You are on page 1of 6

Penyipat Datar 1) Definisi Pengukuran penyipat datar adalah mengukur tinggi elevasi atau perbedaan tinggi antara dua

bidang datar pada permukaan bumi. Demikian juga dengan ketinggian suatu tempat yang menunjukan jarak vertikan antara satu titik dengan suatu bidang datar. Contohnya permukaan rata-rata air laut. Ketelitian penentuan ukuran tergantung pada alat-alat yang digunakan serta pada ketelitian pengukuran dan yang dapat dilaksanakan. 2) Jenis-jenis penyipat sederhana a) Penyipat datar dari kayu b) Penyipat datar dari logam c) Penyipat datar yang memakai unting-unting d) Penyipat datar dari tabung plastik 3) Ada tiga macam pekerjaan sipat datar atau waterpassing, yaitu: a) Sipat datar memanjar/waterpassing berantai b) Sipat datar profil c) Sipat datar lapangang 4) Alat yang digunakan untuk pengukuran tersebut disebut penyipat datar. Adapun penyipat datar dapat dibedakan sebagai berikut: a) Dumpy level (tipe kekar) b) Tilting level (tipe jungkit) c) Automatic level (tipe otomatis) d) Reversibel level (tipe) e) Precision level (tipe teliti) Jenis rambu f) Rambu ukur terbuat dari kayu atau campuran logam alumunium yang diberi skala pembacaan. Ukurannya, tebal 3 cm 4 cm, lebarnya kurang lebih 10 cm dan panjang 2 m, 3 m, 4 m, dan 5 m, pembacaan dilengkapi dengan angka dari meter, desimeter, sentimeter, dan milimeter. Rambu ukur diperlukan untuk mempermudah/membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan

permukaan tanah. Pada bagian bawah diberi sepatu, agar tidak aus karena sering dipakai. g) Rambu untuk pengukuran sipat datar (leveling) diklasifikasikan ke dalam 2 tipe, yaitu: h) 1. Rambu sipat datar dengan pembacaan sendiri i) a) Jalon j) b) Rambu sipat datar sopwith k) c) Rambu sipat datar bersendi l) d) Rambu sipat datar invar m) 2. Rambu sipat datar sasaran

n) o) Gambar Rambu Ukur p) Rambu ukur dibagi dalam skala, angka-angka menunjukan ukuran dalam desimeter. Ukuran desimeter dibagi dalam sentimeter oleh E dan oleh kedua garis. Oleh karena itu, kadang disebut rambu E. Ukuran meter yang dalam rambu ditulis dalam angka romawi. Angka pada rambu ukur tertulis tegak atau terbalik. Pada bidang lebarnya ada lukisan milimeter dan diberi cat merah dan hitam dengan cat dasar putih agar saat dilihat dari jauh tidak menjadi silau. Meter teratas dan meter terbawah berwarna hitam, dan meter di tengah dibuat berwarna merah. Fungsi rambu ukur adalah sebagai alat bantu dalam menentukan beda tinggi dan mengukur jarak dengan menggunakan pesawat. Rambu ukur biasanya dibaca langsung oleh pembidik.

q) r) Rambu di lapangan dapat dibagi menjadi 2 bentuk yaitu : s) 1. Rambu negatif (-): adalah rambu yang angka-angkanya terbalik(tetapi nolnya tetap dibawah). Rambu ini digunakan dengan pesawat penyipat yang belum mempunyai lensa pembalik. Misalnya pada pesawat datar tipe lama. Contoh : wild, cern. t) 2. Rambu positif (+) : rambu positif adalah rambu yang angka-angkanya tidak terbalik (n0rmal) digunakan pada pesawat penyipat datar yang sudah mempunyai lensa pembalik. Contoh Topcon, TL 20 F, NICON, dan theodolite TL dan sebagainya.

u)

Cara membaca rambu Untuk mendapatkan jarak maupun beda tinggi sebuah titik maka kita harus melakukan pengukuran dengan menggunakan penyipat datar yang dilengkapi dengan rambu ukur. Data yang di dapat dari pembacaan rambu ukur yaitu Ba (Benang atas), Bt (Benang tengah) dan Bb (Benang bawah).

Gambar Pembacaan Benang Oleh Teropong Contoh :

. Pembacaannya Ba = 0,875, Bt = 0,975 dan Bb = 0,715 Pengukuran untuk mendapatakan angka di depan koma (0,000) harus berpatokan pada keberadaan benang atas, benang tengah dan benang bawah, pada tiap-tiap kolom 10 cm. Angka yang menjadi patokan adalah satu angka dibelakang koma misalnya untuk pembacaan benang atas 0,875 maka pembacaannya adalah 0,8. Pembacaan rambu kebenarannya sangat diperlukan untuk mendapatkan beda tinggi dan jarak yang sesuai di lapangan. Kebenaran pembacaan rambu tersebut dapat di tentukan dengan koreksi pembacaan apakah pembacaan ketiga benangnya benar atau salah. Koreksi tersebut rumusnya adalah :
Bt = Ba Bb 2

Dengan:

Ba=Benang atas Bt=Benang tengah Bb=Benang Bawah

Penentuan Beda Tinggi Antara Dua Titik Beda tinggi antara dua titik dapat diartikan sebagai : (1) Jarak vertikal antara dua garis mendatar yang melalui ke dua titik yang dimaksud (Lihat Gambar a) (2) Perbedaan jarak dari masing-masing titik yang dimaksud ke suatu garis mendatar tertentu yang dijadikan sebagai acuan (Lihat Gambar b)

Pada ukur tanah alat ukur waterpas merupakan alat yang paling umum digunakan dalam penentuan beda tinggi antara dua titik atau lebih. Ketinggian bacaan benang diafragma mendatar atau yang sering dikenal sebagai bacaan benang tengah yang menunjukkan ketinggian garis bidik digunakan sebagai garis mendatar acuan. Oleh karena itu penentuan beda tinggi dengan alat ini mengikuti prinsip dasar 2. Ketinggian garis bidik tersebut di setiap titik yang diukur diketahui dari bacaan rambu atau tinggi alat, tergantung dari cara menempatkan alat. Ada 3 cara menempatkan alat pada penentuan beda tinggi dengan waterpas, yaitu : (a) Alat didirikan diantara dua titik yang akan diukur beda tingginya dalam satu garis lurus. Dengan cara ini setelah alat diatur memenuhi syarat untuk dibidikan bidikan ke titik 1 sebagai titik awal atau patokan yang biasa disebut sebagai bidikan belakang (BK), kemudian bidikan dilakukan ke titik 2 atau titik berikutnya, sebagai bidikan muka (BM) Beda tinggi dihitung dengan persamaan : Beda tinggi = | BM - BK |

(b) Alat didirikan di salah satu titik yang akan diukur beda tingginya. Dengan cara ini setelah alat didirikan di salah satu titik yang akan diukur dan diatur sampai memenuhi syarat untuk dibidikan, diukur tingginya (Hi), kemudian dibidikan ke titik pengukuran lainnya sebagai bidikan muka (BM). Beda tinggi dihitung dengan persamaan : Beda tinggi = | BM - Hi | (c) Alat didirikan diantara dua titik yang akan diukur beda tingginya tapi tidak dalam satu garis lurus. Pelaksanaan dan perhitungan beda tinggi dengan cara ini sama dengan cara (a) Perlu diingat lagi bahwa pada setiap melakukan pembidikan, alat harus tetap memenuhi syarat : Sumbu kesatu dalam keadaan tegak dan Garis bidik sejajar garis nivo. Dari tiga cara menempatkan alat pada penentuan beda tinggi dengan waterpas, cara yang meletakkan alat ukur penyipat datar diantara dua mistar adalah yang memberikan hasil paling teliti, karena kesalahan yang mungkin masih ada pada pengaturan dapat saling diperkecil, apalagi bila jarak antara alat ukur penyipat datar ke dua mistar dibuat sama, akan hilanglah pengaruh tidak sejajarnya garis bidik dan garis arah nivo. Pengukuran ini disebut menyipat datar dari tengah-tengah.

You might also like