You are on page 1of 22

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.

1 Februari 2012

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK DALAM PERSPEKTIF PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA HAFID ZAKARIYA.SH.MH DOSEN STIA SETIH SETIO MUARA BUNGO,NIDN 1008067802 ABTRAKSI
As part of the Intellectual Property Right brand has a function that is very important and strategic for business people, functions not only as a differentiator from one product to another product but also as a corporate asset huge economic value?This stady aims to determine and analyzing brand arrangement according to laws and regulations in Indonesia and also aims to scrutinize and analyze the legal protection of brand owners in laws and regulations in Indonesia. Based on these objectives formulated the following issue: How are the brands in perudang rules and regulations in Indonesia?. How can legal protection of brand owners in laws and regulations in Indonesia. In answer to these problems used approach to legislation, approach to history and conceptual approaches. From the results of discussions on the question above, then concluded as follows: 1. The regulation of the brand in the Law No. 15 of 2001 on Marks have set well but nevertheless there is a lack of trouble setting up the right to request an extension of the brand for brand owners who had registered too late to do an extension, setting of delay is important because it will provide legal protection to owners brands that have been registered. 2. The regulation of legal protection against pemlik brand not only given to registered trademark owners, but also be given to owners of unregistered trademarks of preventive legal protection mechanisms as well as trademark registration and protection of brand extension in a repressive law by using the efforts of civil and criminal attempt. Based on the conclusions recommended the government to reform the law of Law No. 15 of 2001 primarily on setting up the delay in doing brand extension.

Key : Perlindungan Hukum, pemilik merek.


A. Latar Belakang Masalah Pada awalnya merek hanyalah sebuah tanda agar konsumen/pengguna barang dan jasa dapat membedakan produk barang/jasa satu dengan yang lainnya. Dengan merek konsumen/pengguna lebih mudah untuk mengingat sesuatu yang dibutuhkan dan dengan cepat dapat menentukan dan mengambil keputusan barang atau jasa apa yang akan dibelinya. Dalam perkembangannya dimasa sekarang peran merek berubah, Merek bukan sekedar tanda, melainkan gaya hidup (lifestyle)1. David A. Aaker, mengatakan Nothing is more emotional than a brand whitin an organization2. David memberikan penekanan pada pentingnya merek bagi sebuah bisnis maupun organisasi.

Venantia Sri Hadinianti, Hak kekayaan Intelektual: Merek dan Merek Terkenal, http://www.atmajaya.ac.id/content .asp?f=23&id=5212 diakses tanggal 20 Januari 2011 2 Ibid

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

Sebagai bagian dari Hak Atas Kekayaan Intelektual (HaKI) merek memiliki fungsi yang sangat penting dan strategis bagi para pelaku usaha. Fungsi merek tidak hanya sekedar untuk membedakan suatu produk dengan produk yang lain, melainkan juga berfungsi sebagai aset perusahaan yang tidak ternilai harganya. Merek baik barang maupun jasa yang sudah dikenal dan laku di pasaran akan cenderung membuat produsen atau pengusaha lainnya memacu produknya bersaing dengan produk merek tersebut, bahkan dalam hal ini melakukan tindakan yang tidak baik yaitu dengan melakukan persaingan usaha secara tidak sehat (unfair competition). Bagi pemilik merek sebuah merek dapat dianggap sebagai roh bagi suatu produk barang dan jasa3. Merek sebagai tanda pengenal atau tanda pembeda dapat menggambarkan jaminan kepribadian (individuality) dan reputasi barang dan jasa hasil usaha pemilik merek sewaktu diperdagangkan. Apabila dilihat dari sudut pemilik merek. Merek digunakan sebagai jaminan hasil produksinya, khususnya mengenai kualitas, disamping untuk promosi barang-barang dagangannya guna mencari dan meluaskan pasar. Selanjutnya, dari sisi konsumen, merek diperlukan untuk melakukan pilihan-pilihan barang yang akan dibeli, sehingga jika barangnya memiliki merek yang baik maka semakin menambah kepercayaan konsumen4. Apabila suatu barang dan atau jasa tidak memiliki merek tentu saja produk yang bersangkutan tidak akan dikenal oleh konsumen. Oleh karena itu suatu produk yang berkualitas ataupun yang tidak tentu memiliki merek. Bahkan tidak menutup kemungkinan, merek yang telah dikenal luas oleh masyarakat karena mutu dan kualitasnya serta harga yang komperatif akan selalu diikuti, ditiru, dipakai mereknya hal ini merupakan bentuk persaingan yang tidak sehat5. Istilah merek diartikan sebagai tanda atau simbol yang berupa gambar, nama kata, huruf, angka, susunan warna atau kombinasi warna dari unsur-unsur tersebut yang memiliki daya pembeda dan digunakan dalam kegiatan perdagangan baik barang maupun jasa6. Berdasarkan definisi tersebut yang menarik adalah dalam merek tersebut haruslah memiliki daya pembeda dan yang hanya dilindungi adalah baik barang maupun jasa, hal ini wajar karena yang menjadi tren perdagangan sekarang ini tidak hanya barang saja namun juga jasa seperti jasa perbankan, jasa angkutan darat laut dan udara, jasa salon dan lain-lain. Dalam era pasar bebas sekarang ini perdagangan antar negara semakin bebas, Indonesia banyak berdatangan merek-merek baru dari luar negeri. Tidak hanya dari Negara Eropa seperti Gucci, Mercedes Benz, dan Siemen yang masuk ke Indonesia, juga brand terkenal dari Negara Asia tidak kalah bersaing untuk masuk. Sebut saja Giordono dari Hongkong, Bread Talk dari Singapura, Choo dari Malaysia, dan masih banyak lagi. Di dalam negeri sendiri juga banyak merek-merek yang sudah dikenal luas seperti merek-merek jamu-jamu tradisional yang namanya terkenal tidak hanya di Indonesia namun juga di luar
Insan Budi Maulana, Sukses Bisnis Melalui Merek, Paten,dan Hak Cipta, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997, hal.60. 4 Wiratmo Dianggoro, Pembaharuan Undang-Undang Merek dan Dampaknya bagi Dunia Bisnis, Artikel pada Jurnal Bisnis, Vol 2, 1997, hal .34. 5 Insan Budi Maulana, Op.Cit.,hal.60.
6 3

Defenisi tersebut dalam Pasal 1 angka (1) Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek.

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

negeri seperti: Sido Muncul dan juga jasa-jasa perhotelan seperti Hotel Sahid Raya yang kesemuanya adalah merek dagang dan jasa yang telah terdaftar sebagaimana ditentukan oleh Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek, merek tersebut sudah memiliki pangsa pasar yang luas di beberapa Negara. Kehadiran globalisasi ekonomi itu menuntut untuk tanggap dan mengerti apa yang harus dilakukan salah satunya adalah membuat aturan hukum yang dapat melindungi merek dari dalam maupun dari luar negeri. Maka kehadiran Undang-Undang No.15 Tahun 2001 ini merupakan upaya nyata dalam melakukan perlindungan hukum bagi pemilik merek di Indonesia. Dalam sejarahnya, Indonesia telah mengatur tentang merek ini sejak tahun 60an, yang mana pengaturan itu melalui Undang-Undang dan peraturan pelaksananya, dalam perkembangannya Undang-Undang Merek mengalami perubahan penyesuaian dengan kebutuhan nasional maupun internasional, Pengaturan merek ini awalnya diatur dengan Undang-Undang No. 21 Tahun 1961 kemudian diubah menjadi Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 Kemudian diubah lagi dengan Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 dan terakhir diubah dengan Undang-Undang No. 15 Tahun 2001. Latar belakang diberlakukannya Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 ini didasarkan telah bergabungnya Indonesia di organisasi perdagangan dunia yaitu World Trade Organization atau disingkat WTO, pengaturan melalui undang-undang ini sebagai bentuk sinergisitas antara undang-undang merek yang ada di Indonesia dengan ketentuan-ketentuan Agreement on Trade Relative on Aspec Intelectual Properti Right atau lebih dikenal dengan TRIPs, TRIPs ini merupakan konsewensi logis bagi anggota WTO di seluruh dunia7. Disamping itu juga ada yang mempengaruhi perubahan Undang-Undang merek yaitu Paris Convention for the Protection of Indrustri Property atau sering disebut Paris Convenan dan juga Tradmark Law Triaty. Pengaturan tentang merek melalui undang-undang menunjukan adanya keinginan dari pemerintah untuk melindungi pemilik merek baik yang ada didalam maupun luar negeri, perlindungan tersebut dituangkan dalam pasal-pasal yang ada dalam Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang merek. Perlindungan hukum itu bertujuan untuk memberikan kepastian hukum dan memberikan rasa keadilan bagi pemilik merek yang telah mendaftarkan mereknya sehingga oleh Negara diberikan hak atas merek sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 3 UndangUndang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek menentukan : Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negera kepada pemilik merek yang terdaftar dalam daftar umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memerikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Hak atas merek yang diberikan Negara tersebut memberikan keleluasaan kepada pemilik merek untuk menggunakannya dan atau melakukan memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakan merek tersebut dengan kesepakatan-kesepakan yang saling menguntungkan. Untuk dapat memiliki hak atas merek pemilik merek yang belum terdaftar harus mendaftarkan mereknya kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual, dengan
Agung Indrianto. Implikasi memberlakukan perjanjian NICE mengenai klasifikasi barang dan jasa dalam pelaksanaan pendaftran merek di Indonesia, majalah media HaKI Bulan Desember hal. 14.
7

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

didaftarkannya merek dan mendapatkan sertifikat merek, kemudian merek tersebut diumumkan dalam melalui Daftar Umum Merek maka pemilik merek tersebut mendapat perlindungan selama 10 (Sepuluh tahun ). Perlindungan hukum terhadap pemilik merek terdaftar tersebut sebagaimana diatur dalam Pasal 28 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek yang menentukan : Merek terdaftar mendapat perlindungan hukum untuk jangka waktu 10 (sepuluh) tahun sejak Tanggal Penerimaan dan jangka waktu perlindungan itu dapat diperpanjang. Jika melihat dalam pasal 28 menunjukan keleluasaan dalam memperpanjang merek tersebut artinya sepanjang masih ingin digunakan maka pemilik merek terdaftar dapat memperpanjangnya. Perpanjangan hak atas merek oleh pemilik merek terdaftar tersebut adalah dengan mengajukan permohonan secara tertulis oleh pemilik merek atau kuasanya dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan bagi pemilik merek terdaftar, hal ini sebagaimana diatur dalam Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek. Berdasarkan pemikiran diatas maka peneliti akan merumuskan judul : Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Merek Dalam Perspektif Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaturan merek menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia ? 2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap pemilik merek menurut peraturan perundangundangan di Indonesia ? C. Tujuan Penelitian. 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaturan merek menurut peraturan perundangundangan di Indonesia. 2. Untuk menganalisis dan mengkritisi pengaturan perlindungan hukum terhadap pemilik merek menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia. D. Manfaat penelitian. 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terhadap pengaturan perlindungan hukum terhadap pemilik merek di Indonesia. 2. Hasil penelitian dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu pengetahuan utamanya mengenai kekayaan intelektual. E. Metode Penelitian. 1. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif yaitu penelitian dengan meneliti bahan hukum. Penelitian hukum normatif meliputi bentuk penelitian beberapa hal yaitu asas-asas hukum dan norma hukum, sistematika hukum, sinkronisasi vertikal dan horizontal, perbandingan hukum dan sejarah hukum. Dalam penelitian ini peneliti meneliti asas hukum dan norma hukum yang berhubungan dengan pengaturan perlindungan hukum terhadap pemilik merek. 2. Metode Penelitian

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

Metode pendekatan yang digunakan peneliti adalah sebagai berikut, pendekatan perundang-undangan, pendekatan sejarah, pendekatan konseptual : a. Pertama : Pendekatan perundang-undangan, menurut Peter Mahmud Marzuki8. Pendekatan perundang-undangan didefinisikan suatu penelitian yang akan menganalisis secara terperinci jelas, dan lugas tentang herarkhi dan asasasas dalam peraturan perundang-undangan. Dalam penelitian ini yang berkaitan dengan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan merek b. Kedua: Pendekatan sejarah, pendekatan ini dilakukan untuk melacak pengaturan dalam peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pemilik merek. Dalam perspektif sejarah ada dua interpretasi terhadap peraturan perundang-undangan yaitu interpretasi menurut sejarah hukum. Peneliti akan menggunakan kedua pendekatan tersebut untuk menganalisis perlindungan hukum terhadap pemilik merek. c. Ketiga: Pendekatan konseptual, dalam penelitian ini peneliti berawal dari konsep atau teori-teori hasil pemikiran para ilmuwan hukum atau para pakar hukum di bidang hak kekayaan intelektual pada umumnya dan hasil pemikiran ilmuwan hukum pada khususnya dalam bidang merek. Adapun pemikiran tersebut terdapat pada buku, makalah, jurnal, website, laporan seminar. Menurut Peter Mahmud Marzuki9 Pendekatan konseptual dilakukan manakala peneliti tidak beranjak dari aturan hukum yang ada. Hal ini dilakukan karena belum atau tidak ada aturan hukum untuk masalah yang dihadapi. 3. Sumber Bahan Hukum Penelitian ini menggunakan tipe penelitian normatif, dalam penelitian normatif dibutuhkan bahan hukum yang kemudian di kumpulkan dan dianalisis, adapun bahan hukum tersebut berupa : a. Bahan hukum primer yang terdiri atas peraturan perundang-undangan di bidang Hak Kekayaan Intelektual khususnya dalam bidang merek baik berupa Undang-undang dan aturan pelaksanaanya maupun yurisprudensi atau putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap . b. Bahan hukum sekunder yang terdiri dari hasil pemikiran yang tertuang dalam buku, makalah, jurnal, majalah, website, maupun karya yang lain yang berkaitan dengan merek terkenal. c. Bahan hukum tersier yang berupa kamus, ensiklopedi, terminologi hukum dan bahan hukum tersier yang lain yang berkaitan dengan masalah merek.

4. Pengumpulan Bahan Hukum.

8 9

Periksa, Peter Mahmud Marzuki,Penelitian Hukum,Kencana Prenada ,Media Group,Jakarta,2007,hal .96. Peter Mahmud Marzuki.Op.Cit, hal. 137

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

Bahan hukum baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier dilakukan koding atau pencatatan dalam kartu-kartu secara sistematis berdasarkan topik dalam rumusan masalah kemudian melakukan inventarisasi dan klasifikasi dengan menyesuaikan dengan masalah yang diteliti. Kemudian hasil pengumpulan bahan hukum tersebut dianalisis secara sistematis sehingga peneliti dapat melakukan intepretasi hukum. 5. Teknik Analisis Bahan Hukum. a. Dalam melakukan analisis bahan hukum yang telah dikumpulkan, peneliti melakukan langkah-langkah sebagai berikut : b. Melakukan Intepretasi semua peraturan perundang-undangan baik dalam bentuk undang-undang dan aturan pelaksananya dan juga yurisprudensi dan putusan pengadilan yang sudah berkekuatan hukum tetap yang berkaitan dengan merek. c. Menilai bahan-bahan hukum yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pemilik merek. d. Melakukan evaluasi peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap pemilik merek.

F.PEMBAHASAN 1. URGENSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK Merek merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari hak kekayaan intelektual yang dilindungi oleh undang-undang, setiap orang harus menghormati merek milik orang lain. Hak atas merek yang telah dimiliki oleh pemilik merek tidak boleh digunakan oleh orang lain tanpa seizin pemilik merek, perlindungan hukum atas pemilik merek merupakan hal yang sangat penting karena ini menjadi jaminan bagi pemilik merek untuk menggunakan dan memanfaatkan mereknya secara tenang, perlindungan ini juga sebagai bentuk kepastian hukum bagi pemilik merek, dengan adanya perlindungan hukum tersebut akan semakin memberikan kebebasan pemilik merek untuk terus mengekploitasi hak merek yang telah didapatkan dari Negara. Sistem Perlindungan hukum atas pemilik merek terdapat unsur-unsur sebagai berikut : 1.Subyek perlindungan yaitu pemilik merek, aparat penegak hukum, pejabat pendaftar 2.Obyek perlindungan, dalam perlindungan merek ini yang menjadi obyek perlindungan adalah merek. 3. Pedaftaran perlindungan, untuk dapat dilindungi atas mereknya maka merek harus didaftarkan sehingga memiliki hak atas merek. 4. Jangka waktu perlindungan, untuk perlindungan hukum atas pemilik merek undang-undang memberikan perlindungan selama 10 tahun dan dapat diperpanjang lagi.

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

1.

2.

3. 4.

5. 6. 7.

5.Tindaan hukum, pemilik merek memiliki hak untuk mempertahankan hak atas mereknya baik melalui upaya hukum pidana maupun perdata dan atau administrasi10. Pengaturan perlindungan hukum terhadap pemilik merek diatur dalam Undangundang No.15 Tahun 2001, yang mana undang-undang ini perubahan atas Undangundang No.14 Tahun 1997, dan sebagai bentuk penyesuaian terhadap pengaturan internasional. Adapun tujuan dari perlindungan atas pemilik merek adalah sebagai berikut11 : Memberikan kepastian hukum bagi pemilik merek. Kepastian hukum dimaknai sebagai bentuk penghindaran dari kesewenang-wenangan oleh siapapun, baik oleh orang atau oleh badan hukum dalam arti privat maupun dalam arti publik. Menurut Muchtar Kusumaatmadja menyatakan bahwa tujuan hukum adalah melindungi manusia secara pasif yaitu mencegah tindakan sewenang-wenang dari manusia lain12. Menjamin rasa keadilan bagi pemilik merek yang telah bersusah payah menciptakan merek dan telah mendaftarkannya kepada pemerintah. Merek untuk barang maupun jasa adalah hasil kreasi olah fikir yang bertujuan untuk membedakan barang atau jasa milik orang lain, hasil kreasi yang telah diciptakan atau dibuat itu agar dilindungi oleh Negara malalui aturan hukum maka orang atau badan hukum melakukan pendaftaran terhadap atas hasil kreasinya tersebut, maka untuk itu orang atau badan hukum yang telah melakukan hal itu patut mendapatkan keadilan, Keadilan menurut teori etis merupakan bentuk dari tujuan hukum13. Keadilan menurut Aristoteles terbagi menjadi dua yaitu keadilan distributive dan keadilan Komulatif , keadilan distributif adalah keadilan yang diberikan kepada seseorang karena jasa-jasa apa yang pernah dilakukannya. Seperti apa yang dilakukan oleh orang yang telah mendapatkan hak atas mereknya karena mau mendaftarkan mereknya. Keadilan komulatif adalah keadilan yang didasarkan atas pembagian yang sama rata tanpa mempertimbangkan jasa-jasanya14 Memberikan penghargaan kepada pemilik merek untuk terus melakukan inovasi merek sehingga mampu meningkatkan ekonomi. Mendorong tumbuhnya kreatifitas dalam menciptakan merek-merek baru atau mendorong bagi mereka yang secara sosiologis telah memiliki merek namun belum didaftarkan maka dengan adanya perlindungan hukum akan memacu masyarakatnya untuk mendaftarkan mereknya. Mencegah adanya penyalahgunaan dan pelanggaran atas merek orang lain yang bukan menjadi haknya. Memberikan sanksi hukum secara tegas kepada para pelanggar atas hak merek pemilik merek. Memberikan kepastian bagi pemilik merek untuk memberikan izin kepada pihak lain yang akan menggunakan merek milik pemilik merek.
10 11 12 13 14

Periksa, Abdulkadir Muhammad, Op.Cit. hal.144. Periksa, Periksa, Iswi Harini,Op.Cit. hal.25. Periksa. Titik Triwulan Tutik, Pengantar Ilmu Hukum,Prestasi Pustaka Publiser, Jakarta,2006, hal.33. Ibid.hal.33. Periksa,Ibid.hal.33.

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

8. Mendorong tumbuh kembangnya investasi asing diIndonesia karena dengan adanya perlindungan hukum atas pemilik merek, maka investor asing merasa terlindungi dan tidak segan-segan berinvestasi di Indonesia sehingga akan meningkatkan ekonomi nasional. 9. Perlindungan hukum ini juga bertujuan untuk pemenuhan atas konsekwensi logis sebagai anggota-anggota WTO yang didalamnya terdapat perjanjian TRIPs, sehingga jika perlindungan hukum selaras dengan WTO akan menjadikan Indonesia menjadi Negara yang melaksanakan kesepakatan-kesepakan internasional.

2. BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMILIK MEREK 2.1. Perlindungan Hukum Terhadap Merek Secara Preventif a. Prosedur dan Tata Cara Pendaftaran Merek Merek merupakan hak khusus yang diberikan Negara kepada mereka yang mendaftarkan mereknya kepada pemerintah, pemberian merek oleh Negara dengan cara harus didaftarkan terlebih dahulu diatur dalam Pasal 3 Undang-undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek, yang menyatakan. Hak atas merek adalah hak eksklusif yang diberikan oleh Negara kepada pemilik merek yang terdaftar dalam umum merek untuk jangka waktu tertentu dengan menggunakan sendiri merek tersebut atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakannya. Jika merujuk dalam pasal 3 tersebut diatas sangat jelas bahwa hak atas merek merupakan hak yang ekslusif yang diberikan Negara kepada para pemilik merek yang sudah terdaftar dalam daftar umum dan dalam waktu yang sudah ditentukan. Pemilik merek yang telah terdaftar tersebut memiliki hak untuk menggunakan merek tersebut baik untuk kepentingan sendiri atau memberikan izin kepada pihak lain untuk menggunakan merek tersebut, dalam penjelasan pasal 3 tersebut menjelaskan bahwa pihak lain yang dapat diberikan izin menggunakan merek tersebut adalah seseorang, beberapa orang secara bersama-sama atau badan hukum15. Dalam melakukan pendaftaran merek tersebut haruslah memiliki itikad baik, perihal itikad baik ini diatur dalam Pasal 4 Undang-undang No.15 Tahun 2001 yang menyatakan : Merek tidak dapat didaftar jika diajukan oleh pemohon beritikad tidak baik, bahwa untuk menentukan siapa pemohon itu adalah orang atau sekumpulan orang atau badan hukum, pemohon tersebut untuk dapat mendaftarkan hasil kreasinya untuk menandai barang atau jasanya harus memiliki itikad yang baik16. Penjelasan tentang Pemohon yang beritikad baik adalah sebagai berikut : Pemohon yang mendaftarkan mereknya secara layak dan dan jujur, yang dimaksud dengan layak dan jujur itu adalah tidak adanya niat apapun untuk membonceng, meniru, atau menjiplak ketenaran merek pihak lain demi kepentingan usahanya yang berakibat kerugian pihak lain yang memiliki merek yang sama atau mirip yang telah terdaftar sebelumnya dan sudah dikenal masyarakat secara umum sejak bertahun-

15 16

Periksa, Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata,Op.Cit.hal.47. Periksa,Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata,Op.Cit.hal.71.

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

tahun, ditiru sedemikian rupa sehingga memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya17. Jika menelaah dalam penjelasan pasal 4 tersebut menurut hemat penulis ada yang meragukan tentang pernyataaan bahwa merek yang sudah dikenal umum menurut penulis contoh yang dibuat kurang tepat karena itikad baik tidak perlu sudah dikenal umum karena tidak semua merek yang terdaftar sudah dikenal oleh umum, maka untuk itu contoh dalam penjelasan Pasal 4 Undang-undang No15 Tahun 2001 sudah saatnya direvisi. Pendaftaran sebagai langkah awal untuk mendapatkan perlindungan hukum harus diajukan kepada Direktorat Jenderal Hak Kekayaan Intelektual adapun syarat dan tata cara pendaftaan berdasarkan Pasal 7 Undang-undang No.15 Tahun 2001 adalah sebagai berikut : 1. Permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Direktorat Jenderal dengan mencantumkan : a.Tanggal, bulan, dan tahun:b. Nama lengkap, kewarganegaraan, dan alamat Pemohon;c.Nama lengkap dan alamat Kuasa apabila Permohonan diajukan melalui kuasanya,d.Warna-warna jika merek yang diajukan pendaftarannya menggunakan unsur-unsur warna,e.Nama Negara dan tanggal permintaan merek yang pertama kali jika permohonan diajukan dengan hak prioritas18. Jika menelaah dalam pasal 7 ayat (1) diatas kurang lengkap karena dalam perkembangan sekarang seharusnya pada huruf d cukup mencantumkan unsurunsur merek saja tidak perlu menyatakan bahwa harus dinyatakan kalau menggunakan warna, karena menurut hemat penulis warna merupakan unsur dari merek. 2. Permohonan ditandatangani Pemohon atau Kuasanya. 3. Permohonan diajukan oleh pemohon, yang dimaksud sebagai pemohon dalam hal ini adalah sebagai berikut : orang, sekumpulan orang, badan hukum. 4. Permohonan diajukan harus terlebih dahulu membayar biaya yang telah ditentukan oleh pemerintah, dalam pembayaran tersebut pemohon atau kuasanya akan mendapatkan bukti pembayaran dan bukti pembayaran tersebut harus dilampirkan dalam berkas permohonan. 5. Jika pemohon adalah secara bersama-sama maka semua nama pemohon harus dicantumkan alamat salah satu dari mereka. 6. Dalam hal permohonan dilakukan bersama-sama maka hanya satu orang yang menandatanganinya namun demikian haruslah dilampirkan surat persetujuan. Jika melihat dalam Pasal 7 ayat (6) menurut hemat penulis tidak lengkap apakah surat persetujuan itu harus dalam bentuk akta notaris atau hanya persetujuan dengan akta dibawah tangan karena hal ini penting untuk memberikan penegasan bahwa pemakaian merek secara bersama-sama itu didasarkan pada kesepakatan hukum yang jelas dan menurut hemat penulis harusnya dipersyaratkan untuk persetujuan itu dibuat dihadapan notaris agar memilki nilai pembuktian sempurna. 7. Jika permohonan diajukan melalui kuasa maka semua menandatanganinya tanpa adanya surat persetujuan .
17 18

Periksa, Penjelasan Pasal 4 Undang-undang No.15 Tahun 2001 Periksa, Pasal 7 Ayat (1) Undangundang No.15 Tahun 2001

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

Menurut hemat penulis walaupun diajukan oleh kuasa surat persetujuan juga sangat penting untuk tetap dilampirkan karena merek yang akan diajukan adalah merek bersama maka harus ada persetujuan secara sah dihadapan notaries. b. Merek yang Tidak Dapat Didaftarkan dan Harus ditolak Pengaturan tentang merek yang tidak dapat didaftarkan merupakan bentuk perlindungan secara prefentif untuk melindungi kepentingan masyarakat umum dan juga pemilik merek yang sudah terdaftar, adapun merek yang tidak dapat didaftarkan adaah sebagai berikut : a. Pemohon tidak memiliki itikad baik19 b. Bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, moralitas agama, kesusilaan, atau ketertiban umum. Dalam hal ini merek yang bertentangan dengan moralitas agama seperti membuat nama nabi Muhammad sebagai merek atau gambar yesus atau symbol agama yang dimungkinkan akan membuat pertentangan atau permusuhan. c. Tidak memiliki daya pembeda Merek yang didaftarkan haruslah memiliki daya pembeda kalau bersifat sederhana dan tidak memiliki daya pembeda pasti tidak dapat didaftarkan, contohnya seperti hanya satu garis. d. Telah menjadi milik umum Banyak merek-merek yang sudah menjadi milik umum dan digunakan oleh umum seperti tanda Huruf P yang dilingkar simbul itu berarti boleh parkir. e. Merupakan keterangan atau berkaitan dengan barang atau jasa yang dimohonkan pendaftarannya20. Merek yang didaftarkan tidak boleh sama keterangan dengan barang atau jasa seperti lukisan jeruk untuk sirup dengan rasa jeruk jeruk. f. Undang-undang tentang merek ini memberikan petunjuk kepada pemohon merek agar mencermati apakah merek yang akan didaftarkan tersebut mengadung halhal merek yang tidak dapat didaftar sebagaimana tersebut diatas, jika merek yang diajukan oleh pemohon merek tersebut sesuai dengan pasal 4 dan pasal 5 maka pasti tidak dapat didaftar. Perlindungan hukum terhadap pemilik merek terdaftar dilindungi dengan adanya kemungkinan penolakan terhadap merek yang sedang didaftarkan oleh pemilik merek yang belum terdaftar.Permohonan merek yang harus ditolak pendaftarannya oleh kantor merek jika sesuai dengan Pasal 6 Undang-undang No.15 Tahun 2001 yaitu : 1. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek milik pihak lain, merek pihak lain tersebut harus sudah terdaftar terlebih dahulu untuk barang dan atau jasa yang sejenis. Sebagai contoh merek Aqua dalam jenis untuk minuman, kemudian ada yang mendaftarkan lagi dengan merek Agua dalam jenis minuman, maka pendaftaran merek Agua akan ditolak karena mempunyai persaman pada pokoknya. 2. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan merek yang sudah terkenal milik pihak lain baik barang yang sejenis maupun barang yang
19 20

Periksa,Pasal 4 Undangundang No.15 Tahun 2001 Periksa,Pasal 5 Undangundang No.15 Tahun 2001

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

3. 4.

5.

6.

tidak sejenis. Sebagai contoh mendaftarkan merek SAMSUNG, untuk kata-kata itu merupakan merek terkenal dari jepang semua orang sudah mengetahui merek Samsung adalah merek alat-alat elektronik, maka pemohon yang mengajukan merek seperti Samsung pasti akan ditolak oleh kantor merek. Alasan penolakannya karena merek yang akan didaftarkan oleh pemohon tidak boleh menyerupai merek terkenal. Mempunyai persamaan pada pokoknya atau keseluruhannya dengan indikasi geografis yang sudah terkenal. Sebagai contoh merek kopi kintamani merek kopi ini berasal dari bali, jika ada yang mendaftarkan merek serupa maka akan ditolak Merek yang akan didaftarkan menyerupai nama orang terkenal, foto, atau nama badan hukum yang dimiliki oleh orang lain kecuali atas persetujuan tertulis dari yang berhak; Sebagai contoh adalah merek yang akan didaftarkan menyerupai orang terkenal seperti nama presiden Amerika Obama. Merek yang akan didaftarkan merupakan tiruan atau menyerupai nama atau singkatan nama, bendera, lambing, atau symbol, atau emblem Negara atau lembaga Nasional maupun Internasional,kecuali atas persetujuan tertulis dari pihak yang berwenang. Contoh lambang burung garuda Merek yang akan didaftarkan merupakan tiruan atau menyerupai tanda atau cap atau stempel resmi yang digunakan oleh Negara atau lembaga pemerintah, kecuali atas persetujuan dari pemerintah tersebut.

c. Pemeriksaan Subtantif Pendaftaran merek berdasarkan Undang-undang No.15 Tahun 2001 menganut sistem konstitutif yang didasarkan pada prinsip pendaftaran pertama atau first to file. Berdasarkan sistem ini hak atas merek timbul karena adanya pendaftaran merek yang dimaksud. Dalam tahap pemeriksaan ini ada pemeriksaan substantif, dalam pemeriksaan ini akan diuji apakah merek yang didaftarkan dapat dikabulkan atau ditolak. Pemeriksaan subtanstif ini didasarkan pada ketentuan Pasal 4, Pasal 5 dan Pasal 6 Undang-undang No.15 Tahun 200121. Pemeriksaan substantif ini bersifat subyektif karena tergantung pada pemahaman dan pengalaman pemeriksa itu sendiri. Pemeriksa subsatantif adalah pegawai yang bertugas melakukan pemeriksaan dokumen-dokumen permintaan pendaftaran yang telah disampaikan kepada Direktorat Jenderal dalam rangka pendaftaran merek. Pemeriksa diangkat berdasarkan keahliannya dengan syarat dan kualifikasi tertentu22. Dalam menjalankan tugas dan fungsinya pemeriksa terdiri dari : 1. Pemeriksa merek tingkat terampil, beberapa pengertian periksa merek tingkat terampil : a. Pemeriksa merek tingkat terampil adalah pemeriksa yang pada saat masuk ke Dirjen HKI memiliki pendidikan Diploma II, sesuai dengan kualifikasi yang telah ditentukan oleh Dirjen HKI.

Periksa, Dwi Agustine Kurniasih,Perlindungan Hukum Pemilik Merek Terdaftar dari Perbuatan Passing Off (Pemboncengan Reputasi),Media HKI,Tanpa Tahun,hal.11. 22 Periksa, Pasal 19 ayat (2) Undang-undang No.15 Tahun 2001

21

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

b. Pemeriksa merek pada tingkat terampil adalah pemeriksa merek yang memiliki kualifikasi teknis pelaksanaan tugas dan fungsinya yang mensyaratkan penguasaan teknis dan pemahaman dalam bidang pemeriksaan merek. Adapun tugas secara spesifik dari pemeriksa tingkat terampil ini adalah melakukan pemeriksaan kelengkapan persyaratan yang telah disampaikan oleh Pemohon seperti melakukan pemeriksaan terhadap Surat Pernyataan Kepemilikan Merek, atau melakukan penelusuran atas data pembanding, data sengketa merek, data kepustakaan tentang merek 23. 2. Pemeriksaan Merek Tingkat Ahli. Beberapa pengertian pemeriksaan tingkat ahli : Pemeriksa tinkat ahli adalah pemeriksa yang pada saat pengangkatan pertama memiliki pendidikan serendah-rendahnya sarjana dan meiliki tugas memeriksa merek-merek yang telah terdaftar dalam Daftar Umum merek24. Dalam pemeriksaan tingkat ahli ini terbagi dalam tiga tingkatan yaitu 1. Pemeriksa Merek Ahli Pertama, dengan tugas : a. a.Memeriksa merek yang diajukan oleh pemohon yang beritikat tidak baik sebagaimana diatu dalam Pasal 4 Undang-undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek. b. b.Memeriksa merek yang tidak dapat didaftar kerena bertentangan dengan pasal 5 Undang-undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek c. Menilai salinan peraturan perjanjian merek kolektif. 2. Pemeriksa Merek Ahli Muda, dengan tugas : a. Membuat putusan pendaftaran permohonan merek b. Membuat putusan penolakan merek c. Menilai sanggahan atau keberatan terhadap pemohon merek d. Menangguhkan permohonan merek dalam hal : a). Berkas merek berkaitan dengan perkara di Pengadilan b).Perkara dalam kaitan dengan permohonan belum memiliki kekuatan hukum yang tetap. c).Berkas merek pembanding masih dalam proses perpanjangan, atau berkas merek tersebut masih dalam proses pengalihan hak. 3. Pemeriksa Merek Ahli Madya melakukan : a. Pemeriksaan ulang dan melakukan analisa terhadap keputusan pendaftaran merek yang telah dibuat oleh Pemeriksa Merek Ahli Muda. b. Pemeriksaan ulang dan melakukan analisa terhadap keputusan penolaka merek yang telah dibuat oleh Pemeriksa Merek Ahli Muda. c. Menganalisa keberatan atau sanggahan permohonan merek d. Memberikan tanggapan atas usulan penolakan permohonan pendaftaran merek. e. Memberikan keterangan pada komisi banding merek apabila ada permintaan

23 24

Periksa.Dwi Agustina Kurniasih, Op.Cit.hal.12. Periksa,Ibid.hal.12.

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

f.Memenuhi panggilan komisi banding atas putusan penolakan permohonan merek g.Memberikan keterangan ahli pada tingkat kejaksaan,kepolisian atau menjadi saksi ahli pada tingkat peradilan. Pemeriksaan sebagaimana menjadi tugas dan tanggungjawab pemeriksa, jika dalam pemeriksaan tersebut disetujui maka merek yang telah disetujui tersebut akan diumumkan dalam Berita Resmi Merek hal ini sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek, namun jika permohonan yang telah diajukan setelah dilakukan oleh pemeriksa dinyatakan tidak dapat diterima atau ditolak maka pemeriksa akan memberitahukan secara tertulis kepada pemohon atau kuasanya dengan mencantumkan alas an kenapa permohonan tidak dapat diterima atau ditolak, hal ini sesuai dalam Pasal 20 ayat (2) Undang-undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek. Permohonan yang telah diajukan oleh pemohon baik sendiri maupun melalui kuasanya dan setelah dilakukan pemeriksaan substantif oleh pemeriksa dan dinyatakan tidak dapat didaftar atau diterima dan atau ditolak maka pemohon atau kuasanya dapat menyampaikan penyanggahan atau keberatan dengan mencantumkan alas an, hal ini diatur di dalam Pasal 20 ayat (3) Undang-Undang N0.15 Tahun 2001 Tentang merek, penyampaian keberatan atau sanggahan tersebut dapat diajukan paling lama 30 hari terhitung sejak tanggal pemberitahuan. Dalam ketentuan batas waktu penyampaian ini tidak jelas apakah hari yang dimaksudkan hari kerja atau hari libur juga dihitung, menurut hemat penulis harus limitatif dibunyikan agar tidak menimbulkan multitafsir seperti jatuh tempo dalam 30 hari adalah hari libur dan kantor tidak buka maka ini akan sangat merugikan para pemohon. Karena implikasi jika terjadi keterlambatan atau melampaui waktu sebagaimana diatur diatas maka Direktorat Jenderal akan menetapkan keputusan tentang penolakan atau tidak didaftarnya merek pemohon. Namun dalam waktu 30 hari keberatan yang telah diajukan diterima oleh Dirjen maka merek yang telah diajukan tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Merek. Kemudian merek yang sudah diperiksa oleh pemeriksa dan dinyatakan tidak bertentangan dengan Pasal 4,Pasal 5 dan Pasal 6 maka merek tersebut diumumkan dalam Berita Resmi Merek selama 3 (tiga) bulan, adapun hal yang tercantum dalam pengumuman adalah sebagai berikut : a. Nama, alamat lengkap baik pemohon atau kuasanya b. Kelas dan jenis barang dan atau jasa c. Tanggal penerimaan pendaftaran d. Nama Negara dan tanggal penerimaan permohonan yang pertama kali, dalam hal yang diajukan hak prioritas. e. Contoh merek25. Berdasarkan uraian tersebut diatas Direktorat jenderal Hak Kekayaan Intelektual melalui pemeriksanya memiliki peran penting dalam melindungi kepentingan pemilik merek yang sudah terdaftar, disamping itu juga memberikan kepastian hukum bagi pemilik merek yang belum terdaftar yang mendaftarkan mereknya sehingga jelas apakah merek yang sedang dipakai dapat perlindungan hukum dari Negara.
25

Periksa,Pasal 23 Undang-undang No,15 Tahun 2001 Tentang Merek

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

Pemilik merek yang sudah terdaftar dapat melakukan keberatan atau sanggahan atas pengumuman merek yang diumumkan melalui Berita Resmi Merek, adapun alas an pemilik merek yang sudah terdaftar sebagaimana diatur didalam Pasal 6 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek yaitu Pertama, Memiliki persamaan pada pokoknya atau keseluruhan untuk barang yang sejenis. Kedua, Memiliki persamaan pada pokonya atau keseluruhan terhadap barang atau jasa sudah terkenal baik barang yang sejenis ataupun barang yang tidak sejenis26. Pemberian kesempatan untuk menyampaikan keberatan atau sanggahan ini merupakan bentuk perlindungan hukum terhadap pemilik merek yang sudah terdaftar, keberatan yang disampaikan oleh pemilik merek yang sudah terdaftar tersebut akan memberikan pandangan atau pendapat kepada Direktorat jenderal agar meninjau kembali atas merek yang sudah diumumkan telah melanggar atau tidak sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 6 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek, dalam penyampaian keberatan tersebut pemilik merek menunjukkan merek terdaftar milik pengaju keberatan. Jika alas an keberatan dapat diterima maka perlindungan hukum kepada pemilik merek yang sudah terdaftar akan terjamin. Atas keberatan sebagaimana termuat diatas Direktorat jenderal memberikan waktu 14 hari terhitung sejak tanggal penerimaan keberatan mengirimkan salinan surat yang berisikan keberatan tersebut kepada Pemohon atau Kuasanya. Keberatan atau sanggahan terhadap merek yang diumumkan melalui Berita Resmi Merek tersebut Direktorat jenderal melakukan pemeriksaan ulang atas merek tersebut,pemeriksan tersebut dilakukan 2 bulan sejak jangka waktu pengumuman berakhir. Setelah dilakukan pemeriksaan masing-masih pihak akan diberitahukan hasil keputusan pemeriksan ulang. Apabila keberatan pemilik merek dan atau pihak terkait diterima maka merek yang telah diumumkan dalam berita resmi merek dan atau tempat lain yang ditentukan akan dicabut dan merek tersebut tidak akan diumumkan dalam Daftar Umum Merek dan tidak akan diterbitkan sertifikat merek. Atas dikabulkannya keberatan tersebut Pemohon atau kuasanya dapat mengajukan banding ke Komisi Banding Merek. Apabila keberatan ditolak maka yang mengajukan keberatan tidak dapat mengajukan banding karena didalam undang-undang tentang merek tidak diatur atau setidaknya menjadi pihak dalam banding.Menurut pendapat penulis dalam hal ini utamanya pemilik merek yang sudah terdaftar sangat dirugikan karena tidak diberika kesempatan untuk melakukan banding atas penolakan keberatan, seharusnya jika melihat perlindungan hukum secara preventif maka pemilik merek yang sudah terdaftar harus diberikan hak untuk mengajukan banding atas penolakan keberatan atau sanggahan. Menurut hemat penulis Pasal 26 ayat (5) Undang-Undang No.15 Tahun 2001 seharusnya diubah dengan ditambahkannya dengan memberikan hak kepada pemilik merek yang sudah terdaftar untuk dapat mengajukan banding atas ditolaknya keberatan dan atau sanggahan kepada komisi banding merek, dengan adanya pengaturan ini maka pemilik merek yang sudah terdaftar dapat membuktikan bahwa pemohon merek yang mereknya telah diumumkan dalam Berita Resmi Merek adalah bertentangan dengan Pasal 6 Undang-undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek.

26

Ibid., Pasal 24 ayat (1 dan 2)

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

Jika pendapat penulis dapat diterima maka harus ada revisi lebih lanjut yaitu pada Pasal 29,Pasal 30 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek. Dalam kedua pasal tersebut diatur tentang permohonan banding. d. Perpanjangan Hak Atas Merek Pemilik merek yang telah memiliki sertifikat merek dan sudah diumumkan pada Daftar Umum Merek mendapatkan perlindungan hukum selama 10 tahun dan dapat diperpanjang lagi sampai 10 tahun berikutnya dan dapat terus diperpanjang sampai dengan waktu yang tidak ditentukan, jadi sepanjang masih diperpanjang hak atas mereknya maka masih mendapatkan perlindungan hukum. Pengaturan tentang perpanjangan hak atas merek diatur didalam Pasal 35 UndangUndang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek, perpanjangan diajukan dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu perlindungan. Permohonan perpanjangan disetujui apabila,Pertama,merek yang bersangkutan masih digunakan pada barang atau jasa sebagaimana tertuang dalam sertifikat merek,Kedua, barang dan atau jasa tersebut masih diproduksi dan diperdagangkan. Menurut hemat penulis pengajuan permohonan perpanjangan waktu 12 bulan terlalu lama karena dalam pemeriksa tidak terlalu rumit seperti pada saat pendaftaran awal, maka menurut hemat penulis pemeriksaan cukup 6 bulan saja sehingga pemilik merek akan cepat terdaftar kembali dalam Daftar Umum Merek sehingga akan lebih tenang. Menurut hemat penulis pada pengaturan sebagaimana dalam Pasal 36 UndangUndang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek perlu diatur tentang pembuktian merek yang masih digunakan dan masih diproduksi dan diperdagangkan seperti memberikan contoh cetakan barang atau jasa yang ada mereknya (terbaru) atau surat pernyataan oleh pengguna barang. 2.2. Perlindungan Hukum Terhadap Pemilik Merek Secara Represif a. Perlindungan hukum secara perdata Pemilik merek yang sudah terdaftar dalam Daftar Umum Merek adalah mendapatkan hak atas merek dan mendapatkan perlindungan selama 10 tahun, pemilik merek oleh undang-undang diberikan hak untuk mempergunakan sendiri dan atau menguasakan kepada orang lain untuk mempergunakan merek yang telah didapatnya dari Negara. Merek yang sudah terdaftar dan memiliki pangsa pasar yang bagus menghadapi ancaman untuk digunakan atau dipakai tanpa izin oleh pihak lain, tujuan dari pihak lain menggunakan merek yang sudah terdaftar itu sebagai upaya instan untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya. Merek yang sudah terdaftar yang digunakan oleh pihak lain tanpa izin tentu akan sangat merugikan pemilik merek terdaftar kerugian itu tidak hanya kerugian materiil berupa uang atau barang namun juga kerugian berupa rasa malu seperti kekecewaan konsumen atas barang yang disalahgunakan, konsumen kecewa karena tidak puas atas barang yang dibeli ternyata bukan barang yang sebenarnya. Kekecewaan konsumen itu pasti akan menurunkan nilai jual dari merek yang sudah terdaftar dan ini sungguh sangat merugikan kepentingan pemilik merek terdaftar. Maka untuk itu Negara melalui aturan hukumnya berupa undang-undang untuk melindungi pemilik merek yang sudah terdaftar, Undang-undang memberikan kesempatan kepada pemilik merek untuk melakukan upaya hukum untuk

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

mempertahankan hak-haknya untuk menggunakan atau memanfaatkan hak atas mereknya. Pemilik merek terdaftar jika mereknya digunakan oleh pihak lain tanpa seizing pemilik merek terdaftar maka pemilik merek dapat mengajukan gugatan ganti rugi dan atau melakukan penghentian semua perbuatan yang berkaitan dengan penggunaan merek milik pemilik merek terdaftar27. Gugatan sebagaimana dimaksud diajukan pada Pengadilan Niaga. Gugatan atas ganti kerugian atau penghentian dapat juga dilakukan oleh mereka yang mendapatkan lisensi dari pemilik merek atau secara bersama-sama. Dalam rangka untuk mengurangi kerugian dari yang lebih besar atas penggunaan merek oleh pihak lain maka pemilik merek ataupun penerima lisensi dapat dapat menyampaikan permohonan kepada hakim agar memerintahkan tergugat untuk menghentika produksi, peredaran dan atau perdagangan barang dan jasa. Adapun tata cara menyampaikan gugatan pada pengadilan niaga adalah sebagai berikut : Gugatan diajukan pada Pengadilan Niaga dalam wilayah domisili atau tempat tinggal tergugat. 2. Jika tergugat di bertempat tinggal atau beralamat di luar negeri maka gugatan diajukan di Pengadilan Niaga Jakarta Pusat. 3. Panitera mendaftarkan gugatan dan ditandatangani panitera 4. Panitera menyampaikan gugatan kepada Ketua Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 2 hari sejak gugatan didaftarkan. 5. Gugatan dipelajari paling lama 3 hari dan menetapkan hari siding. 6. Waktu proses gugatan dari awal sampai putusan selama 60 hari. 7. Pemanggilan para pihak dilakukan 7 hari. 8. Putusan harus sudah dibacakan 90 hari dan dapat ditambah 30 hari atas persetujuan Mahkamah Agung. 9. Dalam putusan harus ada perimbangan hukum dan harus dibacakan terbuka untuk umum dan dapat dilaksanakan terlebih dahulu walau ada upaya hukum kasasi. 10. Putusan disampaikan paling lama 14 hari kepada para pihak yang bersengeta. 11. Putusan atas Pengadilan Niaga tidak dapat dibanding namun langsung diajukan kasasi. 12. Permohonan kasasi diajukan paling lama 14 hari setelah tanggal putusan di Pengadilan Niaga. 13. Panitera mendaftar atas kasasi yang diajukan pemohon kasasi 14. Pemohon kasasi harus sudah menyampaikan memori kasasi kurun waktu 7 hari. 15. Termohon dapat menyampaikan kontra memori kasasi. 16. Mahkamah Agung memeriksa dan memutus kasasi. Perlindungan hukum secara perdata selain gugatan juga dapat dilakukan dengan mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan Niaga agar mengeluarkan penetapan sementara dikarenakan dimungkinkan akan ada kerugian yang besar bagi pemilik merek
27

1.

Periksa, Pasal 76 ayat (1) UndangUndang No.76 Tahun 2001

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

terdaftar, adapun ruang lingkup penetapan sementara yaitu Pertama, pencegahan masuknya barang yang berkaitan dengan pelanggaran hak merek, Kedua, adanya penyimpangan alat bukti yang berhubungan baik langsung maupun tidak langsung dari pelanggaran merek. Adapun syarat-syarat diajukannya penetapan sementara sebagai berikut : a. Melampirkan bukti kepemilikan merek b. Melampirkan bukti yang kuat adanya kemungkinan pelanggaran merek c. Adanya keterangan yang jelas mengenai barang atau dokumen yang diminta, dicari, dikumpulkan, dan diamankan untuk keperluan pembuktian. d. Adanya dugaan kekhawatiran mereka yang melanggar akan menghilangkan barang bukti. e. Membayar jaminan uang atau jaminan bank. b. Perlindungan hukum secara pidana Pengaturan dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek memberikan perlindungan hukum tidak hanya dalam hal perdata namun juga dalam pidana, pengaturan itu sebagai wujud keberpihaan Negara terhadap warga negaranya utamanya bagi mereka sebagai pemilik merek yang sudah terdaftar. Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek ini pengaturan tentang pidana mereknya bersifat khusus atau lex spesialis dorogat lex generalis atau hukum yang khusus mengesampingkan hukum yang umum.Seperti pengaturan tenang bentuk deliknya untuk masalah merek ini delik bukan delik biasa namun delik aduan, adapun delik aduan delik dimana walaupun telah terjadi tindak pidana namun polisi tidak proaktif dalam penindakan sebelum ada pengaduan, kemudian untuk delik aduan ini dapat dicabut pengaduannya dan dapat tidak dilanjutkan. Adapun pasal-pasal yang mengatur tentang pidana merek ini diatur dalam pasal sebagai berikut : 1. Pasal 90-93 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Maksimal ancaman pidana penjara berkisar 4 sampai 5 tahun dengan denda berkisar antara 800 juta sampai 1 milyar rupiah. 2. Pasal 94 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Maksimum ancaman hukumannya 1 tahun dengan denda maksimal 200 juta rupiah. G.PENUTUP A. Kesimpulan 1. Pengaturan tentang merek yang diatur di Indonesia adalah bentuk kepedulian pemerintah Indonesia akan pentingnya perlindungan hukum terhadap pemilik merek terdaftar. Pengaturan merek awalnya diatur dengan Undang-Undang No.21 Tahun 1961 kemudian diubah dengan Undang-Undang 14 Tahun 1992 Kemudian diubah lagi Undang-Undang No.19 Tahun 1997 terakhir diubah Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek, Perubahan yang paling mendasar pada bagian pendaftaran adalah pada tahun 1992, dari sistem pendaftaran Deklaratif berubah menjadi system

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

pendaftaran Konstitutif. Perubahan ini tidak terlepas dari berbagai penyesuaianpenyesuaian dengan aturan-aturan hukum internasional. 2. Pengaturan tertang perlindungan hukum yang ada dalam Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek ada dua bentuk yaitu perlindungan hukum secara prefentif dan perlindungan hukum secara represif. Perlindungan hukum secara prefentif diberikan kepada pemilik merek yang sudah terdaftar melalui mekanisme pendaftaran adapun bentuk perlindungannya sebagai berikut : a. Memberikan perlindungan melalui pemeriksaan substantif yang dilakukan oleh pemeriksa. b. Memberikan perlindungan melalui mekanisme penyampaian keberatan atau sanggahan oleh pemilik merek terdaftar jika merek yang didaftarkan oleh pemohon pendaftar bertentangan dengan Pasal 6 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 Tentang Merek. c. Pemilik merek terdaftar mendapatkan perlindungan selama sepuluh tahun dan dapat diperpanjang selama waktu yang sama. Walaupun perlindungan hukum secara prefentif sudah diatur secara baik namun menurut hemat penulis ada beberapa kelemahan dan kurang berpihak pada pemilik merek terdaftar seperti Pasal 26 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 seharusnya pemilik merek terdaftar mendapatkan kesempatan untuk banding setelah keberatannya dinyatakan ditolak , selanjutnya Pasal 35 menurut hemat penulis waktu 12 bulan adalah waktu yang terlalu lama maka menurut hemat penulis cukup 6 bulan saja dengan pertimbangan pemeriksaan tidak serumit pada saat pendaftaran pertama. B.Saran Penulis menyarankan adanya perubahan Undang-undang No.15 Tahun 2001 utamanya Pasal 26 Undang-Undang No.15 Tahun 2001 seharusnya pemilik merek terdaftar mendapatkan kesempatan untuk banding setelah keberatannya dinyatakan ditolak, selanjutnya Pasal 35 menurut hemat penulis waktu 12 bulan adalah waktu yang terlalu lama maka menurut hemat penulis cukup 6 bulan saja dengan pertimbangan pemeriksaan tidak serumit pada saat pendaftaran pertama.

DAFTAR PUSTAKA Buku Abdulkadir Muhammad. 2OOl. Kajian Hukum Ekonomi Hak PT. Citra Aditya Bakti. Kekayaan Intelektual. Bandung:

Achmad Zen Umar Purba. Hak Kekayaan Intelektual Pasca Trips. Bandung. Alumni. Bahder Johan Nasution. 2008. Metode Penelitian Hukum. Bandung: Mandar Maju.

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

Bernard Arief Sidarta, 2000. Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum, Bandung: Mandar Maju.
Casavera. 2009. 15 Kasus Sengketa Merek di Indonesia, Graha Ilmu. Yogyakarta. Djamal. 2009. Hukum Acara Hak Kekayaan Intelektual di Indonesia. Bandung. Pustaka Reka Cipta. Haris Munandar dan Sally Sitanggang. Tanpa tahun. HAKI Hak Kekayaan Intelektual. Jakarta: Esensi.

Insan Budi Maulana. 1997. Sukses Bisnis Melalui Merek,Paten,dan Hak Cipta, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. ----------------------------.2OOO.Pelangi HaKI dan Anti Monopoli. Bandung PT. Citra Aditya Bakti.
Iswi Harini. 2010. Prosedur Mengurus HAKI yang Benar.Yogyakarta: PT. Pustaka Yustisia. J.J. H. Bruggink. 1999. Refleksi Tentang Hukum. Bandung. PT.Citra Aditya Bakti.

Peter Mahmud Marzuki. 2007. Penelitian hukum, Jakarta: Kencana Prenada Media Group
------------------------------- 2008. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2002. Prajudi Atmosudirdjo. Teori Hukum. Jakarta. Center for Law and Regional Development.. R. Soeroso. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Sinar Grafika Satjipto Rahardjo. 1986. Hukum dan Masyarakat. Bandung: Angkasa. Sentosa Sembiring. 2001. Prosedur dan Tata Cara Memperoleh Hak Kekayaan Intelektual di Bidang hak cipta,paten dan merek., Bandung: Yrama Widya.

Sudargo Gautama dan Rizawanto Winata, 2002. Undang-Undang Merek Baru Tahun 2001. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti,
Sudargo Gautama. 1977. Hukum Merek Indonesia. Bandung: Alumni. Sudargo Gautama. 1986. Hukum Merek Indonesia, Bandung, Alumni. Subekti. 1974. Hukum Adat Indonesia dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung. Bandung. Alumni. Sudaryat. et. al. 2010. Hak Kekayaan Intelektual. Bandung. Oasemedia. Taryana Sunandar. 1996. Perlindungan Hak Milik Intelektual di Negara-Negara Asean. Jakarta: Sinar Grafika. Tomi Suryo Utomo. 2010. Hak Kekayaan Intelektual di era global. Yogyakarta: Graha Ilmu. Titik Triwulan Tutik, 2006. Pengantar Ilmu Hukum. Jakarta: Prestasi Pustaka Publiser.

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012 Tim Lindsey et. al. 2006. Hak Kekayaan Intelektual. Bandung. Alumni.

Jurnal/ Karya Ilmiah Berlianta Ria Simatupang, Upaya Hukum Perlindungan Merek Terkenal Di Indonesia 2007,Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesi. Wiratmo Dianggoro.1997."Pembaharuan Undang-Undang Merek dan Dampaknya bagi Dunia Bisnis , Artikel pada Jurnal Bisnis,Vol 2. Syafrinaldi. Tanpa tahun. Urgensi dan Permasalahan Harmonisasi Undag-Undang Merek terhadap Protocol Madrid, , Jurnal Hukum Bisnis Esmara Sugeng. 2003 Perlindungan Hukum Bagi Merek Terkenal Terhadap Pemanfaatan Merek Oleh Industri Rumah Tangga. Tesis. Semarang Program Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro. Gedhe Widhiana Putra, 2001. Implikasi Perjanjian TRIPS Terhadap Mekanisme Penegakan Hukum atas Perundang-undangan Merek di Indonesia, Tesis,Semarang: Magister Ilmu Hukum Universitas Diponegoro. Gatot Ismono, 2005. Perlindungan Hukum Hak Atas Merek Terdaftar Dalam Persaingan Usaha Tidak Sehat, Tesis. Semarang . Magister Ilmu hukum Program Pascasarjana Universitas Diponegoro. Saky Septiono. 2005. Perlindungan merek terkenal berdasarkan Undang-undang Merek, Tesis. Semarang. Program pascasarjana Universitas Diponegoro. Peraturan Perundang-undangan 1. Undang-Undang Undang-Undang No. 21 Tahun 1961 Tentang Merek Undang-Undang No. 19 Tahun 1992 Tentang Merek, Lembaran Negara RI Tahun 1992 No.81. Undang-Undang No. 14 Tahun 1997 Tentang Merek, Lembaran Negara RI Tahun 1997 No.31. Undang-Undang No. 15 Tahun 2001 Tentang Merek, Lembaran Negara No. 110 Tahun 2001 (Penjelasan dalam tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4131) 2. Peraturan Pemerintah

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

Peraturan Pemerintah No. 23 Tahun 1993 Tentang Tata cara Permintaan Pendaftaran Merek, Lembaran Negara No. 30 Tahun 1993.

JURNAL STIA SETIH SETIO (WAHANA PENGKAJIAN ILMU ADMINISTRASI ) ISSN 2089-7243 VOLUME 1 No.1 Februari 2012

You might also like