You are on page 1of 4

“Menjalankan Perusahaan, Urusan Perusahaan, dan Pengusaha dan Pembantunya”

View clicks
Posted February 25th, 2009 by satsa
Hukum Indonesia

MENJALANKAN PERUSAHAAN

Perusahaan adalah keseluruhan perbuatan yang dilakukan secara terus menerus, bertindak
keluar, untuk mendapatkan penghasilan, dengan cara memperniagakan barang-barang,
menyerahkan barang-barang atau mengadakan perjanjian-perjanjian perdagangan. (Prof.
Molengraaff)
Sebelum menjalankan usaha para pengusaha perlu membuat SIUP (Surat Izin Usaha
Perdagangan) sebagai pengesahan usahanya. Biasanya hanya prusahaaan menengah dan
besar saja yang diharuskan membuatnya. Tata caranya adalah : 1) mengisi dan
menandatangani surat permohonan izin serta lampiran dokumen-dokumen; 2) penelitian
permohonan dan dokumen oleh pejabat berwenang; 3) jika telah benar, akan ada surat
perintah pembayaran uang jaminan perusahaan dan biaya administrasi; 4) Berkas
permohonan izin akan diteruskan ke Departemen perdagangan; 5) jika telah
ditandatangani, verkas akan dikirimkan ke Kepala Kantor Dinas Perdagangan dan
Perindustrian; 6) Pengiriman SIUP. SIUP dapat dibekukan / dicabut kembali apabila :
? Tidak melaporkan tentang penghentian usaha / penutupan perusahaan / cabangnya
? Tidak melaporkan pembukaan kantor cabang / perwakilanperusahaan.
? Tidak memberikan data tentang kegiatan usaha sesuai ketentuan berlaku.
? Tidak memenuhi pajak kepada pemerintah sesuai ketentuan berlaku.
Peraturan Khusus Mengenai Pelaksanaan Perusahaan
1. Pasal 6 KUHD mewajibkan setiap orang yang menjalankan perusahaan membuat
pembukuan yang teratur dan rapi.
2. Pasal 16 KUHD menetapkan bahwa persekutuan dengan firma adalah perserikatan
perdata yang menjalankan perusahaan dan memakai nama bersama (firma).
3. Pasal 36-(1) KUHD, nama perseroan terbatas pada pokoknya harus menunjukkan
tujuan perusahaan.
4. Pasal 1878-(3) KUHPER menetapkan bahwa surat bukti utang sepihak dibawah tangan
yang dibuat oleh seorang debitur yang menjalankan perusahaan dianggap cukup bila
debitur membubuhkan tanda tangannya saja.
5. Pasal 581 Rv, paksaan badan dapat dikenakan pada orang-orang yang menjalankan
perusahaan, yang menandatangani surat sanggup, konosemen, dll.
6. Pasal 92 bis KUHP, menyatakan bahwa pedagang adalah setiap orang yang
menjalankan perusahaan.
7. Pasal 396-(3) KUHP, yang mengancam pidana 1 tahun 4 bulan kepada si pailit yang
kurang beres menjalankan pembukuannya (bankrut biasa).
8. Pasal 397 KUHP, mengancam pidana paling banyak 7 tahun bila seorang debitur
sebelum / pada waktu pailit telah menguntungkan krediturnya dengan menyelewengkan
pembukuan (bankrut tipu).

Sumber : H.M.N. Purwosutjipto, “Pengantar Hukum Dagang”.


“Hukum Bisnis, Prinsip dan Pelaksanaannya di Indonesia”
URUSAN PERUSAHAAN
Istilah & Pengertian
Urusan perusahaan (handelszaak) adalah segala macam urusan (segala sesuatu yang
berwujud benda), baik yang bersifat materiil atau immateriil yang termasuk dalam
lingkungan perusahaan (H.M.N. Purwosutjipto). Dari segi ekonomi urusan perusahaan
adalah segala harta kekayaan dan usaha yang terdapat dalam lingkungan perusahaan
sebgai satu kesatuan yang bulat dengan perusahaan yang digunakan untuk memperoleh
keuntungan yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya. Dari segi
hukum urusan perusahaan yang berupa harta kekayaan adalah segala benda yang dapat
diperalihkan kepada pihak lain, baik sendiri-sendiri terpisah dari perusahaan maupun
secara bersama-sama dengan perusahaan sebagai satu kesatuan.
Wujud Urusan Perusahaan
Menurut H.M.N. Purwosutjipto urusan perusahaan terdiri dari :
1. Benda Tetap (benda tidak bergerak)
? Benda tetapyang berwujud, mis : tanah, kapal, pesawat.
? Benda tetap yang tidak yang terwujud, mis : hipotik, hak tanggungan.
2. Benda Bergerak
? Benda bergerak yang berwujud, mis : peralatan kantor, mobil, barang dagangan.
? Benda bergerak yang tidak berwujud, mis : merek, hak paten, piutang, goodwill, gadai,
nama perusahaan.
3. Bukan Benda, mis : utang, langganan, rahasia perusahaan dan relasi.

Goodwill
Goodwill merupakan salah satu dari unsur perusahaan yang termasuk dalam kelompok
benda bergerak yang bersifat immateriil. Menurut S.J. Foekuma Andree, Goodwill adalah
benda ekonomis yang tidak bertubuh , yang terjadi dari hubungan perusahaan dengan
para langganannya dan kemungkinan perkembangan yang akan datang. Goodwill itu
dapat dipindahtangankan bersama dengan urusan perusahaan dan menjelma dalam
balance sebagai laba.Goodwill menampakkan dirinya dalam balance (neraca) sebagai
laba atau keuntungan dan bukan kerugian dan dapat digambarkan sebagai nilai lebih
(meerwaarde) perusahaan. Terjadinya Goodwill dapat disebabkan :
1. Hubungan baik antara perusahaan dan para konsumen..
2. Manajemen perusahaan yang baik, sistematis dan efisien.
3. Tempat perusahaan atau penjualan yang strategis.
4. Iklan yang tepat dan menarik para konsumen.
5. Hasil produksi yang bermutu tinggi, memnuhi selera konsumen dengan harga yang
layak.
6. Pelayanan dari staff atau karyawan perusahaan yang menarik dan memuaskan
konsumen.
Goodwill termasuk dalam kelompok benda bergerak tak brtubuh yang bersifat immaterial
disebabkan karena : 1) adanya hubungan timbal balik yang baik antara perusahaan dan
konsumen. 2) adanya prospek perkembangan operasionil yang menyenangkan untuk hari-
hari yang akan datang. Adanya Goodwill akan mengakibatkan : 1) Laba dalam balance,
2) Meningkatnya harga saham di atas harga nominal di bursa perniagaan.
Penjualan Urisan Perusahaan Secara En Bloc
Urusan perusahaan dapat dijual secara en bloc (bersama-sama, sehingga merupakan satu
kesatuan). Hal ini dapat dirujuk dalam Pasal 1573 KUHPERyang memperbolehkan
penjualan harta warisan tanpa perincian, dalam dan Pasal 1533 KUHPER bahwa penjualn
piutang berikut segala sesuatu yang melekat padanya, seperti penanggungan (borgtocht),
hak istimewa dan hak hipotik.
Penyerahan Urusan Perusahaan
1. Penyerahan Benda tidak bergerak
Peralihan benda tidak bergerak yang berwujud / semua yang melekat di atas tanah
dilakukan dengan balik nama dibuat dihadapan PPAT. Peralihan hak atas kapal laut atau
pesawat udara dengan akta otentik dihadapan pejabat terkait.
2. Penyerahan Benda Bergerak
? Benda bergerak yang berwujud
Menurut Pasal 612 KUHPER, penyerahan benda-benda bergerak yang berwujud cukup
melalui tangan ke tangan atau dengan penyerahan kunci gudang.
? Penyerahan Piutang Atas Nama
Penyerahan dilakukan dengan cessie, yakni akta otentik atau akta dibawah tangan yang
khusus dibuat untuk memindahkan piutang tersebut dan harus diberitahukan kepada
debitur.
? Penyerahan Piutang Atas Pembawa (aan order / to bearer)
Penyerahan ini dilakukan dari tangan ke tangan.
? Penyerahan piutang ats pengganti (aan order / to order)
Dilakukan dengan penyerahan surat piutang yang bersangkutan dan disertai dengan
endosemen.
? Penyerahan kendaraan bermotor
Dilakukan dengan balik nama dan penyerahan kendaraan bermotor yang bersangkutan
berdasarkan peraturan khusus dari SAMSAT.

Sumber : Ridwan Khairandy, SH, MH, dkk “Pengantar Hukum Dagang Indonesia I”
H.M.N. Purwosutjipto “ Pengantar Hukum Dagang”

PENGUSAHA DAN PEMBANTU – PEMBANTUNYA

PENGUSAHA
Pengusaha adalah bila seseorang yang melakukan atau menyuruh melakukan perusahaan.
Dimana seorang pengusaha dapat :
? Melakukan sendiri, Bentuk perusahaannya sangat sederhana dan semua pekerjaan
dilakukan sendiri, merupakan perusahaan perseorangan.
? Dibantu oleh orang lain, Pengusaha turut serta dalam melakukan perusahaan, jadi dia
mempunyai dua kedudukan yaitu sebagai pengusaha dan pemimpin perusahaan dan
merupakan perusahaan besar.
? Menyuruh orang lain melakukan usaha sedangkan dia tidak ikut serta dalam melakukan
perusahaan, Hanya memiliki satu kedudukan sebagai seorang pengusaha dan merupakan
perusahaan besar.
Bentuk – bentuk hukum yang terjadi antara kerja sama 2 orang pengusaha :
1. Persekutuan perdata (Burgelijke maatschap), diatur dalam bab VIII, Buku III
KUHPER.
2. Persekutuan Firma (vennootschap onder firma), diatur dalam Pasal 16 – 35 KUHD.
3. Persekutuan Komanditer (Commanditaire vennootschap), diatur dalam Pasal 19, 20
dan 21 KUHD.
4. Perseroan terbatas (Naamloze vennootschap), diatur dalam Pasal 36 –56 KUHD.
5. Perusahaan negara, diatur dalam UU no. 19 Prp tahun 1960.
PEMBANTU-PEMBANTU PENGUSAHA
Adapun 2 jenis pembantu pengusaha :
? Pembantu-pembantu dalam perusahaan, mis : pelayan toko, pekerja keliling, pengurus
filial, pemegang prokurasi dan pimpinan perusahaan.
? Pembantu-pembantu di luar perusahaan, mis : agen perusahaan, pengacara, notaris,
makelar, dan komisioner.
Penjelasannya sebagai berikut :
? Pelayan Toko : semua pelayan yang membantu pengusaha dalam menjalankan
perusahannya di toko. Mis : pelayan penjual, kasir, pembukuan, penyerah barang, dll.
? Pekerja keliling : pembantu pengusaha yang bekerja keliling di luar kantor untuk
memperluas dan memperbanyak perjanjian-perjanjian jual beli antara pengusaha dan
pihak ketiga.
? Pengurus filial (filiaalhouder) : petugas yang mewakili pengusaha mengenai semua hal,
tapi terbatas pada satu cabang perusahaan / satu daerah tertentu.
? Pemegang prokurasi (Procuratiehouder) : pemegang kuasa dari perusahaan, sebagai
wakil pimpinan perusahaan / wakil manager dan dapat mempunyai kedudukan sebagai
kepala satu bagian besar dari perusahaan itu (orang kedua sesudah manager).
? Pimpinan perusahaan (Manager, bedrijfsleider) : Pemegang kuasa pertama dari
pengusaha perusahaan, yang mengemudikan seluruh perusahaan dan bertanggung jawab
atas kondisi perusahaan.
Hubungan hukum antara pengusaha dan pimpinan perusahaan adalah bersifat :
? Hubungan perburuhan : hubungan yang bersifat subordinasi antara majikan dan buruh,
yang memerintah dan yang diperintah. Manager mengikatkan dirinya untuk menjalankan
perusahaan dengan sebaik mungkin sedangkan pengusaha mengikatkan diri untuk
membayar upahnya (Pasal 1601 a KUHPER).
? Hubungan pemberian kuasa : suatu hubungan hukum yang diatur dalam pasal 1792 dsl
KUHPER. Pengusaha merupakan pemberi kuasa yang mengikatkan diri untuk memberi
upah sesuai perjanjian sedangkan manager adalah pemegang kuasa yang mengikatkan
diri untuk melaksanakan perintah pemberi kuasa.
Dua sifat hubungan hukum tersebut juga berlaku bagi semua pembantu pengusaha dalam
perusahaan. Karena hubungan hukum itu bersifat campuran maka berlakulah pasal 1601 c
KUHPER, yang menentukan bahwa segala peraturan mengenai pemberian kuasa dan
perburuhan berlaku padanya. Kalau ada persilisihan antara kedua peraturan itu maka
berlakulah peraturan mengenai perjanjian perburuhan (pasal 1601 c ayat (1) KUHPER.

You might also like