyak tingkah laku anak yang sebanarnya “alat” untuk memperoleh
sesuatu, sekalipun mungkin dan ada kalanya memang tidak disadari apa
yang dikehendaki atau apa yang sebenarnya menjadi tujuan tingkah
lakunya itu

C. Tujuan
Tujuan ini juga dapat berupa obyek yang konkret atau berupa sesuatu
yang abstrak. Bila seorang merasa lapar, maka tujuannya adalah
makanan. Bila seorang kesepian , maka tujuannya adalah bertemu
dengan orang lain. Dan bila tujuan-tujuan ini dapat diperoleh, maka
kebutuhan-kebutuhan terpenuhinya ini juga mungkin hanya untuk
sementara, karena pada saat lain kebutuhan-kebutuhan dapat timbula
lagi.

III. PROSES BELAJAR


A. Hubungan Antara Proses Belajar dan Perubahan
Belajar selalu mempunyai hubungan dengan perubahan, baik yang
meliputi keseluruhan tingkah laku yang terjadi pada beberapa aspek
kepribadiannya, perubahan ini dengan sendirinya dialami tiap-tiap
manusia, sejak manusia itu dilahirkan dan terjadi perubahan-perubahan
dalam arti perkembangan melalui fase-fasenya sejak saat itu
berlangsunglah proses belajar.
Belajar tidak selalu diartikan sebagai sesuatu yang sifatnya intelektual
(yaitu aspek itelligentia, kemampuan, kecakapan). Demikian juga aspek
emosi (kehidupan perasaan) bila kita pahami kesukaan itu adalah sesuatu
yang diperoleh dari proses belajar.
Dengan demikian terdapatlah hubungan yang bersifat probadi :
1) Kesempatan
2) Kemauan
3) Kemampuan
Sifat pribadi berhubungan dengan proses belajar adalah penginderaan

B. Perumusan Mengenai Belajar


Dibawah ini dikemukakan beberapa perumusan :
1. CT Morgan mengatakan tentang belajar :
Belajar adalah suatu perubahan yang relatif menetap dalam tingkah
laku sebagai akibat pengalaman masa lalu.
Tingkah laku yang kita perlihatkan adalah dari hasil kita
mempelajari, yang mengenai pelajaran-pelajaran sekolah, nilai
sosial, adat kebiasaan, maupun motof-motif (dorongan dari orang
lain)
2. RS. Woodworth tentang belajar adalah :
Belajar terdiri dari melakukan sesuatu yang baru, dan sesuatu yang
baru ini dicamkan (artinya dimasukkan dalam fungsi ingatan) oleh
individu yang ditampilkan kembali dalam kegiatan kemudian”
Dalam proses belajar ini tidak merupakan aktivitas yang khusus
melainkan aktivitas yang kompleks dan menyeluruh dan jangan
diartikan bahwa sesuatu aktivitas yang baru itu adalah semata-mata
hasil dari mempelajari hal ini terdapat juga proses-proses
kematangan, artinya hal yang baru itu, tingkah laku yang baru itu
berhasil diperlihatkan oleh adanya pengaruh-pengaruh kematangan

C. Teori Mengenai Proses Belajar


1. Belajar Secara Asosiatif
Proses belajar ini paling sederhana, karena hanya menyangkit soal-
soal asosiasi (berhubungan) antara sesuatu rangsangan dan
perbuatan kalau kita terangsang sesuatu maka terjadi hubungan
asosiatif antara rangsangan dengan apa yang ada di dalam ide (mind,
jiwa) kita ide merupakan kejiwaan seseorang
John locke mengemukakan bahwa pengalaman adalah identik
dengan masuknya sesuatu dari luar dirinya, maka faktor lingkungan
itu penting sekali. Dikemukanakn bahwa bayi yang baru lahir itu
ibarat secarik kertas putih. Bagaimana ujud atau isi kertas putih itu
tergantung pada bagaimana kertas itu kelak ditulis, jadi peranan luar
sangat penting dan mutlak dalam memperkembangkan proses
belakar di anak. Teori ini kemudian dikenal dengan teori tabula rasa

2. Belajar Menurut hukum pertautan


Hukum ini berlandaskan suatu pendapat bahwa belajar sebenarnya
merupakan rangkaian hubungan antara rangsangan dan tingkah laku
yang diperlihatkan
Dikemukakan bahwa dalam hal belajar terdapat 3 hukum yang
utama yaitu :
a. Hukum Kesiapan
Artinya kesiapan pada manusia yakni perkembangan dan
pemasukannya untuk menerima sesuatu dari luar. Bilamana telah
ada kesiapan dan kesediaan untuk menerima rangsang dari luar,
maka dapat terjadi pertautan (connection) dalam mengajar kita
harus mempunya kesiapan dari sudut kematangan dan kesiapan
yang berhubungan dengan kemauan
b. Hukum Pengulangan
Bila mana telah terjadi pertautan antara ada pada diri kita sengan
sesuatu dari luar
Dengan hukum pengulangan ini jelas diartikan bahwa
mempelajari sesuatu acap kalu harus berkali-kali. Dalam hal-hal
tertentu mungkin saja seseorang dapat mengartikan atau
melakuan sesuatu hanya dengan satu kali melihat dan
mempelajari, oleh sebab itu proses belajar itu harus diulangngi
dan diulangi lahi dengan selang-selang waktu tertentu
c. Hukum Efek
Bila sesuatu perbuatan menimbulkan kepuasan, maka kita akan
cenderung untuk mengingatnya dan melakukannya lagi,
sebaliknya bila suatu perbuatan tidak menimbulkan kepuasan,
maka kita akan cenderung untuk melupakan dan tidak
mengulangi lagi
3. Belajar secara bersyarat (Conditioning)
Belajar dapat dianggap sebagai salah satu pembentukan dengan jalan
menghubungkan suatu rangsangan yang kuat dan yang lemah secara
serempak
4. Proses Belajar tidak sengaja
Artinya tidak dengan tujuan khusus untuk mempelajari tetapi
sipelaku memperoleh sesuatu yang baru

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Belajar


1. Keadaan Khusus Seseorang
a. Kemampuan
Manusia berbeda dari manusia lainnya yaitu dalam hal
kemampuan, misal ada orang yang dikaruniai kemampuan yang
tinggi sehingga ia mudah mempelajari sesuatu atau sebaliknya
ada orang yang kemampuannya terletak pada taraf yang kurang,
sehingga mengalami kesulitan untuk mempelajari sesuatu
b. Kehendak/kemauan
Kehendak sangat mempengaruhi corak perbuatan yang akan
diperlihatkan seseorang sekalipun seseorang itu mampu
mempelajari sesuratu, tetapi bila ia tidak mau dan tidak ada
kehendak untuk mempelajari maka proses belajar tidak akan
terjadi

c. Umur
Pada umumnya diakui bahwa makin tua umur seseorang maka
proses perkembangan mentalnya makin bertambah baik, tetapi
proses perkembangan mental tidak secepat ketika berumur
belasan dan usia lanjut

2. Faktor-faktor yang berhubungan dengan cara belajar


Cara belajar dengan metode keseluruhan (whole/Gestalt method)
yaitu Belajar secara keseluruhan terlebih dahulu menuju kedetail-
detailnya secara begian pembagian (part method) yaitu mempelajari
bagai perbagian dahulu kemudian meluhat keseluruhan
E. Proses Belajar dan Ingatan
Antara proses belajar dan ingatan terdapat suatu hubungan yang erat.
Tidak mungkin kita dapat mempelajari sesuatu tanpa fungsi ingatan
sebagai salah satu aspek atau fungsi psikis. Proses belajar kita ketahui
mempunyai hubungan erat dengan pengertian perubahan. Perubahan-
perubahan ini dialami setapak demi setapak, yaitu : suatu rangsang
dipersepsikan, kemudian diingat atau dicamkan, baru menginjak ketahap
berikutnya yaitu dengan latihan.

F. Hubungan antara proses belajar dan kematangan


Perkembangan anak meliputi berbagai aspek yang dimiliki si anak
misalnya yang jelas adalah perkembangan fisik, badani, dari anak kecil
menjadi anak besar dan kemudian menjadi orang dewasa dalam arti
secara proporsional terjadi perkembangan-pertumbuhan tubuhnya.
Perkembangan ini tidak hanya mengenai aspek fisik, karena juga aspek-
aspek lain. Seperti berpikir, pengertian-pengertian sosial pengetahuan-
pengetahuan umum. Bahkan juga dalam kehidupan emosinya mengalami
proses-proses perkembangan
Kecuali itu perkembangan ini melalui sebuah fase, jadi proses yang
terjadi bertahap-tahap tiap fase ini memiliki ciri khusus, kalau dalam
perkembangan diarahkan untuk mencapai kematangan maka yang
dimaksud bukan kematangan yang dalam arti umum, yaitu matang
dalam arti dewasa atau mature sebagai tujuan akhir perkembangan
totalitas probadi pada si anak melainkan kematanan sesuai dengan fase-
fase perkembangannya
Kematangan yang dicapai pada setiap seseorang dicapai pada tiap-tiap
fase perkembangan meliputi berbagai aspek, maka mungkin saja satu
aspek telah mencapai taraf kematangan,sedangkan aspek lain masih
tertinggal kecuali diantara aspek-aspek lain juga saling mempengaruhi,

IV. BEBERAPA ASPEK MORALITAS PADA ANAK


Moralitas artinya keadaan nilai-nilai moral dalam hubungan dengan
kelompok sosoial berasal dari kata mores, artinya : tata cara dalam
kehidupan, adat istiadat, kebiasaan
Moral adalah sesuatu yang dipelajari seorang anak tidak mungkin
memperkembangkan nilai moral oleh dirinya sendiri, nilai moral diperoleh
dari luar, maka faktor-faktor yang mempengaruhi juga dari luar, antara lain :
a) Lingkungan rumah
Tingkah laku seorang anak dipengaruhi oleh sikap-sikap orang didalam
rumah dan sikap dalam hubungan antara orang-orang dalam rumah
dengan orang luar rumah
Orang dalam rumuah (keluarga) harus menciptakan suasana dimana
seorang anak dapat berkembang dengan baik. Apabila keluarga
menciptakan suasana yang buruk maka si anak juga akan berkembang
dengan buruk pula.
b) Lingkungan sekolah
Melalui sekolah seorang anak akan mengalami modifikasi dasar-dasar
kepribadian dan pola sikap anak yang telah berkembang. Dalam
sekolah, sikap guru dengan murid atau murid dengan murid akan
mempengaruhi perkembangan kepribadian seorang anak
c) Lingkungan teman-teman sebaya
Makin bertambahnya umur si anak, makin luas pula kesempatan untuk
berhubungan dengan teman sebanyanya dengan cara membentuk
keolompok. Apabila kelompok yang terbentuk kecil, maka terjadi
hubungan yang erat. Dengan eratnya hubungan itu maka pengaruh
kelompok makin besar terhadap anak itu. Sebaliknya jika kelompok
yang terbentuk itu makinbesar maka pengaruh kelompok makin kecil.
Hak itu disebabkan karena anggota-anggota kelompoknya yang tidak
tetap
d) Segi keagamaan
Pada awalnya anak merasa takut untuk melakukan perbuatan yang tidak
baik karena larangan-larangan orang tua atau guru agama, bahwa
perbutan yang tidak baik akan dihukum oleh Tuhan. Namun pada
perkembangan selanjutnya si anak akan lebih menghayati nilai-nilai
keagamaan dan mewujudkan dalam tingkah laku.
e) Aktivitas-aktivitas rekreasi
Aktivitas-aktivitas anak dalam mengisi waktu luangnya dianggap
sebagai sesuatu yang berpengaruh besar terhadap konsep-konsep
moralitas anak. Dalam hal ini misalnya membaca. Membaca dapat
membentuk konsep moralitas menjadi lebih baik, dapat pula mengubah
konsep-konsep moralitas yang sudah terbentuk menjadi lebih buruk.
Demikian pula fasilitas-fasilitas rekreasi seperti film, radio, televisi,
banyak mempengaruhi norma-norma moral si anak.

Fase-fase dalam perkembangan moral si anak


Tiap fase perkembangan mempunyai ciri-ciri moralitas yang telah dapat
dicapai oleh si anak sekalipun dalam hal ini tidak ada batasan yang jelas dan
lebih bergantung pada setiap individu anak

1) Moralitas pada anak usia 0 – 3 tahun


Pada mulanya seorang bayi tidak mempunyai moral. Dia tidak mengerti
norma-norma yang benar atau salah. Bayi bertingkah secara tidak sadar.
Pada umur 3 tahun, jika disiplin telah ditanamkan dengan baik maka ia
akan mengetahui perbuatan apa yang diperbolehkan karena benar dan
perbuatan apa yang dilarang karena salah
2) Moralitas pada anak 3 – 6 tahun
Pada masa ini dasar-dasar moralitas terhadap kelompok sosial harus
sudah terbentuk. Anak tidak lagi terus menerus diterangkan mengapa
perbuatan ini salah atau benar, tetapi ia ditujuakan bagaimana harus
bertingkah laku
3) Moralitas pada anak umur 6 sampai remaja
Pada masa ini baik laki-laki maupun perempuan belajar untuk
bertingkah laku sesuai dengan yang diharapkan oleh kelompoknya pada
umur 10 sampai 12 tahun anak dapat mengetahui alasan-alasan atau
prinsip-prinsip yang mendasari suatu peraturan. Kemampuannya telah
cukup berkembang untuk dapat membeda-bedakan macam-macam nilai
moral serta dapat menghubungkan dengan situasi-situasi yagn berbeda
pula.
Saat mendekati remaja, anak sudah mengembangkan nilai-nilai moral
sebagai hasil pengalaman di rumah dan dalam hubungan dengan anak
lain. Nilai-nilai ini sebagian akan menetap sepanjang hidupnya.

V. PENYESUAIAN DIRI DAN NORMA-NORMA KEHIDUPAN


1. Batas dan norma-norma
Kehidupan manusia dapat berlangsung oleh hubungan-hubungannya
yang terus menerus dan timbal balik dengan lingkungan hidupnya.
Dalam kelangsungan hubungan tersebut, dibatasi oleh adanya batas-
batas atau norma-normaw. Ada 2 macam norma yaitu, norma yang
disengaja dan norma yang tidak disengaja. Norma yang disengaja.
Norma yang tidak disengaja contoh norma sosial (adat kebiasaan)
2. Penyesuaian diri
Penyesuaian diri merupakan faktor yang penting bagi kehidupan
manusia dalam kelangsungan hidupnya dengan lingkungan sekitar.
Ada 2 macam kelompok penyesuaian diri
a. Yang adaptif/adaptasi (badani)
Artinya perubahan-perubahan dalam proses-proses badani (sendiri)
untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan.
b. Yang adjustif (psikis)
Artinya suatu bentuk penyesuaian yang lain, dimana tersangkut
kehidupan psikis kita.

3. Macam-macam norma dalam kehidupan


a. Norma hukum
- Bersumber dari hukum/pemerintah
- Ada dasar-dasar yang tertulis
b. Norma sosial
- Bersumber dari kebiasaan-kebiasaan sehari-hari
- Sanksi tidak tegas, biasanya berupa rasa malu, rasa kurang
hormat, dan lain-lain
- Tidak ada dasar-dasar yang tertulis
c. Norma sosial
Hampir mirip dengan normal sosial, akan tetapi dalam norma
moral biasanya dikaitkan dengan nilai keagamaan.

4. Faktor-fkator yang mempengaruhi penyesuaian diri


Ada 3 faktor yang mempengaruhi PD, yaitu :
a. Penyesuaian diri dipengaruhi oleh hal-hal yang dipengaruhi dari
kelahiran.
b. Penyesuaian diri yang dipengaruhi oleh kebutuhan-kebutuhan
pribadi
c. Penyesuaian yang dipengaruhi dari kebiasaan-kebiasaan

You might also like